News

  • Mahasiswa Universitas Udayana Belajar Sistem Perkandangan Unggas Tertutup di Closed House Fakultas Peternakan IPB University

    Dalam rangka pelaksanaan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), sebanyak 10 orang mahasiswa Prodi Peternakan, Fakultas Peternakan - Universitas Udayana Bali melaksanakan program tersebut dalam bentuk magang di lab lapangan closed house Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Program tersebut berlangsung selama 2 bulan 10 hari dimulai dari tanggal 12 September hingga 30 November 2022.

    Wakil Dekan Bidang Akademik Fapet IPB Prof. Irma Isnafia Arief menyambut dengan baik program tersebut “Selama melaksanakan kegiatan magang, para mahasiswa akan didampingi oleh dosen pendamping expert dari Fapet IPB yaitu Dr. Rudi Afnan untuk Lab. Kandang B dan Ir. Dwi Margi Suci, MS untuk kandang C. Di akhir periode magang, para mahasiswa juga akan mempresentasikan hasil kegiatan tersebut di hadapan pimpinan Fakultas” jelasnya

    Salah satu mahasiswa, Maria Abi mengaku mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan magang industri nasional tersebut. “Disini saya mendapat tempat magang di closed house B dan ini merupakan magang pertama untuk saya. Kami disambut hangat oleh dosen-dosen-dosen Fapet dan teknisi di closed house. Pada saat magang kami selalu diarahkan terlebih dahulu, kegiatan apa yang harus dilakukan. Disini kami dapat belajar bagaimana bekerja sama dalam tim, berkomunikasi dengan baik dan saling berbagi ilmu. Selama magang disini, saya mendapat banyak ilmu, pengalaman, bertanggungjawab dengan apa yang dikerjakan, menciptakan suasana dan komunikasi yang lancar serta disiplin dalam waktu” ungkapnya. Selain itu ia juga merasakan suka duka yang dialami, antara lain cuaca di Bogor yang selalu hujan. Ke depannya, Maria berharap closed house di Fapet IPB semakin jaya dan selalu sukses.

    Peserta lain yaitu Evi Nafisah yang melaksanakan magang di closed house blok C mengaku saat melakukan program magang disini mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman baru. “Kami juga banyak mengerti dari hal-hal sekecil mungkin yang ada dalam kandang sehingga kami dapat mengerti mekanisme kandang closed house itu seperti apa” jelasnya. (Femmy)

  • Mahasiswa Universitas Udayana Belajar Sistem Perkandangan Unggas Tertutup di Closed House Fakultas Peternakan IPB University

    Dalam rangka pelaksanaan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), sebanyak 10 orang mahasiswa Program Studi (Prodi) Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet)- Universitas Udayana Bali melaksanakan program magang di Laboratorium Lapangan Closed House Fapet IPB University. 
     
    Program ini berlangsung selama 40 hari, dimulai dari tanggal 12 September hingga 30 November 2022. Wakil Dekan Fapet IPB University bidang Akademik, Prof Irma Isnafia Arief menyambut dengan baik program tersebut.
     
    “Selama melaksanakan kegiatan magang, para mahasiswa akan didampingi oleh dosen pendamping expert dari Fapet IPB yaitu Dr Rudi Afnan untuk Laboratorium Kandang B dan Ir Dwi Margi Suci, MS untuk kandang C. Di akhir periode magang, para mahasiswa juga akan mempresentasikan hasil kegiatan tersebut di hadapan pimpinan fakultas,” jelasnya.
     
    Salah satu mahasiswa, Maria Abi mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan magang dan sambutan hangat para dosen IPB University dan teknisi di Closed House Fapet. Ia mendapat kesempatan untuk menjalani magang di Laboratorium Kandang B.
     
    “Ini merupakan magang pertama untuk saya. Pada saat magang kami selalu diarahkan terlebih dahulu, kegiatan apa yang harus dilakukan. Di sini kami dapat belajar bagaimana bekerja sama dalam tim, berkomunikasi dengan baik dan saling berbagi ilmu,” ungkap dia.
     
    “Suka duka yang dialami antara lain cuaca di Bogor yang selalu hujan. Ke depannya, saya berharap Closed House di Fapet IPB University semakin jaya dan selalu sukses,” tambahnya.
     
    Selama magang di Closed House Fapet IPB University, Maria mengaku mendapat banyak ilmu dan pengalaman. Ia juga belajar untuk bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan, menciptakan suasana dan komunikasi yang lancar serta disiplin dalam waktu.
     
    Hal serupa dialami peserta lain yaitu Evi Nafisah yang melaksanakan magang di Closed House blok C. “Kami juga banyak mengerti dari hal-hal sekecil mungkin yang ada dalam kandang, sehingga kami dapat mengerti mekanisme kandang closed house itu seperti apa,” jelasnya (ipb.ac.id)

  • Manajemen Logistik Daging Ayam dikala Pandemi

    Fakultas Peternakan IPB University dan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) kembali gelar pelatihan online yang menghadirkan Sudarno selaku General Manager Logistic PT Sierad Produce, Tbk. Pada pelatihan ini SUdarno membagikan tips bagaimana manajemen rantai pasok dan logistik daging ayam  pada masa pandemi COVID-19.

    “Pengiriman daging ayam beku dibedakan dengan pengiriman untuk daging ayam segar. Ini karena perlakuan untuk kedua jenis produk tersebut berbeda. Perlakuan tersebut berimbas pada biaya logistik. Untuk produk daging ayam beku biaya pengiriman rendah akan tetapi biaya penyimpanan lebih tinggi begitupun sebaliknya dengan daging ayam produk segar, biaya pengiriman tinggi namun biaya penyimpanan lebih rendah. Hal tersebut perlu disiasati agar terhindari dari pembengkakan biaya logistik,” ujarnya.

    Ia mengungkap selama pandemi ini penjualan perusahaannya turun per bulan Februari hingga April tercatat penurunan 30-50 persen. Sementara per bulan Mei sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya.
    “Harapannya penjualan di bulan Juni ini bisa meningkat lagi atau setidaknya bertahan dari bulan sebelumnya. Untuk menekan biaya operasional, salah satunya dengan menekan loss inventory yakni dengan menekan kematian di tempat tiba,” tuturnya.

    Ia juga mengutarakan bahwa selama pandemi dan adanya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), surat izin operasional logistik sangat ketat dan kompleks. "Protokol kesehatan dalam logistik daging ayam ini sangat kami perhatikan. Hal tersebut mendorong kami untuk lebih displin dengan kesehatan. Hal ini sebagai komitmen kami untuk memastikan bahwa daging ayam tetap aman dan sehat ketika sampai di tangan konsumen,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Manajemen Logistik Lebah Madu

    Logistik lebah madu merupakan serangkaian proses yang meliputi kegiatan perencanaan, implementasi, pengontrolan dan tindak lanjut hingga terhadap proses perpindahan lebah madu beserta produknya, dari titik awal kegiatan menuju permintaan konsumen (pelanggan). Tata kelola permaduan ini menjadi kian penting mengingat koloni lebah madu di Indonesia banyak jenis serta jumlah produksinya.

    Koloni lebah madu secara umum ada dua jenis yaitu koloni lebah madu bersengat (KLMBS) dan koloni lebah madu tanpa sengat (KLMTS), yang hidupnya tersebar di seluruh provinsi sampai ke desa dan pedukuhan di seantero Indonesia. Semua jenis lebah madu tersebut mampu menghasilkan produksi kelompok, produksi yang dikumpulkan, produksi yang diekstrak dan produksi yang dipelihara oleh lebah madu. “Manusia berperan sebagai pengembala, pemelihara dan pemanen dalam menghasilkan lebah madu,”kata Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Pof. Dr. Mochammad Junus dalam Pelatihan Manajemen Produksi dan Logistik Lebah Madu Tropika yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus Fakultas Peternakan IPB, Kampus Darmaga Bogor pada 8-9 Oktober 2019. Dalam pelatihan tersebut, dilangsungkan juga kunjungan lapangan di produsen madu Eureka Farm di kawasan Bojong, Bogor.

    Lebih jauh Junus menguraikan, untuk menjamin kelancaran sistem logisik lebah madu, juga diperlukan sumber finansial dan sumber informasi agar kegiatan perlebahan berjalan dengan baik. Semua kegiatan tersebut merupakan bahan masukan logistik lebah madu. Proses manajemen logistik lebah madu dilakukan dengan berbagai kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan dan tindak lanjut dari rencana yang sudah disusun. Semua rangkaian kegiatan tersebut harus dilakukan secara disiplin, sehingga kebutuhan konsumen akan madu dan aneka produk ikutannya dapat terpenuhi. Oleh karena itu, manajemen persediaan madu menjadi hal yang tak bisa ditawar. Tata kelola dalam pengaturan persediaan produk lebah madu yang dimiliki tersebut dilakukan mulai dari cara memperoleh produk lebah madu, penyimpanan, sampai digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, yang pada akhirnya berhubungan dengan segmen kegiatan yang lain.

    Tanggung jawab di dalam logistik lebah madu tidak berakhir ketika produk dikirimkan kepada pelanggan. Junus mengingatkan, faktor lain yang tak kalah pentingnya, yakni aktifitas yang berkaitan dengan perbaikan dan servis, sehingga perlu dikoordinasikan dengan aktivitas pembalikan logistik produk perlebahan lainnya. (agropustaka.id)

  • Manfaatkan Jangkrik sebagai Alternatif Pakan Kambing Etawah

    Fatatul Arifah, mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB) meneliti tentang performa dan profil mikroba rumen kambing peranakan etawah lepas sapih yang diberi ransum mengandung tepung jangkrik. Penelitian ini di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti dan Dr. Sri Suharti. Kambing peranakan etawah (PE) memiliki ukuran tubuh tidak terlalu besar, mudah beradaptasi, perawatan yang mudah, cepat berkembangbiak dengan daya reproduksi tinggi, efisien dalam mengubah pakan menjadi susu, jumlah anak per kelahiran sering lebih dari satu, calving interval pendek, dan pertumbuhan anak cepat. Kambing yang diambil susunya ini mengalami tingkat kematian anak kambing lepas sapih sekitar 15 persen – 20 persen. Selain itu, kambing ini kadang produktivitasnya rendah akibat kurang optimalnya pemberian pakan pada saat lepas sapih.

     Ketersediaan pakan yang tidak berkesinambungan serta rendahnya kualitas pakan menyebabkan kambing kekurangan asupan nutrien yang diperlukan untuk mencapai produktivitas optimal. Peningkatan produktivitas yang optimal perlu diupayakan dengan cara memenuhi kebutuhan gizinya. Masa kritis yang perlu memperhatikan kecukupan gizi adalah pertumbuhan lepas sapih, masa reproduksi, dan saat menyusui.

     Permasalahan lain yang dihadapi yaitu pakan dengan protein tinggi relatif mahal, sehingga dibutuhkan alternatif bahan pakan sumber protein lain. Tepung jangkrik merupakan alternatif pakan sumber protein (48,84 persen) yang dapat menggantikan bungkil kedelai. Jangkrik Kalung merupakan serangga yang memiliki daya reproduksi tinggi, mudah dipelihara, mengandung kadar protein dan lemak cukup tinggi. Jangkrik ini merupakan limbah dari induk-induk jangkrik afkir yang produksi telurnya sudah kurang dari 50 persen. Pemberian pakan yang mengandung protein tinggi bagi ternak tumbuh sangat diperlukan sekaligus akan mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama bakteri proteolitik dan juga aktivitas mikroba dalam rumen. Kambing lepas sapih memerlukan protein berkualitas di dalam ransumnya untuk menunjang pertumbuhan.

     Penelitian ini dilaksanakan pada November 2015 hingga Maret 2016 bertempat di Fakultas Peternakan IPB. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan empat ulangan sebagai kelompok berdasarkan bobot badan. Penelitian dilakukan selama lima bulan, menggunakan sebanyak 12 ekor kambing umur tiga bulan dengan rata-rata bobot badan 11.28 ± 0,33 kilogram. Perlakuan pada penelitian ini konsentrat mengandung sumber protein bungkil kedelai (P0), konsentrat mengandung 15 persen tepung jangkrik (P1), dan konsentrat mengandung 30 persen tepung jangkrik (P2). Semua ternak diberi 30 persen rumput Brachiaria humidicoladan 70 persen konsentrat.

     Hasil penelitian menunjukkan perlakuan ini tidak memberikan pengaruh konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar, pertambahan bobot badan mingguan, efisiensi pakan, populasi protozoa, bakteri total, bakteri proteolitik, dan total protein endapan. Perlakuan pemberian ransum mengandung 30 persen tepung jangkrik cenderung menurunkan populasi protozoa sebesar 8,16 persen. Perlakuan ini tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar, pertambahan bobot badan mingguan, efisiensi pakan, populasi protozoa, bakteri total, bakteri proteolitik, dan total protein endapan. Disimpulkan bahwa tepung jangkrik dapat menggantikan seluruh penggunaan bungkil kedelai dalam ransum tanpa mempengaruhi performa dan profil mikroba rumen kambing PE lepas sapih.(ipb.ac.id)

  • Manfaatkan Ulat Hongkong, Mahasiswa IPB University Teliti Metode Pengurai Styrofoam

    Di alam, kemasan plastik dan styrofoam sulit diurai. Penggunaan plastik dan styrofoam masih sangat tinggi, terutama di kota-kota besar di Indonesia.  Styrofoam merupakan jenis plastik yang paling berbahaya dan tidak ramah lingkungan.  Selain tidak ramah lingkungan karena sifatnya yang tidak dapat diurai sama sekali, proses produksi styrofoam sendiri menghasilkan limbah yang tidak sedikit.  Menurut Environmental Protection Agency (EPA), Indonesia termasuk sebagai penghasil limbah berbahaya kelima terbesar di dunia.

    Novica Febriyani, Fiona Salfadila dan Indri Destriany, tiga mahasiswa IPB University melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) 2019  mencoba meneliti penggunaan ulat hongkong sebagai agen biologis yang bisa mendegradasi styrofoam. Penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri dari ulat hongkong dari Indonesia yang bisa mendegradasi styrofoam ini dilakukan di bawah bimbingan Cahyo Budiman, SPt, MEng, PhD.

    “Berdasarkan penelitian ilmiah sebelumnya ditemukan mekanisme degradasi polystyrene menggunakan vektor biodegradasi yaitu ulat hongkong atau mealworms jenis Tenebrio molitor. Ulat hongkong tersebut telah terbukti mampu untuk mendegradasi polystyrene sebagai komponen penyusun styrofoam,” tutur Novica.

    Dalam penelitian tersebut, Novica menambahkan bahwa populasi mikroorganisme dalam perut ulat hongkong erat dengan lingkungan atau habitat ulat tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jenis mikroorganisme dalam ulat hongkong yang dikembangbiakkan di kondisi subtropis Tiongkok akan berbeda dengan ulat yang dibiakkan di kondisi wilayah tropis Indonesia. Itu juga yang mendorong kemungkinan adanya isolat bakteri baru dari ulat hongkong di Indonesia yang bisa mendegradasi polimer polystyrene.

    “Pada mulanya, ulat hongkong kami pelihara dengan diberi pakan tunggal styrofoam. Lalu bagian usus ulat hongkong tersebut kami jadikan sebagai Stok Larutan Ulat Hongkong (SLUH). Kemudian SLUH tersebut ditumbuhkan pada media agar yang sudah ditambahkan styrofoam. Setelah itu, bakteri yang didapatkan, diidentifikasi dan simpan dalam glycerol stock. Kandidat isolat yang diperoleh kemudian diberikan styrofoam yang telah ditentukan. Kemampuan isolat dalam mendegradasi styrofoam diuji dengan cara melihat permukaan Styrofoam dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM),” jelas Novica.

    Novica berharap, ke depannya mereka bisa mengaplikasikan ini pada skala yang lebih besar. Ia juga berencana dalam pengaplikasian bakteri pada limbah styrofoam ini bisa menghilangkan kesan jijik, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan oleh masyarakat luas (ipb.ac.id)

  • Mantan Dekan Fapet IPB, Prof. Soedarmadi Tutup Usia

    Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiuun. Berita duka menyelimuti Fakultas peternakan IPB menjelang akhir bulan Ramadhan 1437 H. Fakultas Peternakan IPB kehilangan salah satu Guru Besar dan tokoh yang menjadi panutan, yaitu Prof. Dr. Ir. Soedarmadi H, M.Sc. Almarhum wafat di Bogor pada hari Selasa, 28 Juni 2016 pukul 16.45 pada usia ke-75.

    Almarhum lahir di Kebumen, tanggal 12 Juni 1941,  Lulus sebagai Insinyur Peternakan dari Fakultas Peternakan IPB pada  tahun 1970. Untuk meningkatkan kompetensinya, almarhum  melanjutkan pendidikan strata Master di bidang agronomi dan Doktor di bidang astrologi dan fisiologi tanaman dari UPLB Philipines. Sebagai ilmuwan selanjutnya beliau berkarir di Fakultas Peternakan IPB, dengan spesialisasi Ilmu Agrostologi dan fisiologi tanaman. Almarhum diangkat menjadi Guru Besar dalam bidang agrostologi di Institut Pertanian Bogor.
     
    Almarhum menjabat sebagai Dekan Fakultas Peternakan IPB periode 2000-2004 dan pernah menjadi Rektor Universitas Jambi pada tahun 1994 – 1999. Saat menjabat di Universitas Jambi, banyak pembangunan sarana dan prasarana, diantaranya gedung fakultas peternakan, rumah kaca dan kebun percobaan fakultas pertanian, mini farm fakultas peternakan, laboratorium koimatologi dan sarana lainnya. di bawah kepemimpinan prof. Soedarmadi, Universitas jambi membuka program studi  Sosial Ekonomi Pertanian (agribisnis), Nutrisi dan Makanan Ternak, dan Produksi Ternak.
     
    Semoga almarhum diterima segala amal ibadahnya diampuni segala dosa dosa dan ditempatkan ditempat yang layak disisiNYA amin
     
    Selamat jalan Prof Darmadi.
  • Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru 2016

    Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor mengadakan kegiatan Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) tahun 2016, pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 27-28 Agustus 2016, pukul 07:00-15:30 WIB. Selama dua hari, mahasiswa baru Fakultas Peternakan IPB diperkenalkan dengan kehidupan kampus, civitas akademika Fapet IPB, fasilitas yang tersedia, dan banyak kegiatan lain yang bermanfaat bagi mahasiswa baru Fapet IPB.

    Pada hari pertama (27 Agustus 2016) mahasiswa baru berkumpul di auditorium Jannes Hummuntal Hutasoit, Fapet IPB. kegiatan diawali dengan sarapan bersama, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan MPKMB Fapet IPB, disusul dengan sambutan dari Dekan dan ketua panitia MPKMB. Pada pembukaan tersebut juga dinyanyikan lagu Mars Fapet, yang juga merupakan salah satu identitas Fapet.

    Acara dilanjutkan dengan presentasi dari Dekan Fapet IPB, yang memaparkan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan IPB. Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan menjelaskan tentang tata tertib kehidupan kampus yang harus dipatuhi oleh semua civitas akademika Fapet IPB. Hal hal yang berhubungan dengan Fakultas Peternakan disampaikan oleh Wakil Dekan bidang Sumberdaya, Kerjasama, dan pengembangan. Selain itu, Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc, sebagai salah satu dosen senior  memaparkan pelajaran yang berharga tentang motivasi menjadi mahasiswa Fapet. Mahasiswa Fapet, harus bangga dengan keilmuwannya, karena peternakan saat ini sangat penting bagi kehidupan manusia.

  • Masih Sering Keliru, Perbedaan Kambing dan Domba Sebenarnya Apa Saja?

    Perlu diketahui bersama bahwa di Indonesia, kadang sebagian orang masih sering keliru menyebut domba dengan kambing. Contohnya pada masa Idul Adha, masyarakat sering menyebut akan sembelih kambing, padahal yang akan disembelih adalah domba. Media massa juga kadang masih keliru memilih foto antara domba dan kambing dalam suatu berita. Sering ditemui juga bahwa restoran yang menyediakan sate kambing ternyata dari daging domba. Bahkan hampir dipastikan bahwa hampir semua restoran sate tersebut menggunakan daging domba.

    Muhamad Baihaqi, SPt, MSc, Dosen IPB University dari Fakultas Peternakan mengatakan terdapat dua hoax yang masih beredar di masyarakat. Pertama adalah perbedaan kambing dan domba yang sering keliru dan anggapan daging kambing dan domba berkolesterol tinggi.
    “Padahal di negara barat seperti Eropa dan Amerika, daging kambing disebut sebagai ‘the healthiest red meat’. Kandungan kolesterolnya jauh lebih rendah dibanding jenis daging lainnya seperti sapi dan ayam, namun proteinnya tinggi,” ujarnya.

    Selain itu, imbuhnya, kandungan asam lemaknya jauh lebih rendah dan kadar proteinnya masih tinggi. Daging kambing dan domba juga lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh dibanding protein nabati. Bahkan, di rumah sakit luar negeri disarankan diet bagi penderita jantung untuk mengkonsumsi daging kambing. Protein dari daging kambing dan domba dapat diserap oleh tubuh hingga 90 persen.

    “Keunggulan lainnya adalah kandungan antioksidan yang jarang diungkap oleh para dokter, yang justru menyarankan untuk menjauhi konsumsi daging kambing. Daging kambing memiliki kandungan bioaktif dan asam amino esensial yang baik untuk meningkatkan sistem imun tubuh,” tambahnya.

    Menurutnya, munculnya opini bahwa daging tinggi kolesterol sebenarnya diakibatkan dari pola masak yang kurang tepat. Pengolahan daging kambing biasanya diolah dengan tinggi lemak dan jeroan daripada porsi daging utuhnya. Selama porsinya sesuai dan pengolahannya tepat, daging kambing memang sehat bagi tubuh.

    “Perbedaan mendasar antara kambing dan domba adalah dari sisi genetiknya. Kambing dan domba memiliki jumlah kromosom yang berbeda. Kambing memiliki jumlah kromosom 60, sedangkan domba 54. keduanya merupakan spesies yang berbeda sehingga sampai saat ini keduanya tidak dapat dikawinkan,” jelasnya.

    Dari sisi morfologi yang mudah dikenali, lanjutnya, kambing berjenggot sedangkan domba tidak. Ekor kambing mengarah ke atas, sedangkan domba ke bawah. Dari bentuk dan ukuran tanduk juga berbeda. Umumnya tanduk domba lebih tebal dan menggulung ke dalam. Bibir domba bercelah sehingga dapat membantu saat merumput, sedangkan kambing tidak bercelah. Tidak semua domba juga memiliki jenis wool keriting, ada kambing yang juga memiliki jenis wool keriting.

    “Kambing biasa memakan daun dengan memanjat pohon, sedangkan perilaku makan domba adalah grazing atau merumput. Perbedaan perilaku lainnya adalah cara berkelahi kambing berdiri atau adu kaki, sedangkan domba berkelahi dengan adu kepala,” imbuhnya.

    Sementara itu, katanya, susu kambing memiliki struktur lemak lebih kecil sehingga lebih mudah dicerna daripada susu sapi dan domba. Sehingga susu kambing sangat baik bagi penderita penyakit paru-paru. Di dalam susunya juga memiliki zat aktif lebih tinggi daripada domba dan sapi (ipb.ac.id)

  • Mau Tau Lulusan Prodi Teknologi Produksi Ternak IPB University Bisa Jadi Apa Aja? Simak Info Berikut!

    Program Studi (Prodi) Teknologi Produksi Ternak (TPT) merupakan program pendidikan sarjana di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Penasaran apa saja yang akan dipelajari dan prospek karier lulusan dari prodi ini? Yuk kepoin Prodi Teknologi Produksi Ternak IPB University ini!

    Seperti Apa Kurikulumnya?
    Pendidikan yang dijalankan di Prodi Teknologi Produksi Ternak IPB University menerapkan kurikulum yang memuat asas kesejahteraan, kelestarian sumber daya genetik dan lingkungan. Prodi ini menekankan pada kemampuan menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu di bidang produksi ternak untuk kebutuhan masyarakat.

    Kompetensi lulusannya mampu merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan usaha peternakan, menguasai teknologi produksi dan pengelolaan limbah, serta mampu menangani dan mengolah hasil ternak.

    Apa saja yang dipelajari?
    Mahasiswa mempelajari dan mempraktikkan teknik penanganan ternak, cara memaksimalkan produktivitas ternak, hingga penggunaan teknologi peternakan modern. Tidak hanya di kelas, mahasiswa juga belajar langsung dengan peternak di kandang.

    “Kita bisa menyinkronkan antara teori yang kita pelajari selama kuliah dan keadaan di lapangan. Mahasiswa saling melengkapi dengan peternak. Peternak memberi informasi ke mahasiswa, mahasiswa memberikan masukan ke peternak berdasarkan teori dari ilmu yang telah dipelajari selama kuliah,” kata Wartini, mahasiswa TPT IPB University semester 8.

    Sebelum lulus, mahasiswa juga sudah disiapkan berpikir luas bagaimana membangun peternakan yang sebenarnya. Ini mulai dipelajari sejak semester 5 pada mata kuliah Desain Peternakan Ruminansia Pedaging. Di mata kuliah ini, mahasiswa dibagi ke beberapa kelompok sesuai komoditas peternakannya.

    “Misalnya, kelompok satu desain peternakan untuk sapi dengan populasi 1.000 ekor. Jadi kita buat desain kandangnya, letaknya di mana, terus kebutuhan pakannya berapa, dan proyeksi populasinya bagaimana,” ujar Wartini.

    Selain itu, di mata kuliah Peternakan Terpadu Tropika, mahasiswa TPT IPB University belajar bagaimana membangun Integrated Farming System atau sistem pertanian terpadu yang mengintegrasikan kegiatan pertanian, peternakan dan perikanan. Misalnya, dari ternak sapi kotorannya bisa digunakan untuk pupuk tanaman dan hasil tanamannya bisa dijual.

    Mahasiswa tidak hanya mempelajari produksi ternak. Dengan Kurikulum 2020 (K-2020), mahasiswa bisa mengambil mata kuliah lintas prodi, misalnya mempelajari ilmu tentang nutrisi dan hasil ternak melalui Supporting Course (SC). Dengan begitu, mahasiswa TPT bisa belajar peternakan dari hulu sampai hilir.

    Bagaimana Akreditasinya?
    Prodi ini telah terakreditasi nasional oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan internasional oleh The Accreditation Agency for Study Programmes in Engineering, Informatics, Natural Sciences, and Mathematics (ASIIN).

    Lulusannya Bisa Jadi Apa?
    Lapangan kerja lulusan Prodi TPT sangat luas. Lulusannya bisa menjadi wirausahawan yang fokus pada budi daya ternak, distribusi dan pemasaran ternak. Bisa juga bekerja di perusahaan swasta bagian pembibitan ternak, pengolahan hasil ternak, rumah pemotongan hewan, retail produk peternakan, karantina hewan, badan kajian analisis mutu, analis usaha peternakan, hingga jurnalis peternakan.

    Prospek kerja lulusan Prodi TPT juga terbuka di instansi pemerintah pusat maupun daerah yang mengurusi peternakan. Pilihan lainnya adalah menjadi dosen atau peneliti peternakan (ipb.ac.id)

  • Media Peternakan Berubah Namanya Menjadi Tropical Animal Science Journal

    Media Peternakan, Journal of animal Science and technology, yang telah berhasil diterima dan diindeks oleh Scopus mulai tanggal 24 Februari 2016 lalu berubah namanya menjadi Tropical Animal Science Journal (Trop. Anim. Sci. J.). Perubahan ini dilakukan dalam rangka mengembangkan dan memperluas distribusi serta meningkatkan visibilitas jurnal.

    Masih Seperti Media Peternakan, Jurnal Trop. Anim. Sci. J. juga diterbitkan tiga kali setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember oleh Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

    Edisi pertama Jurnal Trop. Anim. Sci. J. telah diterbitkan pada bulan April 2018 (Vol 41 No 1 2018), sedangkan edisi sebelumnya (hingga edisi 2017) akan tetap menggunakan Media Peternakan sebagai judulnya dan dapat diakses di situs web jurnal yang lama (http : //medpet.journal.ipb.ac.id/).

    Tropical Animal Science Journal telah diindeks dan diabstraksikan dalam produk Elsevier (Scopus, Reaxys), produk-produk Clarivate Analytics (Indeks Citation Indeks Emerging), Scimago Journal Rank, Indeks Citation ASEAN, DOAJ, CABI, EBSCO, Sains dan Teknologi Index (SINTA), Google Scholar, dan basis data ilmiah lainnya. Jurnal ini juga menggunakan Similarity Check untuk mencegah adanya plagiarisme yang dicurigai di dalam manuskrip.

    Tropical Animal Science Journal menerima manuskrip yang mencakup berbagai topik penelitian dalam ilmu hewan tropis: pembibitan dan genetika, reproduksi dan fisiologi, nutrisi, ilmu pakan, agrostologi, produk hewani, bioteknologi, perilaku, kesejahteraan, kesehatan, sistem pertanian ternak, socio- ekonomi, dan kebijakan.

  • Media Peternakan terdaftar di Scopus mulai edisi tahun 2010

    Berita membahagiakan dan membanggakan kembali hadir bagi seluruh civitas akademika IPB karena artikel-artikel Media Peternakan (MedPet), Journal of Animal Science and Technology, mulai edisi tahun 2010 telah terdaftar di SCOPUS. Sebagai informasi, MedPet berhasil diterima sebagai jurnal yang terindeks SCOPUS pada tanggal 24 Februari 2016. Sudah diketahui bersama bahwa SCOPUS adalah salah satu lembaga pengindeks jurnal internasional terbesar dan bereputasi saat ini. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada website SCOPUS

    Capaian prestasi MedPet ini dapat lebih mendorong publikasi hasil-hasil penelitian bidang peternakan Indonesia dan meningkatkan keterbacaannya di dunia internasional.

  • Melalui Fashion, Dr Maria Ulfah Edukasi Masyarakat Tentang Keanekaragaman Unggas dan Burung

    Dr Maria Ulfah adalah dosen di Fakultas Peternakan IPB University. Selain sebagai dosen, ia juga merintis usaha di bidang fashion yang dikombinasikan dengan keilmuwanya. Ada 2 dua brand yang diproduksinya yaitu GALLINACEOUS (tas kulit asli, batik, hijab, sajadah) dan COPSYCHUS (tas non kulit) di bawah manajemen GALLINACEOUS INDONESIA yang didirikannya.  GALLINACEOUS INDONESIA adalah rumah produksi dengan konsep memberdayakan masyarakat lokal dan mendukung pelestarian sumberdaya unggas, burung dan biodiversitas Indonesia.

    Dalam kesempatan wawancara dengannya beberapa waktu lalu, ia menerangkan bahwa awal perintisan GALLINACEOUS INDONESIA bukanlah untuk tujuan komersial, melainkan untuk dapat mengenalkan burung dan unggas asli Indonesia serta habitatnya ke masyarakat.
    “GALLINACEOUS INDONESIA berdiri pada tahun 2017 dengan modal awal hanya 5 juta rupiah. Pada awal berdirinya, GALLINACEOUS INDONESIA tidak ditujukan untuk komersial. Tujuan utama pendiriannya adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di sekitar yang pengangguran dan yang tidak punya pekerjaan tetap,” ungkapnya. 

    GALLINACEOUS berasal dari nama Latin yang artinya segala sesuatu yang menyerupai ayam sehingga semua produk yang diproduksi oleh GALLINACEOUS INDONESIA bertema unggas dan burung asli Indonesia serta habitatnya. Hal ini mendukung gerakan nyata yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang biodiversitas Indonesia melalui fashion.  “Melalui pengenalan filosofi setiap produk yang bertema burung dan unggas Indonesia, GALLINACEOUS INDONESIA juga mengajak masyarakat untuk mendukung program konservasi biodiversitas di Indonesia,” ungkapnya. 

    Dalam lima tahun berdirinya, GALLINACEOUS INDONESIA telah mengikuti berbagai pameran dan menjual produknya hingga ke berbagai negara. Pada tahun 2020, GALLINACEOUS INDONESIA meraih Juara 1 Lomba Video Promosi Produk. Pada tahun yang sama, ia juga mendapatkan penghargaan sebagai Wanita Pengusaha Ter-Inovatif dari Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).  

    Brand lokal asli Bogor dengan tema biodiversitas Indonesia ini dapat diakses melalui media sosial serta web GALLINACEOUS INDONESIA.  Selain itu masyarakat dapat membelinya melalui berbagai platform e-commerce (ipb.ac.id)

  • Melalui Yogurt, Alumnus IPB University Ini Memilih Jadi Socio-Entrepreneur

    Namanya Muhamad Arifin, alumnus IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet). Selama berkuliah, Arifin aktif sebagai anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Masjid Al Hurriyyah, anggota Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Peternakan dan berkesempatan mengikuti program pembinaan masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB University. Semasa kuliah, ia juga berkesempatan mendapatkan beasiswa Tanoto Foundation.

    Setelah menyelesaikan program Sarjana, Arifin meneruskan studi program Magister di IPB University dengan mengambil bidang studi Teknologi Hasil Ternak. Program Magister ia selesaikan dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.

    Setelah lulus, Arifin memutuskan bekerja di perusahaan selama dua tahun. Namun, ia memutuskan untuk menggeluti bisnis di bidang peternakan yaitu bisnis yogurt dengan nama brand Dairycious. Sebagai Co-founder, Arifin menjalankan usahanya bersama dua rekannya yaitu Edgina Borton, yang juga alumnus IPB University dari Departemen  Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) dan Tahfidz Syuriansyah.  

    Sejak usahanya berdiri pada tahun 2015 hingga kini pemasaran yogurt Dairycious telah menyebar di Jabodetabek, Banjarmasin dan Medan. Sementara, untuk reseller saat ini telah mencapai Lampung dan Yogyakarta. Sedikitnya ada 41 ritel yang sudah menjadi langganan penjualan yogurt Dairycious.

    “Secara rutin kami suplai ke modern market dan ritel di Jabodetabek, termasuk juga reseller-nya. Dalam satu bulan bisa mencapai delapan ribu bahkan sepuluh ribu cup terjual. Tergantung jumlah order dari marketnya,” terang Arifin.

    Dengan harga berkisar 12 ribu sampai 15 ribu per cup berukuran 140 gram, omset yang didapatkan sebesar 70 sampai 100 juta rupiah per bulan. Meskipun memiliki omset yang besar, Arifin dan rekannya menjalankan usaha dengan prinsip socio-entrepreneur. Dengan mengusung prinsip socio-entrepreneur itu, sedikitnya ada 10 peternak dan 6 warga setempat yang terlibat dalam mengembangkan usaha yogurt Dairycious.

    “Kami mengangkat tagline Fresh Milk from Local Farmer, maksudnya adalah susu yang kami pakai benar-benar bagus dan berkualitas. Dengan demikian, yogurt kami terbuat dari susu segar dan buahnya dari selai buah asli bukan flavour,” jelas Arifin.

    Lebih lanjut ia menerangkan, satu liter susu segar dibeli dari petani dengan harga Rp 7500 per liter. Harga ini lebih tinggi dari harga pembelian oleh koperasi maupun harga pasar.

    Ke depan, Arifin akan memberikan program pendampingan dan pelatihan bagi peternak sapi perah yang telah menjadi mitra. Upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian peternak terhadap produk susu yang dihasilkan supaya produk susu tersebut tetap berkualitas tinggi.

    Terkait socio-entrepreneur, Arifin berpesan kepada kaum milenial untuk terus meningkatkan kepedulian sosial diantaranya melalui aksi-aksi nyata socio-entrepreneur. “Bisnis memang bagus, tetapi jangan sampai hanya mementingkan diri sendiri. Alangkah baiknya apabila bisnis yang dijalankan bisa memberikan keuntungan dan manfaat bagi banyak orang,” tandasnya.

    Ia juga berpesan supaya generasi milenial dapat memperjuangkan cita-citanya dengan baik, karena cita-cita tanpa adanya realita hanya akan menjadi cerita dan mimpi-mimpi tanpa realisasi. 

  • Membidik Komoditas Baru Bernama Ulat Hongkong

    Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) yang didukung oleh Fakultas Peternakan IPB University menyelenggarakan Online Training, dengan mengangkat tema "Satwa Harapan, Ulat Hongkong", (27/6) dengan menggunakan aplikasi Zoom.

    Ketua Umum FLPI yang juga dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Prof Dr Luki Abdullah mengatakan kegiatan pelatihan ini sebagai wadah untuk sharing informasi yang berkaitan dengan satwa harapan yaitu Ulat Hongkong. Kegiatan ini juga sebagai incoming commodity untuk bisa dikembangkan dan ditingkatkan oleh pelaku usaha Ulat Hongkong di Indonesia dengan baik.

    "Harapannya ke depan, dapat membangun jejaring satu dengan yang lain, karena pelaku usaha Ulat Hongkong di Indonesia belum begitu banyak. Selain dibutuhkan modal dan pangsa pasar yang optimal, juga diperlukan keuletan dalam budidaya Ulat Hongkong. Sehingga peningkatan pengembangan usaha Ulat Hongkong ini dapat meningkat dengan maksimal," katanya.

    Sebagai narasumber training, Prof Dr Asnath Maria Fuah, dosen IPB University yang merupakan Guru Besar di Fakultas Peternakan  membahas tentang “Satwa Harapan, Pilihan Usaha Menjanjikan yang Efisiens”. Ulat Hongkong merupakan larva dari proses metamorfosis kumbang kecil (yaitu telur, larva, kepompong, dan kumbang). Nah, larva itulah yang disebut dengan Ulat Hongkong. Ulat Hongkong banyak digunakan sebagai pakan burung, ikan dan binatang peliharaan lainnya.

    "Keunggulan usaha satwa harapan yakni Ulat Hongkong adalah nilai ekonomi tinggi, siklus hidup pendek, relatif tahan dari penyakit, mudah beradaptasi dan ramah lingkungan, efisiens modal dan efisiens lahan dan ruang," ujarnya.

    Prof Asnath menambahkan, strategi budidaya satwa harapan (Ulat Hongkong) yang berkelanjutan yaitu ketersediaan pakan dan bibit secara cukup dan sustainable, kemudian penguatan kapasitas organisasi, sumberdaya manusia (SDM) dan kemitraan (pentahelix), pembenahan infrastruktur, sistem distribusi dan tataniaga, penguatan teknologi budidaya dan pasca panen dan kebijakan menyangkut regulasi tata ruang dan kawasan budidaya.

    Hadir juga pemateri lain yang juga dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Dr Yuni Endrawati Cahya, juga alumni Fakultas Peternakan IPB University sekaligus Founder PT Sugeng Jaya Group yang bergerak di bisnis ulat hongkong yakni Koes Hendra Agus Setiawan, SPt (ipb.ac.id)

  • Meminimalkan Risiko Turunnya Kualitas Produk Pakan

    Manajemen logistik yang sembarangan bisa mengakibatkan buruknya kualitas pakan yang diterima peternak. Turunnya kualitas pakan yang diproduksi dapat terjadi misalnya karena adanya kontaminasi mikrobia merugikan seperti kontaminasi salmonella, escericia colli, clostridia, listeria dan camphylobacter yang bisa berefek pada kejadian penyakit pada manusia (food borne disease) yang mengonsumsi daging atau telur ayam yang pakannya terkontaminasi mikroba merugikan tersebut.

    Untuk meminimalkan risiko itu, General Manager PT Charoen Pokphand Indonesia Istiadi dalam sebuah pelatihan tentang manajemen logistik pakan yang diselenggarakan di Kampus IPB Darmaga Bogor menjelaskan ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam hal manajemen logistik pakan ini. Acara diselienggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) di Kampus IPB Darmaga, pada 26-27 Maret 2019.

    Beberapa upaya yang disarankan Istiadi antara lain kemasan pakan yang dipakai harus higienis, selalu menjaga kebersihan truk atau sarana transportasi pakan yang lain, penerapan biosekuriti yang ketat antar lokasi produksi dan pergudangan pakan, senantiasa menjaga higiene dan sanitasi gudang, serta penerapan prinsip first in first out (FIFO) pakan. Pakan yang dikeluarkan atau dikirim ke konsumen adalah yang paling awal masuk gudang, bukan malahan sebaliknya. Selain menjaga agar tidak terjadi banyak risiko kontaminasi mikrobia merugikan, penerapan FIFO juga dimaksudkan untuk menjaga kesegaran produk pakan yang diterima konsumen.

    Sumber-sumber risiko munculnya kontaminasi harus dapat diidentifikasi sehingga dapat diminimalkan kemunculannya. Hal ini disebabkan sumber-sumber kontaminasi bisa berasal dari mana saja, seperti dari bahan baku pakan itu sendiri, gudang yang tidak bersih, atau sumber daya manusia yang menangani bahan baku yang tidak menjaga higiene dan sanitasi.

    Proses distribusi bahan baku pakan ke pabrik atau dalam proses produksi pakan juga dapat terjadi kontaminasi mikrobia berbahaya, yang berasal dari debu yang bertebangan, tikus, serangga, burung-burung liar ataupun hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. (livestockreview.com)

  • Menangkap Peluang Bisnis Satwa Harapan Ulat Hongkong

    Ulat hongkong atau dalam bahasa lain dikenal dengan Meal Worm atau Yellow Meal Worm merupakan salah satu jenis satwa harapan yang saat ini mudah ditemukan di berbagai toko-toko pakan burung, reptil dan ikan. Ulat yang berasal dari wilayah Mediterania itu kini sudah menyebar hampir ke seluruh dunia, dan banyak digunakan sebagai suplemen pakan hewan-hewan tersebut.

    Melihat potensi besar pengembangan ulat hongkong tersebut, peluang tersebut segera ditangkap oleh Founder PT Sugeng Jaya Group Koes Hendra Agus Setiawan, S.Pt. Tantangan bisnis ulat hongkong saat ini yakni,”kebutuhan ulat tepung di Jabodetabek saat ini mencapai 80 Ton/ bulan, dengan sistem distribusi yang masih belum efisien, sehingga menyebabkan kurangnya stok di pasaran,” kata Koes dalam pelatihan online tentang satwa harapan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada 27 Juni 2020 lalu melalui aplikasi daring.

    Target pasar ulat hongkong yang ia kembangkan adalah kicau mania, penghobi hewan eksotik, penghobi ikan hias, pemancing, dan penghobi hewan reptil. Selama masa pandemi covid-19, Koes mengatakan permintaan produk ulat tepung meningkat 100%, dan harga ulat segar melonjak dari rata-rata harga Rp 45.000 ke Rp 85.000, dengan peningkatan permintaan didominiasi oleh pengguna akhir.

    Salah satu kunci bisnis ulat hongkong adalah dalam hal manajemen pembibitan, yang harus dijaga suhu optimal pada 27-30 derajat celcius. Empat hal utama dalam manajemen pembibitan ini yakni adanya pakan ransum komplit, kontinuitas asupan air terjaga, tersedia media hidup, dan ukuran ulat bibitan dalam kotak harus seragam.

    Pakan ulat bibitan dibedakan dengan pakan ulat komersial berdasarkan kebutuhan nutriennya, dan diberikan secara teratur dan tepat waktu. Adapun sumber air, harus selalu tersedia karena ulat bibitan memerlukan kadar air yang cukup untuk bekal selama pupasi. “Perlu dilakukan adanya penyortiran ukuran ulat agar tercipta keseragaman ukuran. Kesegaran ukuran meminimalisir terjadinya dominasi, dan keseragaman waktu pupasi bisa tercapai,” jelas Koes.

    Ia menandaskan tentang kunci penting dalam berbisnis ulat hongkong, yakni,”tekun dan ulet menangani hewan kecil, peka terhadap cuaca dan respon ternak dan tahan banting,” kata Koes Hendra Agus Setiawan (livestockreview.com)

  • Mencermati Perubahan Paradigma di Era Industri 4.0

    Memasuk era industri 4.0, para pelaku usaha di bidang usaha pengolahan hasil ternak harus mencermati adanya berbagai perubahan paradigma yang ada. Tidak hanya dalam hal cara bekerja, keahlian, maupun cara konsumsi yang berubah, namun cara para pelaku industri dalam merancang, memproses, maupun memproduksi pun ikut berubah.

    Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian Iken Retnowulan dalam sebuah workshop tentang penerapan teknologi 4.0 pada rantai pasok industri olahan hasil ternak. Acara diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Baranangsiang Bogor pada 2 Mei 2019 lalu.

    Dalam pemaparannya, Iken menguraikan, hal-hal yang berubah itu yakni dari ‘merancang hanya untuk proses manufactur’ menjadi unconstrain design’ yang membawa konsekuensi pada optimasi desain algoritmik, co-creation bersama konsumen, material custom yang sesuai dengan permintaan, dan adanya kontrol simulasi.

    Perubahan berikutnya adalah dari ‘produksi massal’ berubah menjadi produksi yang bersifat fleksibel. Hal itu berdampak pada tahapan proses yang lebih sedikit, lead time lebih pendek, kebutuhan tooling dibatasi atau bahkan tidak perlu, pengurangan aset tidak bergeak, dan jumlah batch yang hanya satu buah.

    Perubahan lainnya yakni dari ‘rantai pasok global’ menjadi ‘supply unchained’ yang menyebabkan terjadinya rasio tinggi antara output produksi dengan ruang yang tak terpakai, serta produksi yang terdistribusi.

    Industri pengolahan hasil ternak yang menjadi salah satu penopang penting industri pangan harus pula berbenah dengan perubahan ini. Iken mengingatkan tentang lima teknologi kunci di industri 4.0 ini, yakni teknologi AR dan VR yang mudah digunakan, teknologi robot cerdas, pencetakan dimensi dimensi, teknologi kecerdasan buatan, dan internet of thing. Kelima teknologi itu harus disinergikan sehingga migrasi sebuah industri menuju 4.0 dapat berjalan dengan baik. (livestockreview.com)

     

     

  • Mencetak Butcher yang kompeten dan berdaya saing tinggi

    Profesi butcher di Indonesia belum banyak jumlahnya. Di RPH ada banyak jagal tetapi mereka belum bisa dikatakan sebagai butcher. Pemerintah Indonesia saat ini sedang menggalakkan berbagai pelatihan dan sertifikasi profesi butcher untuk melahirkan butcher-butcher baru yang kompeten dan bersertifikat.

    Atas hal itu, Kementerian Pertanian telah menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor Pertanian untuk bidang Pemotongan Daging (Butcher). Penyusunan SKKNI bidang Pemotongan Daging (Butcher) bertujuan untuk memberikan acuan baku tentang kriteria standar kompetensi kerja tenaga ahli Pemotong Daging berdasarkan topografi karkas (Butcher) bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rangka mewujudkan Butcher yang profesional dan kompeten.

    ”Kompetensi Kerja mempunyai arti sebagai kemampuan kerja seseorang yang dapat terobservasi, serta mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja seseorang dalam menyelesaikan suatu fungsi dan tugas atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ditetapkan," kata Staf Pengajar Fakultas Peternakan IPB Dr Ir Henny Nuraini, MSi dalam Pelatihan Butcher dan Sertifikasi Kompetensi bidang pemotongan daging (butcher) level yunior (SKKNI) yang berlangsung pada tanggal 18- 22 November dan 25- 27 November 2019 di Fakultas Peternakan IPB. Acara yang dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan BBPKH Cinaragara tersebut dimulai dengan beberapa materi penting, antara lain tentang penerapan K3, jaminana keamanan dan mutu produk serta higiene, dan kemudian dilanjutkan dengan materi dan praktek mengoperasikan pisau dan kebijakan mutu dari tim BBPKH.

    Henny menjelaskan, berdasarkan peta fungsi, jabatan Butcher diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) level yaitu Junior, Senior, Master. Masing-masing level tersebut mempunyai keterampilan dengan kompetensi berbeda yang sifatnya berjenjang dan harus lulus uji kompetensi pada level sebelumnya.

    Dengan adanya para butcher yang tersertifikasi, maka dapat dihasilkan tenaga-tenaga butcher profesional yang berkompeten, sehingga dapat memiliki daya saing yang tinggi dengan tenaga asing -yang diharapkan peluang kerja untuk profesi Butcher profesional di Indonesia dapat diisi oleh SDM dalam negeri. (majalahinfovet.com)

  • Mendesak, Penerapan Standar Kompetensi SDM Peternakan

    Seorang praktisi di industri peternakan sapi potong yang dibutuhkan, tidak hanya sekadar menguasai keilmuan peternakan, namun juga harus memiliki jiwa kewirausahaan, memiliki ketrampilan dan wawasan seputar regulasi pternakan.

    Sekjen Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI), Didiek Purwanto, dalam sebuah workshopyang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia di Bogor, Jumat, 13 April 2018, mengatakan, kelemahan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang peternakan Indonesia adalah kurangnya praktek di lapangan dan pengetahuan dasar tentang kehidupan sehari-hari di bidang peternakan. 

    Oleh karena itu, seorang SDM peternakan harus memiliki kompetensi di bidangnya, seperti di bidang pembibitan dan pembiakan, penggemukan, pemotongan dan pendistribusian produk daging. Tuntutan kompetensi meliputi antara lain, mengerti dasar pembibitan dan breeding, pemahaman teknologi pembibitan dan pembiakan, serta familiar atau terbiasa dengan tingkah laku ternak sapi (majalahinfovet.com)