News

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University jalin kerjasama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Provinsi Sumatera Barat. Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) ini disaksikan oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Dr. Ir. Audy Joinaldy, S.Pt., M.Sc., M.M., IPM, ASEAN.Eng dan berlangsung di kota Padang, Sumatera Barat, (17/6). 

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Provinsi Sumatera Barat, drh. Erinaldi, menyambut baik kerjasama yang melingkupi riset dan pengabdian kepada masyarakat ini. Ia juga berharap kerjasama ini dapat meningkatkan serta membina hubungan kelembagaan antara Fapet IPB dan Disnak Sumbar.

Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana memberikan apresiasi kepada pihak Disnak Provinsi Sumbar dan menjelaskan beberapa kesepakan kerjasama. Dr. Idat juga memaparkan ruang lingkup PKS antara lain meliputi peningkatan kapabilitas SDM bidang peternakan, pengembangan ternak unggas dan ruminansia (termasuk ayam D1), pengembangan program pendidikan, riset dan implementasi MBKM serta pengembangan kelembagaan UPTD Ternak Ruminansia dan UPTD Ternak Unggas, pengembangan laboratorium pakan dan perbibitan/perbenihan ternak.

Pada tahap awal, kolaborasi ini akan dimulai dengan pengembangan ayam IPB D1 di wilayah Sumatera Barat dengan melibatkan UPTD Ternak Unggas termasuk pendampingan manajemen budidaya dan pembuatan pakan berbasis bahan lokal. (Femmy/Sri Suharti).

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University sepakat menjalin kerjasama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP). Penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) ini berlangsung di Sijunjung, Sumatera Barat, (16/6) dan dihadiri oleh Wakil Bupati Sijunjung H. Iraddatillah, S.Pt. 

Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menjelaskan kerjasama yang terjalin antara lain meliputi bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) UNP, Dr. Yulkifli, M.Si menyambut baik kerjasama ini dan berharap memberi manfaat antara kedua belah pihak.

Fakultas Peternakan IPB akan mendampingi FMIPA UNP untuk pengembangan prodi Peternakan di Departemen Agroindustri FMIPA UNP. Prodi Peternakan ini tadinya merupakan salah satu prodi di STIPER Sijunjung yang kemudian pengelolaannya dialihkan ke FMIPA UNP khususnya Departemen Agroindustri. Kolaborasi yang akan dilakukan mencakup pendampingan akreditasi prodi, pendampingan pengajaran, implementasi MBKM, kegiatan penelitian dan publikasi serta pengembangan kewirausahaan peternakan.

Sebelum penadatangan MoA, acara di dahului oleh Kuliah Umum Dekan Fapet IPB, Dr. Idat G. Permana, dengan tema”Prospek Bisnis Peternakan di Indonesia”.

Kegiatan yang berlangsung di Sijunjung ini juga dihadiri Dekan dan Wakil Dekan  dari FMIPA UNP, dosen dan mahasiswa prodi Peternakan (eks Stiper Sijunjung)  dan para Wakil Dekan Fapet IPB yaitu Prof. Irma Isnafia Arief dan Dr. Sri Suharti. (Femmy/Sri Suharti)

Prof Ronny Rachman Noor, pakar genetika dan pemuliaan ternak dari IPB University memberikan penjelasan tentang uniknya ayam leher gundul. Ia menyebut, keberadaan ayam leher gundul ini memang cukup jarang. Hal ini karena umumnya dipengaruhi oleh  persepsi negatif masyarakat terhadap ayam ini sehingga jumlah ayam leher gundul sangat sedikit.

Dosen IPB University itu menerangkan, orang awam kalau melihat ayam leher gundul, langsung berpikir bahwa ayam tersebut sakit dan membuat takut.

“Masyarakat perlu mengetahui bahwa tidak ada kaitannya sama sekali antara ayam leher gundul dan penyakit. Tidak tumbuhnya bulu di leher dan juga terkadang di bagian tubuh merupakan fenomena genetik yang terkait dengan mutasi gen,” ujar Prof Ronny.

Prof Ronny melanjutkan, daging dan telur ayam leher gundul memiliki karakter normal seperti ayam pada umumnya. Ia juga menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu  khawatir untuk mengkonsumsinya. Bahkan, katanya, disamping memiliki ketahanan terhadap panas,  ayam gundul ini memiliki keunggulan seperti pertambahan bobot badan dan produksi telurnya lebih tinggi dibandingkan dengan ayam pada umumnya.

Terkait dengan fenomena tidak tumbuhnya bulu di bagian leher dan di bagian tubuh lainnya, Prof Ronny Rachman Noor menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian para pakar genetik terungkap bahwa fenomena ini disebabkan oleh mutasi gen.

"Tidak tumbuhnya bulu di leher dan di sebagian tubuh ayam ternyata disebabkan oleh mutasi gen yang dikenal sebagai naked neck mutation (Na). Mutasi gen Na ini terjadi karena adanya penyisipan basa sepanjang 180 pasang basa yang terintegrasi dengan gen yang mengkode protein yang dinamakan GDF7 (Growth Differentiation Factor 7) yang panjang  260 pasang basa,” ujarnya.

Guru Besar IPB University itu menjelaskan, mutasi genetik inilah yang  menyebabkan produksi berlebihan molekul penghambat tumbuhnya bulu. Molekul gen tersebut dikenal dengan BMP12. Dengan demikian, memunculkan fenomena tidak tumbuhnya bulu di bagian leher dan bagian tubuh lainnya.

Terkait asal usulnya, Prof Ronny menjelaskan bahwa keberadaan ayam leher gundul ini berdasarkan catatan tertulis yang pernah ada, mulai dikenal pada 200 BC. Berdasarkan catatan tersebut, ayam leher gundul dipelihara untuk keperluan daging dan telurnya.

Prof Ronny melanjutkan, mutasi gen yang menghasilkan ayam leher gundul diperkirakan terjadi ratusan tahun lalu. Mutasi gen tersebut terjadi pada ayam yang dipelihara di wilayah Rumania utara. Ia juga menyebut, ayam gundul ini kemudian dikembangkan di Belanda, Inggris dan Amerika.

“Hasil persilangan ayam-ayam leher gundul  dengan ayam asli Asia menghasilkan ayam gundul yang ada saat ini, yang pertumbuhan bobot badannya sangat cepat mencapai dua kali lipat jika dibandingkan dengan ayam lokal Asia,” ujar Prof Ronny.

Menurut Prof Ronny, dengan tidak tumbuhnya bulu di bagian leher dan bagian tubuh lainnya, ayam ini memiliki  kemampuan yang lebih baik dalam mengeluarkan panas tubuhnya. “Pada lingkungan yang panas dan lembab, ayam leher gundul memiliki keuntungan lebih dapat bertahan terhadap fluktuasi suhu lingkungan sehingga bisanya pertumbuhan akan lebih cepat jika dibandingkan dengan ayam yang tidak memiliki kemampuan fisiologis dan genetis seperti ayam biasa,” ujarnya.

Ia melanjutkan, ayam leher gundul ini sangat cocok untuk dipelihara dan dikembangkan  di wilayah yang suhu dan kelembabannya tinggi. Cara pemeliharaan dan pemberian pakan ayam leher gundul juga tidak ada bedanya dengan pemeliharaan ayam lokal pada umumnya.

Biasanya, kata Prof Ronny, pembudidaya perlu menyiapkan kandang untuk tempat bersarang dan lahan agar ayam dapat berkeliaran secara alami untuk mencari pakan tambahannya.

Menurutnya ayam leher gundul masih memiliki sifat mengeram sehingga tidak memerlukan mesin tetas.  “Mengingat kemampuan untuk bertahan di wilayah panas dan lembab, ayam gundul sangat cocok untuk dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia, karena disamping daya tahannya terhadap panas yang sangat baik, ayam ini tumbuh lebih cepat,” ujarnya

Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB University gelar webinar “Peran Teknologi Pakan di Era Society 5.0 terhadap Kualitas Hewan Ruminansia”, (29/5). Webinar ini menghadirkan Prof Nahrowi, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University sebagai pembicara.
 
Prof Nahrowi memberikan materi mengenai teknologi terkini dalam peningkatan kualitas nutrisi hasil samping agroindustri sebagai pakan ternak ruminansia.
 
Menurutnya, permasalahan terkini pada peternakan seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) harus dapat diselesaikan dengan teknologi pengolahan pakan yang baik.
 
"Beberapa fakta terkait bahan pakan lokal adalah teknologi produksinya masih tradisional, penanganan pakan pasca panen yang buruk serta kualitas dan harga bahan pakan lokal yang bervariasi," jelas Prof Nahrowi.
 
Menurut Prof Nahrowi, salah satu solusi mengatasi permasalahan pakan adalah dengan revitalisasi kemandirian bahan pakan lokal seperti jagung, onggok, bungkil inti sawit, rumput, lamtoro dan lain sebagainya.
 
“Revitalisasi pakan dengan melakukan pengelolaan pakan yang baik, difokuskan pada pengolahan dan penyimpanan pakan. Lalu diformulasikan agar menjadi bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak,” ungkapnya.
 
Ia menjelaskan, teknik peningkatan kualitas bahan pakan dapat berupa perlakuan fisik, perlakuan kimia, suplementasi dan perlakuan enzim.
 
“Penyakit Mulut dan Kuku tidak tahan asam. Apabila pakan dijadikan silase, PMK akan menjadi tidak aktif pada silase. Maka dari itu, produk silase dapat diterapkan untuk mencegah penyebaran PMK di Indonesia,” tandasnya (ipb.ac.id)