Peneliti IPB Kaji Pengaruh Frekuesi Pendinginan yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur Itik
Itik Alabio termasuk dalam jenis itik lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging. Sementara, itik Cihateup berpotensi sebagai penghasil telur. Kedua galur tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga diharapkan hasil persilangannya memiliki sifat unggul tetuanya untuk menjadi bibit itik pedaging.
Proses penetasan secara alami terjadi karena adanya transfer panas dari induk yang mengerami antara satu telur dan lainnya, hal tersebut diterapkan pada mesin tetas. Penetasan telur ayam dan telur itik dalam mesin tetas memiliki perbedaan. Telur ayam membutuhkan suhu yang konstan setiap hari sesuai dengan suhu ideal penetasan telur ayam, sedangkan pengelolaan penetasan pada telur itik lebih baik dilakukan pendinginan secara periodik untuk perkembangan embrio. Selain itu, lama pengeraman telur itik mencapai 28 hari, sedangkan pada ayam hanya mencapai 21 hari sehingga kemungkinan terjadi faktor gagal tetas lebih tinggi.
Tiga orang peneliti yang terdiri dari Rukmiasih, R. Afnan dan F. Darajah dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) meneliti pengaruh frekuensi pendinginan yang berbeda terhadap daya tetas telur itik persilangan Cihateup-Alabio.