News

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar Workshop on Forage Production and Processing yang kedua di Meeting Room B IPB International Convention Center (IICC), Bogor (11/7). Kegiatan ini menghadirkan narasumber ahli bidang peternakan, sertifikasi, dan standarisasi, yaitu Ir. Triastuti Andajani, M.Si., Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, M.S., Dr. Ir. Mansyur, M.Si., IPM, serta Sri Pudji Astuti, SE., M.Si. Workshop juga dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB University, Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan IPB University, Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt. M.Si., dan staf pengajar divisi  Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University. Workshop ini merupakan diskusi lanjutan dari Workshop on Forage Production and Processing yang pertama (27/6) dalam rangka mengembangkan standar dan sertifikasi kompetensi bidang hijauan pakan ternak.

    Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan IPB University, dalam sambutannya menekankan bahwa kegiatan workshop ini dapat dikembangkan selama tiga tahun ke depan. “Perjalanan dalam pembuatan SKKNI ini memang sangat panjang dan harapannya di tahun kedua nanti kita bisa mulai bergerak untuk sosialiasi, workshop secara nasional, dan menjadi entitas badan yang diakui. Lalu, di tahun ketiga sudah bisa untuk mulai melakukan sertifikasi. Program ini harus bisa goal dan menjadi leader dalam bidang hijauan pakan ternak”, jelas Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt. M.Si. 

    Ketua Divisi Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University, Prof. Dr. Ir. Panca Dewi MHKS, M.Si. mengharapkan sertifikasi hijauan pakan ternak dapat terwujud dan adanya pendanaan selama 3 tahun memberikan semangat untuk mewujudkan sertifikasi hijauan pakan ternak. 

    Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr turut hadir dan menjelaskan adanya beberapa pakar-pakar yang sangat berpengalaman dapat memberikan masukan-masukan untuk standar kompetensi yang akan dibuar. Dosen sekaligus Academic Leader dalam bidang pertanian itu juga mengatakan bahwa saat ini orang-orang yang bergerak di bidang hijauan pakan sudah banyak dan berharap adanya standarisasi hijauan pakan ternak. 

    Diskusi diawali oleh penyampaian materi oleh Sri Pudji Astuti, SE., M.Si. terkait dengan proses pembuatan SKKNI. “Pembuatan SKKNI ini menggunakan beberapa metode seperti riset atau penyusunan standar barum adaptasi dari standar internasional atau khusus, serta adopsi dari standar internasional atau standar khusus. Persiapan perumusan rancangan SKKNI dimulai dari penyiapan legalitas tim perumus, penyiapan referensi perumusan SKKNI, dan penyiapan area pekerjaan” jelas Sri yang juga menjabat sebagai Ketua Standarisasi Tim Kerja Standarisasi Kompetensi BBPSDMP Pertanian ini. 

    Selanjutnya, diskusi oleh narasumber dan juga peserta workshop membahas terkait dengan ruang lingkup yang akan dibahas dalam pembuatan SKKNI Pengelolaan Kebun Hijauan Pakan Ternak. Ruang lingkup tersebut meliputi pra produksi, produksi, panen, pasca panen dan pengolahan, serta bisnis dari hijauan pakan ternak. Diskusi dalam workshop ini juga menyepakati terkait dengan jabatan-jabatan yang ada di dalam rancangan SKKNI Pengelolaan Kebun Hijauan Pakan Ternak yaitu Manager Kebun Hijauan Pakan Ternak, Supervisor Hijauan Pakan Ternak, Operator Produksi dan Panen Hijauan Pakan Ternak serta Operator Pascapanen dan Pengolahan Hijauan Pakan Ternak. Sejumlah unit kompetensi telah dirumuskan dan akan dikembangkan di workshop berikutnya. 

    Acara ditutup dengan arahan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB University, Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.Si. “Harapannya, pembuatan sertifikasi ini dapat berjalan dengan lancar dan sertifikasi yang sudah jadi dapat diaplikasikan secara sederhana dan tidak membutuhkan dokumen yang sangat banyak” ungkapnya (Welas).

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar Workshop on Forage Production and Processing di Meeting Room C IPB International Convention Center, Bogor (27/6).Workshop dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.Si serta dimoderatori oleh Dr. rer.nat. Nur Rochmah Kumalasri, S.Pt, M.Si. Peserta workshop terdiri dari staf pengajar bidang Agrostologi Fapet dan staf pengajar dari Universitas Jambi dan mahasiwa pascasarjana Fapet terlihat aktif dalam sesi diskusi tanya jawab.

    Kegiatan ini menghadirkan beberapa narasumber yang memberikan materi sesuai keahliannya. Narasumber pertama yaitu Dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fapet Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, S.Pt., M.Sc.Agr. memaparkan materi dengan tema Konstruksi Ide, Perlukah Sertifikasi Kompetensi Bidang Hijauan Pakan. “Dalam menjalankan pengembangan hijauan perlu adanya standar yang sama, ersentase grassland by EURASTAT 2008 menunjukkan bahwa persentase pastura masih cukup tinggi di beberapa negara, hal ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan HPT sangat tinggi, Hijauan sudah bisa menggantikan penggunaan konsentrat, dan Penjualan hijauan pakan memerlukan standar” uraian Prof Luki.

    Selanjutnya narasumber dari HIPTI, AINI, ISPI yaitu Ir. Triastuti Andajani, M.Si yang saat ini menjabat sebagai Project Leader S2FRa-LSD (2023-2024) menjelaskan Standar Kompetensi Sarjana Peternakan (S.Pt) Dalam Penyediaan Hijauan Pakan. Beberapa hal utama yang disampaikan di sesi ini antara lain mengenai kompetensi yang dimiliki oleh calon sarjana peternakan (S.Pt), standar kompetensi dalam penyediaan HPT, dan SOP pembuatan hijauan pakan ternak. 

    Pemaparan selanjutnya disampaikan oleh Kepala Pusat Standardisasi Instrumen Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu Dr. drh. Agus Susanto, M.Si yang menjelaskan SNI pakan ruminansia, rencana pengembangan standar hijauan pakan ternak, dan roadmad SNI.”SNI pakan ruminansia masih sangat terbatas khususnya untuk SNI hijauan pakan sampai saat ini belum ada. Pada dasarnya, hijauan masih dalam tahap pengembangan di masyarakat sehingga belum cukup kuat urgensianya untuk diangkat menjadi SNI. Disamping itu, terdapat regulasi yang mengatur persyaratan mutu benih tanaman pakan ternak”jelasnya.

    Materi terakhir disampaikan oleh Drh. Eka Herissuparman, M.Si dari Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP Kementerian Pertanian mengenai pengembangan dokumen standardisasi kompetensi dalam pelatihan penyedia hijauan pakan ternak secara monokultur dan terintegrasi. (Nanda Nadhifa).

  • Fakultas Peternakan IPB mendapatkan hibah kandang tertutup (closed house) dari PT Charoen Phokphand Tbk, dengan  diawali penandatanganan perjanjian kerjasama antara PT. Charoen Phokpand Indonesia Tbk (CPI) dengan Fapet IPB (12/04). Perjanjian kerjasama yang dilakukan berupa Hibah Pendirian Kandang Tertutup (Close House) beserta perlengkapannya untuk ayam broiler di lokasi Laboratorium Lapangan Fapet IPB.

    Hadir dari PT.CPI  Andi Magdalena Siadari SH., MH, yang merupakan Sekjen Charoen Pokphand Foundation Indonesia sebagai penandatangan, dan pihak Fapet IPB dilakukan oleh Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Agr.Sc selaku Dekan Fapet IPB.

    Kandang Close house yang akan dibangun dalam rangka pengembangan teaching farm di Fakultas Peternakan IPB ini, seluas 14 m x 85 m dengan kapasitas 20.000 ekor ayam.  Adapun maksud dan tujuan pemberian hibah berdasarkan Perjanjian ini adalah untuk melengkapi sarana belajar mengajar di Fapet IPB dengan fasilitas berupa Kandang, yang akan digunakan sebagai Sarana penelitian dan pengembangan, Sarana praktik budidaya ayam, Media aplikasi ilmu pengetahuan, Arena belajar mengajar dan berbagi pengetahuan teknis, serta dapat digunakan juga sebagai Miniatur dunia usaha

    Andi Magdalena dalam sambutannya menyampaikan bahwa pemberian hibah close house ini diharapkan dapat menjadi sarana praktik budidaya dan usaha peternakan ayam broiler secara komersial serta memungkinkan pengembangan close house yang dapat dijadikan sarana penelitian dan pendidikan.

    Dekan Fapet IPB, menyampaikan harapannya agar Closed House tersebut dapat dimanfaatkan sebagai teaching farm untuk mendukung kegiatan akademik para mahasiswa dan juga dimanfaatkan sebagai usaha komersial untuk menunjang sumber dana program-program pengembangan fakultas.

    Perjanjian kerjasama yang ditandatangai ini mencakup dua hal yaitu Perjanian Pemberian Hibah Kandang dan Perjanjian Pengelolaan Kandang. Setelah ditandatangani kedua perjanjian tersebut, dilanjutkan dengan diskusi dan ramah tamah antara Tim CPI dan Fapet IPB terkait perencanaan realisasinya.

    Hadir juga dalam penandatanganan kerjasama ini Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si., Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Dr. Sri Suharti, S.Pt., M.Si, Ketua dan Sekretaris Departemen serta Dr. Rudi Afnan yang sudah menginisiasi kerjasama tersebut. (Sri Suharti)

  • Fakultas Peternakan IPB mendapatkan kunjungan kerja dari Pansus Pengelolaan Sapi DPRD Bali, yang diketuai oleh I Nyoman Parta, SH, pada hari Rabu, 12 Juli 2017. Kunjungan kerja tersebut diterima oleh para profesor dan pakar di bidang peternakan dari Fakultas Peternakan IPB, diantaranya Dr. Ir Rudy Priyanto , Dr. Ir Asnath Maria Fuah, MS, Prof. I Komang G. Wiryawan, Dr. Ir. Asep Sudarman., M.RurSc., Prof. Dr. Dewi A Astuti, Dr. Jakaria, S.Pt, M.Si, dan Dr. Rudi Afnan, S.Pt., MSc. Agr. 

    I Nyoman Parta, selaku ketua Pansus menyampaikan bahwa tujuan pembentukan Perda Pengelolaan Sapi adalah pelestarian dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat peternak sapi. Di satu sisi daging sapi bali bahkan tidak mau diterima oleh hotel-hotel di Bali sendiri. Hal ini sangat ironis dengan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh sapi bali. Menurutnya, sapi bali bisa melahirkan sampai 13 kali dibandingkan sapi luar negeri yang hanya mampu sampai 3 - 4 kali saja melahirkan. "Padahal sapi bali banyak memiliki kelebihan seperti bisa hidup disemua daerah dan dagingnya sangat padat dan empuk," lanjutnya. 

    Para profesor dan pakar IPB menyarankan agar sapi bali diberikan suplemen tambahan untuk menambah kualitas dagingnya. Makanya di Bali perlu juga didirikan atau diadakan pabrik pakan ternak. "Pembibitan sapi bali tidak bisa diserahkan ke petani dan harus diambilalih oleh pemerintah atau pihak swasta," saran salah seorang profesor. Ditambahkan, bibit sapi masih murni harus dijual mahal dengan kualitas yang bagus dan unggul.  Selain itu, Ada 3 hal pokok yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sapi yaitu penggemukan, pembiakan dan pembibitan.

  • Fakultas Peternakan IPB menyelenggarakan training pengembangan staf dengan tema "Metode Pengukuran Pencapaian Karakter Entrepreneurship". Training yang diadakan pada hari Kamis, tanggal 25 Agustus 20016 ini menghadirkan pembicara: Dr. Ir. Aji Hermawan, MM (Kasubdit Akselerasi Inovasi IPB).  Training tersebut diselenggarakan pada pukul 09:00 - 16:00, bertempat di ruang sidang Fakultas Peternakan IPB.

    Training dihadiri oleh staf dosen dari dua departemen yang ada di Fapet IPB, yaitu dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan dan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Training ini bertujuan untuk Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam penggunaan metode pengukuran pencapaian karakter entrepreneurship, yang saat ini sangat dibutuhkan. Pengetahuan ini diharapkan dapat digunakan dalam kegiatan pengajaran dengan karakter kewirausahaan di Fakultas Peternakan IPB.

  • rof. Bastian Kemp., Department of Animal Science, Wageningen University - See more at: http://isai.fapet.ipb.ac.id/Seminar/invited-speakers#sthash.T3Ax2pzp.dpuf

    Fakultas Peternakan IPB kembali menggelar International Seminar on Animal Industry (ISAI). Acara ilmiah yang ditempatkan di IPB International Convention center Bogor ini bertema “Sustainable Animal Production for Better Human Walfare and Environment”. Seminar yang digelar selama dua hari dari tanggal 17 – 18 September ini mendatangkan pembicara dari sejumlah negara, Diantaranya Prof Wayne Pitchford dari University of Adelaide, Prof. Bastian Kemp dari Wageningen University, dan lain lain.

    ISAI adalah forum khusus yang dapat digunakan sebagai ajang pertukaran informasi, pembahasan masalah produksi ternak dan kesempatan untuk menyajikan presentasi ilmiah dan teknis dalam ilmu peternakan. Seminar ini akan menyediakan sarana untuk memperkuat kerjasama antara ilmuwan internasional dan lembaga-lembaga terkait .

    ISAI merupakan pertemuan tiga tahunan yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. ISAI pertama diselenggarakan di Bogor pada tahun 2009, seminar kedua diselenggarakan di Jakarta 2012.

  • Pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini masih terus berlangsung dan telah banyak menimbulkan dampak serius pada kesehatan dan keselamatan. Sebagian besar kegiatan di Fakultas Peternakan IPB dilakukan secara non tatap muka (work from home/ WHF), tetapi beberapa kegiatan/pekerjaan tetap dilakukan secara tatap muka dan memerlukan kehadiran di tempat kerja (kampus).

    Untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran tenaga kependidikan dan mahasiswa yang bekerja di kampus baik di dalam ruangan, laboratorium, atau lapangan,  Fakultas Peternakan IPB menyelenggarakan acara seminar online dengan tema “Tema : Tips Bekerja Sehat dan Aman di Masa Pandemi Covid-19” (Rabu, 24/02/2021).

    Hadir sebagai narasumber,  dr. Siti Robiah Mubarokah (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bogor), dan selaku moderator Iyep Komala, S.Pt, M.Si.

    Dr. Siti menyebutkan bahwa Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang penularannya dapat melalui : Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin, kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan, atau menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya dan kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan.   Beberapa beberapa hal yang patut diwaspadai yang dapat menjadi titik lengah dalam penyebaran Covid-19 diantaranya : kegiatan nongkrong/makan bareng, penggunaan lift (dalam jumlah banyak), Selfie/Foto grup, Rapat/kerja bareng, Asrama, kumpul keluarga besar, dalam satu kendaraan, antrean, dan toilet/tempat wudlu umum. Gejala klinis yang biasanya terjadi adalah, batuk-pilek, demam, letih-lesu, sakit tenggorokan dan gangguan pernapasan. Gejala lainnya yang pernah dilaporkan terjadi adalah : gangguan penciuman, gangguan pengecap, gaal-gatal, sakit kepala, gangguan pencernaan, diare, mual, mudah lelah, sariawan, dan sakit gigi.

    Kabar baiknya, saat ini vaksin Covid-19 sudah tersedia. Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya yang dinilai paling efektif untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung, dan diharapkan dapat mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas lagi.

  • Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) turut mempelopori berdirinya organisasi Asosiasi Dewan Editor Indonesia (ADEI). Acara launching Kongres Asosiasi Dewan Editor Indonesia I (ADEI) dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak, Bogor (26/1). Peresmian dilakukan oleh Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI, Prof.Sanjuga.

    ADEI akan menjadi perwakilan resmi Council of Asian Science Editors (CASE) di Indonesia dalam mengelola jurnal dan manuskrip. CASE merupakan asosiasi dewan editor jurnal tingkat regional Asia yang berpusat di Korea Selatan, bertujuan meningkatkan kualitas jurnal yang diterbitkan di Asia untuk berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan manusia.

    ADEI adalah organisasi non-pemerintah, non-partisan dan non-profit. Sebagai wadah berkumpulnya para dewan editor jurnal ilmiah nasional di Indonesia. Organisasi ini memiliki visi untuk menjadi organisasi yang berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di Indonesia. Organisasi ini memiliki misi untuk meningkatkan kualitas dan keterbacaan jurnal Indonesia, serta mempromosikan ke tingkat internasional.

    Ketua ADEI yang juga Guru Besar Fapet IPB, Prof. Dr. Komang G Wiryawan, menyampaikan terbentuknya ADEI diharapkan dapat mewadahi kerja sama, komunikasi dan informasi antar anggota maupun organisasi profesi lain pada tingkat nasional, regional dan internasional. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas jurnal ilmiah Indonesia dengan berbagi informasi dan konsultasi tentang editing dan publikasi; melakukan pembinaan guna menjaga kualitas jurnal ilmiah di Indonesia; mengupayakan keterbacaan jurnal Indonesia di tingkat nasional, regional dan internasional.

    “ADEI akan menjadi tuan rumah untuk kegiatan The 5th Asian Science Editor Conference and Workshop bekerja sama dengan Asia Pacific Association of Medical Journal Editors (APAME) pada tanggal 18-19 Juli 2018. Akan dihadiri oleh sekira 250 peserta dari Dewan Editor di Asia Pasifik. Kami berharap ADEI dapat menjadi mitra pemerintah dan ke depan hasil kongres dapat menjadi pondasi yang baik,” ujar Prof Komang.

    Peserta kongres merupakan perwakilan editor di bawah naungan perguruan tinggi, himpunan dan asosiasi profesi, badan litbang pertanian, badan litbang kesehatan, dan LIPI yang berasal dari berbagai bidang ilmu, antara lain kesehatan, pertanian, teknik, bahasa, seni, budaya dan lain-lain yang jumlahnya 60 jurnal baik dari Jawa maupun luar Jawa.

    Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Kajian Strategis IPB, Prof. Dr. Hermanto Siregar menyampaikan dukungan IPB terhadap organisasi ini. Sementara, Kepala Pusat Litbang Peternakan (Puslitbangnak), Dr. Atien Priyanti Sudarjo Putri menyambut gembira adanya ADEI. “Sebagai peneliti, saya bergembira dan sangat bangga, kantor Puslitbangnak akan tercatat dalam sejarah sebagai tempat kongres pertama ADEI,” ujarnya.(ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan IPB University kembali mengadakan pelatihan daring bisnis rantai pasok peternakan. Kegiatan yang dilaksanakan pada 21/5 ini bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Pelatihan ini merupakan seri kedua yang digelar dan didukung oleh Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI). Kali ini membahas tentang manajemen rantai dingin produk peternakan (cold chain system).

    Hadir sebagai pembicara, Irene Natasha, praktisi di bidang manajemen produk khususnya rantai dingin produk dari ARPI. Irene adalah Direktur Komersil dan Operasional di PT Adib Cold Logistics. Hari sebelumnya pelatihan diisi oleh Dr Epi Taufik, dosen IPB University yang merupakan pakar teknologi hasil ternak dari Fakultas Peternakan (Fapet) dengan bahasan konsep rantai dingin produk peternakan.  

    Kegiatan dibuka oleh Zaenab selaku moderator kegiatan. Menurutnya, di tengah masa pandemi ini Fapet akan rutin melakukan kegiatan. Salah satu agenda yang akan dilakukan secara rutin adalah pelatihan dan diskusi online bersama FLPI.

    Pelatihan dilakukan dengan metode diskusi dimana peserta bebas untuk bertanya dan membahas materi selama waktu pelatihan. Materi yang dibahas adalah pengetahuan umum terkait cold chain system, jenis-jenis gudang penyimpanan, dan metode inventaris produk. Selain itu juga dibahas materi tentang sistem manajemen warehouse, peralatan gudang berpendingin, dan jaringan distribusi.

    Irene menyebutkan bahwa bisnis rantai dingin produk mulai berkembang di masa pandemi. Hal ini dampak dari penurunan permintaan produk pangan, sehingga produk harus disimpan agar kualitasnya bisa lebih tahan lama. Salah satu solusi penanganannya adalah menerapkan manjemen rantai dingin untuk produk-produk pangan.

    “Potensi peningkatan kebutuhan cold chain di Indonesia meningkat di masa pandemi. Pemerintah berusaha menjaga pasar pertanian agar stok pangan tetap terjaga. Selain itu produk unggas dan daging sapi juga memerlukan penanganan produk agar bisa tahan lama di penyimpanan. Sektor perikanan juga memerlukan peningkatan jasa rantai pendingin,” tambah Irene.

    Menurutnya, saat ini di Indonesia paling banyak memakai jenis moda transportasi jalur darat dan laut dalam jasa cold chain logistic. Jalur udara fasilitasnya masih belum optimal, khususnya saat proses pemindahan barang di bandara. Meskipun begitu pemerintah sudah menjamin mobilitas dari moda logistik pangan tidak dibatasi selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

    “Tujuan utama manajemen logistik rantai dingin adalah agar produk bisa terjaga kualitasnya hingga ke tangan konsumen. Di tengah pandemi, ketersediaan pangan harus tetap terjaga dengan baik,” ujarnya.

    Diskusi berjalan dengan baik, peserta antusias merespon materi yang disampaikan dalam bentuk presentasi tulisan, gambar dan vidio. Beberapa pertanyaan yang sering muncul adalah terkait teknis penyimpanan produk di pendingin dan potensi penggunaan jasa cold chain logistic selama masa pandemi (ipb.ac.id)

  • Manajemen produk pangan menjadi hal yang penting di tengah masa pandemi. Pola manajemen dari produksi hingga pemasaran harus disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini. Perlu adanya penyesuaian baru, khususnya produk peternakan seperti daging. Merespon hal ini, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan pelatihan daring untuk membahas manajemen produk peternakan di tengah masa pandemi. Kegiatan webinar bertajuk “Manajemen Rantai Pasok Produk Hasil Ternak di Masa Pandemi COVID-19” (20/5) melalui aplikasi Zoom ini terselenggara berkat kerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Forum ini merupakan perkumpulan dari praktisi dan akademisi yang bergerak di bidang manajemen dan logistik peternakan.

    Dalam sambutannya, Prof Luki Abdullah, selaku Ketua FLPI sekaligus pakar dan dosen Fapet IPB University, makanan dengan sajian awet, jauh lebih memiliki nilai fungsional yang tinggi dalam situsi pandemi. Sehingga pola rantai pasok komoditas peternakan harus ikut menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

    “Dalam empat hingga lima bulan ke depan, kita akan mengalami perubahan dalam food system khususnya di bidang peternakan. Hal ini untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. Atas nama FLPI saya ucapkan terimakasih telah meluangkan waktu dan selamat berdiskusi,” tambah Prof Luki, sekaligus membuka kegiatan pelatihan.

    Hadir sebagai pemateri adalah Dr Epi Taufik, dosen IPB University yang merupakan pakar Teknologi Hasil Ternak dari Fapet. Dr Epi membahas tentang logistik rantai dingin produk hasil ternak. Pada awal diskusi, materi yang disampaikan adalah terkait isu pangan di masa pandemi.

    Menurutnya isu penting dalam industri pangan dan rantai pasok pangan akibat pandemi adalah masalah ketahanan pangan dan keamanan pangan. Masyarakat harus melindungi dirinya agar imunitas dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan mengkonsumsi makanan yang cukup. Dalam hal ini pemerintah harus menjamin pasokan pangan tetap mengalir.

    “Pasokan pangan harus berjalan dengan memprioritaskan jaminan, agar semua pihak yang terlibat dalam produksi dan distribusi pangan serta produknya dapat tetap berjalan. Hal ini harus ditunjang dengan kesehatan dan keamanan setiap stakeholder terlindungi,” lanjut Dr Epi.

    Pelatihan dibagi dalam dua sesi utama, yaitu penyampaian materi dan diskusi tanya jawab bersama peserta. Pada sesi kedua, peserta antusias menanyakan berbagai hal pada pemateri. Masalah operasional dan gangguan akibat COVID-19 pada rantai pasok makanan menjadi topik yang banyak didiskusikan.

    Dr Epi kembali menjelaskan bahwa masalah pergudangan, terutama barang yang menumpuk di gudang adalah hal serius yang terjadi. Selain itu banyak bahan baku yang dipasok dari luar negeri, saat akses dibatasi, sulit untuk mendapatkan bahan baku. Hal ini menyebabkan rantai pasok terganggu.

    Di akhir diskusi Dr Epi berpesan bahwa dalam situasi ini semua pihak harus bahu membahu untuk menemukan pendekatan dan solusi yang tepat. Tantangan sistem pasok di era normal yang baru membutuhkan tekonologi dan inovasi. Hal ini adalah tugas semua pihak bukan hanya satu atau dua pihak saja (ipb.ac.id)

  • Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (HANTER) IPB University melalui Divisi Humas, Sosial dan Beasiswa setiap tahunnya memberikan donasi berupa sembako gratis untuk tenaga kependidikan (tendik) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University dan donasi kepada anak yatim. Tidak hanya itu HANTER IPB University juga memberikan bantuan berupa beasiswa dan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan bagi mahasiswa Fapet IPB University.

    Dalam kondisi wabah COVID-19 ini, HANTER IPB University tetap memberikan donasi untuk mahasiswa Fapet IPB University yang karena kendala tertentu tidak bisa pulang ke kampung halaman saat IPB menerapkan partially closed down.  Donasi dikumpulkan atas kerjasama antara HANTER IPB University dan Fapet IPB
     University.

    Paket donasi diberikan kepada 110 mahasiswa Sarjana (S1) dan 50 mahasiswa Pascasarjana (S2). Tidak hanya itu, donasi juga diberikan kepada staf keamanan di lingkungan IPB University dan tenaga keamanan di komplek perumahan yang lokasinya tak jauh dari kampus Dramaga seperti kompleks Perumahan Dramaga Cantik.

  • Fakultas Peternakan IPB University bersama Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) kembali mengadakan pelatihan daring pada hari 13/5. Pelatihan ini dibagi menjadi dua seri dan dilakukan selama dua hari masa pelatihan. Topik yang diangkat adalah “Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Sapi Potong".

    Pada hari pertama, fokus materi membahas tentang kaidah dan praktik kesejahteraan hewan pada rantai pasok sapi potong di Indonesia dan Australia. Hadir sebagai pemateri adalah drh Helen Fadma, alumni IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) yang saat ini berpkiprah sebagai Livestock Service Manager untuk Indonesia di perusahaan Meat and Livestock Australia. Selanjutnya, juga hadir Yudhistira Pratama, SPt dan drh Neny Santy Jelita sebagai pemateri dari FLPI.

    Pelatihan yang terbatas untuk 40 orang peserta ini membahas secara umum praktik-praktik kesejahteraan hewan di Australia dan Indonesia. Selain membahas hal-hal teknis, peserta juga diajak untuk membahas terkait regulasi dan peraturan terkait kesejahteraan hewan.

    Dr Helen manyampaikan bahwa penanganan hewan yang baik adalah syarat kesejahteraan hewan yang baik. Industri peternakan harus menjamin kesejahteraan hewan ternak, meliputi bebas dari lapar dan haus, rasa tidak nyaman, dan tidak cidera. Selain itu, hewan ternak juga harus bebas dari rasa takut dan tertekan, serta leluasa untuk menampilkan perilaku alaminya.

    “Indonesia merupakan negara importir daging sapi terbesar dari Australia. Sapi yang diimpor bukan hanya dalam bentuk daging, tapi masih hidup. Sehingga kesejahteraan sapi harus dijaga selama proses penanganan hewan ternak dari  pengiriman hingga penyembelihan hewan,” ujar Helen.

    Menurutnya, kesejahteraan hewan ternak yang paling riskan adalah saat proses pemindahan. Proses ini biasa menggunakan transportasi darat dan transportasi laut yang membuat sapi sering stres. Salain itu, kandang penampungan sementara juga harus disiapkan sesuai standar yang sudah ditetapkan. Paling banyak ditemui adalah lantai yang tidak datar, sehingga sapi merasa tidak nyaman.

  • Ulat sutra identik dengan kokon yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku tekstil. Tapi, ternyata kokon ulat sutra juga dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik untuk perawatan kulit.

    Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Prof Dr Sumiati mengaku penasaran dengan kokon ulat sutra yang bisa mempercantik kulit. "Saya juga penasaran dengan kokon ulat sutra ini, kok bisa membuat kita cantik. Mudah-mudahan dengan webinar ini kita bisa mengulik lebih dalam tentang manfaat kokon ulat sutra bagi kecantikan," paparnya ketika membuka Webinar Series 1 yang bertajuk "Tetap Cantik dengan Kokon Ulat Sutra di Masa Pandemik COVID-19",  Kamis (4/6).

    Terkait manfaatnya di bidang kosmetik, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Dr Yuni Cahya Endarwati menjelaskan kokon ulat sutra memiliki komponen protein serisin. Lebih lanjut ia menjelaskan, komponen serisin mempunyai senyawa antioksidan yang bagus baik untuk makanan maupun kosmetik.

    "Komponen serisin ini dikatakan hampir sama dengan kulit manusia. Kemampuannya seperti asam amino yang sama dengan presentase dan komposisi yang sama. Serisin ini juga membantu transepidermal water loss dari kulit, hampir sampai 85 persen sehingga dapat menjaga kelembaban kulit," imbuhnya.

    Selain itu, serisin juga memiliki kandungan nutrisi yang baik dan bersifat edibel sehingga bisa langsung bisa dimanfaatkan maupun sebagai bahan komposit. Komponen serisin juga bisa sebagai koagulan. Sifat koagulan tersebut dimanfaatkan sebagai purifikasi air dan bisa dimanfaatkan sebagai pembersih muka dari kotoran yang menempel. Di samping itu, kokon ulat sutra juga berfungsi sebagai pelindung ultraviolet maupun senyawa kimia lainnya.

    "Secara alamiah, kokon ini berfungsi sebagai pelindung pupa. Di alam bebas sana, stres dan cekamannya sangat banyak, mulai dari lingkungan maupun musuh yang dapat merusak kokon," papar Dr Yuni.  

    Secara khusus, kokon ulat sutra yang sudah diteliti dan bisa digunakan untuk kosmetik adalah kokon ulat sutra murbei (Bombix mori).

    Pemakaian kokon ulat sutra untuk perawatan kulit yang mudah yaitu dengan merendam kokon selama 5-10 menit di dalam air panas, lalu kokon diletakkan di ujung jari, kemudian digunakan untuk memijat area wajah secara lembut selama 10-15 menit.

    "Kalau perawatan, kita tidak bisa langsung mendapatkan hasilnya. Tidak bisa setelah pemakaian pertama kulitnya langsung kinclong, perlu waktu paling tidak tiga bulan, tergantung perawatan dan jenis kulitnya," jelas Dr Yuni.

    Pakar ulat sutra itu juga menjelaskan, untuk aplikasi optimal, ekstrak protein kokon dapat ditambahkan ke dalam cream, sabun, tonik, serum, masker maupun face mist.

    Sementara, dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Fitria Agustina, SpKK, FINSDV menjelaskan kulit yang sehat dicirikan dengan kulit yang tampak bercahaya, warna kulit merata, terasa kenyal dan halus ketika diraba, dan bebas flek hitam maupun jerawat.  

    "Kulit yang sehat dapat didapatkan dengan memakai kosmetik yang tepat untuk melindungi kulit, asupan nutrisi yang baik dan seimbang, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin setiap hari sehingga nutrisi dapat terserap optimal ke dalam jaringan kulit,  dan tentunya harus bahagia karena bahagia dapat memicu hormon yang baik bagi kesehatan," pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University sepakat menjalin kerja sama dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran (UNPAD). Penandatanganan perjanjian kerja sama ini berlangsung di Ruang Sidang Fapet, Kampus IPB Dramaga, Bogor (7/8). 

    “Unpad ini wilayahnya dekat dengan IPB, kita satu provinsi. Tujuan kita sama ke depan, yaitu saling bekerjasama terkait dengan akademik, baik untuk memfasilitasi mahasiswa credit earning ataupun mengikuti program magang” ujar Dekan Fapet IPB University, Dr Idat Galih Permana. Dalam sambutannya, Dr Idat juga juga mengungkapkan tidak menutup kemungkinan juga untuk inisiasi riset kerjasama anatr perguruan tinggi. “Walaupun dari sisi jumlah Dosen & mahasiswakita paling sedikit di IPB, Tapi kegiatan riset kita cukup tinggi di IPB. Selain MBKM, Kita bisa sharing pertukaran mahsiswa, dengan tema-tema khusus, misalnya teknologi 4.0,” tambahnya.

    Dekan Fakultas Peternakan UNPAD, Dr. Ir. Rahmat Hidayat, S.Pt., M.Si.,  turut menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah mengemban satu misi, yaitu kolaborasi bidang pendidikan, riset dan ke depan direncanakan publikasi. “Di kami ada Pusat Studi, semua Dosen harus masuk ke kelompok riset dengan masing-masing komoditas di dalamnya, misalnya komoditas perah” jelasnya seraya menambahkan setiap kelompok riset harus punya mitra baik luar negeri maupun dalam negeri dan hal tersebut bisa dijadikan peluang untuk berkolaborasi. “Kita bisa laksanakan riset bersama ada road mapnya dan target publikasinya”tandasnya.

    Kedua belah pihak juga berharap dengan adanya hubungan historis antara Fapet IPB dengan Unpad akan terjalin kerjasama yang lebih kuat. Wakil Dekan Fapet IPB University Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Irma Isnafia Arief juga menyebut akan dilaksanakan student exchange antar kedua PTN tesebut agar mahasiswa memiliki networking lebih luas.

    Kegiatan ini juga dihadiri Wakil Dekan Fapet IPB Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Dr. Sri Suharti serta para Ketua Departemen (Kadep), yaitu Kadep Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakann (IPTP) Prof Asep Gunawan dan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Dr Heri Ahmad Sukria. Sedangkan dari pihak UNPAD, turut hadir menyaksikan penandatanganan tersebut Wakil Dekan Bidang Pembelajaran, Kemahasiswaan dan Riset Ir. Indrawati Yudha Asmara, S.Pt., M.Si., Ph.D serta Manajer Pembelajaran, Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Ir. Endang Sujana, S.Pt., MP., IPM.  (Femmy)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University jalin kerjasama dengan Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan (FPKP) Universitas Nusa Cendana, Kupang dalam rangka mewujudkan peran serta Perguruan Tinggi dalam pelaksanaan Kolaborasi Akademik dan Riset Industri dalam Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Menghasilkan Lulusan yang Kompetitif di Program Studi S1 Peternakan. Penandatanganan kerjasama berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga, (19/7). 

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyatakan apresiasinya kepada pihak Universitas Nusa Cendana. Ia mengatakan, “Dengan adanya program MBKM akan banyak kolaborasi, sudah saatnya mempererat kerjsama yang sudah lama antara IPB dengan Undana terutama dengn staf dan dosen Undana yg kuliah di IPB” ujarnya. Ia menambahkan “Di IPB kami didorong memfasilitasi melakukan MBKM, credit eraning, riset dan pemberdayaan masyarakat dalam 1 semester, untuk memperkaya wawasan mahasiswa yang saat ini sistem pembelajaran lebih terbuka dan kita harus memberikan kesempatan itu seluas-luasnya kepada mahasiswa” jelasnya.

    Sementara itu, Dr. Ir. Arnold Elyazar Manu, MP, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana menyampaikan beberapa hal terkait kerjasama dengan Fapet IPB University selain MBKM  “Prodi peternakan di Undana merupakan salah satu prodi yang ditunjuk untuk melakukan akreditasi internasional. Kami bentuk tim untuk akreditasi, benchmarking salah satunya di Fapet IPB” tuturnya. Hal lain yang disampaikan adalah percepatan profesor di Undana dengan mengarah pada salah satu jurnal yang akan dituju yaitu media peternakan di Fapet IPB.

    Dr. Maria Yashinta Luruk, Kaprodi Peternakan Undana yang juga hadir pada kesempatan itu juga menyampaikan perihal mata kuliah untuk Teknologi Hasil Ternak apa saja yang harus diperbanyak, karena di Undana belum ada mata kuliah yang menaungi dan studi lanjut. “Kami dari prodi butuh info mengenai mata kuliah di THT khususnya bidang hasil ikutan, jika diperbolehkan kami butuh informasi lebih lengkap” harapnya.

    Beberapa dosen Fapet IPB yang hadir memberikan jawaban dan masukan terhadap apa yang disampaikan oleh pihak Undana. Antara lain Prof. Asnath M Fuah yang menyampaikan mata kuliah THT di Fapet IPB yang ruang lingkupnya sudah luas, dari hasil sampai sampingannya. Prof. Asep Gunawan yang turut terlibat dalam Akreditasi Internasional serta akan diskusi lebih lanjut mengenai percepatan Guru Besar. Selain itu, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB Dr. Sri Suharti, siap mengarahkan untuk pelatihan penulisan jurnal ilmiah internasional. “Terkait jurnal ada baiknya di Fapet Undana mengadakan semacam pelatihan cara menulis jurnal, teknik menulis artikel, merupakan salah satu cara untuk publikasi jurnal internasional. Dari bahasa bisa diprogramkan agar bahasa inggris lebih baik” ujar dosen nutrisi ternak yang juga sebagai Asociate di Tropical Animal Science Jurnal ini.

    Terkait MBKM, Prof. Rudy Prianto juga memberikan gambaran salah satu program MBKM yaitu pabrik sorinfer dengan mitra “Di Jonggol diadakan semacam kegiatan semacam magang, ada pabrik sorinfer. Mahasiswa melakukan semacam kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dengan perusahaan mitra, dalam 1 bulan mahasiswa mendapatkan materi bisnis, dll. Dengan ketua Tim oleh Prof. Luki Abdullah” urainya. Prof. Rudy juga mengatakan para mahasiswa tersebut mendapat sertifikat dan nilai SKS serta direkrut untuk penelitian pada domba dan sapi di masyarakat. (Femmy)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University sepakat menjalin kerjasama dengan Fakultas Peternakan  (Fpt) Universitas Halu Oleo (UHO). Penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) ini berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB University, Bogor (10/8).

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyambut baik kerjasama yang terjalin antara Fapet IPB dengan Fakultas Peternakan UHO “Kita sangat terbuka baik mengirimkan maupun menerima  mahasiswa antar perguruan tinggi, secara teknis antar wakil dekan bisa berkomunikasi untuk menyesuaikan penjadwalan”ujarnya yang juga berharap dengan silaturahmi bisa terus kerjasama. “Kita sama-sama ingin maju, belajar, banyak hal yang terus kita perbaiki dengan saling kerjasama. Saat ini juga sudah banyak prodi yang sudah terakreditasi secara internasional”tandasnya.

    Di lain pihak, Dekan Fakultas Peternakan UHO Dr. Ir. Ali Bain, M.Si menegaskan bahwa tuntutan kerjasama adalah suatu keniscayaan, tanpa kerjasama sulit tercapai IKU. “Kerjasama ini bisa menjadi kesempatan bagi dosen untuk belajar, akan banyak hal yang bisa dishare, menjadi fokus yang bisa dilakukan dan salah satunya adalah membangun kerjasama lebih luas terutama di bagian barat (Indonesia)”.

    Kegiatan yang berlangsung di Bogor ini juga dihadiri Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. Yulkifli, M.Si  beserta para Wakil Dekan yang tengah bekerjasama dengan  Fapet IPB. Selain itu juga hadir Wakil Dekan Akademik Kemahasiswaan Fapet IPB, Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., MS dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.Si. Juga hadir perwakilan prodi-prodi di lingkungan Fapet IPB dan Fapet UHO (ipb.ac.id)

  • Setelah beberapa saat lalu Fapet IPB University menjalin kerjasama dengan Universitas Nusa Cendana dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan Kolaborasi Akademik dan Riset Industri dalam Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Menghasilkan Lulusan yang Kompetitif di Program Studi S1 Peternakan, pada tanggal 20/07/2022 Fapet IPB kembali menjalin kerjasama dengan Fakultas Peternakan lainnya yaitu Universitas Udayana, Denpasar dalam bidang yang sama.  Penandatanganan kerjasama berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana mengatakan  secara umum kerjasama ini meliputi MBKM, Riset, Pengabdian dan akan dilanjutkan dengan diskusi terkait program Doktor dan memberikan sedikit gambaran mengenai program pascasarjana di Fapet IPB. “Untuk S2 minatnya tinggi S2, di awal pandemi setiap prodi lebih dari 20 mahasiswa yang mendaftar” jelasnya. Selain itu ia juga menjelaskan untuk kerjasama ini ke depan di program MBKM, tiap perguruan tinggi mulai terbuka menerima mahasisw dari luar. “MBKM stay di satu universitas, bisa merasakan atmosfer akademik, tidak hanya perkuliahan tapi kegiatan kemahasiswaan, mengikuti event, kegiatan yang dilakukan BEM atau HIMPRO” urainya seraya berharap dengan kegiatan ini kedua belah pihak bisa saling berkirim mahasiswa, karena masing-masing universitas memiliki keunikan dan daya tarik sendiri, misalnya di Udayana banyak mahasiswa asing.

    Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, M.S., IPU, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang hadir bersama jajarannya yaitu Wakil Dekan  Bidang Akademik dan Perencanaan Dr.Ir.Dewi Ayu Warmadewi,S.Pt.,M.Si.,IPM dan  Kaprodi S3 Peternakan ProfDr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si. menyampaikan apresiasinya terhadap pihak Fapet IPB yang sudah menerima kunjungan dengan baik “Secara singkat sudah disampaikan tujuan kami adalah menindaklanjuti draft PKS yang sudah dikomunikasikan antara kedua belah pihak, tinggal secara legal dilaksanakan” ucapnya seraya menjelaskan bahwa ketertarikan awal pada pengembangan pasca diawali dengan peran Prof. Luki Abdullah, guru besar Fapet sebagai narasumber kurikulum program dan Doktor, SDM di Udayana sebagian besar S2 dan S3 adalah alumni IPB.

    Setelah penandatanganan PKS antara Fapet IPB dan Fapet Udayana berlangsung, dilanjutkan dengan sesi diskusi antara kedua belah pihak. Dijelaskan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Fapet IPB Prof. Irma Isnafia Arief, untuk program Doktor by Research sudah ada yg menerima di inp, tapi belum lulus mahasiswanya. “Perbedaannya dengan reguler adalah by research sudah ada penelitian, publikasi nasional dan internasional. Selain itu, sudah mempunyai rencana penelitian yang terarah dan dananya jelas, biasanya dari BRIN, sedangkan program jalur reguler tidak diperlukan” jelasnya seraya menambahkan pada jalur riset SKS mata kuliah wajib hanya Falsafah Sains, yang lain kewajiban untuk penelitian.

    Selanjutnya menjawab pertanyaa-pertanyaan dari pihak Fapet Universitas Udayana, Kaprodi Pasca Ilmu Nutrisi dan Pakan (INP) Fapet IPB Prof. Dewi Apri Astuti menambahkan secara pengalaman di pasca Fapet IPB, baru 1 orang yang mendaftar by research dari BRIN dan sudah ada kolaborasi dengan pembimbing dengan riset tertentu, selain Falsafah sains, juga wajib lulus Bahasa Inggris. “Pelaksanaan di prodi diberi kesempatan memilih topik-topik khusus, harus diambil  dan ada juga mata kuliah pilihan sesuai risetnya” jelasnya.

    Dr. Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D., M.Si. , Kaprodi Pasca Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (ITP) mengungkapkan syarat menjadi mahasiswa Doctor by Research, paling tidak peneliti di instansi asal, punya hubungan dengan prodi atau calon pembimbing. “Kami ada satu (mahasiswa) dari Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) dibawah bimbingan Prof. Cece Sumantri dan Prof. Asep Gunawan” ujarnya. (Femmy)

  • Fakultas Peternakan IPB University kembali mengadakan pelatihan daring manajemen ternak. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari 14/5 ini bekerjasama dengan dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Pelatihan ini merupakan seri kedua yang digelar. Kali ini membahas tentang penanganan hewan ternak di Rumah Potong Hewan (RPH) modern.

    Hadir sebagai  pembicara, Mukhlas Agung Hidayat, SPt, praktisi di bidang manajemen ternak khususnya pemotongan hewan ternak dari FLPI. Ia juga merupakan Manager Produksi RPH PT. Cianjur Aria Makmur. Hari sebelumnya, pelatihan diisi oleh drh Helen Fadma, alumni Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University yang saat ini berprofesi sebagai Livestock Service Manager untuk Indonesia di perusahaan Meat and Livestock Australia.

    Kegiatan dibuka oleh Dr Rudy Afnan selaku Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, IPB University. Ia mengatakan bahwa di tengah masa pandemi, Fapet IPB University akan terus produktif melakukan kegiatan. Salah satu agenda yang akan dilakukan secara rutin adalah pelatihan dan diskusi online. Dr Afnan juga sangat berterima kasih atas antusiasme dari pemateri yang berasal dari berbagai daerah dan institusi.

    “Saya sangat berterima kasih atas kehadiran dari peserta. Lengkap sekali dari Aceh sampai Papua, baik dari profesor, dosen dan akademisi lain hingga praktisi. Selamat berdiskusi dan belajar, semoga di tengah pandemi ini tidak menurunkan semangat kita untuk terus produktif di bidang kita,“ ungkapnya.

    Pelatihan dibagi menjadi dua sesi utama dengan metode pembahasan materi dan tanya jawab. Sesi pertama membahas tentang pemotongan hewan modern dan tradisional, good slaughter practice (GSP), dan teknis penerapan GSP di RPH modern. Sesi kedua, pembahasan materi fokus pada deboning dan meat parting serta pendalaman tentang pisau RPH dan perawatannya. Selama pelatihan berlangsung peserta sangat antusias untuk melakukan diskusi.

    Mukhlas mengatakan bahwa ada tiga klasifikasi utama RPH yaitu kelas satu hingga kelas tiga. RPH dikatakan modern apabila minimal sudah masuk dalam kategori kelas tiga. Perusahaan yang saat ini ditempatinya adalah RPH kelas dua yang harus menggunakan fasilitas dan  metode yang terstandar internasional. Namun, untuk melakukan ekspor, RPH harus masuk dalam standar RPH kelas satu. Kelas ini jumlahnya sangat sedikit di Indonesia, bahkan bisa dihitung jari.

    “Alur pemotongan dikategorikan menjadi tiga yaitu, pra pemotongan, pemotongan, dan pasca pemotongan. RPH modern menggunakan sedikit tenaga manusia dan lebih banyak menggunakan mesin. Jika pemotongan tradisional sampai melibatkan lima orang untuk menyembelih sapi, RPH modern hanya membutuhkan satu orang operator,” ujar Mukhlas.

    Menurutnya, perlunya RPH mengetahui dan menerapkan pedoman good slaughtering practice yang bisa disebut GSP. Hal ini akan meningkatkan kualitas dari produksi daging di Indonesia. RPH modern di Indonesia masih belum banyak, padahal potensi bangsa sangat besar di bidang peternakan.

    Acara ini dimoderatori oleh Dr Edit Lesa Adhitya. Dikatakannya bahwa kegiatan pelatihan akan dilakukan rutin dengan topik berbeda tiap minggunya(ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan IPB dan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu lakukan kolaborasi akademik dan riset industri yang terjalin melalui Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga, (10/12). 

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyatakan apresiasi kepada pihak Universitas Tadulako“Kita terbuka ke semua universitas untuk memberikan kesempatan ke mahasiswa untuk belajar di luar kampus, bisa berupa credit earning, sosial masyarakat, ataupun industri kita sudah banyak menjajaki” ujarnya. Beliau juga berharap kerjasama bisa lebih luas lagi, tidak hanya MBKM, tapi juga riset dan pengembangan dan bisa diimplementasikan.

    Acara tersebut dihadiri oleh Ir. Muhamad Ilyas Mumu, S.Pt., M.Sc.Ag., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.selaku Ketua Jurusan Peternakan dan Perikanan yang mewakili pihak Universitas Tadulako. Pria yang akrab disapa Mumu ini mengatakan program utama di Tadulako adalah kerjasama. Salah satunya yang akan dilakukan di Fapet IPB adalah bagaimana mahasiswa bisa melakukan MBKM di Closed House dan akan dpilih mahasiswanya. Tujuannya agar setidaknya ada skill tambahan bagi mahasiswa.

    Pada kesempatan yang sama, juga dilakukan diskusi inisiasi kerjasama MBKM dengan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari yang di hadiri oleh Prof. Dr. Ir. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt, M.Si., I.P.M.

    Ketiga perguruan tinggi bidang peternakan ini sepakat untuk mengembangkan program MBKM baik untuk mahasiswa program sarjana dan pascasarjana

    Acara dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh para Wakil Dekan Fakultas Peternakan, yaitu Prof Irma Isnafia Arief dan Dr Sri Suharti. Selain itu hadir serta Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan dan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Selain itu juga hadir Ketua Prodi S2/S3 Ilmu Produksi Peternakan dan Prodi S2/S3 Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan IPB University. (Femmy/SSI)

  • Himpunan Profesi Mahasiswa Fakultas Peternakan menyelenggarakan kegiatan Festival Ayam Pelung Nusantara (FAPN). Kegiatan berlangsung di Gedung Jannes Humuntal Hutasoit, Fakultas Peternakan (Fapet), Institut Pertanian Bogor pada 15-16 September 2018.

    Dekan Fapet Dr Ir Mohamad Yamin MAgrSc menyambut dan mengapresiasi baik kegiatan ini. Dalam sambutannya, Yamin menyebutkan bahwa ayam Pelung memang perlu dilestarikan. Hal ini mengingat bahwa ayam Pelung merupakan sumber daya genetik (SDG) lokal yang tidak dipunyai oleh negara lain di dunia.

    “Acara ini diharapkan dapat memenuhi kriteria dari 3 learning outcome, yakni pengetahuan, skill dan sikap yang aplikasinya ke arah pemeliharaan dan pengembangannya,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Yamin mengemukakan ayam Pelung dapat dijadikan sebagai bibit unggul, lalu digunakan tidak hanya untuk suaranya saja yang merdu, namun juga diharapkan dari produksi dagingnya. Sehingga arah pengembangan ayam pelung ke depan dapat disesuaikan dengan standar pemeliharaan yang sama dengan ayam ras saat ini.

    “Semoga di masa mendatang kegiatan Himpunan Profesi Mahasiswa ke depannya tidak hanya fokus pada ayam Pelung saja, akan tetapi juga SDG ternak Indonesia lainnya juga harus diperhatikan seperti ayam Ketawa, Merawang dan ayam kokok Balenggek,” tandasnya.

    Kegiatan FAPN 2018 ini dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya Kerjasama dan Pengembangan yang juga Dosen Dasar Produksi Unggas, Dr. Rudi Afnan SPt, MScAgr dan Pembina Kemahasiswaan Fapet, Dr. Sigit Prabowo SPt, MSc. Panitia Pelaksana menghadirkan Prof. Iman Rahayu, Guru Besar Perunggasan Fapet sebagai pembicara utama dan Cece Suherman dari Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Nusantara sebagai pembicara sekaligus sebagai koordinator penjurian FAPN 2018.

    Ketua Panitia Pelaksana, Berry Sipayung mengatakan kegiatan ini bertujuan memberikan wawasan sebagai acuan dan pengembangan ayam Pelung yang berkualitas, baik dari suara, bobot badan dan performa lainnya untuk dilestarikan sebagai plasma nutfah Indonesia. Ayo lestarikan ayam Indonesia bersama irama Pelung nusantara! (majalahinfovet.com)