News

Mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB University Ini Mendapatkan Beasiswa Program Double Degree di Hokkaido UniversityMahasiswa program doktor dari program studi (Prodi) Ilmu Nutrisi dan Pakan (INP) Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB University, Rika Zahera, mendapatkan beasiswa program Double Degree (DD) di Course Biosciences, Animal Function and Nutrition Laboratory, Graduate School of Agriculture, Hokkaido University, Jepang dengan pembiayaan dari Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI).

Salah satu syarat wajib untuk mendaftar beasiswa tersebut yakni dengan bukti kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara dua perguruan tinggi. Saat ini SPs IPB University memiliki kerjasama dengan Graduate School of Agriculture Hokkaido University, Jepang sehingga memudahkan mahasiswa dalam mendapatkan beasiswa dari BPI.

Rika Zahera menjelaskan pengalaman mendaftar program double degree dengan melakukan entrance examination melalui online interview setelah mendapatkan persetujuan dan mendaftar sebagai mahasiswa Hokkaido University.

“Saya harus memastikan program beasiswa yang didapatkan ini dapat mencukupi biaya hidup selama studi di Hokkaido University serta mendapatkan persetujuan Prof Satoshi Koike sebagai supervisor saya di Hokkaido University yang memulai studi di bulan Oktober 2023,” jelasnya.

Rika Zahera menyampaikan harapannya agar dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan tepat waktu, terutama dalam pelaksanaan penelitian dengan dua topik yang berbeda dan syarat kelulusan baik di IPB University maupun Hokkaido University.

“Dengan mengikuti program DD ini dapat menambah pengalaman, baik dengan dosen maupun mahasiswa di Hokkaido University, sehingga dapat membangun peluang kolabarasi internasional nantinya, terutama di bidang riset dan akademik,” ujar Rika.

Selain itu, Rika Zahera memberikan pesan bagi calon mahasiswa yang ingin mendapatkan program ini, yaitu perlunya melakukan perencanaan yang matang dan kerja keras, “Proses mendaftar beasiswa skema DD ini perlu komitmen yang kuat, mulai dari menentukan topik riset, melakukan kontak dengan calon supervisor, hingga akhirnya diterima sebagai calon mahasiswa DD,” tambahnya (ipb.ac.id)

Bertempat di Grha Widya Wisuda, berlangsung Sidang Terbuka Institut Pertanian Bogor pada Sabtu 25/11 dan orasi Guru Besar Institut Pertanian Bogor. Guru Besar Tetap Fakultas Peternakan Prof. Dr. Despal, S.Pt, M.Sc.Agr menyampaikan Orasi Ilmiah Guru Besar dengan judul “Teknologi Presisi Solusi Pengembangan Sapi Perah Tropis Masa Depan”. Riwayat hidup dibacakan oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dari mulai keluarga, pendidikan yang ditempuh di dalam maupun luar negeri, penelitian, publikasi hingga organisasi yang diikuti.

Orasi ilmiah diawali dengan penjabaran naskah yang disusun sejak tahun 2005 sebagai bentuk sumbangsih pemikiran terhadap permasalahan peternakan sapi perah di indonesia. Seperti yang kita ketahui susu merupakan pangan bergizi dan bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan terutama pada balita. Manfaat susu bagi manusia juga disampaikan dalam Al-Qur’an. Namun sayang sapi perah yang merupakan penghasil susu terbesar tidak banyak jumlahnya di indonesia sapi-sapi tersebut hanya bisa memenuhi 20% kebutuhan nasional.

Populasi sapi perah di Indonesia tidak sebanyak sapi pedaging dan terdapat beberapa permasalahan pengembangan sapi perah diantaranya tempat pemeliharaan sapi perah terbatas di daerah sejuk, sapi yang tidak bisa makan banyak, padahal kebutuhan nutriennya 2 sampai 3 kali lebih banyak dibandingkan sapi yang tidak laktasi. Selain itu adalah rendahnya kualitas pakan pertama hijauan selain kualitasnya rendah,  ketersediaannya juga berflukuktuasi tergantung musim rumput. Cara pemberian pakan juga belum tepat pada peternakan skala besar yang pakan umumnya secara berkelompok sedangkan pada peternakan rakyat pakan diberikan hampir sama pada semua sapi.

Di era digital, penggunaan teknologi presisi telah banyak memberi manfaat bagi kehidupan. Pertanian presisi menjadi kunci pengembangan pertanian masa depan. Teknologi presisi menggunakan pendekatan teknologi dan teknik pengumpulan data untuk efisiensi produktivitas dan keberlangsungan pertanian. Teknologi ini melibatkan perangkat data sensor automatisasi dan teknologi digital sehingga memungkinkan pengumpulan data sebagai dasar pembuatan keputusan secara cepat dan tepat.

Teknologi presisi juga sudah banyak digunakan pada peternakan sapi perah di negara maju mulai dari yang kompleks seperti robot pemerah susu hingga yang sederhana seperti pemantau birahi robot pembersih lantai bahkan sudah dipakai di rumah tangga. Selain itu masih banyak keunggulan teknologi presisi yang disampaikan dalam orasi tersebut. 

“Kami sudah mengkaji sistem formulasi ransum berbasis pemanfaatan nutrien pada ternak. Hasil penelitian kami menunjukan perlindungan protein dengan pemanasan kering lebih praktis dan aman, menghasilkan peningkatan produksi susu” jelasnya. Lebih lanjut disampaikan bahwa penyediaan database pakan lokal yang memuat informasi lengkap tentang kandungan nutrien, sangat membantu memformulasikan ransum secara presisi secara konvensional. 

‘’Meski sudah banyak teknologi presisi yang ada namun masih banyak peluang untuk pengembangan. Semoga teknologi presisi di bidang sapi perah mendapat dukungan pemerintah demi pengembangan peternakan sapi perah di masa depan” harapnya di akhir orasi. (Femmy).

Pakar Genetika Ekologi IPB University, Prof Ronny Rachman Noor, mengungkapkan di kawasan Asia kerbau merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging sehingga dibudidayakan, namun sayangnya saat ini populasi kerbau dunia menurun secara salah satunya akibat mekanisasi pertanian. Disamping itu kerbau memiliki ciri reproduksi khas yaitu silent heat atau birahi tidak tampak, sehingga menghambat keberhasilan inseminasi buatan pada kerbau.

Dalam sejarah, dahulu Australia pernah mendapat sumbangan kerbau dari Bogor, kini populasi kerbaunya berkembang dengan sangat cepat di alam liar utamanya di kawasan utara Australia. Kawanan kerbau liar ini seringkali menjadi masalah besar terkait kerusakan lingkungan yang diakibatkannya.

“Populasi kerbau di Australia umumnya menempati wilayah terpencil yang sulit terjangkau, oleh sebab pengawas populasi kerbau liar dilakukan oleh penduduk asli Australia. Salah satu wilayah populasi kerbau liar terbesar di Australia adalah wilayah Arnhem Northern Territory dan teluk Carpentaria di Queensland yang diperkirakan jumlah populasi nya lebih dari 200 ribu ekor,” papar Prof Ronny

Lanjutnya, kondisi ini membuat lembaga penelitian Australia CSIRO dan pemerintah membuat program yang dinamakan Space Cows untuk memonitor populasi kerbau liar dengan memanfaatkan kombinasi teknologi satelit, kecerdasan buatan dan pengetahuan penduduk lokal.

“Penggunaan teknologi kecerdasan buatan diperlukan untuk memprediksi perkembangan populasi ke depan dan juga penyebaran dan pergerakan kerbau liar,” ujarnya.

Menurut Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University ini, program monitoring memang tidaklah mudah dilakukan karena disamping luasnya wilayah yang harus dijangkau juga karena keterpencilan wilayah serta besarnya jumlah populasi yang harus diawasi.

“Sebagai gambaran besarnya skala proyek percontohan pengawasan ini wilayah yang harus diawasi mencapai 22 ribu kilometer di wilayah terpencil di Australia Utara dan harus menangkap 1000 kerbau dan sapi liar untuk diberi nomor dan dipasang alat pelacak,” tuturnya.

Menurut Prof Ronny, proyek percontohan ini harus menggunakan kendaraan khusus dan helikopter untuk mengumpulkan kerbau liar dan dipasang alat pelacak Global Positioning System (GPS) sebelum dilepaskan kembali. Dengan adanya proyek percontohan ini pemerintah Australia dapat mengamati pergerakan dan perkembangan populasi kerbau liar untuk mengontrol dan mengendalikan populasinya.

“Pemahaman akan perkembangbiakan dan juga pergerakan kerbau liar ini sangat vital untuk diketahui untuk mencegah ledakan populasi dan invasi kerbau liar ini ke wilayah peternakan,” katanya

Populasi kerbau liar dalam jumlah besar ini telah berubah menjadi hama karena menginvasi wilayah yang memiliki sumber air sehingga mempengaruhi ketersediaan air dan juga ketersediaan pakan rumput liar bagi peternakan komersil.

Ia menjelaskan, Australia yang memiliki wilayah sangat luas saat ini disamping menghadapi masalah kerbau liar juga menghadapi masalah sapi liar, babi liar, kelinci liar yang berdampak sangat besar bagi peternakan Australia yang selama ini menjadi andalan penghasil devisa.

“Oleh sebab itu pengendalian populasi kerbau liar dengan memanfaatkan teknologi mutakhir diharapkan menjadi kunci untuk mengontrol populasinya agar dapat terkendali dan tidak merugikan dan menyebabkan degradasi lahan,” ujar Prof Ronny

Peserta program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Sociopreneur One Village One CEO (OVOC) melaksanakan kegiatan Pendampingan dan Transfer Teknologi Pengembangan Komoditas Kambing Pedaging tahap kedua di Pondok Pesantren Al-Islam, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, pada 20/11

Pondok Pesantren Al-Islam yang berada di Desa Kambitin masih minim dalam membudidayakan komoditas kambing, karena komoditas utama masyarakat desa yaitu karet. Tetapi masih ada peluang besar bagi Pondok Pesantren Al-Islam dalam mengembangkan ternak kambing dengan usaha tani rakyat.

Dosen Fakultas Peternakan IPB University, Bramada Winiar Putra mengajak santri untuk melakukan bisnis komoditas kambing, dengan mengumpulkan uang 50 ribu dalam seminggu dengan jumlah 20 orang.

“Dengan jumlah modal yang ada mereka dapat menghasilkan kambing dengan mencari bibit yang unggul. Walaupun kambing yang dibeli masih ukuran yang kecil tetapi bisa dibudidayakan secara bersama sampai menghasilkan anak cempe,” ungkapnya.

Ia melanjutkan para santri tidak hanya dapat membudidayakan hewan, tetapi masih bisa membuka peluang bisnis dengan mengolah kotoran kambing sebagai sumber pupuk sehingga menjadi salah satu keuntungan bagi santri di Pondok Pesantren Al-Islam.

“Kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa IPB University sangat memberikan dampak yang positif hingga mendatangkan langsung dosen ahli dari Fakultas Peternakan IPB University,” ujar Hanafi selaku Ketua Pokja Pondok Pesantren Al-Islam.

Ia mengatakan, banyak pengetahuan yang dapat diambil terutama mengenai mengelola bisnis usaha peternakan untuk Pondok Pesantren Al-Islam serta memberikan motivasi terhadap santri untuk membangun usaha bisnis (ipb.ac.id)

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University bersama Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) kota Bogor gelar Pelatihan untuk Satuan Tugas Satgas Mental Health pada (22/11) di Ruang Sidang Fapet IPB.  Peserta kegiatan terdiri dari Dosen, mahasiswa aktif, serta tenaga kependidikan di lingkungan Fapet IPB.

Dr. Iyep Komala, PIC satgas mental health Fapet mengungkapkan bahwa pelatihan ini diperlukan khususnya untuk para peserta agar mendapatkan arahan dari PUSPAGA tentang bagaimana caranya mentrigger mahasiswa yang ingin melakukan konseling agar mau berbicara dan kita dapat meyakinkan bahwa rahasia akan terjamin.

Elly Sahara Harahap, S.E, M.Si JFT Koordinator Rujukan Puspaga DP3A menjelaskan secara garis besar mengenai Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) ini mengurusi tentang perempuan dan anak untuk mencegah adanya kekerasan terhadap perempuan dan anak dan juga memberdayakan perempuan-perempuan yang ada khususnya di kota Bogor. “Urusan tentang perempuan dan anak ini kami ada 2 layanan yang pertama yaitu adanya pusat pembelajaran keluarga yaitu pencegahan agar tidak ada terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak dan melayani semua permasalahan yang dialami oleh masyarakat kota Bogor ”jelas Eli. Eli juga menyampaikan untuk masyarakat bisa curhat dan itu terjaga kerahasiaannya. “Kami juga mengadakan sosialisasi edukasi di sekolah-sekolah dari mulai PAUD dan sampai SD SMP dan SMA kalau tingkat mahasiswa kami baru disini kami mengadakan ini suatu kehormatan dan pengalaman kami”tambahnya.

Pelatihan ini menampilkan Mochammad Raihan Nur Fadhillah, S.Psi sebagai Narasumber. Dengan penuturan yang mudah dimengerti khususnya oleh kalangan muda, Psikolog dari Puspaga Kota Bogor ini berhasil menyampaikan materi konseling secara runut dan interaktif dengan peserta. Raihan, begitu sapaan akrabnya bahkan mengajak peserta secara langsung untuk mempraktikkan bagaimana menyelesaikan sebuah contoh kasus dalam sebuah sesi konseling.

Wakil Dekan bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Peternakan IPB University, Prof. Irma Isnafia Arief turut hadir dan mengapresiasi kegiatan tersebut. “Kita sangat concern dan fokus untuk mendampingi teman-teman mahasiswa ini untuk sukses dalam studi di IPB ini apalagi terkait dengan efek pandemi kemarin kita merasakan masih sangat terbawa”ungkapnya. Prof. Irma juga mengatakan bahwa pendampingan para konselor kepada mahasiswa sangat membantu, tidak hanya sebatas konseling, bahkan bahkan sampai didatangi ke rumah mahasiswa untuk meyelesaikan masalah bersama-sama dengan pihak keluarga. “Mereka adalah masa depan bangsa, tanggungjawab kita. Mudah-mudahan satgas ini jadi terlembaga secara bagus dan kita punya sistem SOP penanganan atas berbagai macam kondisi dari teman-teman mahasiswa”harapnya. (Femmy)