Jika membicarakan mengenai kuda nil tentunya bayangan kita langsung tertuju pada hewan mamalia dengan tubuh tambun yang menjadi penguasa sungai sungai di Afrika. Namun tidak banyak orang yang mengetahui ada spesies dari kuda nil ini yang tubuhnya sangat kecil dibanding dengan kuda nil normal yang dikenal dengan kuda nil kerdil atau Choeropsis liberiensis.
Menurut Pakar Genetika Ekologi IPB University, Prof Ronny Rachman Noor kuda nil kerdil tergolong hewan langka karena di alam liar jumlahnya hanya tersisa 2000-2500 ekor saja dan sebagian dari populasi ini dipelihara di penangkaran kebun binatang untuk mencegah kepunahan satwa langka ini.
“Minggu ini kita mendengar berita gembira datang dari Taman Zoologi Attica di Athena terkait kelahiran kuda nil kerdil ini. Mengingat status hewan ini tergolong hewan yang hampir punah maka kelahiran kuda nil kerdil ini terasa sangat istimewa sekaligus memberi harapan bagi pelestari satwa liar untuk mengembangkan kembali populasi kuda nil kerdil ini agar tidak punah,” ujar Guru Besar IPB University ini.
“Kelahiran kuda nil di kebun binatang memang tergolong jarang terjadi karena umumnya kebun binatang kekurangan pejantan di tempat penangkaran. Oleh sebab itu kelahiran kuda nil kerdil jantan ini akan berdampak besar bagi peningkatan populasi kuda nil kerdil di tempat penangkaran sebelum nantinya dilepas liarkan di alam,” jelas Prof Ronny.
Menurut Prof Ronny, kuda nil kerdil berasal dari rawa dan hutan hujan di Afrika Barat dan biasanya melahirkan seekor anak setelah masa kebuntingan sekitar enam hingga tujuh bulan. Bagi pelestari satwa liar, mengembangbiakan kuda nil kerdil di tempat penangkaran tergolong sangat sulit karena secara alami kuda nil kerdil ini hidup menyendiri.
“Kesulitan lainnya yang dihadapi oleh pelestari kuda nil yakni terkait menjaga dan memonitor perkembangan bayi kuda nil kerdil untuk memastikan berkembang dengan baik selama masa kebuntingan. Selama kebuntingan para petugas harus melatih induk agar nyaman pada posisinya untuk dilakukan ultrasonografi (USG) dan memonitor perkembangan bayinya di dalam kandungan,” tutur Prof Ronny.
Ia menjelaskan, bayi kuda nil kerdil ini bobot lahirnya sekitar 7 kilogram dan anak kuda nil akan bersama induknya di dalam ruang khusus sebelum nantinya mulai mengeksplorasi alam sekitarnya untuk tumbuh dan berkembang dan mencapai dewasa kelamin pada umur 4-5 tahun.
“Setelah mencapai dewasa tubuh kuda nil kerdil ini memiliki panjang tubuh sekitar 1,7-1,75 meter, tinggi badan sekitar 75-100 centimeter dengan berat hanya sekitar 160-270 kilogram atau sekitar 10 persen bobot kuda nil normal,” ungkap Prof Ronny.
Menurut Prof Ronny, pelestarian dalam dunia konservasi pada dasarnya digunakan dua metode yakni pelestarian in situ, yaitu pelestarian satwa langka di habitat alaminya dan pelestarian ex situ yaitu pelestarian diluar habitat aslinya.
“Salah satu tantangan yang dihadapi pelestari satwa liar yang pelestariannya menggunakan metode ex situ adalah melepasliarkan hasil penangkarannya di alam liar setelah berhasil mengembangbiakannya,” ujar Prof Ronny.
“Kelahiran kuda nil kerdil ini dapat dinilai sebagai keberhasilan pengembangbiakan satwa liar di tempat penangkaran dengan harapan setelah populasinya berkembang dapat dilepasliarkan sehingga populasinya di alam liar mengalami peningkatan,” jelasnya (ipb.ac.id)