Hasil penelitian Dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Anuraga Jayanegara menunjukkan, manipulasi pakan ternak dapat mengurangi emisi gas metana (CH4). Ia mengatakan, manipulasi pakan dengan mencampurkan tanin pakan adalah salah satu cara mitigasi untuk mengatasi perubahan iklim yang disebabkan efek gas rumah kaca. "Gas metana dari ternak ruminansia juga menjadi salah satu penyebab efek gas rumah kaca," kata Anuraga seperti dikutip dari laman Republika, Senin, (09/05).
Menurutnya, ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba turut berperan dalam peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer. Tipikal emisi gas rumah kaca berasal dari kontribusi ruminansia berdampak pada pemanasan global. Gas metana dihasilkan selama proses fermentasi pakan berserat di dalam rumen dan dikeluarkan ke lingkungan melalui ekskresi. Akibatnya lingkungan semakin tercemar karena meningkatnya gas metana di udara.
"Hasil penelitian membuktikan pemanfaatan bahan pakan lokal yang mengandung tanin sebagai alternatif penurunan produksi gas metana," tutur Kepala Sub Bidang Pengembangan Karir Mahasiswa Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni IPB ini. Tanin, lanjutnya, adalah senyawa metabolit sekunder tanaman atau pilfenol yang banyak terdapat pada hiajuan pakan ternak, bersifat antinutrisi dan dapat menyebabkan keracunan apabila dikonsumsi ternak secara berlebihan. "Tanin dapat mengurangi produk gas metana saat proses pencernaan berlangsung, karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri metanogen yang memproduksi gas metana," katanya. Ia mengatakan, jenis tanaman yang banyak mengandung tanin misalnya tanaman leguminosa atau kacang-kacangan. Caranya dengan mengekstrak tanaman tersebut, lalu diambil taninnya dan dijadikan pakan adiktif. Ia menambahkan, ada dua cara mengetahui penurunan kandungan gas metana yang dihasilkan ternak ruminansia, yakni melalui pengukuran gas metana dari hasil pertukaran gas yang terjadi saat ternak ruminansia dimasukkan ke dalam respiratory chamber. "Dan cara kedua melalui simulasi in vitro yakni dengan mensimulasikan rumen rumenansia kemudian dimasukkan pakan yang mengandung tanin dan cairan rumen, lalu diukur produksi gas yang terjadi," kata pengajar berprestasi dari Fakultas Peternakan IPB ini. (alumniipb.org)