Pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dibutuhkan untuk menghasilkan produk telur puyuh dengan kualitas yang baik. Kebutuhan nutrisi juga dapat dipenuhi melalui penambahan suplemen cair untuk mengurangi stress panas dan meningkatkan produktivitas. Belimbing wuluh memiliki berbagai kandungan nutrisi, antara lain flavonoid, triterpenoid atau steroid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C. Vitamin C merupakan antioksidan yang telah terbukti dapat menangkal stress pada ayam yang dipelihara pada suhu tinggi.

Kandungan vitamin C pada belimbing wuluh cukup tinggi yaitu sebanyak 25 ml dalam 100 g belimbing wuluh segar. Kandungan asam sitrat dalam buah ini mencapai 92-133 meq asam/100 g total padatan. Asam sitrat tersebut berperan sebagai acidifier. Acidifier secara umum dapat menggantikan peranan antibiotik, meningkatkan kualitas telur, menyeimbangkan mikroflora saluran pencernaan, meningkatkan absorbsi sari makanan dalam usus halus dan meningkatkan keuntungan.

Melihat potensi itu, Muhammad Rizqi Ramdhani mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Ketua PKMPE (Program Kreatifitas Mahasiswa, Penelitian) beserta anggotanya yaitu Nola Okivita Imama, Lylya Wahyuni, Vitya Lana Larasati dan Ahmad Rafli Fahmi melakukan percobaan tentang pemanfaatan belimbing wuluh dalam budidaya burung puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian sari belimbing wuluh sebagai air minum puyuh terhadap produktivitas telur puyuh. Dan menentukan dosis yang tepat dalam pemberian air minum sari belimbing wuluh pada puyuh.

”Kami ingin mengangkat belimbing wuluh yang melimpah buahnya. Kami memilih bahan baku tersebut sebagai antibiotik alami dan salah satu alternatif pengganti antibiotik komersial. Selain itu kandungan vitamin C belimbing wuluh cukup banyak. Asupan vitamin C pada ternak dapat menurunkan tingkat stress. Stress yang berlebih akan mempengaruhi kualitas telurnya seperti tidak memiliki kerabang dan lain-lain. Selain itu vitamin C ini dapat memperbaiki kualitas kerabang telur,”tutur Rizqi.

Percobaan ini dilaksanakan selama 30 hari pemeliharaan di peternakan Slamet Quail Farm (SQF) dan 30 hari di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB. Pembuatan sari belimbing wuluh dilakukan dengan mencuci buah belimbing wuluh kemudian dihaluskan dengan menambahkan air dan diblender secara bersamaan. Hasil dari belimbing wuluh yang sudah halus disaring dan diambil sarinya saja. Sari belimbing wuluh yang sudah jadi ditambahkan dalam air minum ternak.

”Metode penelitian ini cukup simpel, belimbing wuluh hanya di blender dan disaring menggunakan kain, hal ini bertujuan untuk memudahkan peternakan rakyat mengimplementasikan penelitian ini, pemberian pada puyuh menyesuaikan dengan uji daya hambat bakteri sehingga memakai konsentrasi  2,5% dan 5%,” jelasnya Rizqi.

Pengujian dilakukan selama 42 hari dengan menggunakan sebanyak 240 ekor burung puyuh (siap bertelur) dengan empat perlakuan dan empat kali ulangan. Tiap ulangan dipelihara sebanyak 15 ekor burung puyuh. Perlakuan yang diberikan yaitu P1 (air minum + Vitachick), P2 (air minum + 15% Sari Belimbing Wuluh), P3 (air minum + 30% Sari Belimbing Wuluh), dan P4 (air minum + 45% Sari Belimbing Wuluh). Tim ini mengamati performa burung puyuh yang terdiri atas konsumsi pakan, produksi telur dan massa telur.

”Perkembangan parameternya hampir sama seperti kontrol. Artinya sejauh ini perlakuan yang diberikan bisa diimplementasikan dalam dunia peternakan. Produktifitas yang kami maksud bukan dari peningkatan jumlah telurnya (burung puyuh sehari hanya bertelur 1 butir, bahkan ada yang dua hari sekali). Produktifitas disini adalah kualitas telurnya, seperti kualitas fisik maupun kimia” pungkas Rizqi.(ipb.ac.id)