Metode transportasi yang paling optimum untuk mengangkut ternak hidup seperti ayam, sapi, domba, kambing dengan menggunakan truk, kereta atau kapal laut, atau dengan kontainer yang dibawa oleh truk, kereta atau kapal laut semestinya dengan mempertimbangkan efisiensi biaya, kapasitas pedagang, kualitas produk, kesejahteraan hewan, pencegahan penyakit, dan aspek lingkungan, yakni manajemen limbah dan biaya energi.
Hal itu disampaikan Staf Pengajar Fakultas Peternakan IPB Dr. Despal, S.Pt., Msc.Agr dalam Pelatihan Logistik Peternakan Indonesia, di Ruang Sidang Fapet IPB, Kampus Dramaga, Bogor (8/2) - yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Kegiatan yang mengusung tema Metodologi Penelitian Logistik Peternakan ini juga didukung oleh Animal Logistics (ALIN), Nuffic dan The Maastricht School of Management (MSM).
Ia menambahkan, pengemasan dan distribusi produk hasil ternak juga harus mempertimbangkan peraturan-peraturan, efisiensi biaya, infrastruktur transportasi, kapasitas grosir dan eceran, kualitas dan berat barang, preferensi konsumen dan lingkungan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kebijakan-kebijakan dan regulasi-regulasi yang dapat menjamin kesejahteraan hewan selama transportasi, keamanan pangan, kemampuan telusur dan preferensi konsumen dari produk hasil ternak dari peternakan sampai ke konsumen, keseimbangan optimal antara penawaran dan permintaan produk hasil ternak, memiliki harga yang wajar dan pembagian keuntungan yang adil sepanjang rantai pasok.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh sumberdaya manusia yang bekerja dalam bidang produksi dan rantai pasok ternak yakni dapat menjamin bahwa ternak tertangani dengan baik dan hasil atau produknya memiliki kualitas yang dipersyaratkan. Untuk itu, SDM tersebut harus diberi pelatihan yang memadai, dan hal itu dapat dilakukan oleh pemerintah atau pihak-pihak yang terlibat dalam pasar ini. (agropustaka.id)