Indonesia sebenarnya bisa menghasilkan industri pakan ternak yang sehat, aman dan berkelanjutan. Namun, bahan baku pakan ternak yakni jagung ternak belum mencukupi untuk industri.
Hal ini disampaikan Wakil Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Rudy Afnan, saat memberikan sambutan pada Kuliah Umum Kemin Industry bertemakan "Recent Issue in Feed Technology and Animal Nutrition for Healthy and Safe Animal Product" di Auditorium Janes Hummuntal Hutasoit (JHH), Rabu (19/9).
Rudy mengatakan, selama ini bahan baku pakan ternak yakni jagung ternak hanya terdapat di beberapa wilayah di Indonesia dan cukup untuk wilayah tersebut saja. Swasembada jagung ternak hanya ada di Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Utara (Sulut) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Sementara, sentra produksi pakan ternak ada di Sumatera Utara (Sumut).
"Untuk biaya angkut bahan baku jagung ternak dari beberapa wilayah tersebut ke sentra produksi di Sumatera Utara relatif sangat mahal jika dibanding biaya mengimpor bahan baku dari luar negeri. Jika biaya angkut mahal, biasanya 20 persen dari total biaya dibebankan pada konsumen," jelasnya.
Rudy mengatakan, kebijakan larangan penggunaan antibiotics growth promoter (AGP) untuk pakan ternak di Indonesia oleh pemerintah beberapa waktu lalu, memang harus didukung. Hanya saja, perlu dipikirkan penyediaan bahan pengganti AGP, yang selama ini belum bisa diproduksi dalam skala besar.
"Bahan pengganti AGP sebenarnya bisa dengan single factor yakni herbal maupun probiotik. Namun, seperti yang dilakukan di IPB, baru mampu dibuat dalam skala laboratorium. Kemin Industry juga melakukan seperti kami. Hanya bedanya, Kemin sudah mampu memproduksi dalam skala industri," tukasnya.
Sementara Head Of Japfa Foundation, Andi Prasetyo, menjelaskan, pihaknya sebagai organisasi yang aktif menyuarakan pentingnya pendidikan ternak dan agrikultur, ikut berperan sebagai fasilitator antara Kemin Industry dan IPB.
"Dukungan terhadap kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dari komitmen dan perhatian Japfa Foundation terhadap pendidikan ternak dan agrikultur di Indonesia," ujarnya.
Andy menambahkan, diperlukan adanya informasi mengenai pengaplikasian modernisasi yang mengacu pada prinsip revolusi industri 4.0 pada dunia peternakan yang mampu bersaing, baik dalam skala nasional maupun internasional dan tentu diharapkan informasi tersebut bisa menjadi faktor pendorong minat generasi muda agar terus berinovasi dalam dunia peternakan yang selaras dengan kemajuan teknologi saat ini.
"Kami berharap kegiatan kuliah umum ini dapat menghasilkan inisiasi kerjasama akademik di bidang pendidikan dan penelitian serta pengabdian pada masyarakat, bertambahnya pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan serta dinamika teknologi pakan dan nutrisi terkini, serta terciptanya kesepahaman antar seluruh stakeholders terkait pengembangan teknologi pakan dan nutrisi terkini," pungkasnya. (beritasatu.com)