IPBSDG4

  • Lulusan Terbaik Program Sarjana, Magister Dan Doktor Tingkat IPB Berasal Dari Fakultas Peternakan

    IPB University menyelenggarakan Wisuda Tahap 1 tahun akademik 2021/2022, Pada hari Rabu, 29 September 2021. Fakultas Peternakan berhasil menghantarkan wisudawan sarjana, magister dan doktor menjadi Lulusan Terbaik tingkat IPB. Hal ini sangat membanggakan karena pada kesempatan wisuda ini, ketiga lulusan terbaik pada 3 tingkat pendidikan sarjana, magister dan doktor berasal dari Fakultas Peternakan IPB.  Adapun lulusan terbaik tingkat IPB asal Fakultas Peternakan tersebut adalah : Nensy Tri Putri, SPt  (Program Sarjana), Indra Satria Siburian, SPt, MSi (program Magister Sains), dan Dr. Tri Rachmanto Prihambodo, SPt, MSi (Program Doktor).  

    Nensy Tri Putri, SPt adalah lulusan terbaik program Sarjana Fakultas Peternakan yang sekaligus menjadi lulusan terbaik program sarjana Tingkat IPB. Nensy yang berasal dari Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, berhasil lulusa tepat waktu, kurang dari 4 tahun (45 bulan) dengan IPK 3,93 predikat “Dengan Pujian”. Nensy kelahiran Bengkulu, 18 Mei 1999, mendapatkan beasiswa bidik misi selama studi program sarjananya, dan sekarang melanjutkan ke program magister dengan melalui program sinergi. Nensy melakukan tugas akhir penelitian skripsi dengan judul “Identifikasi keragaman gen THY1 pada calon galur ayam IPB-D2”, di bawah bimbingan Prof.Dr. Ir. Cece Sumantri, MSc dan Dr.drh. Sri Murtini, MSi.

    Indra Satria Siburian, SPt, MSi merupakan lulusan terbaik program Magister Sains tingkat IPB pada wisuda Tahap 1 Tahun Akademik 2021/2022 yang diselenggarakan pada hari Rabu, 29 September 2021. Pria kelahiran Pematangsiantar, 24 Juni 1997 ini telah bekerja di Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Indra menimba ilmu program S2 nya di Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Indra lulus dalam jangka waktu 23 bulan (kurang dari 2 tahun) dengan IPK 4,0 dan predikat “Dengan Pujian”. Indra melakukan penelitian thesisnya dengan judul “Evaluasi berbagai kadar garam dalam pelet terhadap performa dan kesehatan sistem urinasi lokal” di bawah bimbingan Dr. Ir. Didid Diapari, MSi dan Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc.

    Dr. Tri Rachmanto Prihambodo, SPt, MSi adalah lulusan terbaik program Doktor tingkat IPB pada wisuda Tahap 1 Tahun Akademik 2021/2022 yang diselenggarakan pada hari Rabu, 29 September 2021. Pria ini kelahiran Bogor, 2 Februari 1995, dan menempuh studi doktoralnya di Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Studi doktoralnya dapat diselesaikan dalam jangka waktu kurang dari 3 tahun yaitu 34 bulan dengan IPK 4,0 predikat “Dengan Pujian”. Dr. Tri Rachmanto lulus program doktor dengan mempertahankan disertasinya yang berjudul “Flavonoid dan kombinasi ekstrak silase berbasis daun herbal sebagai alternative antibiotik pada broiler dan layer”, di bawah bimbingan promotor Prof.Dr.Ir. Nahrowi, MSc, dan co-promotor Prof.Dr. Anuraga Jayanegara, SPt, MSc; Prof.Dr. Irmanida Batubara, SSi, MSi dan Dr. Desianto Budi Utomo, DVM, MSc.

    Segenap sivitas akademika Fakultas Peternakan IPB University mengucapkan selamat kepada semua wisudawan dari Fakultas Peternakan, terutama untuk Lulusan Terbaik. Sukses selalu untuk karir saat ini dan di masa mendatang

  • Maggot, Alternatif Bahan Pakan untuk Ransum Unggas

    Maggot, atau larva dari black soldier fly (BSF) yang dapat diproduksi besar-besaran berpeluang menjadi bahan pakan sumber protein dan energi, karena kadar protein kasar mencapai 38% dan kadar lemak 20%.

    Peluang itu dibedah oleh Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) pada seminar Budidaya Maggot dan Aplikasinya dalam Industri Pakan Ikan dan Unggas’ pada Kamis (9/7).

    Seminar daring yang diikuti oleh 114 partisipan ini, dibuka Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Sumiati. “Fokus kajian kali ini adalah jurnal dari Italia, berupa kelayakan maggot sebagai sumber protein untuk unggas yang dilihat dari segi nutrisi. Maggot sendiri merupakan larva dari lalat atau black soldier fly,” jelas Sumiati. 

    Sumiati memaparkan siklusnya mulai dari maggot dewasa hingga menghasilkan telur, kemudian larvanya, seperti pupa, digunakan untuk bahan pakan sumber protein tersebut. Guna menopang pertumbuhan larva BSF, maka dapat memanfaatkan left over atau sampah seperti sisa-sisa sayuran maupun buah-buahan yang bersifat organik.

    Manfaat Maggot

    Gambaran produksi maggot, Sumiati melanjutkan, yaitu maggot akan bertelur yang nantinya akan dibesarkan sampai menghasilkan larva. “Umumnya, pada umur 15 hari sudah dapat dipanen.

    Manfaat maggot lainnya yaitu dapat mereduksi bau atau polusi. Sehingga dengan adanya maggot, sampah organik baunya akan berkurang bahkan sampai tidak tercium. Manfaat selanjutnya adalah bisa mengontrol populasi lalat rumah, namun yang terpenting stakeholder peternakan adalah sumber nutrisi yang dihasilkan maggot.

    Hasil-hasil penelitian yang dihimpun oleh Sumiati menunjukkan dari analisis proksimat maggot protein kasar (PK) dan lemaknya cukup tinggi. Kadar lemaknya menunjukkan berada di atas 20 % tergantung dari makanannya, sebab kandungan nutrisi dari maggot ini tergantung pada asupan makanannya.

    Sumiati mengatakan bahwa bungkil sawit merupkan media pertumbuhan yang paling baik. Kendati demikian, Sumiati mengimbau supaya bungkil sawit diteliti kembali guna memastikan kebenarannya.

    Larva yang dikeringkan dibandingkan dengan tepung ikan yang bukan kualitas satu. Hasilnya, PK larva BSF lumayan tinggi yaitu mencapai 38 %. Begitu pula dengan energi bruto dan kalsiumnya cukup tinggi, tetapi untuk kandungan fosfor totalnya tidak setinggi tepung ikan,” terangnya.

    Sumiati mengatakan kadar minyak dari maggot dapat meningkatkan dan memperbaiki FCR (feed convertion ratio), artinya dapat meningkatkan efisiensi pakan pada broiler dan tidak ada efek negatif terhadap organ ayam, termasuk perkembangan usus halus. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu minyak dari maggot bisa digunakan sebagai functional fat, sebab mengandung banyak medium chain fatty acid dan masuk ke dalam daging yang dapat menghasilkan daging dan telur ayam fungsional.

    Pengolahan & Harga Kompetitif Maggot

    Senada dengan Sumiati, Guru Besar Fapet IPB University, Dewi Apri Astuti menyatakan bahwa bahan atau limbah organik bisa menjadi bahan makanan untuk maggot dan bahan tidak sulit untuk mendapatkannya di Indonesia. Salah satu media pertumbuhan maggot andalan limbah sawit, yang digadang-gadang sebagai media tumbuh yang higienis, sehingga produknya baik untuk pakan. Sebab media yang higienis merupakan syarat apabila larva akan diekspor.

    Lebih lanjut Dewi menerangkan, pengolahan maggot sudah dilakukan di berbagai industri BSF di dalam negeri. Pengolahan ini ditujukan untuk menekan kandungan lemak yang tinggi, sebab lemak menjadi batas untuk penggunaan bahan baku di ransum unggas. Pengolahannya dilakukan dengan ditekan (press) menggunakan alat dan suhunya dapat diatur supaya kandungan proteinnya tidak rusak.

    Bahan bakunya bisa segar atau pun kering, kemudian dipress dengan pemanasan. Toleransi suhu yang dapat digunakan yaitu antara 60 oC– 90 oC, tujuannya untuk mengurangi kerusakan nutrisi pada BSF. Hasilnya adalah berupa minyak, ini sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan baku yang lain,” katanya.

    Dari perspektif berbeda, Vice President FeedTech PT Charoen Pokphand Indonesia, Desianto Budi Utomo menambahkan bahwa faktor abiotik, seperti suhu dan kelembapan mempengaruhi pertumbuhan BSF. Sementara itu, Desianto mengungkapkan salah satu percobaan yang telah dilakukan peneliti adalah ayam yang diberi pakan bungkil kedelai (soybean meal, SBM) dan jagung, kemudian dibandingkan dengan ayam yang diberi pakan BSF. Hasilnya, pada layer (ayam petelur) umur 24 – 48 pekan dengan bobot badan awal tidak berbeda, setelah dilakukan perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan.

    “Asupan pakan (feed intake) berbeda sangat nyata yaitu yang digantikan oleh BSF hanya 108 gram per hari. Sedangkan dengan SBM 125 gram per hari, sehingga berujung pada FCR yang berbeda sangat nyata yaitu pada BSF 1,97 sedangkan pada SBM 2,17. Perlakuan ini berpengaruh terhadap berat telur, karena semakin rendah feed intake maka semakin rendah pula berat telurnya,” papar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) ini.

    Desianto menambahkan, penelitian ini menunjukkan bahwa BSF sebagai dekomposer tidak memberikan efek negatif pada ayam petelur. Selain itu, proteinnya sendiri bisa lebih dari 40 % tetapi lemaknya cukup tinggi yakni sebesar 23% – 30 %. BSF juga memiliki efek antimikrobial, bahkan dari studi yang ada, menunjukkan bahwa BSF bisa dianggap sebagai pengganti AGP (antibiotic growth promotor).

    Karena BSF kaya akan protein, maka sasaran utamanya adalah subtitusi SBM ataupun fish meal, bahkan tepung daging tulang (meat bobe meal, MBM) untuk pakan unggas. “Pertanyaannya, apakah harga kompetitifnya terjamin atau tidak? Jika sumbernya baik, kecernaannya baik, memberikan efek performa yang baik tetapi biaya tidak masuk, maka tidak akan praktis untuk masuk dalam bahan baku yang diambil dari komputer karena kita menggunakan least cost formulation,” tekannya.

    Desianto menegaskan pula pentingnya kestabilan mutu  dan jumlah pasokan. Adapun produksinya skala kecil, harganya relatif mahal dibandingkan dengan harga bayangan (shadow price) SBM, MBM atau sumber protein yang lain, serta keberlanjutan persediaan, harus dipastikan ketersediaan bahan baku pakan untuk larva.

    “Lazimnya, industri pakan yang mengambil bahan baku pakan  akan tekan kontrak untuk beberapa bulan . Jika kontrak tidak bisa terpenuhi, maka perusahaan akan mengganti formula. Penggantian formula pakan tentu akan kontra produktif terhadap efisiensi produksi pakan, sebab setiap penggantian formula harus dilakukan flushing,” pungkas Desianto (troboslivestock.com)

  • Mahasiswa dari 5 negara asing Mengikuti Summer Course Di Fapet IPB

    Fakultas Peternakan IPB menyelenggarakan The Third Summer Course Program  pada dua Departemen di lingkungan Fapet IPB, yaitu di Departemen  Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (D-INTP) dan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (D-IPTP).

    Pembukaan Program Summer Course di Departemen IPTP dilakukan pada  hari Senin, 15 Juli 2019, sedangkan pada Departemen INTP, pembukaan dilakukan satu minggu setelahnya (22 Juli 2019). Summer Course pada departemen IPTP yang dilakukan mulai tanggal 15-24 Juli ini mengusung topik "Green Concept of Local Herritage Animal Production and Technology to Ensure Environment Sustainability and Global Parthnership". Summer Course diikuti oleh peserta dari Negara Taiwan, Thailand, Korea, dan Malaysia. Adapun program yang dilakukan adalah lecture class dan field trip ke Bali.

    Berbeda dengan D-IPTP, Summer Course di D-INTP dilakukan pada tanggal 21-30 Juli 2019. Topik yang diusung adalah “Exotic Tropical Animal Nutrition and Feed Technology”,  dengan lokasi kegiatan di Bogor dan Bali. Program ini bekerjasama dengan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

    Peserta Program Summer Course D-INTP berasal dari berbagai negara, yaitu Malaysia, Taiwan, Thailand dan Filipina. Universitas yang mengirimkan mahasiswa adalah Tunghai University, Maejo University, Universiti Putra Malaysia, Universiti Malaysia Sabah, University of Los Banos dan Universitas Haluoleo.  Dua peserta dari Malaysia telah mengikuti kegiatan ini tahun lalu dan kembali mendaftar pada tahun ini.

  • Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University Mendapatkan Pelatihan Kepemimpinan

    Hanter (Himpunan Alumni Peternakan) IPB University bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB Universuty menggelar Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) 2021. Pelatihan berjudul “Increasing Self Development Abilities to Build A Strong Leadership”, ini menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan mahasiswa Fapet. 

    Kegiatan ini menghadirkan Vivi Kumalasari, MBA, alumnus Fapet Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Saat ini Vivi menjabat sebagai Direktur Keuangan Bank BRI. Selain sukses dalam berkarir, Vivi ini telah mendapatkan penghargaan sebagai Top 3 Indonesia Future Business Leaders menurut SWA Magazine tahun 2018 lalu. Dengan berbagai pengalamannya, ia berbagi pengetahuan untuk memunculkan karakter pemimpin bagi generasi milenial. 

    Ia mengatakan dasar pendidikan yang sedang ditempuh di IPB University ini akan sangat membantu membentuk kepribadian di masa depan. Pendidikan di IPB University memberikan kemampuan akan fleksibilitas dan menggali bakat dan minat mahasiswa. Menurutnya, menjadi leader di perusahaan memiliki tantangan tersendiri. Generasi X sebagian besar menjadi leader bagi mayoritas anggota tim yang merupakan generasi milenial. Dua generasi harus berhadapan dan bekerja sama untuk mengembangkan bisnis di tengah karakteristik yang berbeda. 

    “Hal ini yang membuat leadership bagi kaum milenial menjadi lebih berbeda dan menantang,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa perbedaan antara keseimbangan pekerjaan dan pribadi serta faktor independensi menjadi perbedaan yang paling menonjol di antara dua generasi. Terutama generasi milenial lahir dari kelas ekonomi yang mulai membaik. 

    “Persoalan multigenerasi tersebut membuat generasi milenial mau tidak mau harus dilatih untuk menyesuaikan diri. Salah satunya dengan mempraktikkan mindful leadership secara konsisten. Sehingga  kepemimpinan yang telah ditumbuhkan mampu dirasakan keberadaannya oleh semua team member,” jelasnya. 

    Narasumber selanjutnya adalah Aang Hudaya, SPt. Ia kini menjabat Head of General Affair Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Menurut alumnus Fapet IPB University ini, generasi milenial harus mampu memiliki kemampuan influencial leadership. "Anak muda harus memanfaatkan media sosial di era transformasi digital untuk mempengaruhi hal layak dalam kebaikan. Misalnya dalam memberikan kontribusi bagi kelestarian lingkungan. Era digital menjadi tantangan sekaligus menjadi peluang bagi para pemuda,” ujarnya. 

    Ia telah menjalani konsep learning by doing dan leading by example untuk memberikan kontribusi di bidang lingkungan. 
    Menurutnya, kolaborasi juga memiliki makna penting agar dapat mencapai tujuan kelompok dengan lebih cepat. "Berkomunitas menjadi poin penting dari setiap Gerakan. Pemimpin akan semakin berkembang ketika berjejaring,” pungkasnya.

    Dr Audy Joinaldy, Ketua Umum Hanter IPB University dan Wakil Gubernur Sumatera Barat juga menyampaikan bahwa pemuda-pemudi haruslah menjadi agent of change demi menyongsong Indonesia Emas. Ia optimis bonus demografi Indonesia dapat dimanfaatkan dengan baik. Generasi muda harus memiliki kepemimpinan yang kuat dan dituntut sebagai pemecah masalah serta berpikir kritis.

    “Pemuda alumni IPB University nantinya harus memiliki kekuatan moral kontrol sosial dan menjadi agen perubahan,” tambahnya.

    Sementara itu, H Ridwan Herdian, SPt, alumnus Fapet IPB University yang kini berbisnis di bidang peternakan juga mengatakan kepemimpinan juga berguna di dunia bisnis. Di dunia usaha, bertemu dengan sekelompok orang baru perlu kemampuan untuk menyikapinya. Penyesuaian dibutuhkan dan harus sabar untuk terus belajar serta optimis dapat menyelesaikan berbagai permasalahan baru. Menjadi pemimpin harus terbiasa dengan adanya masalah dan harus mampu menyelesaikannya.

    “Menjadi seorang wirausaha, kemampuan menyelesaikan masalah adalah wajib untuk dimiliki. Ketika memulai suatu usaha, menurut pengalaman saya, pasti banyak menemui masalah,” katanya (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa Fapet IPB University Dapat Rahasia Sukses Jadi Pengusaha Lewat Acara Meet Cowboy

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University kembali menggelar kegiatan Ngabarek 2 dengan tema “Sukses Menjadi Bintang Versi Sendiri” secara daring (19/09). Ngabarek 2 merupakan rangkaian acara dari Meet Cowboy 57 untuk memperkenalkan lebih jauh Fakultas Peternakan IPB University. Dalam kegiatan ini, mahasiswa Fapet mendapatkan berbagai ilmu dari guest star yang telah sukses di bidangnya.

    Salah satu guest star yang hadir adalah Ir Rifda Ammarina, CEO Kampung Agrinex dan PT Puteri Cahaya Kharisma. Rifda mengaku bangga menjadi alumni Fapet IPB Univetsity angkatan 21. Ia mendapatkan kesempatan mempelajari ilmu sosial ekonomi di bidang peternakan, pertanian dan perikanan. 

    Menurutnya penting menjadikan dosen sebagai partner di dunia kerja. Langkah pertama menuju kesuksesan yakni dengan membangun jejaring dengan sesama mahasiswa dan dosen. Ia yakin bahwa lulusan peternakan IPB University memiliki potensi untuk maju.

    Berdasarkan pengalamannnya, saat kuliah ia menekuni mata kuliah yang menurutnya dapat ia terapkan di bisnis masa depannya. Rajin berpartisipasi dalam aktivitas non akademik kampus juga penting untuk membangun jejaring.

    ”Belajar menentukan mata kuliah dan kemudian mana yang kita fokuskan. Semua harus berorientasi kepada mau jadi apa kita ke depan. Mau berkecimpung di bidang apa kita ke depan. Apakah mau menjadi profesional atau pengusaha maupun dosen, harus kita tentukan sejak mahasiswa,” ungkapnya.

    Sewaktu masih menjadi mahasiswa, ia melihat potensi besar di bidang agribisnis. Hingga kini menjadi pengusaha di bidang tersebut, ia menyebutkan kunci keberhasilannya adalah kemauan belajar sebagai modal usaha terbesar.

    Sementara itu, narasumber lainnya yang juga alumnus Fapet IPB University, Ir Anton Sukarna, Direktur Penjualan dan Distribusi Bank Syariah Indonesia menyebutkan ukuran kesuksesan akan berbeda pada setiap orang. Namun terdapat syarat utama untuk mencapai kesuksesan, yaitu terkait dengan keahlian dan keterampilan. Terkait dengan hard skill dan soft skill. Soft skill yakni terkait dengan kemampuan berkomunikasi, fleksibilitas, kepemimpinan, kerjasama, dan manajemen waktu.

    Salah satu soft skill yang penting menurutnya adalah mampu membangun kemampuan komunikasi. Ini sudah menjadi tuntutan agar bisa hidup mandiri. Hal tersebut ia bangun melalui berbagai aktivitas kemahasiswaan dan inisiatif. Tentunya segala kegiatan yang ia ikuti didasari dengan suatu nilai dan keyakinan pribadi. 

    “Bila kita mempunyai nilai yang diperjuangkan, inilah yang harus dicatat. Anda mempunyai bahan bakar yang tidak pernah habis,” ujarnya.

    Dr (cand) Audy Joinaldy, MM, IPM, ASEAN.Eng, alumnus Fapet IPB University yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat dan Ketua Umum Hanter IPB University turut hadir sebagai keynote speaker dalam acara tersebut. Ia mengungkapkan pilihan para mahasiswa untuk terjun dalam dunia peternakan sangat tepat. Mengingat tingkat pengangguran lulusan sarjana lebih tinggi di masa pandemi karena pertumbuhan ekonomi yang lamban. 

    Menurutnya, IPB University telah memupuk sedari dini agar mahasiswanya menjadi entrepreneur. Fakultas Peternakan IPB University juga dikenal sebagai salah satu fakultas penghasil pengusaha terbanyak di IPB University. Hal tersebut membuktikan bahwa lulusan peternakan IPB University memiliki kreativitas yang tinggi dan potensi menjadi pengusaha.

    Ia ingin memacu mahasiswa Fapet IPB Univetsity untuk tetap mempertahankan fakultasnya sebagai penghasil pengusaha terbanyak. Tentunya, menjadi pengusaha sukses membutuhkan modal, bukan hanya dana. Modal menjadi usaha yakni alam, legalitas, pemahaman akan usaha, ilmu, dan dana. Semua modal tersebut dijaring dengan jejaring yang luas.

    “Cuma memang untuk menjadi pengusaha itu selain disiplin, komitmen, jujur, kreativitas tinggi, inovatif, mandiri, dan realistis, kita juga perlu attitude,” tambahnya.
    Biasanya, kebanyakan mahasiswa takut gagal menjadi pengusaha. Hal tersebut didasari oleh ketidakmandirian baik dari segi sumberdaya manusia, operasional, keuangan, dan sebagainya. 

    Ia menyarankan agar mahasiswa dapat menyusun strategi, terus mencoba belajar, serta pandai memanfaatkan kesempatan (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa IPB University Ajarkan Budidaya Maggot Pada Warga Desa Situ Udik

    Mahasiswa IPB University yang mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2021 di Desa Setu Udik Bogor mengajarkan proses budidaya maggot pada pemuda Kampung Ramah Lingkungan (KRL) Harapan Bersih. Tim mahasiswa yang diketuai oleh Reza Maulana ini dibimbing oleh Dr Iwan Prihantoro, SPt, MSi.

    Salah satu program kerja yang menarik adalah budidaya maggot. Maggot merupakan larva yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas dan ikan yang memiliki nilai gizi tinggi. Maggot yang umum dibudidayakan pun merupakan tahap larva dari lalat tentara hitam atau yang dikenal dengan lalat black soldier fly/BSF (Hermetia illucens).

    “Tahap persiapan pembudidayaan maggot adalah pembuatan kandang maggot yang meliputi kandang budidaya dan kandang kawin. Bahan pembuatan kandang maggot adalah bambu yang didapatkan dari hutan bambu terdekat di desa. Kemudian ditata dan dihias sedemikian rupa. Setelah kandang selesai dibangun, larva-larva maggot ditempatkan di kandang budidaya,” terang Reza.

    Menurut Reza, makanan maggot adalah sampah organik atau sampah dapur yang didapatkan dari rumah-rumah warga di Rukun Warga 2, kemudian seluruh sampah yang dikumpulkan dicacah hingga halus untuk mempermudah maggot mencerna makanannya.

    “Selama fase maggot, makanan harus disediakan setiap hari. Pada fase pertumbuhannya, larva akan berubah menjadi pupa. Pupa ini dikumpulkan dan diletakkan pada kandang kawin yang telah disediakan hingga pupa menetas menjadi lalat BSF yang kemudian akan kawin dan bertelur. Telur-telur lalat dikumpulkan di kandang budidaya hingga menetas menjadi maggot dan kemudian diproses seperti tahap awal pembudidayaan,” terangnya.

    Pembudidayaan maggot diharapkan dapat berkembang menjadi sebuah usaha yang kemudian akan dikelola oleh pemuda-pemuda KRL Harapan Bersih di kemudian hari. Karena selain mendapatkan ilmu baru mengenai pembudidayaan maggot, pemuda-pemuda KRL Harapan bersih dapat belajar untuk mengelola sebuah kewirausahaan dengan lebih baik.

    Selain budidaya maggot, mahasiswa juga melakukan berbagai program seperti pembibitan jahe merah, pelatihan pembuatan produk jahe merah, sosialisasi kewirausahaan, pembibitan tanaman buah dan sayur, hidroponik bambu, penataan KRL, pembuatan tempat sampah dan sosialisasi COVID-19 (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa IPB University Bahas Sektor Peternakan Bersama Pakar

    Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Peternakan (BEM FAPET) IPB University menghadirkan pakar peternakan pada diskusi daring, Sabtu (16/5). Diskusi ini juga berkolaborasi dengan Kementerian Kebijakan Agrikompleks BEM KM IPB University.

    Dalam sambutannya, Dr Idat Galih Permana, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiwaan, Fapet IPB University menyampaikan pada bulan puasa, komoditas peternakan biasanya mendapat keuntungan yang cukup baik. Namun, tahun ini sektor peternakan produksinya menurun karena rendahnya permintaan terhadap komoditas peternakan.

    “Dalam kondisi seperti ini harusnya pemerintah membuat interevensi. Bukan hanya menstabilkan harga tapi juga mensejahterakan peternak. Hari ini kita ditemani para pakar untuk mendiskusikan hal tersebut dan mencari solusinya,” ujar Dr Idat.

    Hadir sebagai pemateri Dr Suswono (mantan Menteri Pertanian RI periode 2009-2014), Dr Audy Joinaldy (Ketua Umum Himpunan Alumni Peternakan IPB University) dan Dr Rochadi Tawaf (Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternakan Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI). Kegiatan diksusi ini dipandu oleh Ahlun Najam Ketua BEM FAPET IPB University.

    Menurut Dr Suswono ketahanan pangan terutama daging sangat tergantung dari kebijakan pemerintah. Situasi wabah seperti ini menjadikan daerah dengan komoditas utama ternak harus dilindungi harganya. Hal ini dilakukan agar sektor peternakan lebih bergairah. Tidak hanya itu, peternak juga harus dibantu dan dikuatkan dengan insentif.

    “Jangan sampai peternak dipusingkan dengan masalah penjualan dan tidak tersedianya pasar. Jika hal ini tidak dilakukan, harga di tingkat peternak akan jatuh dan kapok untuk beternak. Hal ini akan menyebabkan ketersediaan daging menurun dan memunculkan opsi impor lebih banyak agar kebutuhan tercukupi,” lanjut Suswono.

    Sementara Dr Audy memaparkan bahwa industri peternakan memiliki banyak kesempatan di masa pandemi. Namun, kondisi pandemi juga membuat masyarakat kehilangan pekerjaan yang menyebabkan daya beli menurun. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap daging.

    “Harga ayam turun karena industri rumah makan kecil menurun. Semenjak kegiatan pengajian, kawinan maupun pertemuan dilarang, maka permintaan ayam turun. Dampak menurunnya permintaan daging menyebabkan banyak perusahaan menurunkan produksinya. Bahkan semua industri peternakan mengalami kerugian sekitar 50 sampai 60 persen,” ujar Audy.

    Menurutnya, solusi utama fenomena ini adalah peran pemerintah dan inovasi dari para pengusaha. Pemerintah harus bisa menjadi leader untuk mencapai target yang telah ditentukan. Selian itu, diperlukan juga insentif untuk peternakan rakyat. Keseriusan dalam membuat database juga menjadi prasyarat untuk mengatasi krisis di sektor peternakan yang saat ini terjadi.

    Dr Rochadi menyebutkan bahwa inovasi dari perguruan tinggi harus dihadirkan untuk membantu peternak. “Banyak sekali inovasi yang sudah dibuat oleh mahasiswa dan dosen sehingga bisa dijadikan sebagai solusi bagi peternak. Di samping itu, pemerintah harus serius dan konsisten dengan kebijkan berbasis riset dan dan data.(ipb.ac.id)

  • Mahasiswa IPB University Dampingi Peternak Ayam Petelur di Desa Situ Udik, Bogor

    Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) IPB University melaksanakan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) di Desa Situ Udik, Cibungbalang, Bogor. Program ini berupa pembinaan dan pemberdayaan peternak ayam petelur. Kegiatan PHP2D mendapat pendanaan dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

    Chemistry Melika, Ketua Tim menjelaskan, pada program ini timnya menyiapkan pakan alternatif untuk ayam petelur dari maggot. Ia menyebut, maggot merupakan potensi sumber daya alam yang ada di desa. 

    “Maggot dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak, selain itu maggot juga memiliki manfaat lain yaitu sebagai pengurai sampah organik, dalam artian pakan maggot dapat diberikan berupa sampah organik hal ini akan menciptakan lingkungan yang bersih,” kata Chemistry Melika, mahasiswa IPB University dari Fakultas Peternakan.

    Lebih lanjut ia menerangkan, bekas pakan yang telah terurai dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Tidak hanya itu, budidaya maggot memberikan manfaat untuk peternak dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. 

    Chemistry Melika berharap timnya dapat berkolaborasi dengan baik terkait pengembangan konsep kandang ayam petelur dan pakan maggot. “Kami dan warga desa siap untuk mengembangkan pemeliharaan ayam petelur yang telah dirancang. Semakin banyak kolaborasi mitra berbagai pihak, semakin banyak juga manfaat yang didapatkan oleh masyarakat setempat,” ungkap Chemistry. 

    Tidak hanya membantu menyiapkan pakan alternatif, Chemistry dan rekan-rekannya juga membantu peternak menyiapkan kandang ayam. Ia mengaku, konsep kandang ayam petelur  terintegrasi dengan kolam ikan lele. 

    "Kandang yang digunakan yaitu kandang baterai dengan cage. Satu cage terdapat empat kotak, dalam satu kotak berisi dua ayam," kata Chemistry.

    Ia juga menjelaskan, pemeliharaan ayam petelur sebanyak 192 ekor. Sementara itu, bibit ikan lele yang akan dibudidayakan sebanyak 1000 ekor.

    Sementara itu, Jidan Ramadani anggota tim mengatakan dengan adanya pembuatan pakan dari maggot diharapkan dapat membantu peternak ayam petelur. “Kami berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa, dengan adanya kegiatan ini masyarakat diharapkan dapat ikut berpartisipasi supaya menjadi inovatif dan desa akan maju,” kata Jidan Ramadani, mahasiswa IPB University.
     
    Lebih lanjut ia menerangkan, selain dapat mengoptimalkan sumber daya alam, dengan diadakannya program ini menciptakan masyarakat yang inovatif dan mengefisiensikan ekonomi pada usaha peternakan ayam petelur. “Selain diadakannya pembuatan pakan, kami akan mengadakan sosialisasi ke masyarakat dengan pembelajaran formulasi ransum, dengan formulasi ransum harapannya masyarakat menjadi inovatif dalam mengoptimalkan sumber daya alam, serta membuat pakan menjadi ekonomis,” ungkap Jidan (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa IPB University Gelar Seminar Respon Generasi Milenial Terhadap SDGs Peternakan

    Dua Himpunan Profesi Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Himaproter) dan Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) menyelenggarakan Seminar and Competition Animal Science (SCAS) 2020, (26-27/9). Kegiatan ini mengangkat tema Respon Konkret Generasi Milenial terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 di Sektor Peternakan

    Kegiatan ini menghadirkan Prof Dr Luki Abdullah, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University dan Dr Drh Desianto B Utomo, M.Sc selaku Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).

    Dalam paparannya, Prof Luki mengatakan bahwa ada beberapa hal yang dapat kita dilakukan terhadap SDGs pada 2030 terkait peternakan. Yaitu menyediakan pangan yang aman, sehat, utuh dan halal, menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dari sektor peternakan dari hulu dan hilir, melakukan diversifikasi energi melalui energi bersih menggunakan biogas, efisiensi dalam penggunaan sumberdaya produksi, menjalankan Good Faring Practices (GFP), Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP), serta menciptakan sistem produksi berwawasan lingkungan dan kesejahteraan manusia serta melakukan penjaminan mutu produk.

    Sebelumnya, telah digelar juga lomba Business Plan Competition (BPC) dan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Lomba ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. Seperti Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, Universitas Jember, Polbangtan Bogor, UPN Veteran Yogyakarta dan lainnya (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa IPB University Ikuti NTCA Indonesia-Australia Pastoral Program 2019

    Alwi Salam Makarim, mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University berhasil terpilih menjadi salah satu peserta program NTCA Indonesia-Australia Pastoral Program (NIAPP) 2019. Ia beserta 19 orang mahasiswa yang terseleksi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia akan berangkat ke Australia untuk belajar tentang peternakan sapi modern. 

    Program yang telah berjalan sejak 2012 ini berlangsung selama 10 minggu. Peserta akan belajar pelatihan penggembalaan secara intensif meliputi aspek kesejahteraan dan penanganan hewan ternak, juga belajar langsung di industri peternakan yang telah dijalankan secara modern.

    “Harapan saya dengan mengikuti program ini, semakin banyak pengalaman yang riil di lapangan yang bisa saya ambil dan bisa diaplikasikan untuk mengembangkan bisnis pribadi di masa yang akan datang,” ujar Alwi Salam saat acara pelepasan mahasiswa di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Jakarta (16/8).

    Program NIAPP merupakan hasil kerja sama antara Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Northern Territory Cattlemens Association (NTCA) Australia dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Program ini merupakan bagian dari kerjasama dan dukungan dari Red Meat and Cattle Partnership yang diinisiasi pemerintah Australia. Hingga saat ini, program NIAPP telah mengirim 89 mahasiswa Indonesia ke Australia Utara.

  • Mahasiswa IPB University Kenalkan Hewan Ternak kepada Siswa SD Melalui Agroedutourism

    Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan kegiatan Agroedutourism bagi siswa-siswi sekolah dasar (SD). Kegiatan agroedutourism ini bertujuan mengenalkan hewan ternak kepada siswa-siswi SD sejak dini.

    Kegiatan ini dilaksanakan di Jl. Bukit Asam Ujung 1 No 31, Komplek Laladon Indah, Bogor, tepatnya di kediaman salah satu dosen Fakultas Peternakan IPB University, Prof Dr Ir Nahrowi MSi, pada Sabtu (22/2). Kegiatan ini sedikitnya diikuti oleh 60 siswa dari SDN Situ Udik.

    Pada kesempatan ini, para siswa dan siswi dikenalkan hewan ternak seperti ternak ruminansia dan unggas. Para siswa juga berkesempatan memberi pakan hewan ternak, bermain game serta belajar membuat adonan bakso daging.

    Ternak yang dikenalkan kepada para siswa terdiri dari kelompok ruminansia dan unggas. Ternak ruminansia terdiri dari sapi, domba, dan kambing. Ternak unggas lebih bermacam-macam, diantaranya burung merpati, merpati pos, burung tekukur, kalkun, ayam ras, ayam kate, angsa, dan entog.

    Pelaksanaan kegiatan disertai adanya games seru guna meningkatkan antusiasme peserta. Pembuatan bakso juga diadakan sebagai sarana edukasi kepada peserta mengenai produk olahan ternak. (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa KKN-T IPB University Ajari Warga Cikarawang Membuat Yoghurt

    Sepuluh mahasiswa IPB University peserta Kuliah Kerja Nyata-Tematik (KKN-T) 2020 melatih ibu-ibu anggota PKH Desa Cikarawang Kabupaten Bogor membuat Yoghurt, (27/7). Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi dari susu sapi murni dengan menggunakan kultur bakteri asam laktat atau yoghurt starter. 

    Salah satu khasiat dari yoghurt adalah untuk memperkuat sistem imun. Di masa pandemi ini, sistem imun tubuh penting untuk terus terjaga. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir dampak dari virus COVID-19. 

    “Pelatihan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, baik dari cara membuat, pengemasan, maupun sebagai pengetahuan mengenai manfaat yoghurt. Salah satunya adalah dalam meningkatkan imunitas terlebih di masa pandemi ini. Selain itu, pelatihan produk hasil fermentasi susu ini diharapkan mampu menjadi salah satu upaya pengembangan ekonomi masyarakat dengan bahan yang mudah didapat,” ujar Kevin Erlangga sebagai Ketua Kelompok KKN-T Desa Cikarawang. 

    Pelatihan ini dilakukan pada masa pandemi, sehingga tetap memperhatikan protokol kesehatan. “Tetap utamakan kesehatan, mematuhi protokol yang berlaku, jumlah peserta yang hadir juga diberi jarak, serta diusahakan tetap memperhatikan durasi waktu pelatihan walaupun berada di zona hijau,” ujar Dr Sri Darwati sebagai Dosen Pembimbing Lapang (DPL) tim KKN-T IPB University Desa Cikarawang (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa KKNT-IPB melakukan Demo Pengolahan Hasil Ternak di Desa Sudajaya Girang, Selabintana Sukabumi

    Demo pengolahan hasil ternak di Desa Sudajaya Girang diselenggarakan di Poktan Alamanda, Kampung Flori, Selabintana, Sukabumi  pada hari Selasa, 11 Agustus 2020. Acara yang dihadiri oleh perwakilan Ibu-Ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), KWT (Kelompok Wanita Tani), dan Posyandu ini berjalan dengan sangat lancar sesuai dengan protokol Covid-19 . Meskipun peserta dibatasi maksimal 20 orang, tetapi peserta sangat antusias karena demo mengenai pengolahan hasil ternak ini merupakan acara pertama yang diselenggarakan di desa ini.

    Demo yang dilakukan berupa pengolahan susu menjadi susu pasteurisasi dengan berbagai varian rasa, pembuatan lotion dan masker wajah, dan pembuatan bantal dari bulu domba. Selain cara pengolahan, demo juga membahas mengenai cara penyimpanan, packaging,dan cara pemasaran produk. Menariknya,  peserta secara sukarela mengajukan diri untuk menjadi volunteeruntuk membantu pelaksanaan demo tanpa harus ditunjuk. Peserta yang lain ikut memerhatikan dengan seksama dan mencatat semua prosedur yang dilakukan. Acara berjalan dengan sangat kondusif meskipun cuaca saat itu sedang turun hujan.

    Selain demo, tim KKNT IPB 2020 membagikan susu pasteurisasi hasil olahan gratis kepada seluruh peserta, sehingga peserta dapat langsung mencicipinya. Selain itu, dibagikan juga flyersanitasi, handsanitizer, dan masker kepada seluruh peserta. Acara ini disponsori oleh Fresh Millack yang pemiliknya sendiri merupakan salah satu anggota KKNT IPB, yaitu saudara Radja Panutan. Acara ini berlangsung sekitar 3 jam lamanya.

    “Terima kasih kepada mahasiswa KKNT IPB 2020 telah menyelenggarakan acara ini, semoga ilmunya bisa bermanfaat bagi kita, apalagi untuk tim PKK, KWT, bisa jadi peluang bisnis untuk memajukan desa kita, semoga tahun depan acaranya bisa diadakan lagi oleh tim KKN selanjutnya” tutur Ibu Erni selaku tim penggerak Ibu-ibu PKK Desa Sudajaya Girang.  Acara diakhiri dengan foto bersama dan hiburan.

  • Mahasiswa Teknologi Produksi Ternak Melaksanakan Praktikum Tematik di PT Global Dairi Alami

    Mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Ternak mengikuti praktikum tematik di PT Global Dairi Alami, Subang, 13/4. Kegiatan ini bertujuan supaya mahasiswa bisa belajar dan dapat mengadopsi inovasi dan teknologi dari industri sapi perah. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga bertujuan agar mahasiswa lebih siap dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti. 

    Iyep Komala, dosen pendamping praktikum menerangkan, mahasiswa Teknologi Produksi Ternak dapat belajar tentang integrated dairy farm di PT Global Dairi Alami (PT GDA). Proses yang dilakukan di perusahaan tersebut mulai dari budidaya sapi perah, perkandangan, pemerahan dengan menggunakan rotary milking, penanganan susu, pengolahan susu, packaging, pemasaran sampai pengolahan limbah skala industri.

    "Kami sangat menyambut baik adanya kunjungan ini karena akan bermanfaat bagi para mahasiswa dalam melihat dunia industri lebih dekat, membandingkan ilmu yang diperoleh di kampus dengan praktiknya di lapangan serta memberikan motivasi untuk belajar lebih kreatif dalam mempersiapkan diri untuk bersaing di dunia industri setelah lulus nanti," kata Asep Kayudin, MM Senior Head of Manufacturing PT GDA.

    Anis Zamaluddien juga mengaku senang atas kunjungan mahasiswa IPB University tersebut. "Senang sekali dapat kunjungan dari mahasiswa TPT IPB University. Sharing beberapa hal terkait Integrated Dairy Farm. Diskusinya menarik dan terlihat antusiasme yang tinggi dari mahasiswa TPT. Semoga sukses studinya dan bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa di masa depan," kata Anis Zamaluddien, MP, QA/QC Manager PT Global Dairi Alami (ipb.ac.id)

  • Manajemen Logistik Daging Ayam dikala Pandemi

    Fakultas Peternakan IPB University dan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) kembali gelar pelatihan online yang menghadirkan Sudarno selaku General Manager Logistic PT Sierad Produce, Tbk. Pada pelatihan ini SUdarno membagikan tips bagaimana manajemen rantai pasok dan logistik daging ayam  pada masa pandemi COVID-19.

    “Pengiriman daging ayam beku dibedakan dengan pengiriman untuk daging ayam segar. Ini karena perlakuan untuk kedua jenis produk tersebut berbeda. Perlakuan tersebut berimbas pada biaya logistik. Untuk produk daging ayam beku biaya pengiriman rendah akan tetapi biaya penyimpanan lebih tinggi begitupun sebaliknya dengan daging ayam produk segar, biaya pengiriman tinggi namun biaya penyimpanan lebih rendah. Hal tersebut perlu disiasati agar terhindari dari pembengkakan biaya logistik,” ujarnya.

    Ia mengungkap selama pandemi ini penjualan perusahaannya turun per bulan Februari hingga April tercatat penurunan 30-50 persen. Sementara per bulan Mei sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya.
    “Harapannya penjualan di bulan Juni ini bisa meningkat lagi atau setidaknya bertahan dari bulan sebelumnya. Untuk menekan biaya operasional, salah satunya dengan menekan loss inventory yakni dengan menekan kematian di tempat tiba,” tuturnya.

    Ia juga mengutarakan bahwa selama pandemi dan adanya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), surat izin operasional logistik sangat ketat dan kompleks. "Protokol kesehatan dalam logistik daging ayam ini sangat kami perhatikan. Hal tersebut mendorong kami untuk lebih displin dengan kesehatan. Hal ini sebagai komitmen kami untuk memastikan bahwa daging ayam tetap aman dan sehat ketika sampai di tangan konsumen,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Membidik Komoditas Baru Bernama Ulat Hongkong

    Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) yang didukung oleh Fakultas Peternakan IPB University menyelenggarakan Online Training, dengan mengangkat tema "Satwa Harapan, Ulat Hongkong", (27/6) dengan menggunakan aplikasi Zoom.

    Ketua Umum FLPI yang juga dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Prof Dr Luki Abdullah mengatakan kegiatan pelatihan ini sebagai wadah untuk sharing informasi yang berkaitan dengan satwa harapan yaitu Ulat Hongkong. Kegiatan ini juga sebagai incoming commodity untuk bisa dikembangkan dan ditingkatkan oleh pelaku usaha Ulat Hongkong di Indonesia dengan baik.

    "Harapannya ke depan, dapat membangun jejaring satu dengan yang lain, karena pelaku usaha Ulat Hongkong di Indonesia belum begitu banyak. Selain dibutuhkan modal dan pangsa pasar yang optimal, juga diperlukan keuletan dalam budidaya Ulat Hongkong. Sehingga peningkatan pengembangan usaha Ulat Hongkong ini dapat meningkat dengan maksimal," katanya.

    Sebagai narasumber training, Prof Dr Asnath Maria Fuah, dosen IPB University yang merupakan Guru Besar di Fakultas Peternakan  membahas tentang “Satwa Harapan, Pilihan Usaha Menjanjikan yang Efisiens”. Ulat Hongkong merupakan larva dari proses metamorfosis kumbang kecil (yaitu telur, larva, kepompong, dan kumbang). Nah, larva itulah yang disebut dengan Ulat Hongkong. Ulat Hongkong banyak digunakan sebagai pakan burung, ikan dan binatang peliharaan lainnya.

    "Keunggulan usaha satwa harapan yakni Ulat Hongkong adalah nilai ekonomi tinggi, siklus hidup pendek, relatif tahan dari penyakit, mudah beradaptasi dan ramah lingkungan, efisiens modal dan efisiens lahan dan ruang," ujarnya.

    Prof Asnath menambahkan, strategi budidaya satwa harapan (Ulat Hongkong) yang berkelanjutan yaitu ketersediaan pakan dan bibit secara cukup dan sustainable, kemudian penguatan kapasitas organisasi, sumberdaya manusia (SDM) dan kemitraan (pentahelix), pembenahan infrastruktur, sistem distribusi dan tataniaga, penguatan teknologi budidaya dan pasca panen dan kebijakan menyangkut regulasi tata ruang dan kawasan budidaya.

    Hadir juga pemateri lain yang juga dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Dr Yuni Endrawati Cahya, juga alumni Fakultas Peternakan IPB University sekaligus Founder PT Sugeng Jaya Group yang bergerak di bisnis ulat hongkong yakni Koes Hendra Agus Setiawan, SPt (ipb.ac.id)

  • Mengenal Sosok Anuraga Jayanegara, Profesor Muda IPB University

    Prestasi ini ia raih karena ketekunannya dalam menulis artikel ilmiah. Ayah enam anak ini selalu konsisten dan fokus dalam menulis artikel ilmiah. Dalam menggeluti profesinya sebagai dosen dan juga peneliti, ia menjadikan menulis artikel ilmiah sebagai suatu kegiatan rutin harian.

    “Saya meluangkan waktu sekitar setengah jam atau satu jam setiap hari untuk aktivitas menulis. Yang penting rutin,” ucap dosen di Fakultas Peternakan IPB University ini.

    Prof Anuraga menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Peternakan IPB University pada Mei 2003. Setelah itu, ia mendapat gelar Master of Science (M.Sc) di Agricultural Sciences in the Tropics and Subtropics (Minor in Animal Nutrition), University of Hohenheim, Stuttgart, Jerman.

    Prof Anuraga juga pernah menjalani Postgraduate Diploma (PgDip) di Spanyol mengenai Modeling in Ecology and Natural Resource Management, Polytechnic University of Catalunya, Barcelona pada September 2011. Ia kemudian meraih gelar PhD di Swiss Federal Institute of Technology (ETH) Zurich, Switzerland. Dan pada Maret 2021, ia mulai mendalami ilmu agama dengan mengikuti Program Magister Pendidikan Agama Islam (kelas karyawan) di Universitas Muhammadiyah Tangerang.  

    Berkat perjuangannya ini, tidak heran Prof Anuraga memiliki sejumlah prestasi, di mana salah satunya adalah menjadi Dosen Berprestasi Nasional 2019 (peringkat 1) untuk kategori Sains dan Teknologi.

    “Untuk mendapatkan ini semua, perlu perjuangan. Baik dari segi ikhtiar maupun tawakkal. Hal penting lainnya adalah meminta doa orang tua, keluarga dan orang-orang soleh. Jangan pernah menyerah, terus persisten menghadapi ujian dan tantangan yang ada. Ini semua karena pertolongan dan kehendak dari Allah SWT,” ucapnya.

    Saat ini Prof Anuraga Jayanegara menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB University. Ia juga pernah menjadi Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan IPB University.

    Karena kepakarannya di bidang Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, ia pun turut serta menjadi Editorial Board berbagai jurnal nasional dan internasional. Diantaranya Asian Australasian Journal of Animal Sciences, South Korea (Internasional Q1), Frontiers in Veterinary Science, Switzerland (Internasional Q1), Jurnal Agripet, Universitas Syiah Kuala (Nasional S2), Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Universitas Brawijaya (Nasional S2), Tropical Animal Science Journal, IPB University (Internasional Q2).

    Tidak jarang, ia juga berkesempatan menjadi Dosen Tamu di luar negeri, seperti di Hiroshima University dan Mie University (Jepang), di Ghent University (Belgium), Poznan University of Life Sciences (Polandia), dan di almamaternya sendiri yakni ETH Zurich - Switzerland (ipb.ac.id)

  • Minimalkan Stres Ternak Saat Transportasi, Terapkan Prinsip Kesrawan

    Proses transportasi ternak menjadi aktivitas yang rentan terhadap tekanan atau stres pada ternak yang diangkut. Faktor-faktor yang berkontribusi pada stres ternak saat transportasi diantaranaya yakni usia ternak, jenis kelamin, jenis ternak, status fisiologi dan adanya pengalaman sebelumnya.

    “Stres pada ternak selama transportasi terbagi dalam dua kategori, yakni stres fisiologi dan stres fisik. Stres fisiologi misalnya kekangan, handling atau penanganan dan lingkungan baru. Sedangkan stres fisik antara lain lapar, haus, lelah, cedera dan panas,” kata Muhamad Baihaqi selaku pakar bidang produksi ternak ruminansia kecil, Fakultas Peternakan IPB, dalam Online Training bertema “Logistik Ruminansia Kecil (Domba/Kambing)” pada 19-20 Juni 2020.

    Acara yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB tersebut juga menghadirkan narasumber penting lain, yakni Business Owner Mitra Tani Farm, Budi Susilo.

    Untuk meminimalkan stres pada saat transportasi ternak, maka sangat dibutuhkan penerapan kesejahteraan hewan (Kesrawan/animal welfare). Baihaqi menjelaskan, yang dimaksud dengan Kesrawan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

    Ia menandaskan, prinsip kebebasan hewan pada pengangkutan atau transportasi dilaksanakan sesuai dengan regulasi pemerintah, yakni PP No. 95/2012, harus dilakukan dengan cara yang tidak menyakiti, melukai dan/atau mengakibatkan stres, menggunakan alat angkut yang layak, bersih, sesuai dengan kapasitas alat angkut. Kemudian tidak menyakiti, tidak melukai, dan/atau tidak mengakibatkan stres, serta memberikan pakan dan minum yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis ternak (majalahinfovet.com)

  • MPKMB 58 Fakultas Peternakan IPB Meriah Dengan Kehadiran Alumni dan Dosen Kebanggaan Fapet

    Rangkaian acara MPKMB (Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru) IPB angkatan 58 untuk Mahasiswa Fakultas Peternakan telah digelar pada Selasa (10/8). Kegiatan yang bertajuk Faculty Time Fakultas Peternakan ini menghadirkan jajaran Pimpinan Fakultas Peternakan, Pengajar, serta seorang Alumni yang sukses di bidangnya.

    Acara dipandu dengan apik dan ceria oleh Ketua BEM D Makka Ibnu Ahmed dengan moderator dari Komisi Kemahasiswaan Fapet Iyep Komala, S.Pt, M.Sc. Pengenalan seputar kampus diawali oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M. Sc.Agr. Dekan Fapet menyampaikan kebanggaan dan sambutan yang luar biasa bagi mahasiswa baru angkatan 58 yang juga disebut Mahardika Cakrabinaya.  “Fakultas Peternakan IPB merupakan yang tertua di Indonesia dan termasuk satu dari lima Fakultas yang pertama kali dibangun di IPB” ujarnya saat menceritakan sejarah Fapet yang dilanjutkan dengan pemaparan visi misi dari Fakultas Peternakan IPB. Selanjutnya, Dekan juga memperkenalkan segenap jajaran dan menyapa para peserta kegiatan, mereka adalah Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Dr. Sri Suharti, S.Pt., M.Si.

    Hadir pula para Ketua Departemen yang ada di Fakultas Peternakan yaitu Dr. Tuti Suryati, S.Pt, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) dan Ketua Departemen Ilmu Nutrisi  dan Teknologi Peternakan (INTP) Prof. Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt., M.Sc. Para Kadep memberikan sambutan serta mengenalkan Prodi masing-masing serta staf pendidik maupun pengajar yang ada di Departemen tersebut.Pesan mendalam disampaikan oleh Kadep INTP yang mengatakan bahwa IPB menginginkan agar lulusannya menjadi pembelajar sejati “Sampai nanti kita diharapkan terus menjadi pembelajar sejati, tidak ada kata berhenti dalam belajar” ujar guru besar termuda se-Indonesia itu di sela-sela sambutannya.

    Selain dari dalam kampus, terdapat sosok istimewa dan dibanggakan oleh segenap civitas Fapet. Beliau adalah Wakil Gubernur Sumatera Barat Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng. Sambutan dan cerita seputar kuliah sampai pengalaman serta pencapaian saat ini beliau sampaikan secara hangat, bahkan tidak segan menyapa para mahasiswa yang berasal dari daerah Sumbar. Beliau juga menyemangati para mahasiswa dan memberikan motivasi seputar kuliah di Fakultas Peternakan “Fapet adalah Fakultas yang luar biasa, nilai ekonomis yang tinggi dengan konsumsi protein hewani yang masih renah di Indonesia menjadikan potensi bisnis sangat terbuka” jelasnya. (Femmy)

  • Orasi Ilmiah "Generasi Baru Inovasi Produk Hasil Ternak Fungsional Melalui Pemanfaatan Bakteri Asam Laktat dan Bahan Alami"

    Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk hasil ternak lokal yang lebih aman dan menyehatkan dibanding produk-produk hasil ternak impor. Dengan komitmen dan dukungan yang kuat, aksi ini bisa menjadi tonggak kemandirian dan kedaulatan pangan nasional. Visi kedaulatan pangan ini disampaikan dalam orasi ilmiah Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, SPt. MSi dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Sabtu, 13 April 2019.

    Dalam Orasi Ilmiah yang bertema  "Generasi Baru Inovasi Produk Hasil Ternak Fungsional Melalui Pemanfaatan Bakteri Asam Laktat dan Bahan Alami",  Prof. Irma menyatakan, produk hasil ternak adalah pangan bergizi tinggi dan sumber protein hewani yang penting bagi kesehatan masyarakat. Tak seperti di negara-negara maju, tingkat konsumsi produk hasil ternak dan protein hewani Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi susu dan produk olahan susu di Indonesia hanya berkisar 11,8 liter per kapita per tahun.

    “Di masa depan, kita tidak lagi bicara tentang produk ternak untuk makanan saja tapi kita akan bicara lebih jauh tentang sosis antikanker, yogurt antidiabetes, bakso penstimulan imunitas dan lain sebagainya. Itulah generasi-generasi baru produk pangan hasil ternak yang tidak mustahil bisa diwujudkan di masa mendatang,” lanjutnya.

    Dalam penutup orasinya, Prof. Irma Menyatakan bahwa  keterlibatan semua pemangku kepentingan sangat penting untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia. Kerja sama antara akademisi, peneliti, pemerintah dan industri penting dilakukan dalam penyediaan produk olahan hasil ternak yang sehat dan aman dikonsumsi guna mewujudkan kesejahteraan peternak secara khusus dan masyarakat secara umum.