Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Peternakan (BEM FAPET) IPB University menghadirkan pakar peternakan pada diskusi daring, Sabtu (16/5). Diskusi ini juga berkolaborasi dengan Kementerian Kebijakan Agrikompleks BEM KM IPB University.
Dalam sambutannya, Dr Idat Galih Permana, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiwaan, Fapet IPB University menyampaikan pada bulan puasa, komoditas peternakan biasanya mendapat keuntungan yang cukup baik. Namun, tahun ini sektor peternakan produksinya menurun karena rendahnya permintaan terhadap komoditas peternakan.
“Dalam kondisi seperti ini harusnya pemerintah membuat interevensi. Bukan hanya menstabilkan harga tapi juga mensejahterakan peternak. Hari ini kita ditemani para pakar untuk mendiskusikan hal tersebut dan mencari solusinya,” ujar Dr Idat.
Hadir sebagai pemateri Dr Suswono (mantan Menteri Pertanian RI periode 2009-2014), Dr Audy Joinaldy (Ketua Umum Himpunan Alumni Peternakan IPB University) dan Dr Rochadi Tawaf (Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternakan Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI). Kegiatan diksusi ini dipandu oleh Ahlun Najam Ketua BEM FAPET IPB University.
Menurut Dr Suswono ketahanan pangan terutama daging sangat tergantung dari kebijakan pemerintah. Situasi wabah seperti ini menjadikan daerah dengan komoditas utama ternak harus dilindungi harganya. Hal ini dilakukan agar sektor peternakan lebih bergairah. Tidak hanya itu, peternak juga harus dibantu dan dikuatkan dengan insentif.
“Jangan sampai peternak dipusingkan dengan masalah penjualan dan tidak tersedianya pasar. Jika hal ini tidak dilakukan, harga di tingkat peternak akan jatuh dan kapok untuk beternak. Hal ini akan menyebabkan ketersediaan daging menurun dan memunculkan opsi impor lebih banyak agar kebutuhan tercukupi,” lanjut Suswono.
Sementara Dr Audy memaparkan bahwa industri peternakan memiliki banyak kesempatan di masa pandemi. Namun, kondisi pandemi juga membuat masyarakat kehilangan pekerjaan yang menyebabkan daya beli menurun. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap daging.
“Harga ayam turun karena industri rumah makan kecil menurun. Semenjak kegiatan pengajian, kawinan maupun pertemuan dilarang, maka permintaan ayam turun. Dampak menurunnya permintaan daging menyebabkan banyak perusahaan menurunkan produksinya. Bahkan semua industri peternakan mengalami kerugian sekitar 50 sampai 60 persen,” ujar Audy.
Menurutnya, solusi utama fenomena ini adalah peran pemerintah dan inovasi dari para pengusaha. Pemerintah harus bisa menjadi leader untuk mencapai target yang telah ditentukan. Selian itu, diperlukan juga insentif untuk peternakan rakyat. Keseriusan dalam membuat database juga menjadi prasyarat untuk mengatasi krisis di sektor peternakan yang saat ini terjadi.
Dr Rochadi menyebutkan bahwa inovasi dari perguruan tinggi harus dihadirkan untuk membantu peternak. “Banyak sekali inovasi yang sudah dibuat oleh mahasiswa dan dosen sehingga bisa dijadikan sebagai solusi bagi peternak. Di samping itu, pemerintah harus serius dan konsisten dengan kebijkan berbasis riset dan dan data.(ipb.ac.id)