Proses transportasi ternak menjadi aktivitas yang rentan terhadap tekanan atau stres pada ternak yang diangkut. Faktor-faktor yang berkontribusi pada stres ternak saat transportasi diantaranaya yakni usia ternak, jenis kelamin, jenis ternak, status fisiologi dan adanya pengalaman sebelumnya.

“Stres pada ternak selama transportasi terbagi dalam dua kategori, yakni stres fisiologi dan stres fisik. Stres fisiologi misalnya kekangan, handling atau penanganan dan lingkungan baru. Sedangkan stres fisik antara lain lapar, haus, lelah, cedera dan panas,” kata Muhamad Baihaqi selaku pakar bidang produksi ternak ruminansia kecil, Fakultas Peternakan IPB, dalam Online Training bertema “Logistik Ruminansia Kecil (Domba/Kambing)” pada 19-20 Juni 2020.

Acara yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB tersebut juga menghadirkan narasumber penting lain, yakni Business Owner Mitra Tani Farm, Budi Susilo.

Untuk meminimalkan stres pada saat transportasi ternak, maka sangat dibutuhkan penerapan kesejahteraan hewan (Kesrawan/animal welfare). Baihaqi menjelaskan, yang dimaksud dengan Kesrawan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

Ia menandaskan, prinsip kebebasan hewan pada pengangkutan atau transportasi dilaksanakan sesuai dengan regulasi pemerintah, yakni PP No. 95/2012, harus dilakukan dengan cara yang tidak menyakiti, melukai dan/atau mengakibatkan stres, menggunakan alat angkut yang layak, bersih, sesuai dengan kapasitas alat angkut. Kemudian tidak menyakiti, tidak melukai, dan/atau tidak mengakibatkan stres, serta memberikan pakan dan minum yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis ternak (majalahinfovet.com)