Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University kembali menugaskan tim dosen dari Fakultas Peternakan dan peneliti dari Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) untuk melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat pada Minggu, (24/11). Melalui program Dosen Mengabdi, LPPM menugaskan Ir M Agus Setiana, MS (Dosen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan), Muhammad Baihaqi, SPt, MSc (Dosen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan), Ir M Yannefri Bakhtiar, MSi dan fasilitator LPPM, Tika Mazda untuk mengabdi di Desa Neglasari, Bogor.
Menurut Tika, potensi lain dari Desa Neglasari adalah banyaknya masyarakat desa yang melakukan kegiatan ternak domba. Pada minggu pertama penempatan di desa, telah dilakukan kegiatan pemetaan sosial dan ditemukan bahwa terdapat beberapa warga desa yang memiliki usaha ternak domba, sehingga perlu adanya kegiatan sosialisasi dan pemberian edukasi oleh dosen IPB University kepada masyarakat agar perekonomian masyarakat desa Neglasari dapat meningkat.
Kegiatan pengabdian masyarakat kali ini terdiri dari tiga sesi penyampaian materi dan dilanjutkan sesi focus group discussion (FGD) serta tanya jawab. Materi pertama disampaikan oleh salah satu penggagas Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di desa lingkar kampus yang juga merupakan peneliti di P2SDM IPB University, Yanefri Bakhtiar.
Yannefri menyampaikan tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui program Kampus Desa. “Kampus Desa hampir mirip dengan kegiatan Dosen Mengabdi LPPM IPB University, yaitu program pemberdayaan masyarakat dengan prinsip sharing sumberdaya dari para stakeholder yang terlibat (IPB University, masyarakat, pemerintah, dan swasta) dengan tujuan memberikan solusi permasalahan pertanian secara umum,” ujarnya.
Melalui kelembagaan seperti Posdaya, Yannefri menghimbau agar masyarakat dapat ikut terlibat aktif dan partisipatif sehingga mampu mendapatkan informasi dan akses dengan lebih mudah.
Pada sesi materi selanjutnya, diisi oleh Dosen Fakultas Peternakan IPB University tentang Manajemen Pemeliharaan Domba/Kambing. Baihaqi menyampaikan bahwa salah satu faktor utama kurangnya produktivitas ternak domba yang diusahakan oleh masyarakat Desa Neglasari yaitu akibat manajemen pemeliharaan hewan yang tidak maksimal. Selama ini masyarakat hanya fokus kepada pakan ternak mereka, agar dapat menjual domba/kambing yang memiliki kuantitas bobot yang besar agar harganya jualnya juga tinggi. Namun, jika tidak didukung dengan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan dari hewan ternaknya dikhawatirkan justru malah menimbulkan gangguan fisik dan psikis domba/kambing tersebut.
“Manajemen pemeliharaan ternak hewan apapun, jika dilakukan dengan tekun dan penuh kesabaran akan menghasilkan sesuatu yang baik. Apabila hewan ternaknya sehat dan layak jual, maka pasar pun akan datang sendirinya,” ujarnya.
Ia pun menghimbau agar masyarakat melakukan proses manajemen pemeliharaan dan pemasaran ternak domba secara berkelompok dengan mengedepankan asas gotong-royong. Hal tersebut dilakukan supaya semua masyarat desa Neglasari yang sudah memiliki ternak domba ataupun yang belum, memperoleh manfaat yang sama. Hal ini menurut Yannefri, juga mampu memunculkan citra atau label untuk desa Neglasari sebagai kampung percontohan ternak domba atau Kampung Edukasi Domba bagi desa-desa lainnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Ternak Domba di Desa Neglasari, Sukri, mengutarakan kesiapannya dan warga desa untuk melakukan manajemen pemeliharaan ternak domba mereka. Seperti memandikan domba dengan rutin, menjaga kesehatan fisik domba dengan mencukur bulu dan menggunting kuku domba, serta memelihara kandang domba agar terhindar dari penyakit berbahaya.
Kemudian sesi terakhir diisi oleh Dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Ir Agus Setiana. Dalam paparannya, Ir Agus menyampaikan materi mengenai tanaman pakan ternak domba yang berkualitas dan mudah dibudidayakan yaitu tanaman Indigofera. Berdasarkan hasil peneilitian, kandungan protein pada Indigofera lebih besar dari jenis rerumputan lainnya.
Indigofera merupakan sumber pakan hijauan yang memiliki kualitas tinggi, dapat berfungsi sebagai cadangan pakan hijauan, sekaligus sebagai pencegah dampak erosi dan mengisi areal kosong menjadi produktif. Namun selama ini masyarakat mempercayai bahwa dengan memberikan rerumputan dalam jumlah banyak, akan mempengaruhi bobot hewan ternaknya.
“Pada umumnya peternak memberikan pakan ternaknya berupa rerumputan seperti ilalang, jerami padi dan jenis rumput lainnya. Padahal jenis pakan seperti itu hanya kaya akan sumber energi, tidak untuk membentuk bobot ternak itu sendiri,” tutur Agus.
Pada kesempatan in muncul gagasan untuk menjadikan desa Neglasari sebagai kampung indigofera. Hal tersebut dapat memberikan nilai jual sekaligus ciri khas bagi kelompok ternak domba di Desa Neglasari.
“Saya siap untuk kembali turun ke desa, apabila masyarakat Neglasari ingin dibimbing lebih lanjut perihal pakan ternak domba yaitu indigofera. Saya berharap Desa Neglasari dapat menjadi kampung percontohan sektor peternakan domba bagi desa lingkar kampus lainnya dan bahkan desa se-Jawa Barat,” imbuhnya. Kegiatan Dosen Mengabdi pun ditutup dengan pemberian 300 bibit tanaman indigofera kepada masyarakat desa yang hadir. (ipb.ac.id)