Kegiatan Dosen Mengabdi IPB University kembali hadir menyapa masyarakat. Kali ini, para peternak dan pecinta kelinci dari berbagai wilayah Bogor dan sekitarnya mendapatkan ilmu mengenai budidaya kelinci dari dua orang narasumber yang berasal dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University. Acara yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dan bertemakan  "ASUH Kelinci Kita" ini digelar di Ruang Sidang Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Kampus Baranangsiang, Bogor (14/12).

Kegiatan bimbingan teknis (bimtek) ini dihadiri oleh 30 peserta yang mayoritas merupakan para peternak kelinci. Hadir sebagai salah satu narasumber, Dr Ir Henny Nuraini, MSi membawakan materi tentang "Sertifikasi Halal pada Industri Peternakan Kelinci" dan "Teknik Pemotongan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal)".

Dr Henny memaparkan bahwa daging kelinci memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan daging dari jenis ternak lain. Daging kelinci memiliki kadar protein lebih tinggi, memiliki kadar lemak, kolesterol dan garam lebih rendah serta mengandung senyawa kitotefin yang disinyalir merupakan obat dari penyakit asma. Namun masyarakat di Indonesia belum begitu awam dengan jenis daging yang satu ini. Salah satu penyebab kurang minatnya masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi daging kelinci adalah terkait dengan status kehalalan dagingnya.

Pada bimtek ini, para peserta diedukasi mengenai standar penentuan kehalalan suatu makanan, khususnya daging. Selain mengedukasi bagaimana teknik pemotongan kelinci yang benar, konsep ASUH ini sendiri merupakan suatu standar kualitas daging kelinci nantinya.  “Penerapan standar Aman, Sehat, Utuh, dan Halal ini akan semakin membuat masyarakat lebih yakin untuk mengkonsumsi daging kelinci karena kualitasnya akan lebih terjamin,” ujarnya.

Sementara itu, Dr Ir Komariah, MSi menyampaikan materi terkait "Teknologi Pengawetan dan Penyamakan Kulit". Menurutnya selama ini para peternak kelinci memang lebih memfokuskan untuk menghasilkan produk berupa daging  beserta olahannya. Padahal, kulit dari kelinci pun akan memiliki nilai tambah yang menarik jika dikelola secara tepat. Selain dijadikan bahan dasar pada Industri pembuatan tas, sepatu, ataupun jaket, kulit kelinci yang sedikit baret tampilannya tetap dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kerupuk kulit atau krecek untuk dikonsumsi. Hal ini pun termasuk ke dalam upaya pengurangan limbah hasil produksi.

Kegiatan ini pun turut menjadi wadah penyampaian aspirasi para penggiat usaha kelinci terhadap pemerintah. Turut hadir sebagai salah satu partisipan, drh Patriantariksina Randusari, MSi yang berasal dari Dinas Pertanian Kota Bogor. Menurutnya kegiatan seperti ini dapat dijadikan agenda rutin. Dengan adanya kegiatan seperti ini, industri kelinci akan semakin dikenal di kalangan masyarakat luas dan pemerintah.

“Saya menghimbau agar wacana-wacana bagus yang hadir di sini dapat ditindaklanjuti, khususnya untuk rumah potong kelinci. Semoga peternakan kelinci di Indonesia akan terus berkembang dan maju menjadi sebuah industri yang besar, layaknya industri dari berbagai ternak seperti ayam dan sapi. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar usaha peternakan kelinci dapat menjadi industri besar,” ujarnya.

Sementara itu, Ahmad Syahril, salah satu peserta yang berasal dari komunitas Bogor Rabbit Center mengatakan bahwa tanpa adanya dukungan dari pemerintah, peternak seperti mereka akan sulit sekali maju.(ipb.ac.id)