Pandemi COVID-19 berdampak pada produk pertanian dan pertanian baik di Indonesia maupun global. Produk peternakan dan pertanian saat ini mengalami berbagai kendala seperti harga di tingkat produsen yang turun, distribusi ke konsumen menjadi terhambat, dan naiknya harga di tingkat konsumen.
Dengan mengamati perkembangan peternakan dalam pandemi COVID-19 saat ini, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan (INTP Fapet) IPB University menggelar Rembug Online dengan tema Strategi Bisnis Industri Pakan dan Peternakan Perunggasan Akibat Pandemi COVID-19. Rembug Online yang digelar pada 22/4 tersebut menghadirkan dua pembicara yaitu Ir Suaedi Sunanto SPt, MBA IPU (CEO at Nutricell Pacific), Ir Audy Joinaldy SPt MSc MM IPB AseanEng (Chariman of Perkasa dan Lintas Agro Group) dan dimoderatori oleh Prof Dr Ir Sumiati MSc (Dekan Fapet IPB University yang juga Kepala Divisi Nutrisi Unggas, Departemen INTP).
Pada kesempatan ini, Audy Joinaldy memaparkan tentang kondisi peternakan saat ini. Ia menyebutkan trend produksi ternak yang menjelang puncaknya pada masa Ramadhan dan Idul Fitri mengalami pukulan telak karena masyarakat mengalami stagnasi bahkan penurunan struktur kesejahteraan sehingga ada kecenderungan untuk menahan pembelian berbagai produk peternakan.
“Pandemi COVID-19 ini memukul perekonomian masyarakat seperti krisis 1998. Hanya bedanya adalah pada tahun 1998 masyarakat masih bisa bergerak sedangkan saat ini masyarakat harus menahan diri di rumah dengan adanya physical dan social distancing,” paparnya.
Lebih lanjut ia menerangkan penjualan produk peternakan saat ini banyak yang menggunakan sistem penjualan direct selling to consumer dan juga pemotongan rantai penjualan. Pemotongan rantai penjualan ini dilakukan dengan mengerahkan karyawan peternakan untuk membantu menjual dan mendistribusikan produk peternakan yang dihasilkan.
Sementara itu, Suaedi Sunanto menjelaskan tentang dampak pandemi COVID-19 terhadap bisnis pakan ternak di seluruh dunia. Ia menjelaskan pakan unggas saat ini banyak bergantung pada produksi komponen mikro yang banyak diproduksi di China. Komponen mikro yang dimaksud adalah vitamin, mineral, asam amino dan obat-obatan.
“Hambatan produksi komponen ini menyebabkan efek domino pada harga pakan unggas yang semakin tinggi. Dalam jangka pendek produksi peternakan khususnya unggas telah mengalami pukulan yang luar biasa, meskipun demikian, beberapa waktu yang akan datang ada harapan harga produk peternakan akan naik di Idul Fitri mendatang,” paparnya.
Pandemi COVID-19, lanjutnya, membawa banyak perubahan dalam perilaku digital, rantai penjualan logistik dan menyadarkan masyarakat terhadap tingginya tingkat ketergantungan dunia unggas pada produk-produk China. “Ini menjadi tantangan untuk kita supaya dapat memproduksi pakan lokal untuk kebutuhan peternakan di Indonesia,” pungkasnya(ipb,ac,id)