Fakultas Peternakan IPB University bersama Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) menghadirkan Dr Rudi Afnan, SPt, MScAgr dalam pelatihan online mengenai Logistik Perunggasan yang bertajuk Kesejahteraan Hewan pada Transportasi Unggas, (9/6).
Transportasi hewan ternak atau unggas merupakan usaha pemindahan binatang hidup baik menggunakan transportasi darat maupun laut. Transportasi unggas sudah ada sejak abad ke-17 dan hewan ternak perlu diperlakukan selayaknya manusia”, ujar Rudi Afnan, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Perternakan (IPTP) sekaligus Wakil Dekan Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan IPB University.
Transportasi unggas merupakan proses yang dimulai dari persiapan, pemuatan, perjalanan, penurunan dan penangangan. Penurunan kualitas dan kuantitas umumnya karena terjadi kesalahan sejak di persiapan transportasi. Pada umumnya masyarakat belum mengerti hal ini makanya perlu adanya edukasi kepada masyarakat,” ujarnya.
Dalam pelatihan tersebut, Dr Rudi juga mengungkapkan bahwa sudah ada kesepakatan mengenai indikator dari kesejahteraan hewan. Ada lima aspek kesejahteraan hewan diantaranya adalah bebas dari haus dan lapar, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, bebas untuk mengekspresikan perilaku normal dan bebas dari rasa takut dan stress.
“Tujuan transportasi ternak diantaranya untuk disembelih, diperdagangkan, kegiatan olahraga, dipamerkan, budaya dan keagamaan atau rumah sakit hewan,” tutur Dr Rudi.
Ia juga mengungkapkan efek lain dari adanya transportasi ternak, seperti adanya penurunan kualitas kesehatan ternak dalam jangka panjang, adanya susut dan kematian.
Susut artinya bukan hanya penurunan berat badan ternak tetapi juga kecacatan akibat dari adanya transportasi tersebut yang mana dapat mengurangi nilai jual atau kualitas ternak itu sendiri. Kemudian kematian unggas dalam kegiatan tersebut tidak selalu karena adanya perjalanan melainkan juga karena penanganan yang dilakukan tidak semestinya baik saat persiapan transportasi atau saat penurunan setelah dilakukannya perjalanan.
“Standar susut dan mati berbeda tergantung dengan perusahaan. Umumnya 2-3 persen. Dan kejadian mati jarang terjadi kecuali ada kecelakaan tertentu. Kemudian untuk mati disebabkan karena penanganan bukan saat di perjalanan,” tambahnya.
Salah satu kendala dalam transportasi unggas adalah cekaman panas dan cekaman kepadatan dalam kandang angkut saat di perjalanan. Efek dari cekaman tersebut selain berpengaruh kepada kesejahteraan ternak, juga pada kualitas unggas seperti meningkatnya radikal bebas dan reactive oxygen species, yang secara kasat mata tidak tampak dari luar berbeda dengan memar, patah tulang dan sebagainya.
“Radikal bebas mempengaruhi tingkat stres unggas. Pemberian vitamin jauh hari sebelum kegiatan transportasi dapat mengurangi kadar kesusutan. Radikal bebas juga dapat dikurangi dengan pemberian vitamin dan mineral yang baik dan benar pada unggas,” pungkasnya (ipb.ac.id)