Ternak ruminansia berkontribusi secara signifikan terhadap laju akumulasi gas metana di atmosfer yang terkait dengan efek pemanasan global. Kontribusi ini berasal dari fermentasi enterik yang terjadi di dalam rumen dan usus besar ternak ruminansia secara anaerobik.
“Secara global, ternak ruminansia memproduksi lebih dari 80 juta ton gas metana setiap tahunnya. Di Indonesia, sapi pedaging merupakan kontributor terbesar emisi gas metana dari sektor peternakan. Ini karena populasinya yang dominan di antara ternak ruminansia besar lainnya,” ujar Prof Anuraga Jayanegara saat Konferensi Pers Pra Orasi Ilniah Guru Besar IPB University, (16/9).
Dalam paparannya, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University ini mengatakan bahwa sekitar 6-14 persen dari energi pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia, dikonversi menjadi gas metana. Proporsi tersebut semakin tinggi pada ternak yang mengkonsumsi pakan berserat tinggi yang umumnya didapati di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia.
“Dengan demikian, upaya mitigasi emisi gas metana tidak hanya bermanfaat bagi konservasi lingkungan dalam menurunkan laju pemanasan global. Tapi juga sebagai upaya menurunkan energi yang hilang dari ternak sehingga juga menunjang terhadap peningkatan produktivitas ternak ruminansia,” imbuh Profesor Termuda IPB University ini.
Dalam risetnya, Prof Anuraga menemukan bahwa polifenol yang terdapat pada tanaman dapat digunakan untuk menekan emisi gas metana. Ada korelasi negatif antara kadar polifenol berupa tanin dalam hijauan dengan emisi gas metana.
“Artinya, pakan ternak yang ditambahkan tanaman mengandung tanin (yang sudah dipurifikasi) dapat menurunkan metana. Baik tanin terhidrolisis maupun tanin terkondensasi berkontribusi dalam mitigasi gas metana,” jelas dosen IPB University di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan ini.
Menurutnya, penggunaan dua persen tanin di dalam pakan dapat menurunkan emisi gas metana sebesar 5,3 persen secara in vivo pada ternak ruminansia.
“Polifenol atau tanin juga memiliki efek lain yang bermanfaat terhadap ternak ruminansia. Tanin dapat meningkatnya produktivitas ternak ruminansia melalui proteksi protein dari degradasi rumen. Senyawa ini juga menekan infeksi nematoda saluran pencernaan sehingga meningkatkan status kesehatan ternak,” terangnya.
Ia menambahkan, tanin juga dapat mempertahankan kualitas pakan fermentasi (silase) dengan cara menghambat proteolisis dan deaminasi yang terjadi selama proses fermentasi. Dan mampu meningkatkan konsentrasi sejumlah asam lemak yang bermanfaat terhadap kesehatan manusia pada daging dan susu. Seperti conjugated linoleic acid (CLA), asam lemak omega-3 dan asam lemak tak jenuh ganda. "Tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk ini adalah kaliandra dan lamtoro, " ungkapnya