Prof Ronny Rachman Noor, pakar genetika dan pemuliaan ternak dari IPB University memberikan penjelasan tentang uniknya ayam leher gundul. Ia menyebut, keberadaan ayam leher gundul ini memang cukup jarang. Hal ini karena umumnya dipengaruhi oleh persepsi negatif masyarakat terhadap ayam ini sehingga jumlah ayam leher gundul sangat sedikit.
Dosen IPB University itu menerangkan, orang awam kalau melihat ayam leher gundul, langsung berpikir bahwa ayam tersebut sakit dan membuat takut.
“Masyarakat perlu mengetahui bahwa tidak ada kaitannya sama sekali antara ayam leher gundul dan penyakit. Tidak tumbuhnya bulu di leher dan juga terkadang di bagian tubuh merupakan fenomena genetik yang terkait dengan mutasi gen,” ujar Prof Ronny.
Prof Ronny melanjutkan, daging dan telur ayam leher gundul memiliki karakter normal seperti ayam pada umumnya. Ia juga menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsinya. Bahkan, katanya, disamping memiliki ketahanan terhadap panas, ayam gundul ini memiliki keunggulan seperti pertambahan bobot badan dan produksi telurnya lebih tinggi dibandingkan dengan ayam pada umumnya.
Terkait dengan fenomena tidak tumbuhnya bulu di bagian leher dan di bagian tubuh lainnya, Prof Ronny Rachman Noor menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian para pakar genetik terungkap bahwa fenomena ini disebabkan oleh mutasi gen.
"Tidak tumbuhnya bulu di leher dan di sebagian tubuh ayam ternyata disebabkan oleh mutasi gen yang dikenal sebagai naked neck mutation (Na). Mutasi gen Na ini terjadi karena adanya penyisipan basa sepanjang 180 pasang basa yang terintegrasi dengan gen yang mengkode protein yang dinamakan GDF7 (Growth Differentiation Factor 7) yang panjang 260 pasang basa,” ujarnya.
Guru Besar IPB University itu menjelaskan, mutasi genetik inilah yang menyebabkan produksi berlebihan molekul penghambat tumbuhnya bulu. Molekul gen tersebut dikenal dengan BMP12. Dengan demikian, memunculkan fenomena tidak tumbuhnya bulu di bagian leher dan bagian tubuh lainnya.
Terkait asal usulnya, Prof Ronny menjelaskan bahwa keberadaan ayam leher gundul ini berdasarkan catatan tertulis yang pernah ada, mulai dikenal pada 200 BC. Berdasarkan catatan tersebut, ayam leher gundul dipelihara untuk keperluan daging dan telurnya.
Prof Ronny melanjutkan, mutasi gen yang menghasilkan ayam leher gundul diperkirakan terjadi ratusan tahun lalu. Mutasi gen tersebut terjadi pada ayam yang dipelihara di wilayah Rumania utara. Ia juga menyebut, ayam gundul ini kemudian dikembangkan di Belanda, Inggris dan Amerika.
“Hasil persilangan ayam-ayam leher gundul dengan ayam asli Asia menghasilkan ayam gundul yang ada saat ini, yang pertumbuhan bobot badannya sangat cepat mencapai dua kali lipat jika dibandingkan dengan ayam lokal Asia,” ujar Prof Ronny.
Menurut Prof Ronny, dengan tidak tumbuhnya bulu di bagian leher dan bagian tubuh lainnya, ayam ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengeluarkan panas tubuhnya. “Pada lingkungan yang panas dan lembab, ayam leher gundul memiliki keuntungan lebih dapat bertahan terhadap fluktuasi suhu lingkungan sehingga bisanya pertumbuhan akan lebih cepat jika dibandingkan dengan ayam yang tidak memiliki kemampuan fisiologis dan genetis seperti ayam biasa,” ujarnya.
Ia melanjutkan, ayam leher gundul ini sangat cocok untuk dipelihara dan dikembangkan di wilayah yang suhu dan kelembabannya tinggi. Cara pemeliharaan dan pemberian pakan ayam leher gundul juga tidak ada bedanya dengan pemeliharaan ayam lokal pada umumnya.
Biasanya, kata Prof Ronny, pembudidaya perlu menyiapkan kandang untuk tempat bersarang dan lahan agar ayam dapat berkeliaran secara alami untuk mencari pakan tambahannya.
Menurutnya ayam leher gundul masih memiliki sifat mengeram sehingga tidak memerlukan mesin tetas. “Mengingat kemampuan untuk bertahan di wilayah panas dan lembab, ayam gundul sangat cocok untuk dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia, karena disamping daya tahannya terhadap panas yang sangat baik, ayam ini tumbuh lebih cepat,” ujarnya