Survey karkas tahun 2012 yang dilakukan oleh Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan bahwa sapi lokal dari peternakan rakyat di Indonesia berada dalam kondisi kurus 36 persen, sedang 49 persen, dan gemuk 15 persen. Selain itu, sekitar 30 persen sapi dan kerbau siap potong adalah berumur tua dan bobot potong rata-rata yang diperoleh adalah 50 kilogram (kg) di bawah potensi sebenarnya.
 
Oleh karena itu diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan, lingkungan kandang dan tata laksana pemeliharaan. Permasalahan utama dalam mengembangkan hijauan pakan ternak (HPT) karena terbatasnya ketersediaan lahan. Salah satu lahan yang berpotensi untuk digunakan sebagai lokasi pengembangan HPT di Kabupaten Bogor adalah lahan perhutani Kawasan Penguasaan Hutan (KPH) Bogor. Demikian hal yang mengemuka dalam Diskusi Pakar  “Potensi Pengembangan Hijauan Pakan Ternak di Areal Perhutani”, Kamis (25/2) di Ruang Sidang Rektor Gedung Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Perhutani KPH Bogor menguasai lebih dari 40 ribu hektar areal di Kabupaten Bogor, dan di beberapa lokasi sangat berpotensi untuk pengembangan HPT.
 
Direktur Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB Dr. Dodik Ridho Nurrochmat menyampaikan bahwa KSKP IPB mulai melakukan kajian pemanfaatan lahan tidur. Beberapa kajian  percontohan pemanfaatan lahan tidur dilaksanakan di lahan-lahan milik pribadi atau pengembang, yaitu  di Tanjung Sari Sumedang dan Gunung Putri Kabupaten Bogor. “Ke depan, kami tertarik mengembangkan HPT yang tumbuh di bawah naungan Perhutani,” ujarnya.
 
Kepala KPH Bogor, Asep Dedi Mulyadi, S.Hut,MM menyampaikan bahwa pihaknya sangat terbuka dengan adanya model pengelolaan kolaboratif ini. Disampaikannya, saat ini lahan yang dikelola Perhutani terbagi dua wilayah yaitu Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi. Ia menandaskan bahwa saat ini baik perusahaan bidang peternakan maupun BUMN sangat antusias untuk kerjasama terkait HPT ini.
 
Pakar peternakan dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fapet IPB, Prof.Dr. Panca Dewi Manuhara Karti menyebutkan jenis HPT yang tahan naungan dan bisa tumbuh jika dilakukan secara tumpangsari di lahan Perhutani adalah leguminosa. Dengan HPT leguminosa dapat mengurangi jumlah penggunaan konsentrat karena mengandung protein.
 
Lebih lanjut Prof. Panca mengatakan dengan asupan pakan yang cukup dan berkualitas, penambahan bobot sapi bisa mencapai 1-1,3 kg per hari. Biasanya sapi akan dijual atau dipotong setelah masa penggemukan selama 90-100 hari, dengan bobot 400-417 kg (ada kenaikan antara 00-117kg).
 
Turut hadir dalam kegiatan ini diantaranya Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Bogor Ir Yuyud Wahyudin, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Ir. Siti Farikah, MM, dan Kabid Ekonomi Bappeda Kabupaten Bogor Ir. Wawan Setiawan H, MM. (dh-ipb.ac.id)