Rencana penyebaran dan pengembangan ternak di suatu wilayah harus melalui analisis potensi yang dimiliki wilayah tersebut, berkaitan dengan ketersediaan sumber daya lahan dan daya dukung, komoditas yang akan dikembangkan serta sarana dan prasarana yang mendukung. Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari dari Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Memiliki luas areal relatif kecil yaitu 164,54 kilometer persegi (km2), tapi dengan jumlah penduduk yang besar yakni 2.834.376 jiwa (Dinas Pemerintah Kota Tangerang 2015).
Untuk itu, tiga orang peneliti yang terdiri dari Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Institut Pertanian Bogor (IPB); Asnath Maria Fuah dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB; beserta Widiatmaka dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL) Fakultas Pertanian (Faperta) IPB meneliti daya dukung dan prioritas wilayah pengembangan ternak sapi potong di Kota Tangerang Selatan.
“Kesesuaian lahan penting untuk menjamin tingkat penggunaannya secara optimal dan lestari, terutama lahan untuk ternak sapi potong sangat penting untuk keberhasilan peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Beberapa hasil studi tentang aspek lingkungan menunjukkan bahwa ternak yang berada di wilayah dengan kondisi lingkungan fisik yang sesuai dan pakan yang cukup memperlihatkan pertumbuhan ternak yang baik, ditandai oleh pertambahan bobot badan optimal,” tutur Widiatmaka.
Berdasarkan analisanya, tim ini memaparkan bahwa kecamatan basis bagi komoditas ternak sapi potong adalah kecamatan basis dengan trend pertumbuhan positif berada di Kecamatan Pamulang, Setu dan Serpong. Lahan yang tersedia merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong. “Kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong yang dianalisis di sini adalah kesesuaian lingkungan ekologis sapi dengan sistem dikandangkan, karena sebagian besar usaha peternakan sapi di Kota Tangerang Selatan adalah dengan sistem dikandangkan,” imbuh Widiatmaka.
Untuk kesesuaian lahan, hijauan makanan ternak yang dianalisis merupakan gabungan dari kesesuaian lahan untuk pertanian yaitu padi sawah dan ubi jalar serta kesesuaian lahan untuk tanaman rumput gajah, rumput setaria, leguminosa dan rumput alam. Hasil analisis hijauan makanan ternak dari gabungan kesesuaian lahan untuk pertanian dan hijauan, adalah seluruh lahan yang tersedia untuk hijauan makanan ternak merupakan lahan yang sesuai seluas 3.882 hektar yang tersebar di semua kecamatan.
Urutan prioritas pengembangan wilayah berdasarkan komoditas peternakan sapi potong di Kota Tangerang Selatan menurut nilai Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) berturut-turut sebagai berikut: (1) Kecamatan Serpong; (2) Kecamatan Pamulang; (3) Kecamatan Setu; (4) Kecamatan Pondok Aren; (5) Kecamatan Ciputat; (6) Kecamatan Serpong Utara; dan (7) Kecamatan Ciputat Timur.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, peneliti ini menyimpulkan bahwa Kota Tangerang Selatan memiliki daya dukung yang cukup untuk pengembangan ternak berdasarkan karakteristik dan kesesuaian lahan serta ketersediaan hijauan makanan ternak. Prioritas lokasi ditentukan berdasarkan potensi dan arah pengembangan yang didukung oleh sumberdaya peternak dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan peternakan perkotaan.(ipb.ac.id)