Mahasiswa IPB Formulasi Biogas Ekonomis dari Limbah Isi Rumen dan Darah Sapi

Penggunaan energi terbarukan menjadi isu penting dan mendesak terkait kelangkaan bahan bakar fosil di masa depan. Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) memberikan solusi berupa energi terbarukan yang ekonomis, ramah lingkungan, dan berpotensi besar, yaitu biogas dengan menggunakan limbah isi rumen dan tambahan darah sapi potong sebagai substrat utamanya.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Erik Kurniawan dan Annisa Rosmalia dari Fakultas Peternakan IPB, dan Vegoma Fazatha dari Fakultas Kehutanan IPB. Mereka mendapat bimbingan dari Iyep Komala, S.Pt, M.Si, dosen Fakultas Peternakan. Penelitian ini menjadi salah satu finalis PKM bidang Penelitian 2018.

"Ide ini berawal dari keprihatinan kami terhadap limbah yang dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan (RPH) yang belum dimanfaatkan dengan maksimal, yaitu limbah isi rumen (perut sapi) dan darah sapi potong yang dapat mencemari tanah dan air, serta baunya juga cukup menyengat. Sementara itu, isi rumen dapat digunakan sebagai inovasi substrat dalam pembuatan biogas. Selama ini, pembuatan biogas biasanya hanya menggunakan kotoran hewan dan daun kering sebagai subtrat utamanya,” jelas Annisa.

Fazatha menyampaikan bahwa komponen isi rumen memiliki kelebihan khusus daripada komponen substrat yang digunakan pada pembuatan biogas pada umumnya.

“Isi rumen merupakan hasil pencernaan setengah jadi dari keseluruhan proses pencernaan pakan pada perut sapi, jadi limbah isi rumen ini berbentuk jerami yang belum sepenuhnya tercerna menjadi kotoran. Isi rumen memiliki komponen selulosa dan hemiselulosa yang baik untuk pembuatan biogas, namun komponen ligninnya yang tinggi dapat menghambat proses fermentasi untuk menghasil biogas nantinya. Maka dari itu, kami melakukan alkali pretreatment, yaitu perlakuan dengan pemberian basa NaOH konsentrasi dua persen untuk menekan lignin tersebut. Kenapa menggunakan penambahan darah? Karena apabila ditambahkan dengan darah konsentrasi lima persen dapat meningkatkan volume biogas dan kadar metana sebesar 52 persen, lebih besar dari cara konvensional,” jelas Fazatha.

Erik dan tim berharap formulasi biogas ini dapat diterapkan pada seluruh RPH di Indonesia, sebagai salah satu solusi pemanfaatan limbah isi rumen dan darah sapi potong.

“Harapannya formulasi pembuatan biogas dengan menggunakan limbah isi rumen dan darah sebagai substratnya ini dapat diaplikasikan pada RPH untuk mengurangi limbah isi rumen dan darah sapi potong serta menekan dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan. Semoga biogas ini juga dapat menjadi energi terbarukan yang ekonomis, karena menerapkan konsep zero waste dan bersifat ramah lingkungan,” harap Erik (ipb.ac.id)