Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Melalui Implementasi Manajemen dan Bosekuriti, Peningkatan Imunitas, Logistik Ternak dan Produk Ternak Terstandar” secara daring (2/6).
Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr membuka acara dengan memberikan sambutan sekaligus sebagai keynote speech. “Dunia Peternakan mengalami musibah dengan adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Seperti kita ketahui, bahwa wabah ini diberitakan pertama kali muncul pada bulan April 2022 di Jawa Timur (terutama di daerah Gresik, Sidoarjo, Lamongan dan Mojokerto ) kemudian juga di Aceh (Aceh Tamiang dan Aceh Timur). Setelah lebih dari 30 tahun, yaitu tahun 1986 kita dinyatakan bebas PMK oleh OIE (Word Organization for Animal Health) Badan Dunia untuk Kesehatan Hewan, saat ini kita harus berjuang kembali untuk mengatasi PMK” ujarnya.
Dr. Idat juga menguraikan banyak hal terkait wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena sangat cepat penularannya antar ternak berkuku belah, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Keterkaitan dengan Hari Raya Idul Adha, hingga apresiasi pada langkah-langkah dan kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran (18 Mei 2022) terkait dengan “Pelaksanaan Kurban dan Pemotongan Hewan Dalam Situasi Wabah PMK”, dan juga Surat Edaran Badan Karantina Hewan Pertanian tentang “Peningkatan Kewaspadaan terhadap Kejadian PMK” terutama dalam pengaturan dan pengawasan lalu lintas ternak pada masa wabah PMK. Kita juga patut bersyukur Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 31 Mei 2022 juga telah mengeluarkan Fatwa terkait “Hukum dan Panduan Pelaksanaan Ibadah Kurban Saat Kondisi Wabah PMK”.
Direktur Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, drh Agung Suganda, M.Si hadir mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI menyampaikan pidato kunci dalam kegiatan tersebut. Beberapa hal yang disampaikan antara lain adalah sejarah awal Indonesia telah mendeklarasikan bebas PMK pada tahun 1986 dan mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara bebas PMK tanpa vaksinasi dari Badan Kesehatan Hewan dunia (OIE) pada tahun 1990. Saat ini Indonesia kembali diuji oleh wabah PMK yang sudah terkonfirmasi di 17 provinsi. Wabah PMK sangat berdampak pada program peningkatan kemandirian, ketahanan pangan serta berpotensi merugikan negara mencapai sekitar Rp. 9,9 trirliyun per tahun akibat penurunan produksi dan produktivitas, biaya pengobatan dan vaksinasi, pelarangan ekspor hewan dan produknya serta pembatasan lalu lintas hewan dan produksi hewan di dalam negeri. Langkah-langkah aksi penanganan PMK yang telah, sedang dan akan dilakukan antara lain dengan pembentukan gugus tugas dan posko atau crisis center tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, pengaturan lalu lintas ternak, pemberian bantuan obat-obatan, pengadaan dan penyediaan vaksin, pelatihan petugas atau tenaga kesehatan hewan, penjelasan komunikasi, edukasi dan informasi agar masyarakat peternak tidak panik namun tetap waspada untuk menghadapi penyebaran PMK yang begitu cepat, lanjutnya.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga menyambut baik acara seminar ini, yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan IPB. Dalam pidato kuncinya ia menyampaikan harapannya agar seminar ini dapat mensosialisasikan, mendorong, dan meningkatkan perhatian insan peternakan untuk dapat melakukan langkah-langkah nyata dalam perspektif bidang peternakan, bersinergi bersama pemerintah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan wabah PMK.
Seminar Nasional yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, MScAgr dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan - Fapet ini menghadirkan empat orang narasumber dengan keahlian mumpuni di bidang peternakan. Narasumber pertama adalah Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA yang mengawali materinya dengan gambaran peternakan rakyat di Indonesia dan menjelaskan akibat yang ditimbulkan PMK bagi peternakan rakyat antara lain adalah banyak ternak yang terpapar, penularan virus cepat dan merebak masif, pasar hewan tutup dan perdagangan terhenti sampai peternak yang pasrah dan dimanfaatkan pihak lain. Di akhir paparan, Prof. Muladno memberikan solusi untuk Idul Adha ditengah merebaknya wabah PMK, solusi tersebut meliputi penjualan dalam bentuk daging segar kemasan bukan ternak hidup, penjual menyediakan jasa penyembelihan ternak qurban dan pengemasan daging segarnya, merekrut banyak tenaga terampil juleha (juru sembelih halal) bersertifikat dan memperbanyak pelatihan bagi juleha serta mengikuti prosedur penyembelihan hewan yang berlaku, mengacu pada SE Mentan RI Nomor: 03/SE/PK.300/M/5/2022). Dokumentasi berupa video selama proses penyembelihan, pemotongan daging, dan pengemasan daging segar siap edar juga bisa dijadikan solusi.
Narasumber berikutnya menghadirkan Prof. Dr. Ir. Rudy Priyanto yang menyampaikan Manajemen dan Biosekuriti Ternak Ruminansia. Dalam paparannya dijelaskan bahwa penerapan manajemen dan biosekuriti di peternakan harus diperkuat untuk pengendalian PMK yang lebih efektif. Strategi yang bisa dilakukan yaitu dengan penerapan on farm biosecurity berbasis kawasan yang mencakup biosecurity ternak, kandang dan peralatan, pakan dan air minum, pengelola ternak dan pengunjung, serta kendaraan pengangkut ternak dan pakan pada suatu kawasan peternkan rakyat.
Pada seminar ini Peningkatan Imunitas Ternak, yaitu melalui pemberian pakan berkualitas serta penambahan suplemen seperti vitamin dan mineral serta penggunaan herbal disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. Dalam paparannya, Prof. Dewi juga memberikan kiat menjaga sapi tetap sehat, menjelaskan imunitas dan fungsinya untuk kesehatan hewan. Di akhir materi, disampaikan juga rekomendasi dalam peningkatan imunitas “Usahakan dilakukan pencegahan terhadap PMK, jaga kebersihan, berikan pakan yang dapat meningkatkan imunitas ternak” urainya.
Keamanan Pangan Produk Ternak Ruminansia Peternakan juga menjadi salah satu materi pada seminar ini. Produk ternak seperti daging dan susu dari ternak yang terjangkit PMK aman dikonsumsi sepanjang dimasak dalam waktu yang cukup. Namun peternak dan masyarakat perlu diberikan edukasi bagaimana penanganan produk ternak yang terkena PMK agar tidak menyebabkaan penularan pada ternak lainnya. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Ir. Epi Taufik SPt MVPH, MSi.
Materi terakhir menampilkan narasumber dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Jawa Barat yaitu drh Supriyanto selaku Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat. Materi yang disampaikan yaitu Regulasi Transportasi Ternak untuk Mencegah Penyebaran PMK. Ratusan peserta seminar menyimak pemaparan seputar lalu lintas hewan saat wabah yang disampaikan berdasarkan dasar hukum dan data yang akurat terutama di provinsi Jawa Barat. (Femmy)