Dalam rangka Stasiun Lapang Agrokreatif (SLAK) program Dosen Mengabdi  tahun 2019, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University mengirimkan dua dosen ke Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, (22/11). Program Dosen Mengabdi merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi dosen non Guru Besar dan Dosen Guru Besar. Salah satu tujuan dosen mengabdi adalah mendorong dan memfasilitasi dosen dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Sosialisasi dilaksanakan di Kantor Desa Sinarsari dengan dua narasumber yaitu Dr Sri Murtini  dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University dan Dr Sri Darwati dari Fakultas Peternakan (Fapet). Sosialisasi dihadiri sebanyak 40 peserta dari Desa Sinarsari dan sekitarnya. Peserta yang hadir merupakan tokoh masyarakat, peternak ayam kampung, anggota masyarakat, dan masyarakat umum.

Dr Sri Murtini menyampaikan tentang pencegahan zoonosis untuk mewujudkan keluarga sehat melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). “Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan,” tuturnya.

Salah satu jenis zoonosis yang disampaikan adalah penularan cacing dari hewan ke manusia. Penularan cacing dari hewan ke manusia dapat secara langsung tidak sengaja seperti tertelan telurnya dan melalui media makanan seperti sayuran yang terkontaminasi telur atau larva cacing.


“Perilaku hidup bersih dan sehat terkadang dianggap sepele oleh masyarakat misalnya dengan mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas dan sebelum makan dan minum. Hal ini ternyata sangat berdampak bagi kesehatan manusia. Karena pencemaran penyakit dari hewan ternyata bisa melalui perantara yang sering kita makan dan kita anggap sehat, misalnya sayuran segar. Jika kita tidak membiasakan hidup bersih dan sehat dengan mencuci bersih sayuran akan menularkan penyakit seperti terjangkit cacing yang akan menyerang organ-organ manusia,” tuturnya.

Sri Murtini menambahkan, beberapa jenis buah dan sayuran seperti selada air, kangkung, bayam, seledri, dan kubis dapat mengandung cacing. Sehingga diperlukan upaya mengurangi kontaminasi parasit pada buah dan sayuran. Upaya tersebut sebaiknya dilakukan dari hulu (kebun buah/sayur) sampai hilir (siap konsumsi). Kebanyakan masyarakat senang mengkonsumsi sayuran mentah, sehingga untuk mencegah cacing perlu dilakukan proses pencucian yang baik dan benar untuk menghilangkan bahkan mematikan parasit.

Di akhir sesi kegiatan, masyarakat diajak berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan dan dosen narasumber akan menjawab pertanyaan tersebut. Dengan adanya penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat, harapannya masyarakat mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara Sri Darwati menjelaskan tentang budidaya ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Salah satu ayam lokal yang keberadaannya menyebar di masyarakat dari Sabang hingga Merauke adalah ayam kampung. Berdasarkan potensinya ayam kampung tersebut cocok untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai produk pangan yang dapat menunjang program pemenuhan protein untuk mencegah stunting. Harga produk ayam kampung seperti telur dan daging cenderung memiliki harga stabil dibanding telur ayam ras dan daging ayam ras pedaging.

“Pemberian pakan campuran dedak padi dan daun singkong dapat dilakukan di daerah yang memiliki potensi kedua jenis bahan pakan tersebut. Yang perlu diperhatikan dari daun singkong adalah kandungan asam sianida (HCN) yang terdapat pada daun singkong segar. Proses pengolahan yang mampu mereduksi kandungan HCN dalam singkong adalah perebusan, pengeringan, perendaman, fermentasi dan kombinasi dari proses-proses tersebut,” ujarnya.  Ia menambahkan, peningkatan ketahanan pangan hewani mayarakat Indonesia dapat dimulai dari setiap rumah tangga dengan memelihara 5-7 ekor ayam setiap rumahnya.

Setiap kepala keluarga dapat budidaya 5-6 ekor ayam betina dan satu ayam jantan dalam pemenuhan protein hewani keluarga. Dalam sehari, dari sejumlah ayam tersebut dalam menghasilkan dua telur setiap harinya atau jika dijual setara dengan Rp 5000. Hal tersebut bisa dibelikan dua papan tempe jika sudah bosan dengan memakan telur. Dengan adanya penyuluhan ini harapannya dapat memotivasi dan memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang budidaya ayam kampung.

Kepala Desa Sinarsari, Ukon mengatakan, penyuluhan dan pelatihan ini sangat bermanfaat untuk masyarakat Desa Sinarsari dalam meningkatkan pendapatan.  “Kegiatan Dosen Mengabdi ini diharapkan dapat dilaksanakan terus menerus sehingga pengetahuan dan ketrampilan masyarakat semakin meningkat,” imbuhnya.