Bagi sebagian orang, cacing tanah identik dengan hewan menjijikkan. Namun, faktanya tak sedikit masyarakat yang membudidayakan cacing tanah sebagai mata pencahariannya. Meskipun menjijikkan, ternyata cacing tanah memiliki nilai ekonomi dan dapat dijadikan sebagai bahan baku obat medis.

Untuk itu, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Verika Armansyah Mendrofa, SPt, MSi memberikan penjelasan tentang budidaya cacing tanah sebagai pakan ternak dan pangan. Menurutnya, cacing tanah memiliki kadar protein sebesar 64-76 persen. Harga jual cacing tanah lumayan fantastis, satu kilogram cacing tanah dihargai 40 ribu sampai 120 ribu untuk di wilayah Bogor. Tidak hanya cacingnya yang bisa dijual, tetapi produk cacing seperti pupuk cair dan bekas cacing (kascing) juga dapat dijual.

“Pupuk cair dan kascing sangat bermanfaat untuk kesuburan tanah dan tanaman. Ini merupakan peluang usaha yang menjanjikan,” kata Verika dalam Online Training yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan IPB University bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) belum lama ini.

Manfaat cacing tanah, lanjutnya, dapat digunakan sebagai pakan ternak, pangan manusia, obat-obatan, kosmetik, pengolah sampah, pengolah limbah industri, pupuk tanaman dan penyubur lahan pertanian. Sementara, kascing memiliki kandungan N sebesar 1.40 persen, P sebesar 4.33 persen dan K sebesar 1.20 persen. Kandungan ini lebih tinggi daripada kotoran sapi, kuda, kambing maupun kotoran babi.

Dari sisi medis, cacing tanah mengandung enzim lumbrokinase yang berguna untuk menurunkan tekanan darah, ischemic dan stroke. Cacing tanah juga mengandung enzim peroksidase dan katalase yang berfungsi untuk mengobati penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, kolesterol maupun rematik. Tidak hanya itu, cacing tanah juga mengandung enzim ligase dan selulase yang berfungsi untuk melancarkan pencernaan serta enzim arakhidonat sebagai obat antipiretik.

Sayangnya, manfaat cacing tanah yang banyak ini belum mampu dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Masyarakat di Indonesia umumnya baru memanfaatkan cacing tanah sebatas sebagai pakan ternak maupun sebagai penyubur tanah dan tanaman.

Supaya cacing tanah memiliki kualitas dan nilai jual tinggi, Verika menjelaskan tentang teknik budidaya yang baik. Sebelum melakukan budidaya, ia menyarankan supaya lokasi budidaya berada di tempat yang teduh dan lembab. Pemilihan lokasi yang teduh dan lembab dimaksudkan supaya cacing tanah tidak kepanasan dan tidak terendam air secara berlebihan.

“Sekalipun cacing hidup di dalam tanah, sebenarnya cacing itu tidak suka kalau banyak air apalagi sampai tanahnya tergenang air. Air ini bisa menutup lubang-lubang jalur cacing sehingga cacing tidak nyaman dengan air itu. Kalau bisa tempat budidayanya tidak menyerap air,” jelasnya.

Untuk pakan atau media hidup, ia menjelaskan, dapat berasal dari limbah rumah tangga, rumah makan, pertanian, peternakan dan bahan organik lainnya. Media hidup cacing disarankan bukan dari bahan yang tajam, berduri, berbulu, asam, pedas, mengandung minyak maupun bahan kimia berbahaya. Sebelum diberikan, media tersebut dianjurkan untuk dicacah terlebih dahulu dan sedikit dilembabkan tetapi tidak sampai basah.

Bibit cacing tanah dapat diperoleh dengan cara mencari di kebun atau tumpukan sampah atau kotoran ternak maupun membeli dari peternak cacing. Bibit cacing sebaiknya diperoleh dari beberapa tempat dan berbagai ukuran.

Selama budidaya, disarankan untuk melakukan perawatan dengan cara mengaduk media dua minggu sekali agar aerasi media terjaga. Apabila media telah berubah warna menjadi hitam, media bisa dipecah dan ditambahkan dengan media baru.

“Jangan lupa senantiasa mengecek kelembaban dan pH media. Kalau media terlalu asam, cacing banyak muncul di permukaan media dan aktif bergerak. Sementara kalau media terlalu basa, cacing akan muncul di permukaan tetapi tidak banyak bergerak, berwarna pucat dan kurus,” jelasnya.

Kegiatan panen cacing tanah dapat dilakukan apabila media telah matang. Tanda media matang adalah warna menjadi coklat kehitaman, teksturnya gembur seperti tanah, bentuknya sudah berbeda dari media awal dan umumnya pH sekitar 7. Untuk panen media atau vermikompos, disarankan supaya media bersih dari cacing maupun kokonnya. Media tersebut selanjutnya dikeringanginkan agar kering, bila perlu media disaring. (ipb.ac.id)