Perkembangan industri tekstil di Indonesia yang sangat cepat memang telah menjadi andalan perekonomian nasional, namun dampak dari industri ini berupa pencemaran lingkungan juga semakin besar.

Oleh sebab itu Dr Yuni Cahya Endrawati yang merupakan pakar sutera alam IPB University mengatakan, “Salah satu fokus penelitian dan pengembangan Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan adalah mengembangkan komoditas yang menunjang industri tekstil nasional. Yakni berupa serat alami, baik yang dihasilkan dari ulat sutera murbei maupun non murbei berbasis Zero Waste Technology.”

Dalam penjelasannya, riset hasil kerjasama lintas disiplin ilmu dari Divisi Pemuliaan dan Genetika IPB University maupun dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menghasilkan benang sutera kualitas unggul.

“Benang ini dihasilkan dari galur ulat sutera non murbei Samia Cynthia ricini unggul yang dapat dipelihara dengan pakan 100 persen menggunakan daun singkong dan wilayah marjinal yang panas dan kering,” ujar Dr Yuni.

Ia menambahkan, saat ini pengembangan serat sutera alami ini sangat diperlukan dan tentunya akan mendukung perekonomian nasional. Melalui pengembangan sutera alam, hal ini sangat berperan dalam mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor benang sutera yang saat ini jumlahnya sangat besar.

Dr Yuni Cahya sangat optimis bahwa ke depan Indonesia akan dapat secara bertahap mengurangi ketergantungannya pada impor benang sutera. Hal ini mengingat Indonesia merupakan wilayah yang sangat ideal untuk mengembangkan jenis ulat sutera non murbei Samia Cyntia Ricini yang pakannya berbasis daun singkong dan daun jarak, sehingga jenis ulat sutera ini dapat dikembangkan secara luas.

“Kelompok peneliti kami saat ini tidak saja memfokuskan pada pengembangan galur unggul saja namun juga mengembangkan berbagai teknologi pengolahan produk samping yang memiliki nilai lebih. Seperti biskuit khusus balita untuk mencegah stunting yang proteinnya berbasis pupa sutera dan juga tepung pupa sebagai feed suplement untuk pakan ikan dan ternak,” ujar Dr Yuni.

Ia menambahkan, pengembangan teknologi serat sutera alam jenis Samia cyntia ricini yang panjang dan berkilau ini untuk meningkatkan nilai jual benang sutera. “Ini sangat penting, kami telah memiliki teknologinya,” tambahnya.

Dr Yuni dan tim juga telah menerapkan konsep zero waste dalam mengembangkan budidaya sutera alam ini. Mereka mengembangkan teknologi pengolahan pupuk dari sisa pakan, kotoran dan urine ulat sutera.

“Di samping itu kami juga mengembangkan teknik eco printing dengan menggunakan bahan-bahan alami dari berbagai tumbuhan dan bahan lainnya untuk pewarnaan kain suteranya yang ramah lingkungan,” ujar Dr Yuni.

Menurutnya, dengan teknik eco printing ini tim peneliti berusaha agar industri tekstil nantinya akan ramah lingkungan. Hal ini juga dapat menggairahkan perekonomian nasional karena tren permintaan produk tekstil dari sutera semakin meningkat. Selain itu, produknya sangat eksotik dan diminta pelaku industri fashion.

Dr Yuni mengharapkan bahwa apa yang telah dikembangkan selama ini dapat menarik minat generasi muda dalam membuka usaha baru yang sangat prospektif dan ramah lingkungan.

“Kami sudah sejak dini memberi bekal pengetahuan pada mahasiswa terkait teknik budidaya sutera alam berbasis Zero Waste Technology. Nantinya setelah lulus, mereka dapat mengembangkan wirausaha yang unik dan berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan,” pungkas Dr Yuni Cahya Endrawati (ipb.ac.id)