IPBSDG2

  •  Harga telur melonjak lagi. Yang biasanya di tingkat pengecer sekitar 22 ribu rupiah sampai dengan 25 ribu rupiah, saat ini mencapai 30 ribu rupiah per kilogramnya.

    Kejadian naiknya harga ini menurut Prof Niken Ulupi, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, hampir setiap tahun terjadi, terutama di akhir tahun menjelang perayaan natal dan tahun baru. Tahun ini, di masa pandemi peningkatannya lebih tajam dari tahun-tahun yang lalu. Kondisi ini terjadi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia.

    Prof Niken menambahkan kenaikan harga telur juga dipicu oleh adanya beberapa faktor pendukung, seperti adanya peningkatan konsumsi telur di tahun 2020. Di masa pandemi ini, konsmsi telur naik dari 14.7 kg/kapita menjadi 18.7 kg/kapita (data dari Asosiasi Peternakan Ayam Petelur Nasional, 2020). Peningkatan permintaan ini tentu saja berdampak pada peningkatan harga telur. Selain itu menjelang akhir tahun 2020 ini, terjadi lonjakan harga bibit ayam petelur. Sebelumnya harga Day Old Chicken (DOC) ayam petelur berkisar Rp 7000/ekor, sekarang harga DOC mencapai Rp 17.000/ekor. Pemicu lainnya juga adalah adanya peningkatan bahan baku pakan impor, yang mencapai 40 persen.

    “Untuk itu, agar harga telur di tingkat pengecer tetap stabil, perlu adanya evaluasi regulasi mengenai prediksi dan pengadaan kebutuhan bibit ayam petelur. Ini penting dievaluasi agar bisa diantisipasi adanya kenaikan permintaan konsumsi masyarakat terhadap telur konsumsi. Selain itu  yang perlu dievaluasi adalah regulasi tentang larangan penjualan telur hatching egg ayam broiler (telur tertunas) fresh sebagai telur konsumsi,” ujarnya.

    Pada dasarnya, terjadinya perubahan harga telur adalah karena adanya ketidakseimbangan antara supply dan demand telur. Selain itu, distribution channel penjualan telur juga masih cukup panjang. Selama ini masih melalui broker atau trader telur, seharusnya langsung ke retailer biar sedekat mungkin dengan konsumen (ipb.ac.id)

  • Kamu mungkin sering melihat kotak atau botol susu bertuliskan UHT dan pasteurisasi di rak supermarket. Keduanya merupakan jenis susu kemasan yang diproses dengan cara yang berbeda. Menurut Dr. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), ada dua tipe susu berdasarkan proses pengolahannya. UHT merupakan singkatan dari ultra high temperature.

    Kata Epi, susu jenis ini sering juga disebut sebagai susu steril. “ Susu UHT itu dipanaskan 140-an derajat celsius selama 1-2 detik. Karena dia steril, dia sering disimpan di rak tanpa pendingin di supermarket,” ujar Epi pada Kompas.com, Sabtu (30/5/2020). Sementara susu pasteurisasi, adalah susu yang dipanaskan tidak sampai steril seperti UHT. Dinamakan pasteurisasi karena penemu metode pasteurisasi bernama Louis Pasteur yang berasal dari Perancis. “ Susu pasteurisasi dipanaskan 72-75 derajat celsius selama 15 detik saja. Kalau enggak bisa juga 65 derajat celsius selama 30 menit,” papar Epi. “Bedanya, kalau di supermarket pasti dia disimpan di lemari pendingin karena lama umur simpannya itu hanya satu bulan,” lanjutnya. Perbedaan metode yang dilakukan antara keduanya akan memengaruhi masa simpan produk atau yang biasa kamu kenal sebagai tanggal kadaluarsa. Karena sudah dipanaskan lebih dari 100 derajat celsius, maka susu UHT sudah dalam kondisi steril yang membuatnya lebih tahan lama. Susu UHT, kata Epi, bisa selama sekitar 2-3 bulan selama tidak dibuka dari kemasannya.

    “Ketika sudah dibuka kan sudah kontak dengan udara, tangan. Jadi walaupun UHT kalau sudah buka kemasan dan ditutup lagi, maka harus disimpan di lemari pendingin supaya bakteri tidak masuk dan berkembang,” papar Epi. Namun pemanasan yang tinggi terhadap susu UHT akan berpengaruh pada zat gizi dan mikronutrisi yang terkandung pada susu. Pemanasan yang dilakukan apalagi sudah lebih dari 100 derajat celsius, akan menghilangkan sebagian vitamin dan zat gizi yang ada pada susu. “Makanya kadang ada susu yang difortivikasi, ditambah vitamin nutrisi suplemen gitu setelah disterilisasi,” ujar Epi. Sementara itu, susu pasteurisasi punya kandungan gizi yang lebih banyak dari pada UHT karena hanya dipanaskan dengan suhu tak lebih dari 100 derajat celsius. (travel.kompas.com)

  • Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Himaproter), Fakultas Peternakan, IPB University gelar pelatihan peternakan, mulai dari manajemen ternak sampai pengolahan hasil peternakan. Pelatihan ini digelar di Kampus IPB Dramaga, Bogor (29/2).

    Dalam pelatihan ini Himaproter mengajarkan beragam ilmu peternakan seperti cara pembuatan susu goreng dan pempek ayam, manajemen pemeliharaan kelinci, cara mengecek birahi (kelinci minta dikawinkan, melakukan palpasi kelinci (kebuntingan kelinci), memperkenalkan penyakit-penyakit yang sering terjadi pada kelinci, serta manajemen pemeliharaan kelinci dan kandang perawatan kelinci, pengobatan ketika kelinci terkena penyakit dan juga pakannya.

    Selain itu, pelatihan ini juga mengajarkan tentang perbedaan kualitas telur yang baik dan kurang baik dari tiga jenis telur. Yaitu telur ayam, telur bebek dan telur puyuh. Peserta juga diajari proses pemotongan ayam yang halal sesuai syariat Islam, proses scalding (pencabutan bulu), proses parting dan deboning (proses pemotongan karkas ayam menjadi beberapa bagian). Peserta juga mendapatkan materi tentang proses pembuatan silase atau pakan untuk ternak ruminansia yang difermentasikan.

    Peserta yang mengikuti pelatihan adalah Pemuda Pertanian Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU), IPB Farmers Student Club, mahasiswa Credit Earning (CE) Fakultas Peternakan Universitas Andalas, mahasiswa Universitas Indonesia serta mahasiswa IPB University. "Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peserta bidang peternakan," ujar Muhammad Dimas Permana selaku Ketua Himaproter (

  • Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (HANTER) IPB University meluncurkan Pakan HANTER IPB University secara daring, 10/9.  Ketua Umum HANTER IPB University, Audy Joinaldy menjelaskan, langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk turut meningkatkan aktivitas perekonomian alumni Fapet IPB University. “Program ini diharapkan dapat bermanfaat dan meningkatkan perkonomian antar alumni, terutama bagi mereka yang memiliki bisnis di sektor peternakan,” ujar alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat ini.  

    Sementera itu, Dekan Fakultas Peternakan IPB University Dr Idat Galih Permana sangat mendukung kehadiran Pakan HANTER. Hal ini karena pakan yang digunakan berbasis kearifan lokal. 

    “Kami berharap, kehadiran program ini dapat mendukung penyediaan pakan di kandang Fakultas Peternakan IPB University,” tegas Dr Idat Galih. 

    Ketua HANTER Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Bogor, Riza Haerudin mengungkapkan bahwa ide Pakan HANTER bermula dari diskusi dengan para pengusaha anggota HANTER. Ia menyebut, Pakan HANTER yang sudah dibuat dan telah dimanfaatkan adalah pakan untuk ayam broiler.

    “Untuk pakan ayam petelur dan ruminansia bisa dibuatkan sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing peternakan. Pakan HANTER memiliki harga yang lebih murah dengan kecupukan nutrisi yang lengkap,” jelasnya.
     
    CEO AS Putra Group, Aif Arifin Sidhik turut memberikan testimoninya karena telah menggunakan Pakan HANTER. Ia mengatakan, “Biaya penyediaan Pakan HANTER lebih murah dibanding pakan dari pabrik. Ketika ada permasalahan di lapangan, tim Pakan HANTER segera mengevaluasi pakan sehingga tim tersebut terbuka mengenai kualitas dan formula,” ujarnya.

    Adapun, I Wayan Suadnyana, Anggota HANTER DPD Bogor, mengungkapkan, konsep Pakan HANTER ini merujuk kepada ilmu dasar yang diajarkan ketika kuliah. Ia menjelaskan, ada pakan HANTER-1 sebagai pakan prestarter, HANTER-2 sebagai pakan dan HANTER-3 sebagai pakan finisher. 

    “Selain harga pakan HANTER lebih murah dibanding pakan komersil lainnya, saya telah mencoba menggunakan day old chick (DOC) grade B. Hasilnya sangat membanggakan, dengan menggunakan Pakan HANTER, ayam dengan grade B dapat memiliki performa dan harga jual yang bagus,” ujar I Wayan. 

    Dengan demikian, katanya, penggunaan Pakan HANTER dapat menguntungkan pengusaha ayam broiler. Baik sekala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) maupun skala besar.

    Sekretaris Jenderal HANTER yang juga dosen   IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Iyep Komala menyampaikan bahwa saat ini pakan HANTER masih terbatas untuk anggota HANTER saja. “Semoga ke depannya bisa diakses oleh para pengusaha lainnya dari luar HANTER,” tutupnya (ipb.ac.id)

  • Sabtu (13/03) Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan  IPB University atau disingkat Himaproter IPB  University mengadakan pelatihan akbar tentang ternak dan olahannya dengan tujuan agar mahasiswa lebih terampil dalam praktek dan juga menyampaikan keilmuan yang telah didapat kepada masyarakat umum. Acara pelatihan akbar diisi oleh mahasiswa pengurus dari tiga divisi pemeliharaa Himaproter yaitu divisi unggas, divisi ruminansia, dan divisi non ruminansia da satwa harapan dari divisi pengolahan produk peternakan. Pemaparan materi yang diberikan oleh pengurus divisi tersebut diberikan melalui video lalu diadakan diskusi dengan pengurus divisi tersebut. Pada pelatihan akbar ini diikuti oleh 200 peserta melalui zoom meeting yang berasal dari berbagai macam kalangan, yaitu dinas, masyarakat umum, peternak, mahasiswa dan juga pelajar. Kegiatan dimulai dari sambutan oleh ketua Himaproter Aldo Febriano dan  pembina Himaproter Dr. Mochammad Sriduresta Soenarno, S.Pt. M.Sc lalu dilanjutkan dengan materi.

    Peserta mengikuti pelatihan ini dengan antusias di setiap sesi divisi menyampaikan materi. Di dalam materi yang disampaikan oleh  divisi ruminansia, mereka membahas tentang perawatan domba dari mulai cara memandikan, cara memotong kuku, cara mencukur rambut/wool hingga cara membuat pakan sendiri. Dari divisi unggas mereka memberikan materi tentang cara pembuatan inkubator telur tetas sederhana menggunakan kardus, pada sesi diskusi berjalan dengan lancar yang mana cukup banyak peserta yang bertanya. Setelah itu dari divisi non ruminasia dan satwa harapan memaparkan materi tentang pembuatan pupuk organik cair dari urin kelinci dan juga cara grooming kelinci. Sedangkan dari divisi pengolahan produk peternakan menyampaikan video tentang tata cara membuat pempek ayam dan juga susu goreng, pempek ayam yang dibuat oleh divisi pengolahan produk peternakan dapat menjadi alternatif bagi seseorang yang alergi terhadap ikan namun ingin mencoba pempek.

    Dengan diadakannya pelatihan akbar diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi masyarakat umum. Selain itu pelatihan akbar juga diharapkan dapat menjadi ajang silaturahmi bagi sesama peternak maupun sesama mahasiswa.

  • Menanggapi hadirnya era Revolusi Industri 4.0, Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) menggelar Konferensi Nasional yang bertemakan “Aplikasi Teknologi Digital pada Industri Logistik Peternakan 4.0” yang digelar di ICE BSD Tangerang, Rabu (18/9).

    Prof. Yandra Arkeman, narasumber pada acara tersebut, mengatakan bahwa penerapan teknologi 4.0 pada bidang peternakan sangat memungkinkan untuk dilakukan, misalnya mengenai sapi yang diberi anting untuk memudahkan penelusuran (tracking). Penerapan Elektronik ID (E-ID) yang merupakan bentuk digitalisasi peternakan akan memudahkan pembeli untuk mengetahui riwayat sapi tersebut.

    “Memang untuk saat ini penerapannya masih belum mudah, harga sapi yang memiliki anting justru murah karena dianggap merupakan sapi bantuan pemerintah. Akan tetapi ke depannya, sapi yang memiliki anting yang justru akan mahal karena riwayat pemeliharaanya jelas, dari keturunan jenis apa, diberi pakan apa dan sebagainya,” ungkap Peneliti di Blockchain, Robotics, and Artificial Intelligence Network IPB (BRAIN IPB) ini.

    Penerapan teknologi 4.0 pada peternakan unggas pun juga bisa dilakukan, misalnya mengenai teknologi menentukan jenis kelamin DOC jantan dan betina. Melalui gradasi suara tertentu misalnya, mana DOC jantan dan betina akan bisa diketahui dengan jauh lebih cepat.

    “Kecanggihan teknologi ini sangat memungkinkan diterapkan di semua bidang, hanya saja mau dilakukan apa tidak. Selain karena berbiaya tinggi, tentu butuh dukungan semua pihak baik pemerintah, akademisi, pengusaha dan juga masyarakat,” jelasnya.

    Sedangkan Audy Joinaldy, dalam paparannya mengatakan tidak dipungkiri bahwa teknologi 4.0 sangat memungkinkan diterapkan pada sektor perunggasan. Misalnya, bagaimana mengukur tingkat kematian saat distribusi DOC dari pabrik penetasan (hatchery) hingga menuju ke kandang budi daya.

    “Sejauh ini hanya berdasarkan perkiraan saja, memang sudah seharusnya ada teknologi digital yang mampu mendeteksi penyebab kematian itu karena apa. Hal ini merupakan tantangan bersama untuk mewujudkannya” jelas Chairman of Perkasa Group yang juga merupakan Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (poultryindonesia.com)

  • Dr Afton Atabany, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (IPTP-Fapet) berbagi tips terkait kepakarannya dalam budidaya kambing perah khususnya kambing peranakan Etawah.

    Indonesia mempunyai kambing lokal yaitu kambing kacang. Kambing jenis ini sedikit memproduksi susu dan lebih diutamakan untuk ternak penghasil daging. Bangsa-bangsa kambing tersebut yang berasal dari Eropa dan India sudah banyak dipelihara di Indonesia dan memproduksi susu. Akan tetapi perkembangannya kurang bagus karena iklim di Indonesia adalah beriklim tropis dengan suhu lingkungan panas dan lembab. 

    “Kambing kacang dikawin tatar (up grade) dengan kambing Etawah dari India menjadi kambing peranakan Etawah (Etawah Grade) yang bertujuan untuk menghasilkan susu. Kambing peranakan Etawah telah banyak dipelihara oleh peternak karena kambing jenis ini lebih mudah beradaptasi dan produksi susu yang dihasilkan lebih menguntungkan. Kambing oeranakan Etawah tergolong kambing dwiguna karena mampu memproduksi susu dan daging yang baik,” tutur Dr Afton.

    Budidaya kambing perah terdiri atas pembibitan, pembiakan, pembesaran dan penggemukan. Budidaya ternak kambing perah akan memproduksi susu dan anak. Ternak untuk memproduksi susu adalah ternak betina dan akan memproduksi susu setelah induk ternak beranak. Produk susu menjadi pendapatan harian dan anak kambing menjadi pendapatan tahunan. Pada budidaya kambing perah ternak yang paling banyak dipelihara adalah ternak betina.

    Untuk itu, menurut Dr Afton, dalam beternak kambing perah, sebaiknya memilih program ternak pembibitan. Karena selain produksi susunya tinggi, juga akan menghasilkan anak ternak betina dan jantan untuk peningkatan populasi ternak kambing perah berkualitas tinggi.
    Pemeliharaan kambing Peranakan Etawah harus secara intensif, yaitu dengan memelihara ternak di dalam kandang dan rutin memberi pakan. Peternakan kambing perah secara intensif berguna untuk meningkatkan produksi, karena ternak lebih mudah dikendalikan secara manajemen. Peternakan kambing peranakan Etawah sebagian besar dilakukan di Pulau Jawa, hanya sebagian kecil dilakukan di luar pulau Jawa. Salah satu alasan utamanya adalah karena potensi pasar yang tinggi serta kemudahan dalam penjualan susu kambing serta penjualan bakalan kambing.

    “Beberapa keunggulan berbudidaya kambing perah jika menggunakan kambing peranakan Etawah bila dibandingkan dengan ternak kambing perah lainnya adalah kambing peranakan Etawah lebih adaptif dengan kondisi iklim di Indonesia yang beriklim tropis,” ujarnya.

    Keunggulan lainnya adalah Kambing peranakan Etawah bersifat dwiguna yaitu mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan juga sebagai kambing penghasil daging. Kambing ini juga mempunyai angka kelahiran yang tinggi dan mampu mempunyai anak kembar. Terdapat sekitar 10 persen yang mempunyai anak kembar empat. Selain itu, produksi susunya secara rata-rata adalah 0.99 kilogram per ekor per hari dengan masa laktasi 180 hari (6 bulan). 

    “Kambing oeranakan Etawah mampu mempunyai tinggi pundak 70 sentimeter pada betina dan tinggi pundak 90 sentimeter, sehingga terlihat tinggi. Bobot badannya dapat mencapai 70 kilogram pada ternak betina dan dapat mencapai 120 kilogram pada ternak jantan. Berat tersebut tergolong tinggi, sehingga mempunyai harga jual yang tinggi terutama saat hari raya Iedul Adha. Pemberian pakannya pun tidak sulit karena kambing jenis ini mampu mengkonsumsi pakan hijauan dan macam hijauan yang dikonsumsi lebih banyak jenisnya,” tuturnya.

    Namun menurut Dr Afton, ada beberapa kesalahan umum dilakukan oleh peternak kambing peranakan Etawah antara lain adalah pemilihan bibit untuk dipelihara tidak dilakukan menggunakan pencatatan (recording) tentang silsilah keturunan. Pemilihan lebih banyak menggunakan ciri-ciri dari postur tubuh luar dan tidak menggunakan pengukuran tubuh. Pencatatan oleh peternak sangat jarang dilakukan terutama pencatatan yang berkaitan dengan reproduksi dan produksi susu. Padahal recording ini sangat berguna terutama untuk meningkatkan produktivitas ternak serta untuk memperbaiki managemen pemeliharaan.

    “Melihat keunggulan Kambing peranakan Etawah ini, saya berharap kambing ini bisa menjadi kambing perah lokal asli Indonesia dan menjadi galur tersendiri yang ditetapkan oleh pemerintah dan dapat didaftarkan pada Badan Internasional sebagai kambing perah asli Indonesia dan sebagai hak kekayan asli Indonesia. Selain itu, diharapkan kambing peranakan Etawah dijadikan sebagai sumber bibit ternak kambing perah dan dapat diekspor untuk dikembangkan di negara lain, dengan aturan ekspor yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Indonesia memiliki dua musim yakni musim penghujan dan kemarau. Kedua musim ini cukup memberikan dampak bagi sejumlah sektor pekerjaan. Salah satunya sektor peternakan. Pada musim kemarau, sebagian besar peternak di Indonesia sering mengalami permasalahan terkait pemberian pakan bagi hewan ternaknya. Daerah yang mengalami permasalahan tersebut merupakan daerah yang mengalami kekeringan dan tidak memiliki tanah yang subur di sekitarnya. Guna mengatasi permasalahan tersebut, mahasiswa IPB  University menggagas solusi untuk pakan ternak.

    Mahasiswa IPB University yang terdiri dari: Ananda Putri, Enita Indah, Ika Jenri, dan Farisky Adi Nugroho membuat sebuah produk dari pelepah sawit sebagai pakan ternak. Produk pakan ini berupa olahan pelepah sawit dicampur dengan tumbuhan indigofera yang dibentuk menjadi pellet. Pakan olahan ini merupakan  Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) dengan judul “Pellet Sandiago (Pellet Pelepah Sawit dan Indigofera sp): Solusi Pakan Spesial pada Musim Kemarau” di bawah bimbingan dosen IPB, Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc.

    “Di Indonesia masih mengalami banyak kekeringan saat musim kemarau, sehingga para peternak tidak bisa mencari rumput hijau saat musim. Maka dari itu, muncullah ide untuk membuat pakan ini dari pelepah sawit karena Indonesia memiliki banyak pohon kelapa sawit yang belum diolah dengan baik,” tutur Ananda selaku Ketua Tim Pellet Sandiago ini.

    Guna memperkaya nutrisi dari pelepah sawit, ditambahkan tumbuhan indigofera yang memiliki kandungan protein tinggi. Proses pembuatan yang dilakukan pun dimulai dengan mencacah pelepah sawit dan indigofera, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dalam jangka waktu sekitar satu minggu untuk selanjutnya digiling menggunakan mesin. Usai digiling, pelepah sawit dan indigofera dicampurkan dengan bahan perekat dan tahap terakhir yang dilakukan adalah proses pelleting.

    “Sejauh ini, sasaran dari produk kami yakni peternak kecil maupun industri besar. Lalu, sistem penjualan kami lakukan dengan cara penjualan langsung kepada para peternak dengan harga Rp 3.000,- per kilogram,” tambah Ananda.

    Bahan utama dari produk ini yakni pelepah sawit yang digunakan karena ketersediaannya sepanjang tahun dan produksinya cukup melimpah di Indonesia. Selain itu, pelepah sawit memiliki kandungan sumber energi yang tinggi bagi hewan ternak. Dengan begitu, produk Pellet Sandiago diharapkan dapat membantu para peternak yang kesulitan mencari pakan saat musim kemarau tiba. “Selain itu, produk ini diharapkan mampu menjadi inovasi dan pakan baru di bidang peternakan untuk memenuhi kebutuhan hewan ternak,” tutup Ananda (ipb.ac.id)

  • Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2019, kembali meningkatkan kerjasama dengan Kabupaten Sukabumi dalam Pengembangan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR).  "Melalui kegiatan lapang di bidang peternakan, dalam hal ini membuka SPR  merupakan langkah awal dalam memajukan sektor peternakan, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya di daerah Sukabumi," kata Wakil Kepala LPPM IPB Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Sugeng Heri Suseno  dalam acara diskusi dengan Bupati Sukabumi, H. Marwan Hamami di Pendopo Sukabumi, Jumat (8/3).

    Lebih lanjur Prof. Sugeng mengatakan, LPPM IPB memiliki program pengabdian kepada masyarakat untuk mahasiswa, dosen, dan alumni. Untuk mahasiswa, selain KKN juga ada kegiatan tematik seperti IPB Goes to Field, SUIJI-SLP, KKN-Kebangsaan, dan ASEAN-SLP.  "Sementara untuk dosen dan alumni, selain SPR juga ada program Klinik Pertanian Nusantara, Stasiun Lapang Agro Kreatif (SLAK), Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), IPB Cyber Extension-Tani Center, IPB Peduli Bencana, dan Kemitraan Lingkar Kampus," tutur Prof. Sugeng. Lebih lanjut dikatakannya, SPR yang merupakan program pengabdian dosen dan alumni bertujuan untuk mencerdaskan peternak melalui sekolah rakyat.

    Menanggapi hal tersebut, Bupati Sukabumi, H. Marwan Hamami menyampaikan, di wilayah Kabupaten Sukabumi banyak lahan yang belum termanfaatkan secara efektif. Dengan potensi tersebut, SPR dapat berkembang dengan baik dan membantu para peternak dalam meningkatkan kapasitas usahanya. Marwan akan melakukan penetrasi untuk menggali potensi tersebut melalui Dinas Peternakan.  “Mudah-mudahan  sekolah lapangan seperti Sekolah Peternakan Rakyat bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat, khususnya peternak dengan potensi yang ada di Kabupaten Sukabumi,” ujar Marwan.

    Marwan menambahkan, pemerintah daerah telah berupaya mendorong terwujudnya beberapa program peternakan di lahan perkebunan yang tidak terpakai. Salah satunya dengan mendirikan agrowisata yang di dalamnya terdapat peternakan sapi perah. Harapannya, dengan adanya kerja sama pengelolaan Sekolah Peternakan Rakyat dengan IPB dapat menjadi langkah awal dalam memajukan sektor peternakan. Melalui SPR diharapkan ke depan Kabupaten Sukabumi bisa menjadi sentra peternakan untuk sapi potong. Turut hadir dalam acara tersebut Ketua SPR LPPM IPB, Prof. Muladno (ipb.ac.id)

  • Ransum Indigofera merupakan hijauan pakan yang berasal dari daun pilihan tanaman indigofera. Ransum ini merupakan teknologi alternatif yang dapat menjadi pengganti bahan hijauan pakan lainnya yang cenderung sulit diperoleh. Teknologi ini telah memiliki patent granted dengan nomor IDP000056252.

    Teknologi produksi biomassa indigofera sendiri telah dikembangkan oleh inventor sejak tahun 2015 bekerja sama dengan masyarakat atau level Usaha Kecil dan Menengah (UKM), namun proses produksi pakan ternaknya belum dilakukan.

    Prof Erika B Laconi, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) selaku Wakil Rektor Bidang Inovasi dan Bisnis IPB University/Kepala LKST IPB University dalam sambutannya menyampaikan kerjasama ini merupakan langkah maju untuk pengembangan inovasi peneliti perguruan tinggi menuju komersialisasi produk.

    “Dalam dua tahun terakhir, LKST telah menghasilkan 19 inovasi yang telah bekerjasama dengan industri dan memiliki kualitas yang baik. Bermitra merupakan kekuatan IPB University dalam melakukan komersialisasi. Dan pada hari ini IPB University telah berhasil kembali bekerja sama dengan mitra dalam bidang peternakan,” tutur Guru Besar di Fakultas Peternakan IPB University ini.

    Terkait kerjasama ini, inovator ransum indigofera IPB University, Prof Luki Abdullah merasa bangga dengan adanya kerjasama antara IPB University dengan CV Nuansa Baru.

    “Hari ini terasa istimewa karena mendapatkan fasilitasi dari LKST IPB University untuk kerjasama dengan mitra. Terima kasih kepada mitra atas kepercayaan yang diberikan. Hasil akhir dari penelitian bukan hanya sekedar output, tetapi outcome,” ujarnya.

    CV Nuansa Baru merupakan perusahaan yang baru berdiri sejak 2013 dan bergerak di bidang penjualan bahan baku seperti sawit serta pakan jadi. “Kerjasama dengan IPB University ini difokuskan untuk meningkatkan pakan sehingga dapat bermanfaat khususnya bagi pelaku ternak. Saat ini kebutuhkan pakan ternak dinilai sangat tinggi dan menjadi peluang yang cukup baik,” ujar Direktur CV Nuansa Baru, Ifan Nur Irfana, SPt (ipb.ac.id)

  • IPB University dan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) menggelar Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi Bidang Pemotongan Daging (Butcher) Junior sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di Kampus IPB Dramaga. Pelatihan ini juga didukung oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara dan Lembaga Sertifikasi Profesi Peternakan Indonesia (LSP PI).

    Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan, Fakultas Peternakan IPB University, Dr Rudi Afnan mengatakan bahwa pelatihan ini untuk menghasilkan tenaga butcher profesional yang berkompeten dan bersertifikat, sehingga berdaya saing dengan tenaga asing. Selain itu peluang kerja untuk profesi butcher profesional di Indonesia dapat diisi oleh sumberdaya manusia dalam negeri.

    “Pelatihan ini tujuannya untuk membangun kapasitas sumberdaya manusia yang terlibat pada aktivitas logistik peternakan, khususnya sapi potong. Penyusunan SKKNI bidang pemotongan daging (butcher) juga bertujuan untuk memberikan acuan baku tentang kriteria standar kompetensi kerja tenaga ahli pemotong daging berdasarkan topografi karkas (butcher) bagi para pemangku kepentingan dalam rangka mewujudkan butcher yang profesional, ” ujar dosen IPB University ini.

    Dalam kesempatan itu, Dr Henny Nuraini, staf pengajar Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University menjelaskan, pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3).  “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya perlindungan terhadap keselamatan serta kesehatan para tenaga kerja selama mereka bekerja di perusahaan tempat mereka bekerja. Keselamatan kerja ini sangat berhubungan erat dengan proses produksi suatu perusahaan. Terutama di Indonesia yang semakin berkembang negaranya, semakin berkembang pula tingkat kecelakaan kerja yang terjadi,” tutur dosen IPB University ini.

    Peneliti IPB University ini menambahkan, masalah jaminan mutu produk yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) yang terkait dengan sistem penyediaan sanitasi yang higienis. Di samping itu harus ada pengawasan dan pemeriksaan yang konsisten. Misalnya pemeriksaan kesehatan hewan dan kesehatan daging di Rumah Potong Hewan (RPH) harus ada penegakan hukum dan adanya sistem kesehatan masyarakat veteriner yang bertanggung jawab terhadap keamanan, kesehatan dan kelayakan pangan asal hewan.

    “Untuk menjaga dan menciptakan pangan asal hewan yang ASUH diperlukan perancangan, pengembangan dan implementasi sistem keamanan dan mutu pangan asal hewan. Sistem tersebut ditunjang oleh sarana dan prasarana fisik, sumberdaya manusia, organisasi dan dana yang memadai,” tegas pakar peternakan IPB University ini.

    Peserta pelatihan ini berasal dari berbagai tenaga kerja stakeholder yang berpengalaman dari perusahaan ternak di bidang Butcher Yunior dan memiliki sertifikat latih berbasis kompetensi pada jabatan Butcher Yunior (ipb today 275)

     

  • IPB University melalui Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) menjalin kerja sama lisensi inovasi sorinfer dengan PT Prima Agrostis Nusantara. Penandatangan lisensi inovasi dilakukan oleh Wakil Rektor bidang Inovasi dan Bisnis/Kepala LKST IPB University, Prof Erika B Laconi dengan Direktur PT Prima Agrostis Nusantara, Bogor (21/4).
     
    Dalam sambutannya, Prof Erika B Laconi mengatakan bahwa IPB University tidak bisa berkembang banyak tanpa adanya para mitra. Ia menyebut, dosen IPB University akan terus mengembangkan di bidang keilmuannya dan tentunya mitra yang mempunyai peran melihat market di lapangan.
     
    Prof Erika berharap, dengan adanya kerjasama ini dapat terus dikembangkan ide maupun temuan baru. “Perusahaan yang sudah berjalan akan mengembangkan riset berdasarkan market driven sehingga akan timbul sebuah kekayaan intelektual yang terintegrasi,” tambahnya.
     
    Sementara, Prof Luki Abdullah, Dosen Fakultas Peternakan IPB University menjelaskan bahwa teaching factory IPB University yang bekerjasama dengan PT Prima Agrostis Nusantara sudah sah untuk meningkatkan skala usahanya. Ia mengatakan, kemitraan dengan masyarakat di sekitar Jonggol terus berkembang dengan adanya mitra industri dan Corporate Social Responsibility (CSR) yang mensuplai bahan baku.  "Kawasan Jonggol ini sudah termanfaatkan dengan baik dari segi sosial, ekonomi maupun edukasi,” kata Prof Luki.
     
    Adam Mirza, Direktur PT Prima Agrostis Nusantara mengatakan bahwa perusahaannya sudah membina dua stakeholder di kawasan Jonggol. “Stakeholder pertama yaitu petani yang menanam sorgum yang mampu menghasilkan panen sebanyak 50 ton per hektar dalam 65 hari. Stakeholder selanjutnya adalah peternak tentang animonya bahwa dengan menggunakan pakan sorinfer itu beternak menjadi lebih mudah,” kata Adam.
     
    Dr Sri Suharti, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, IPB University mengapresiasi gebrakan proses hilirisasi inovasi Sorinfer yang berjalan lancar. Ia berharap, akan tercipta inovasi-inovasi baru dari Fakultas Peternakan IPB University yang bisa diterapkan dan dirasakan langsung oleh masyarakat. 
     
    “Ini akan menjadi satu hal yang luar biasa dan menjadi legasi dan lisensi untuk inovasi Sorinfer ke depannya,” tutupnya (ipb.ac.id)

  • Budidaya jangkrik merupakan alternatif usaha peternakan yang menguntungkan, karena selain sangat dibutuhkan oleh pasar khusus, juga pemeliharaannya relatif mudah, ramah lingkungan, serta tidak terlalu membutuhkan lahan yang luas. Namun demikian, sebelum memulai usaha salah satu satwa harapan potensial ini, perlu diketahui karakteristik dan cara budi daya jangkrik yang baik.

    Habitat jangkrik adalah pada lingkungan dengan intensitas cahaya rendah bersuhu 20-32°C dan kelembapan 65-80%, menyukai tempat persembunyian, dan hidup berkoloni atau bergerombol. Dalam sebuah training online bertajuk “Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik” yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring pada Sabtu, 8 Agustus 2020 lalu, Dosen Fapet IPB Dr. Yuni Cahya Endrawati, SPt., MSi menjelaskan tentang beberapa perbedaan karakter berbagai jenis jangkrik yang dipelihara di Indonesia.

    Jangkrik cliring atau Gryllus mitratus memiliki sifat gerakannya yang lincah, warna tubuh cokelat, ukuran tubuh lebih kecil daripada jangkrik kalung, tubuh tidak banyak mengandung air, tahan terhadap cuaca, dan masa panen 35 hari. Adapun jangkrik cendawang atau Gryllus testasius bisa dilihat dari gerakannya yang agak lamban, warna tubuh cokelat terang, ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan jangkrik kalung, ovipositor lebih pendek, rentan terhadap perubahan cuaca, dan masa panen 30 hari.

    Sedangkan jangkrik kalung atau Gryllus bimaculatus, gerakannya juga agak lamban, dengan warna tubuh yang cenderung hitam atau gelap dan ada garis kuning melingkar di pangkal sayap. Ukuran tubuh jangkrik kalung lebih besar dari jangkrik alam, tubuh banyak mengandung air, rentan terhadap perubahan cuaca, dan masa panen 25-28 hari.

    Siklus hidup jangkrik adalah mulai dari telur, nimfa, grower, dan kemudia menjadi induk. Pada media bertelur, Yuni mengingatkan untuk menyiapkan media bertelur dari pasir halus yang steril dengan kelembapan media tepat.

    “Terlalu basah telur berjamur dan busuk, terlalu kering telur dehidrasi,” kata Yuni. Ketika sudah menjadi nimfa, maka biarkan hidup dalam kotak penetasan sampai berumur 15 hari agar tidak stres, dan diberi konsentrat yang digiling halus.

    Baru setelah berumur 15 hari, nimfa bisa dipindahkan ke kandang grower, dan diberi pakan hijauan serta konsentrat yang halus. Ketika memasuki fase grower, berikan pakan yang cukup, baik hijauan dan konsentrat, dan jaga kepadatan dan persembunyian yang cukup.

    Hindarkan pula dari predator seperti semut, cicak, tikus, tokek, atau laba-laba; agar jangan sampai masuk ke kandang. “Rasio jantan adalah 1:5 untuk indukan,” kata Yuni Cahya Endrawati (agropustaka.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar seminar penutupan program Sustainable Intensification Dairy Production Indonesia Project (SIDPI), 13/1. Program ini terdiri dari kegiatan riset dan pemberdayaan masyarakat, khususnya peternak sapi perah di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kegiatan penutupan diadakan dalam rangka mensosialisasikan hasil-hasil dari program SIDPI kepada para peternak melalui lembaga di tingkat pusat dan daerah.

    Program SIDPI merupakan program kolaborasi IPB University bersama dengan Wageningen University Research (WUR), Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, PT Trouw Nutrituin Indonesia, dan Frisian Flag Indonesia. Kegiatan ini sudah dilakukan selama 3,5 tahun sejak tahun 2016 hingga tahun 2019.

     Adapun fokus kegiatan adalah peningkatan pendapatan peternak dengan meningkatkan produktivitas susu sapi perah melalui perbaikan pengelolaan pakan ternak.

    Dr Rudi Afnan, Wakil Dekan Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan, Fapet IPB University mengatakan program SIDPI didesain sebagai pilot project di wilayah Lembang. Kegiatannya berupa berbagai program peningkatan pengetahuan peternakan sapi perah, manajemen pengolahan pupuk dari limbah budidaya sapi perah.

    “Program ini  diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan produk sapi perah, mengurangi biaya pakan, meningkatkan efisiensi pengunaan sumberdaya, serta meningkatkan pendapatan peternak sapi perah skala kecil,” terang Dr Rudi.

    Di sisi lain, program ini juga berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Dr Rudi berharap, bisa terjalin kerjasama yang lebih erat untuk kemajuan peternakan Indonesia yang berorientasi pada lingkungan yang berkelanjutan.

    Hadir sebagai pemateri utama adalah Dr Nasrullah dari  Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Gemma Verijdt dari Kementerian Pertanian, Alam, dan Kualitas Pangan, Belanda dan Dr Marion De Vries, dari Wageningen University Research (WUR) yang menjelaskan tentang program SIDPI.

    Dalam paparannya, Gemma Verijdt menjelaskan pemerintah Belanda sudah membuat kesepakatan dengan pihak swasta, pemerintah lokal dan masyarakat untuk mengurangi emisi karbon. Melalui kesepakatan ini, ditargetkan dapat mengurangi emisi gas metana dari sektor peternakan hingga 16 persen di tahun 2030. Untuk itu, pendekatan lingkungan terintegrasi terus dilakukan dengan berbagai negara, salah satunya Indonesia.

    “Riset dan inovasi untuk mengurangi emisi di sektor peternakan terus dilakukan. Khususnya dalam pengelolaan limbah dan sistem perkandangan yang ramah lingkungan. Sistem perkandangan menjadi tantangan utama untuk membentuk mengelola limbah  terintgrasi. Hal ini terus kami kembangkan bersama dengan berbagai pihak,” ungkap Gemma.

    Sementara Dr Marion menjelaskan tentang keberhasilan program SIDPI. Hasil dari program ini menunjukkan bahwa pengelolaan pakan dapat meningkatkan kesehatan hewan ternak dan produk susu. Ia menerangkan, terjadi peningkatan sekitar 0,7 kilogram susu untuk satu ekor sapi per harinya. Melalui program ini juga, efisiensi sumber daya juga membuat biaya pakan berkurang serta itu emisi yang berdampak buruk untuk lingkungan juga berkurang.

    “Pengurangan emisi dilakukan dengan pengelolaan kotoran hewan yaitu mengurangi jumlah kotoran ternak yang dibuang. Upaya ini dapat mengurangi polusi ke sungai dan air tanah. Pilot project ini melibatkan  peternak KSPBU Lembang, serta peneliti dari IPB University dan Wageningen University Research. Ke depannya program ini akan terus dikembangan untuk 4500 peternak di Jawa Barat,” ungkap Dr Marion.

    Kegiatan seminar ini juga menghadirkan beberapa pembicara lain yang terlibat dalam program SIDPI. Diantaranya adalah Windi Al Zahra, Alumni Fapet IPB University yang saat ini menempuh Pendidikan di Wageningen University Research (WUR), Bram Wouters dari Wageningen University Research (WUR) dan Drs Dedi Setiadi dari KPSBU Lembang (ipb.ac.id)

  • Seiring dengan bertambahnya penduduk di bumi, khususnya di Indonesia, kebutuhan terhadap daging dan protein juga semakin meningkat. Keadaan ini menjadi tantangan bersama bagi masyarakat Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan nasional. 
    Di sisi lain, isu stunting yang terjadi belakangan ini turut menjadi polemik tersendiri. Hal ini karena konsumsi gizi pada masyarakat yang terbilang masih kurang.

     Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc menjelaskan permintaan daging di tahun 2030 diproyeksikan meningkat hingga 80 persen dan pada tahun 2050 permintaan daging dapat meningkat lebih dari 200 persen. 

    “Ini memang peluang yang harus dimanfaatkan, tetapi kapasitas produksi kita  masih kurang. Saat ini peternakan kita 90 persen didominasi peternakan rakyat, dengan demikian mari kita bersama-sama berkolaborasi,” papar Prof. Luki pada acara Diskusi Strategic Talk dengan tema “Produksi Peternakan Berkelanjutan untuk Kedaulatan Pangan,” Jumat (19/7), di Kampus Dramaga, Bogor. 

    Prof. Luki juga menjelaskan, di era serba digital saat ini, produk ternak semuanya dituntut lebih cepat, lebih tepat, lebih cerdas, dan lebih efisien mencapai konsumen. Supaya survive, perlu adanya integrasi antara penyedia pakan, kandang ternak, dan pengolahan ternaknya. Penggunaan teknologi dan penguasaan jaringan bisnis harus ditingkatkan dalam rangka mempermudah akses permodalan.
    “Implementasi konsep ini harus dilakukan secara multidisiplin ilmu. Pekerjaan transdisiplin saat ini sangat diperlukan karena kita sudah tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, orang ilmu komputer harus tau tentang konsep dasar peternakan. Oleh karena itu antara satu dengan yang lain harus saling mendukung,” tambahnya.
     
    Hal senada diungkapkan oleh Dekan Sekolah Vokasi IPB University, Dr.Ir. Arief Darjanto, M.Ec. “Saat ini kita memasuki era perkembangan teknologi yang mengharuskan adanya vitality innovation. Ke depannya, tantangan kita itu bagaimana memproduksi banyak dengan input yang sedikit, tapi kualitasnya juga bagus. Oleh karena itu livestock revolution juga harus diiringi oleh market revolution,” ungkapnya. 

    Dr. Arief menambahkan ke depannya perlu adanya integrated business model dalam pengembangan peternakan di Indonesia. Dr. Arief mencontohkan, dalam peternakan ayam, pihak feeder harus bisa bekerjasama dengan pihak breeder, peternak, processing, dan marketing.  

    “Strategi partner saat ini penting, karena era saat ini adalah era coopetition dan cooperation,” pungkasnya. 

    Sebagai contoh integrated business model yang sudah berjalan saat ini, Wakil Kepala bidang Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, Prof. Dr. drh. Agik Suprayogi, M.Sc.Agr menjelaskan IPB University memiliki Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang telah diadopsi di beberapa daerah. 

    “Keberadaan SPR ini menjadi contoh integrasi antara pemerintah, akademisi, dan peternak secara langsung. Oleh karena itu, harus kuat dalam kolaborasi atau kelembagaannya, yaitu bagaimana kita berbagi peran dan tanggung jawab dalam membangun pertanian yang unggul dan modern,” paparnya. 

    Prof. Agik menegaskan, semua pihak harus kompak dan solid mewujudkan integrated smart farming di Indonesia untuk menjawab tantangan masa depan. Untuk mengajak banyak pihak, perlu adanya konsolidasi antara akademisi, government, dan pebisnis. (ipb.ac.id)

  • Itik merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup dikenal di Indonesia. Kandungan lemak yang tinggi pada bagian bawah kulitnya menyebabkan bau amis sehingga permintaan daging itik menjadi rendah. Tiga mahasiswa IPB University yaitu Binda Octa Rosa Pramesty dan Evri Choiriyah Al Firdaus dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan serta Lelli Hapsari Romadhoni dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, melakukan riset untuk menurunkan kandungan lemak pada itik melalui pakan yang diberi nama water plant dietary.

    Binda selaku Ketua Kelompok menjelaskan kandungan lemak pada daging paha itik berumur delapan minggu sekitar 8.47 persen sedangkan kandungan lemak pada daging paha ayam broiler berumur enam minggu berkisar 6.54 persen. Lemak jenuh yang tinggi akan menyebabkan kandungan kolesterol juga tinggi dan menyebabkan bau amis sehingga akan mempengaruhi permintaan konsumen yang menjadi rendah. 

    Untuk itu tim riset Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKMPE) 2019 ini membuat terobosan pakan untuk mengurangi kandungan lemak tersebut. "Water plant dietary merupakan ransum yang ditambahkan dengan tanaman air yaitu kayu apu. Kami menggunakan tanaman air ini dicampurkan ke pakan komersial yang sering digunakan masyarakat. Pakan komersial yang kami gunakan adalah pakan komersial BR-11,” ujarnya.

    Itik dapat mencerna makanan yang tinggi serat jika dibandingkan dengan ayam. Kayu apu merupakan tanaman air yang sering dianggap menjadi gulma dan tidak memiliki nilai ekonomis. Kayu apu memiliki kandungan serat yang cukup tinggi yang diharapkan dapat mengikat kolesterol pada daging itik. 

    "Kayu apu juga dapat berkembang biak dengan cepat dan kontinyu sehingga tidak akan mengalami kekurangan dan tidak akan bersaing dengan manusia. Yang paling penting kayu apu disukai oleh unggas air,” ungkapnya.

    Saat ini penelitian yang dibimbing oleh Dr Ir Widya Hermana M.Si ini berada pada tahap penentuan dosis penambahan kayu apu yang efektif untuk penurunan kadar lemak dan kolesterol pada daging itik. 

    "Keutamaan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan daging itik yang rendah lemak dan kolesterol namun tidak mengurangi rasa khas yang ada. Selain itu, agar tanaman kayu apu yang awal mulanya dianggap gulma perairan dan tidak memiliki nilai ekonomis dapat dimanfaatkan dengan baik,” tandasnya. (ipb.ac.id)

  • Ditengah ancaman penyebaran penularan wabah COVID-19, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan. Selain tetap berada di rumah dan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH), memperkuat daya tahan tubuh menjadi cara utama dalam mencegah terinfeksi virus Corona.

    Prof Iman Rahayu Hidayati Soesanto, Kepala Divisi Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University mengatakan mengonsumsi makanan seimbang menjadi salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Ini karena, nutrisi dan protein yang baik sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh yang kuat.

    Mengonsumsi makanan bergizi seperti telur omega-3 secara rutin ternyata bisa menjadi solusinya.  Menurutnya, mengkonsumsi telur omega-3 setiap hari akan semakin melengkapi zat gizi yang didapat tubuh untuk membantu memperkuat daya tahan tubuh.

    "Untuk membentuk daya tahan, tubuh tak hanya membutuhkan vitamin saja, melainkan lebih banyak dari itu seperti telur omega-3 yang mengandung 10 kali kandungan DHA dan EPA dari telur biasa. DHA atau docosahexaenoic acid dan EPA atau eicosapentaenoic acid merupakan asam lemak tidak jenuh esensial yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. DHA dan EPA juga berfungsi sebagai antioksidan  untuk mencegah stres dan menjaga kesegaran kulit," katanya.

    Prof Iman menuturkan, telur omega 3  ini bagus untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak. Yang paling penting adalah kandungan kolesterolnya rendah. Telur omega-3 juga memiliki karakter khusus yang tidak dimiliki telur biasa. Yakni warna kuning lebih pekat karena mengandung B-caroteen (betakaroten) yang akan semakin menambah selera makan. Tidak hanya itu, protein telur dan asam lemak sebagai lipoprotein, dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai anti bakterial.

    “Perlu diketahui bahwa COVID-19 dapat menyerang sel darah, kemudian merusak pembuluh darah di dalamnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka DHA dan EFA sangat dibutuhkan tubuh guna menjaga pembuluh darah agar terhindar dari kerusakan akibat virus, termasuk virus COVID-19," ungkapnya.

    Salah satu inovasi Prof Iman adalah Telur Omega 3 IPB. Telur ini mengandung omega-3 sebagai asam lemak tidak jenuh dan kandungan gizi lengkap serta sumber protein tinggi. “Dianjurkan konsumsi tiap hari tanpa takut kolesterol. Disarankan dikonsumsi oleh lansia, balita, ibu hamil dan penderita penyakit degeneratif. Bisa dikatakan bahwa proses penyembuhan virus COVID-19 akan bertumpu pada kekuatan sistem imunitas tubuh masing-masing pengidap (ipb.ac.id)

  • Salah satu metode pengolahan sampah organik, seperti sampah dapur, adalah biokonversi dengan metode BSF (Black Soldier Fly). Produk yang dihasilkan antara lain maggot dan kompos. Produk ini dapat bernilai ekonomi tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kegunaan lainnya.

    Prof Dewi Apri Astuti, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan mengatakan bahwa maggot BSF memiliki keunggulan sebagai pakan ternak. Eropa bahkan telah memanfaatkan larva sebagai salah satu pakan ternak berkelanjutan demi menunjang kebutuhan pangan. Terlebih kebutuhan akan protein hewani meningkat seiring dengan meningkatnya angka pertumbuhan populasi.

    Menurutnya, kehadiran pakan berkontribusi signifikan untuk menghasilkan produksi ternak yang optimum. Dikarenakan biaya pemberian pakan yang cukup tinggi, dunia peternakan mencari alternatif pakan yang efisien, salah satunya BSF. Solusi ini dapat mengatasi tingginya angka impor tepung ikan yang menyebabkan defisit negara.

    Dalam Webinar Paguyuban Pegiat Maggot bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berjudul “Pengurangan Sampah dengan Biokonversi BSF Menuju TPA Bebas Sampah Organik, (16/04), ia menjelaskan beberapa keunggulan larva BSF. Yakni sebagai pakan ternak adalah mengandung nutrien berkualitas, mudah dipelihara, murah dan memberi solusi dalam masalah lingkungan.  “Kehadiran BSF sebagai pakan ternak ini memiliki potensi untuk mengolah limbah menjadi rupiah,” katanya.

    Menurutnya, sampah organik dapat digunakan sebagai media pertumbuhan larva. Produknya dapat dikomersialisasikan dalam larva segar, larva kering, tepung maggot dan sisa limbah seperti kitin dan kitosan. Sisa limbah ini dapat dipergunakan di bidang kosmetik dan makanan.

    “Media sangat mempengaruhi bagaimana kualitas larva. Bagusnya limbah-limbah dapur atau pasar dikombinasikan dengan sumber-sumber protein yang lebih tinggi,” sebutnya.  Prof Dewi menambahkan, media sampah organik sekitar 800 kg dapat menghasilkan 300 kilogram larva. Harga media dan biaya operasionalnya berbeda-beda tergantung lokasi. Namun kombinasi dengan bungkil sawit dinilai lebih baik karena dapat menghasilkan larva berprotein tinggi.  “BSF sudah merambah ke industri yang menjanjikan. Pembudidaya pemula maggot dapat memulainya dengan cukup mengumpulkan (larva) untuk pakan ikan dan unggasnya,” tambahnya.

    IPB University juga memiliki rumah BSF dan produksinya sudah kontinyu. Di rumah BSF, ia mengkombinasikan limbah ternak yang biasanya berkadar nitrogen tinggi dengan limbah sayuran/hijauan atau cacahan sisa pakan ternak. Rasio ini dapat menghasilkan komposisi larva yang berkualitas baik.

    “Nutrisi larva BSF sebagai pakan ternak sudah terbukti nyata memiliki keunggulan. Pemberian pada unggas tidak memberikan perbedaan yang nyata dalam hal konsumsi. Bahkan, dapat menekan biaya produksi serta menghasilkan berat telur lebih tinggi serta rendah kolesterol dan tingkat imunitas yang baik,” ujarnya.

    Selain itu, lanjutnya, dapat diolah sebagai susu pengganti anak ternak dan menjadi produk pakan tinggi energi bagi ruminansia. Produk samping kitosannya juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pertumbuhan bakteri metanogen pada limbah ternak yang berpengaruh buruk pada kualitas lingkungan (ipb.ac.id)

  • Bertempat di Plaza Depan Fakultas Peternakan, IPB University yang diprakarsai oleh Badan Pengelola Investasi dan Dana Sosial (BPIDS) IPB resmi meresmikan fasilitas air bersih siap minum gratis (Water Station) pada 18/5. Water station Fapet IPB merupakan program wakaf yg dikelola BPIDS dengan sumber dana dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Peresmian acara berupa seremoni gunting bunga yang dilakukan oleh Dekan Fapet, Area Manager BSI Bogor dan Wakil Kepala BPIDS.

    Dr. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr, Dekan Fapet IPB University menyambut dengan baik keberadaan water station yang bisa dimanfaatkan tidak hanya untuk Fapet tapi juga fakultas yang berkegiatan atau berada di sekitar Fapet. “Dengan adanya water station, menjadi hemat dan sangat bermanfaat khususnya untuk mahasiswa. water station juga merupakan program IPB green campus movement” jelasnya.

    Wakil kepala BPIDS Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si yang juga hadir mewakili kepala BPIDS mengungkapkan penghargaan untuk Fapet dan apresiasi kepada BSI. Alla berharap keberadaan water station bisa memberikan kebermanfaatan bagi siapapun, selain itu ia juga menyampaikan untuk selanjutnya akan diadakan juga water station di FEM dan FKH.

    Apresiasi juga disampaikan oleh area manager BSI Bogor Ricky Rikardo Mulyadi. “Alhamduliilah water station ini bisa dioperasikan dan dipergunakan, wakafnya menginspirasi semua. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita dan semoga IPB dan BSI semakin kuat kerjasamanya. ” ungkapnya. (Femmy)

  • Jelang hari raya Idul Fitri atau lebaran, biasanya kebutuhan masyarakat akan daging sapi potong kian meningkat. Tren seperti ini cenderung tetap setiap tahunnya. Namun, di saat pandemi ini apakah akan berpengaruh terhadap tren tersebut? Menjawab hal itu, Fakultas Peternakan IPB University menggelar rembug online membahas strategi penyediaan pakan dan bisnis sapi potong dalam menyongsong lebaran di tengah pandemi COVID-19.

    Dalam kesempatan ini, Ir Sugiono, MP selaku Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian mengungkapkan, populasi sapi potong terjadi peningkatan, dengan total jumlah 17 juta ekor dengan daerah andalan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.

    “Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) adalah penghasil bibit. Walaupun jumlahnya masih kecil, tapi sudah ada secara signifikan. Kalau kita lihat tahun-tahun sebelumnya, sejak melejitnya Padang Mengatas dari sapi 40 ekor, tahun 2012 sekarang 1400 ekor. Jadi nanti masyarakat bisa membeli bibit dari BPTU. BPTU Sembawa dan Sapi Bali juga signifikan sekali,” ujar Sugiono.

    Sementara untuk pakan ternak, sebagaimana disampaikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ir Fini Murfiani, MSi bahwa di tahun 2019 produksi pakan mencapai 20,5 juta ton. Tahun 2020 ada peningkatan menjadi 21,5 ton dan diproyeksikan tumbuh 6 persen. Fini juga mengatakan, ketersediaan pakan ternak selama masa COVID-19 ini relatif aman.

    “Rata-rata peternak di beberapa provinsi saat ini, umumnya tidak ada masalah. Mereka tetap bekerja sebagai penyedia pakan dalam kondisi apapun, termasuk kondisi saat ini. Kondisi pakan ruminansia di kelompok penggemukan skala menengah di Provinsi Jawa Barat, apabila dibandingkan sebelum dan sesudah COVID-19, untuk rumput segar tidak ada kendala. Kalau sebelum pandemi menggunakan onggok dengan harga 1.700 rupiah, saat ini menggunakan jagung karena sekarang sedang masa panen dan penambahan dedak. Lalu jika sebelumnya COVID-19 menggunakan molases seharga 4.000 rupiah, kini menggunakan limbah kecap atau separator dengan harga 5.500 rupiah,” ujar Fini.

    Mengenai strategi penyediaan pakan pada masa pandemi COVID-19, Fini mengatakan bahwa yang dilakukan adalah dengan pembuatan silase/hay (pengawetan hijauan), bekerjasama untuk pemanfaatan lahan untuk penanaman dengan BUMN, Kemen-LHK, Perhutani, perusahan eks tambang dan perusahaan perkebunan. Selain itu, bisa juga dengan pemanfaatan legume, distribusi benih, perbaikan vegetasi padang penggembalaan, integrasi sapi tanaman, dan utamanya pemanfaatan bahan pakan lokal.

    Ir Harianto Budi Raharjo, dari PT Lembu Jantan Perkasa mengatakan, selama COVID-19, pintu tertutup untuk penjualan daging secara drastis. Dari 100 ekor per hari, kini hanya menjadi 30-40 ekor penjualan. Hal ini tak lepas dari banyak restoran atau rumah makan tutup. Pesta dan bisnis usaha catering juga banyak berhenti.

    Namun, Budi memastikan stok lebaran tahun ini relatif cukup aman. Karena biasanya menjelang lebaran, tepatnya tiga hari sebelum hari raya, penjualan sapi dalam periode tersebut melonjak lima sampai enam kali lipat dari hari biasa. Karena lebaran identik dengan daging.

    “Kalau untuk stok daging, insya Allah lebaran tahun ini cukup aman. Stok di setiap feedlot cukup bagus. Tinggal bagaimana nanti pasar konsumen memerlukan daging ini. Siapa yang membeli selama lebaran ini, sudah kita plotkan dan proyeksikan. Artinya jangan takut daging tidak tersedia. Hanya kalau nanti harganya lebih mahal, yang jelas kita dari feedlot tidak pernah menaikkan harga. Yang membuat harga naik itu pasar, sesuai supply-demand. Tapi sepertinya tidak naik banyak,” ujar Budi. (ipb.ac.id)