LearningProgram

  • Bogor(18/11), Fakultas Peternakan IPB bekerjasama dengan FLPI menyelenggarakan Pelatihan "Manajemen dan Sistem Penjaminan Mutu RPH Unggas serta Kunjungan ke RPH Unggas PT Ciomas Adisatwa (JAPFA)". Kegiatan berlangsung selama dua hari , mulai tanggal 17-18 Januari 2019.

    Pelatihan hari pertama pada tanggal 17 Januari 2019 dilaksanakan di ruang sidang Fakultas Peternakan IPB. Kegiatan diawali dengan materi "Manajemen RPH Unggas yang Berdayasaing" yang disampaikan oleh Dr.Ir. Niken Ulupi, M.Si ,dosen Departemen Iptp Fapet Ipb. Materi kedua mengenai "Sanitasi Higiene dan Sertifikasi NKV" yang disampaikan oleh drh.Ira Firgorita selaku Kepala Subdit Higiene Sanitasi dan Penerapan, Kesmavet Ditjen PKH. Materi ketiga tentang "Teknik Pemotongan Halal dan Sertifikasi Halal" disampaikan oleh drh.Supratikno,MPaVET dari Halal Science Center IPB. Materi keempat mengenai " Rantai Dingin di RPHU" disampaikan oleh Ir.Hasanuddin Yasni, MM selaku ketua Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI).

    Kegiatan pelatihan kedua pada tanggal 18 Januari 2019 berupa kunjungan ke RPH Unggas PT Ciomas Adisatwa (JAPFA). Peserta pelatihan dibagi dua kelompok secara bergantian untuk memperoleh materi di kelas dan melihat secara langsung praktek terkait manajemen dan sistem penjaminan mutu RPH Unggas di PT Ciomas Adisatwa, Parung-Bogor. Materi didalam ruang kelas disampaikan oleh Galih Gumilar,ST selaku Quality Control Head di RPHU tersebut.

    Kegiatan pelatihan diikuti oleh 14 peserta yang penuh antusias dan semangat. Mereka berasal dari kalangan bisnis ( PT.Cibadak Indah Sari Farm, PT Intan Sinar Abadi, RPA Nusantara, PT Sucofindo), akademisi (STIE Pelita Bangsa), pemerintah (Dinas Peternakan Provinsi NTT, LPPOM MUI Kota Bogor) dan perseorangan. Kegiatan ini terselenggara atas dukungan dan kerjasama yang baik dengan PT Ciomas Adisatwa (JAPFA)-Parung dan media partner antara lain Majalah Poultry Indonesia, Livestockreview.com dan Agropustaka. (flpi-alin.net)

  •  

    Pendaftaran : bit.ly/form_meta_analisis

     

     

  • FLPI bersama Fapet IPB dan Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) menyelenggarakan Pelatihan Logistik Rantai Dingin pada Produk Daging dan Kunjungan ke Cold Storage. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari pada tanggal 21 -22 Februari 2019.

    Kegiatan hari pertama pada kamis 21 Februari 2019 dilaksanakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB, Kampus Darmaga IPB.Pelatihan dibuka oleh Bapak Dr.Rudi Afnan, SPt, MScAgr selaku Wakil Dekan Fakultas Peternakan IPB. "Pelatihan ini bertujuan untuk membangun kapasitas SDM yang terkait dengan penerapan rantai dingin pada produk daging sapi dan unggas yang diharapkan memberikan edukasi terhadap multistakeholder", jelas Rudi.

    Materi pelatihan diselenggarakan mulai jam 08.30 hingga 15.30 yang terdiri dari empat sesi materi yang masing-masing sesi dilanjutkan dengan diskusi. Pada sesi pertama tentang logistik dan manajemen rantai pasok daging sapi. Materi ini di sampaikan oleh Ibu Prof.Dr.Irma Isnafia Arief, SPt,MSi selaku Ketua Departemen IPTP,Fakultas Peternakan IPB. Sesi kedua tentang logistik dan manajemen rantai pasok daging unggas. Materi ini disampaikan oleh Bapak Sudarno selaku Head Logistics di PT Sierad Produce Indonesia, Tbk. Sesi ketiga tentang Logistik Rantai Dingin Produk Daging di Indonesia baik raw material maupun finished goods nya. Materi ini disampaikan oleh Ibu Irene Natasha selaku General Manager PT Adib Logistics Indonesia menggantikan suami beliau, Bapak Jimmi Krismiadhi yang berhalangan hadir. Sesi keempat tentang logistik halal pada rantai dingin. Materi ini disampaikan oleh Bapak Raden Didiet Rachmat Hidayat, MSi.

    Kegiatan pada hari kedua berupa kunjungan beserta diskusi di PT Adib Cold Logistics Indonesia di Narogong-Bekasi yang merupakan anggota ARPI. Kegiatan kunjungan dibuka oleh Bapak Eki Kurniawan selaku Managing Director PT Adib Logistics Indonesia yang saat ini telah melaksanakan joint ventures menjadi bagian dari keluarga PT Samudera Indonesia dan JWD.

    Kegiatan pelatihan diikuti secara antusias oleh 25 peserta yang berasal dari multistakeholder (akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas) dari berbagai wilayah Indonesia. Kegiatan ini berlangsung lancar juga atas dukungan kerjasama dengan majalah Infovet, Food Review Indonesia dan Agropustaka.id selaku media partner. (flpi-alin.net)

  • Bogor-FLPI yang diinisiasi oleh Fakultas Peternakan IPB mengadakan pelatihan manajemen produksi dan logistik lebah madu tropika pada tanggal 08-09 Oktober 2019. Kegiatan pelatihan dilaksanakan atas kerjasama FLPI dengan Tim Divisi NRSH Depertemen IPTP,Fakultas Peternakan IPB.

    Kegiatan pelatihan dibuka oleh Prof Luki Abdullah, MScAgr selaku Chairman FLPI. Hari pertama pelatihan dilaksanakan di Ruang Sidang Departemen Iptp Fapet Ipb berupa penyampaian materi dari 5 orang pakar dari akademisi, praktisi dan komunitas peternak. Prof Asnath M Fuah dari Departemen Iptp Fapet Ipb menyampaikan materi tentang potensi dan prospek lebah madu di Indonesia yang masih terbuka luas. Drs. Kuntadi, MSc dari Asosiasi Perlebahan Indonesia menyampaikan materi tentang teori dan praktek perlebahan di Indonesia. Prof. Dr. Ir. Mochammad Junus, MS dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya menyampaikan materi tentang Logistik Lebah Madu di Indonesia.

    Para peserta juga mendapatkan penjelasan tentang karakteristik madu dan praktek menguji kualitas madu. Materi ini disampaikan oleh Dr.Yuni Cahya Endrawati dari Fakultas Peternakan IPB. Analisis bisnis produk lebah madu disampaikan oleh Eureka Indra Zatnika, SPt sebagai alumni Fakultas Peternakan IPB yang saat ini menjadi peternak madu.

    Pada hari kedua pelatihan dilaksanakan di Peternakan Madu Pak Lebah milik Eureka Indra Zatnika, SPt. Peserta mendapatkan pengalaman praktek cara panen madu dan budidaya lebah madu. Para peserta yang berasal dari akademisi, bisnis dan komunitas dari berbagai wilayah nusantara sangat antusias untuk mempraktekkan ternak lebah. Salah satu peserta dari Jayapura setelah mengikuti pelatihan ini sangat berminat untuk mulai praktek berternak lebah madu Meiliferra di Jayapura. Kegiatan ini juga didukung oleh majalah Infovet, Foodreview Indonesia dan agropustaka.id sebagai media partner.

  • Pelatihan Penanganan Daging yang Sehat dan Berkualitas dilaksanakan selama dua hari atas kerjasama FLPI-Fapet IPB-Chef Halal Indonesia- Toko Daging Joinhed. Kegiatan hari pertama pada tgl 29 April 2019 dilaksanakan di Ruang Sidang Fapet IPB. Kegiatan pelatihan dibuka langsung oleh Dr.Rudi Afnan, S.Pt, MSc.Agr selaku Wakil Dekan Fakultas Peternakan IPB. Sesi pertama pelatihan disampaikan oleh Dr.drh.Denny Widaya Lukman, M.Si tentang sanitasi dan higiene daging beku dan segar. Sesi kedua pelatihan disampaikan oleh Dr.Ir.Henny Nuraini, MSi tentang metode penanganan daging dan teknik klasifikasi pemotongan daging.

    Pada hari kedua pelatihan tanggal 30 April 2019 dilaksanakan kunjungan ke Toko Daging Joinhed (Kalimalang, Jakarta). Kegiatan kunjungan difasilitasi oleh tim Bapak Achmad Hadi selaku pemilik Toko Daging Joinhed. Selain kunjungan, demo cooking halal juga dilaksanakan oleh Chef Halal Indonesia di Toko Daging Joinhed. Teknik pengolahan daging dengan berbagai jenis kualitas daging disampaikan oleh Chef R.Muhammad Suherman selaku Ketua Chef Halal Indonesia.

    Pelatihan diikuti oleh sejumlah peserta multistakeholder antara lain berasal dari RPH Pegirian Surabaya, Universitas Jambi, PT Cianjur Artamakmur, PT Maradeka Karya Semesta, Toko Daging Sedulur 99 Indramayu, PPHNak Ditjen PKH Kementan, PD Dharma Jaya, UD Prima Bro dan perorangan lainnya.

    "Praktek pengolahan daging dan konsep Toko Daging Joinhed yang dipadukan dengan restoran Jepang menjadi inspirasi bagi pengembangan bisnis toko daging kami ke depan", jelas drh.Evia Kirana selaku peserta pelatihan.
    Kegiatan diikuti penuh antusias oleh para peserta. "Bagi saya, dua hari pelatihan ini sangat banyak memberikan ilmu dan pengetahuan baru yang akan saya share ke para mahasiswa", jelas Ibu Dr.Sri Ernita dosen Universitas Jambi salah satu peserta pelatihan. Kegiatan ini juga didukung media partner Majalah Poultry, livestockreview.com, Agro Pustaka

  • Produksi jagung untuk pakan di Indonesia telah meningkat secara nyata dalam kurun 25 tahun terakhir. Pada 1993 produksi jagung hanya 6,36 juta ton, pada 2018 tercatat produksinya telah mencapai 30,06 juta ton. Produksi sebanyak itu secara relatif telah terjadi pergeseran wilayah produksi, dimana pada 1993 Pulau Jawa berkontribusi 62% terhadap total produksi jagung, dan pada 2018 menurun menjadi 41%. Hal itu merupakan dampak dari pengembangan sentra produksi jagung baru, terutama di lahan areal di luar Pulau Jawa.

    Hal itu disampaikan oleh Diner Y.E Saragih, Kasubdit Bahan Pakan, Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam sebuah pelatihan tentang manajemen logistik pakan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) di Kampus IPB Darmaga, Kabupaten Bogor, pada 26-27 Maret 2019. Diner menambahkan, pada sisi lain, pabrik pakan sebagai pengguna jagung ternyata masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal itu membawa konsekuensi perlunya penerapan secara ketat manajemen logistik yang baik untuk dapat meningkatkan efisiensi produksi pakan, sehingga memiliki daya saing yang baik di pasar.

    Dalam hal logistik ini, efisiensinya diukur dengan logistics performance index (LPI), dimana untuk wilayah Asean, Indonesia menempati peringkat 5 di bawah Singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Diner menjelaskan, LPI merupakan indeks kinerja logistik negara-negara di dunia yang dirilis oleh Bank Dunia setiap dua tahun sekali. Saat ini terdapat 160 negara yang masuk dalam penilaian tersebut.

    Untuk dapat meningkatkan performa sistem logistik nasional, perlu dilakukan pembenahan dalam hal efisiensi bea cukai, kualitas infrastruktur perdagangan dan transportasi, kemudahan pengaturan pengiriman internasional dengan harga bersaing, peningkatan kompetensi dan kualitas jasa logistik, serta frekuensi pengiriman yang tepat waktu. (poultryindonesia.com)

  •  

     

     

     

     

     

     

  • Pada 2010 – 2030 adalah periode dimana Negara Indonesia menerima bonus demografi, yaitu Jumlah penduduk usia produktif  (umur 15 – 60 tahun) mencapai angka 69 %.

    “Keadaan tersebut menjadi peluang dan tantangan. Dalam hal ketahanan pangan, penambahan jumlah penduduk juga menjadi isu yang penting bagi kita,” ungkap Audy Joinaldy Ketua Umum Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (Hanter) IPB dalam sambutannya di Upacara Wisuda dan Penyerahan Ijazah Program Pendidikan Diploma Sekolah Vokasi IPB Tahap I Tahun 2018/2019 di Bogor (24/7).

    Sambungnya disaat IPB mencanangkan diri menjadi Entrepreneur University, menjadi tantangan tersendiri. Indonesia hanya memiliki 0,8 – 1,2 % penduduk yang menjadi pengusaha, bandingkan dengan Thailand 5 %, Singapura 7 % atau bahkan China 14 %. “Paling tidak butuh 2 % dari jumlah penduduk menjadi pengusaha untuk mendukung perekonomian nasional yang kuat.

    Kunci menjadi pengusaha bukanlah modal atau uang, tetapi networking, untuk itu adik-adik wisudawan/wisudawati sekalian tetaplah jalin silaturahmi antar sesama kalian maupun dengan seluruh civitas akademika IPB, disinilah salah satu network dari kalian. Bukalah network seluas-luasnya dengan kami di Himpunan Alumni IPB dan juga dengan pihak luar,” tutur Audy.

    Audy berpesan, hidup di tengah era disruptif inovasi, terjadi perkembangan teknologi sangat pesat. Era digital memberikan kesempatan bagi setiap entitas untuk berinovasi dengan cepat. Pada saat yang sama, inovasi memberikan dampak disruptif kepada entitas lainnya yang lambat untuk merespon perkembangan dan Inovasi yang terjadi.

    “Dimanapun dan apapun jenis pekerjaan yang adik-adik hidupi, kunci keberhasilannya adalah bila memiliki nilai tambah atau added value. Hanya pribadi yang memiliki nilai tambah yang dapat memberikan perbedaan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara,” pungkasnya (troboslivestock.com)

  • Pangan asal hewan memiliki keunggulan antara lain bernilai gizi tinggi, yakni adanya protein (asam amino esensial), lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat. Namun di sisi lain, bahan pangan tersebut mudah busuk, rentan rusak, dan berpotensi berbahaya bagi. Untuk menekan munculnya risiko berbahaya, maka penanganan pangan asal hewan sebaiknya dilakukan dengan penerapan good hygiene practices (GHP), penerapan sistem rantai dingin cold chain system, dan penerapan jaminan keamanan pangan – yang implementasinya dapat berupa NKV, sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), atau ISO 22000:2018.

    Hal itu dijelaskan oleh Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Syamsul Maarif dalam Pelatihan Manajemen dan Sistem Penjaminan mutu Ruminansia yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Bogor pada 15 Juli 2019 di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Kegiatan tersebut berlangsung dua hari, dengan acara hari ke-2 adalah kunjungan ke RPH Pramana Pangan Utama.

    Dalam proses produksi pangan asal hewan sejak dari kandang hingga ke meja makan harus selalu menjaga higiene dan sanitasi. Samsul menjelaskan, higiene pada prinsipnya merupakan seluruh tindakan untuk mencegah atau mengurangi kejadian penyakit yang merugikan kesehatan. Adapun sanitasi yakni upaya menciptakan segala sesuatu yang higienis dan kondisi yang menyehatkan. “Higiene menyangkut pangan dan personal yang menangani produk pangan asal hewan, sedangkan sanitasi menyangkut tentang lingkungan sekitar pangan,” jelas Syamsul.

    Aspek higiene dan sanitasi ini merupakan aspek penting dalam penilaian pemberian nomor kontrol veteriner (NKV). Pemberian NKV dimaksudkan sebagai upaya penjaminan pangan yang aman sehat utuh dan halal, meningkatkan daya saing produk serta perluasan pasar, dan untuk kemudahan dalam penelusuran produk pangan asal hewan. (agropustaka.id)

  • Logistik rantai dingin merupakan bagian dari rantai pasok yang bertujuan untuk menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama proses pengumpulan, pengolahan, dan distribusi ke tangan konsumen. Adapun Manajemen rantai pendingin, dapat diartikan sebagai pengelolaan seluruh aktivitas rantai pendingin yang dianalisis, diukur, dikontrol, didokumentasikan, dan divalidasi agar berjalan secara efektif dan efisien baik secara teknis dan ekonomis.

    Hal itu disampaikan oleh Irene Natasha, Pimpinan PT Adib Cold Logistics Indonesia Irene Natasha dalam Pelatihan Logistik Rantai Dingin pada Produk Daging di Kampus Fakultas Peternakan IPB Darmaga Bogor (27/8). Pelatihan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) selama dua hari tersebut juga dilangsungkan kunjungan ke PT Adib Cold Logistics di kawasan Narogong, Bekasi.

     

    Ia mengingatkan tentang empat tahap kritis yang harus dicermati dalam sistem rantai pendingin produk beku, yakni penanganan pada proses awal, penyimpanan dan pengolahan saat tiba di darat, penanganan saat transportasi ke lokasi tujuan, hingga penanganan saat bongkar muat dan sistem distribusi ke konsumen. Khusus untuk transportasi, hal ini perlu digarisbawahi mengingat kondisi medan di Indonesia yang kadangkala sulit diprediksi. “Distribusi merupakan kegiatan dalam supply chain untuk memastikan suatu barang yang diproduksi akan sampai ke pada customer,” kata Irene. Adapun tujuan distribusi yakni memastikan suatu produk bisa sampai ke customer sesuai dengan misi logistik, memastikan penyebaran produk dengan merata, meningkatkan nilai guna suatu produk, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi suatu perusahaan.

    Dalam sistem logistik, transportasi berperan dalam perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian aktivitas yang berkaitan dengan moda, vendor, dan pemindahan persediaan masuk dan keluar suatu organisasi. Daging sebagai produk yang mudah rusak dalam proses pendistribusiannya harus menggunakan truk berpendingin. “Truk berpendingin sudah menjadi kebutuhan umum guna mentransportasikan bahan makanan melalui jarak yang cukup jauh. Selain meminimalkan atau meniadakan pertumbuhan mikroorganisme, pendinginan yang dihasilkan oleh teknologi refrigerasi juga diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi kimiawi/biologis yang bisa merusak kondisi suatu zat,” tandas Irene. (agropustaka.id)

Page 2 of 2