News

  • Dalam sistem logistik pakan, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah penyimpanan dan pergudangan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga karakteristik, baik fisik maupun kimia, yang dimiliki bahan pakan selama waktu penyimpanan setelah proses pemanenan dan pengeringan. Hal itu disampaikan oleh Pengajar Fakultas Peternakan IPB Dr. Heri Ahmad Sukria dalam sebuah pelatihan tentang manajemen logistik pakan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) di Kampus IPB Darmaga, pada 26-27 Maret 2019.

    Perhatikan pula faktor-faktor penyebab terjadinya kehilangan kualitas dan kuantitas Bahan selama penyimpanan seperti jamur (fungi), serangga (insects), rodent (rat and mice), respirasi dan migrasi uap air (moisture migration). Beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan jamur yakni Kadar air, temperatur bahan baku pakan, kondisi biji-bijian yang disimpan, material asing dalam bahan baku, serta keberadaan mikroorganisme lain dalam bahan baku seperti serangga dan kutu. Untuk menghindari tumbuhnya jamur, maka suhu optimum dalam gudang sebaiknya berkisar 25-30 derajat celcius dengan kelembaban RH : 65% - 93%. Pengendalian jamur, tambah Heri dapat dilakukan dengan secara kimia ataupun fisik. Cara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan asam propionate dan asam asetat, sedangkan cara fisik selain mengontrol suhu dan kelembaban, juga dapat dilakukan dengan melepas gas tertentu ke dalam gudang.

    Dalam mengoperasikan penyimpanan pada sistem pergudangan, beberapa prinsip berikut ini perlu dijadikan pegangan demi tercapainya sistem pergudangan yang efisien. Prinsip-prinsip itu yakni menjaga dan menjalankan prinsip first in first out (FIFO), tumpukan barang disususn dengan aman, membuat layout (plan layout) barang untuk akses dan menemukan barang, pencatatan semua perpindahan barang, kehilangan (losses) pada form yang sesuai dan benar, pengarsipan segera semua dokumen dan catatan (record), melakukan perencanaan: barang/staf/transport yang dibutuhkan, menjaga keamanan barang, menjaga kebersihan gudang (harian/mingguan/bulanan), membuang segera barang yang rusak, selalu berkomunikasi secara efektif dengan pihak terkait, serta melakukan cek persedian (inventory) barang secara regular. (agropustaka.com)

     

  • Salah satu industri olahan hasil ternak, yakni industri persusuan nasional telah mengalami perubahan nyata baik dalam hal populasi maupun produksinya dalam 7 tahun terakhir. Menurut catatan Dewan Persusuan Nasional, produksi susu segar pada 2012 berjumlah 700 ton dengan produktifitas rata-rata 3300 liter per masa laktasi. Adapun pada kondisi di 2020, diprediksi produksinya mencapai 3000 ribu ton, dengan tingkat produktifitas mencapai 4500 liter per masa laktasi.

    Terdapat empat peluang utama pengembangan produk susu. Peluang itu yakni, "dapat dikonsumsi semua kelompok usia, sejak bayi sampai manula. Produk susu juga bisa merupakan produk pangan umum maupun untuk kebutuhan khusus," kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dr. Irma Isnafia Arief dalam Workshop Penerapan Teknologi 4.0 pada Rantai Pasok Industri Olahan Hasil Ternak di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor pada 2 Mei 2019 lalu. Acara diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI), dan diikuti oleh para praktisi, akademisi dan pemerhati bidang logistik produk olahan hasil ternak dari berbagai daerah.

    Peluang lain, jelas Irma yakni susu bisa menjadi produk utama maupun produk tambahan dalam sebuah produk makanan dan minuman. Aneka macam produk olahan susu terus berkembang dengan berbagai variasi jenis olahan susu, baik berbentuk minuman dan makanan dengan susu. Produk susu juga terus berkembang dengan aneka inovasi produk turunannya, mulai dari susu cair, susu bubuk, susu skim, whey, krim (lemak susu), keju, yogurt, kasein, kalsium.

    Berbagai peluang dan tantangan produk olahan susu tersebut harus ditopang dengan kesiapan industri domestik dalam memasuki era industri 4.0. Tidak hanya peralatan serta sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan, namun juga sumber daya manusianya pun senantiasa ditingkatkan ketrampilannya sehingga tidak gagap dalam menapaki revolusi industri 4.0.

  • Pameran International Livestock, Dairy, Meat Processing and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia ke-6 yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Banten (20-22/9) menghadirkan berbagai produk, alat dan inovasi di bidang peternakan. Dalam gelaran tersebut, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB turut ambil bagian dengan mengenalkan prodi-prodi yang ada di Fapet serta menampilkan berbagai inovasi hasil peternakan.

    Booth Fapet yang menampilkan beberapa produk tersebut banyak menarik perhatian para pengunjung ILDEX. Muhammad Ihsan, mahasiswa Prodi Teknologi dan Manajemen Ternak D4 Sekolah Vokasi IPB misalnya, memberikan kesan yang baik terhadap booth Fapet “Saya mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat di booth Fapet IPB dengan pelayanan yang nyaman dan asik untuk bertanya” ungkapnya. Ihsan, sapaan akrabnya juga menjadi terinspirasi untuk membuat inovasi yang bermanfaat di bidang peternakan.

    Pengunjung lain, Muhammad Ramdani Subadru, juga terlihat antusias mendengar penjelasan dari booth Fapet. Siswa SMK Peternakan Lembah Hijau, Jawa Tengah ini pertama kalinya datang ke ILDEX dan sengaja mengunjungi booth Fapet untuk mendapatkan informasi kuliah. “Di Fapet IPB saya ingin belajar cara beternak yang baik, perawatan hewan ternak dan banyak lagi” ujarnya.

    Selain mahasiswa dan pelajar, beberapa pengunjung asing turut meramaikan booth Fapet, mereka kebanyakan tertarik dengan produk-produk seperti telur, produk rendang domba kemasan kaleng dan banyak lagi. Pengunjung dari salah satu universitas dari Thailand sangat tertarik untuk menjalin kerjasama pengembangan riset. Dari kalangan peternak, Rais seorang peternak ayam petelur mengunjungi booth Fapet dan tertarik dengan Ayam IPB D1. Peternak asal Padang, ini cukup aktif menghadiri kegiatan-kegiatan peternakan skala nasional “Ilmu dalam bidang peternakan itu setiap hari berubah, walaupun basik saya bukan di ayam tapi saya tetap belajar sampai akhirnya bisa” ujar Rais yang sudah berbisnis ayam dari tahun 2007 dengan nama perusahaan Kepala Suku Farm ini.  (Femmy)

  • Guru Besar IPB Prof Yuli Retnani, MSc mengembangkan inovasi pakan yang bersumber dari limbah sayuran di pasar untuk meningkatkan produktivitas ternak, khususnya di perkotaan, daerah rawan pakan dan bencana.

    "Produk pakan yang dihasilkan dari pengolahan pakan bisa berbentuk mash, pellet, crumble, biskuit dan wafer," kata Yuli di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

    Dikatakannya, inovasi ini telah dikembangkannya sejak 2009. Dengan adanya teknologi pengolahan pakan yang awet, mudah, murah dan tersedia sepanjang musim diharapkan peternakan di Indonesia dapat tumbuh produktif, tanpa bergantung pada ketersediaan rumput dan hijauan pada musim paceklik, terutama di daerah rawan pakan dan bencana serta daerah perkotaan yang ketersediaan lahan terbatas.

    Dijelaskannya, inovasi pakan terdiri atas wafer pakan dan wafer suplemen pakan. Wafer pakan sebagai pengganti hijauan sedangkan wafer suplemen pakan sebagai suplemen dengan tujuan khusus seperti untuk meningkatkan bobot badan atau untuk menurunkan mortalitas.

    "Pembuatan wafer limbah sayuran pasar dilakukan dengan memanfaatkan limbah sayuran terbuang," katanya.

    Menurutnya, salah satu limbah yang banyak terdapat di sekitar lingkungan masyarakat adalah limbah sayuran pasar. Limbah sayuran setiap minggu semakin bertambah dan sulit untuk mencari pembuangan sampah.

  • Kesejahteraan hewan akan terpenuhi bila hak-hak hewan (animal rights) minimal dapat terpenuhi. Terdapat lima prinsip dari kesejahteraan hewan, yaitu bebas rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari rasa takut dan stres dan yang terakhir bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah. Ketika hewan telah memenuhi prinsip tersebut maka dapat dikatakan bahwa hewan dapat memperoleh kesejahteraannya. Tidak hanya pada hewan biasa, pada hewan ternak pun perlu diperhatikan kesejahteraanya. Terutama hewan-hewan ternak yang menjadi salah satu instrumen dalam sebuah pengetahuan, baik hewan ternak untuk praktikum maupun penelitian.
     
    Guru Besar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Dewi Apri Astuti, mengatakan perlu ada petunjuk atau buku panduan bagi pemeliharaan serta pengarahan dalam perlakuan hewan ternak. Menurutnya, perlakuan yang buruk dapat menurunkan kualitas produk daging bahkan dapat terjadi kematian akibat hewan yang stres. Terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan selama terdapatnya penggunaan hewan ternak baik sebagai riset maupun praktikum. Pertama, perlu dibuatnya fasilitas (kandang, tempat makan dan minum) yang baik, aman, nyaman dan cukup luas untuk hewan ternak. 
     
    Selain itu juga diperlukannya lingkungan yang baik seperti hijauan pakan dimana para hewan dapat keluar dari kandang mereka dan melakukan gerak badan (exercise). Kedua, perlu diperhatikan pakan dan air minum. Jumlah dan jenis pakan perlu diperhatikan baik setelah terlaksananya penelitian maupun sebelum peneltian, sehingga hewan dapat tetap hidup. Ketiga, perawatan saat dilakukannya kegiatan penelitian dan praktikum. Para peneliti yang melakukan hal tersebut perlu didampingi oleh ahli perawatan hewan, sehingga menghindari terjadinya kecelakaan akibat hewan merasa tidak nyaman dan tersakiti. Keempat, yang sangat perlu diperhatikan yakni proses memindahkan hewan ternak dari satu tempat ke tempat lain. Perlu transportasi yang memadai dimana hewan dapat merasa nyaman selama perjalanan. Karena saat ini di jalan-jalan masih banyak dapat kita jumpai hewan-hewan yang diangkut dengan transportasi dengan tidak memperhatikan kenyamanan hewan tersebut, yang pada jangka panjangnya dapat mempengaruhi kesehatan dari hewan ternak tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kelima, pengkayaan (enrichment). Semua jenis hewan memiliki jenis pengkayaan yang berbeda satu sama lainnya, contohnya seperti hewan unggas tidak akan tahan angin kencang saat masih kecil sehingga perlu kandang yang lebih hangat. 
     
    Setiap hewan memiliki ciri khas khusus sehingga perlu mengetahui apa saja jenis pengkayaan bagi hewan tertentu yang nantinya akan digunakan sebagai riset maupun praktikum. Poin yang terakhir yaitu sirkulasi angin yang baik diperlukan bagi hewan. Terutama bagi hewan-hewan ruminansia (seperti sapi dan kambing) yang dapat menghasilkan gas-gas amonia yang tinggi. Selain itu perlu mengetahui sifat dari hewan ternak tersebut, apakah mereka senang bergerombol atau soliter (sendiri), agar tidak menyebabkan hewan menjadi stres karena kesepian.
    IPB memiliki komisi kesejahteraan hewan yang bernama Komisi Etik Hewan (KEH) yang diketuai oleh drh. Ni Wayan Kurniani Karja, MP, Ph.D, terdiri dari beberapa anggota yang di dalamnya terdapat beberapa ahli, baik ahli dalam perawatan hewan maupun ahli hewan ternak, ujar Prof. Dewi.
     
    Ke depan, diharapkan terdapat sebuah panduan bagi para mahasiswa dan peneliti untuk menjadi sebuah acuan dalam pemeliharaan hewan ternak sebagai hewan penelitian maupun praktikum. Dengan demikian penelitian dapat berjalan dengan baik dengan memberikan kebutuhan dasar yang utama bagi hewan ternak.(megapolitan.antaranews.com)
  • Hasil penelitian Dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Anuraga Jayanegara menunjukkan, manipulasi pakan ternak dapat mengurangi emisi gas metana (CH4). Ia mengatakan, manipulasi pakan dengan mencampurkan tanin pakan adalah salah satu cara mitigasi untuk mengatasi perubahan iklim yang disebabkan efek gas rumah kaca. "Gas metana dari ternak ruminansia juga menjadi salah satu penyebab efek gas rumah kaca," kata Anuraga seperti dikutip dari laman Republika, Senin, (09/05).

    Menurutnya, ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba turut berperan dalam peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer.  Tipikal emisi gas rumah kaca berasal dari kontribusi ruminansia berdampak pada pemanasan global. Gas metana dihasilkan selama proses fermentasi pakan berserat di dalam rumen dan dikeluarkan ke lingkungan melalui ekskresi. Akibatnya lingkungan semakin tercemar karena meningkatnya gas metana di udara.

    "Hasil penelitian membuktikan pemanfaatan bahan pakan lokal yang mengandung tanin sebagai alternatif penurunan produksi gas metana," tutur Kepala Sub Bidang Pengembangan Karir Mahasiswa Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni IPB ini. Tanin, lanjutnya, adalah senyawa metabolit sekunder tanaman atau pilfenol yang banyak terdapat pada hiajuan pakan ternak, bersifat antinutrisi dan dapat menyebabkan keracunan apabila dikonsumsi ternak secara berlebihan. "Tanin dapat mengurangi produk gas metana saat proses pencernaan berlangsung, karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri metanogen yang memproduksi gas metana," katanya. Ia mengatakan, jenis tanaman yang banyak mengandung tanin misalnya tanaman leguminosa atau kacang-kacangan. Caranya dengan mengekstrak tanaman tersebut, lalu diambil taninnya dan dijadikan pakan adiktif. Ia menambahkan, ada dua cara mengetahui penurunan kandungan gas metana yang dihasilkan ternak ruminansia, yakni melalui pengukuran gas metana dari hasil pertukaran gas yang terjadi saat ternak ruminansia dimasukkan ke dalam respiratory chamber. "Dan cara kedua melalui simulasi in vitro yakni dengan mensimulasikan rumen rumenansia kemudian dimasukkan pakan yang mengandung tanin dan cairan rumen, lalu diukur produksi gas yang terjadi," kata pengajar berprestasi dari Fakultas Peternakan IPB ini. (alumniipb.org)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan didukung oleh Rumah Potong Hewan (RPH) PT. Elders Indonesia menggelar pelatihan kesejahteraan hewan pada rantai pasok sapi potong. Pelatihan ini mengambil tema “Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Sapi Potong” dan digelar di Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga (14/5).

    Penyelenggaraan kesejahteraan hewan merupakan tanggung jawab bersama stakeholder. Mulai dari pemerintah, pendidikan tinggi, bisnis dan komunitas peternak. Hal ini sesuai dengan kaidah Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dan Kesejahteraan Hewan.

    Dekan Fapet IPB, Dr. Muhamad Yamin mengatakan tujuan dari kegiatan ini  dalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan tentang penerapan kaidah Animal Welfare secara komprehensif pada rantai pasok sapi potong.

    “Peserta juga belajar tentang tata kelola RPH Ruminansia yang higienis, memenuhi standar Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) dan berdaya saing. Saya harap pelatihan ini dapat memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan untuk menerapkan praktik manajemen rantai pasok sapi potong yang sesuai kaidah Animal Welfare dari hulu ke hilir. Selain dilatih, peserta juga kami ajak untuk berkunjung ke RPH PT. Elders Indonesia,” ujarnya.

  • Kontes Ayam Pelung merupakan salah satu rangkaian dari Festival Ayam Pelung Nasional (FAPN) yang diselenggarakan  Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB).  Kontes ini berlangsung pada hari Minggu (17/9) bertempat di Lapang Rektorat Kampus IPB Dramaga. Sehari sebelumnya digelar Talkshow Keindahan Ayam Lokal Indonesia dan Kontes Judjing Ayam Pelung untuk mahasiswa.

    ''Kontes Judjing Ayam Pelung ini diperuntukkan bagi mahasiswa dengan tujuan untuk melatih bagaimana caranya menilai ayam pelung,'' tegas Bimo Prayogo, Ketua Pelaksana FAPN IPB. Kriteria penilaian ayam pelung ini diantaranya : penampilan atau performa, bobot, dan suara.

    Kontes ayam pelung yang merupakan kegiatan tahunan ini diikuti sekitar 120 kontestan dari seluruh wilayah di Indonesia.

    ''Dari Lampung kami mengikutsertakan lima kontestan sebagai ajang silaturahim dengan teman-teman sesama penggemar ayam pelung dan supaya tahu juga perkembangan ayam pelung di Indonesia,'' ujar Abu Musa, Ketua Pelungers Lampung saat ditanya terkait motivasinya mengikuti acara tersebut.

    Kontes ini memperebutkan tiga piala diantaranya Piala Menteri Pertanian untuk Juara Umum, Piala Rektor IPB untuk Juara Satu dan Piala Dekan Fakultas Peternakan IPB untuk Juara Kedua.

    Selain kontes, kegiatan tersebut juga dimeriahkan dengan lomba fotografi dan pameran ayam ekor panjang (megapolitan.antaranews.com)

  • Bogor, (Antaranews Bogor) - Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Luki Abdullah mengemukakan konsentrat hijau sebagai pakan padat nutrisi berbahan baku utama tanaman Indigofere zollingeriana kini dapat menjadi solusi mengurangi ketergantungan pada produk impor.

     "Konsentrat hijau merupakan pakan padat nutrisi dengan kandungan serat kasar kurang dari 18 persen yang bahan bakunya berasal dari hijauan pakan," kata Prof Luki kepada wartawan dalam acara "coffee morning" rencana Pengukuhan Guru Besar IPB di Kampus Dramaga Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.

    Prof Luki menjelaskan, konsentrat hijau dalam ransum berfungsi untuk mengoreksi kekurangan nutrisi yang tidak didapatkan dari bahan lain.

    "Salah satu legum prospektif di Indonesia yang bisa dikembangkan sebagai bahan konsentrat hijau adalah indigofera zollingeriana. Indogofera ini telah diamati sejak tahun 2008," kata Prof Luki.
  • Pada hari Rabu tanggal 29 September 2021 bertempat di Laboratorium Lapang Blok B Fakultas Peternakan IPB diselenggarakan acara Peresmian Teaching Industry Broiler Closed House yang merupakan hibah dari PT. Charoen Pokphand Indonesia (PT CPI).

    Acara ini diresmikan Presiden Komisaris PT CPI, Bpk Hadi Gunawan Tjoe, Presiden Direktur PT CPI, Bpk. Tjiu Thomas Effendy, Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi. Kegiatan tersebut juga dihadiri para Wakil Rektor, Sekretaris Institut, Dekan, Direktur Kerjasama dan Hubungan Alumni, Direktur Sarana, Prasarana dan pengamanan Lingkungan IPB, serta Ketua Senat fakultas, Wakil Dekan, Ketua dan Sekretaris Departemen di lingkungan Fakultas Peternakan IPB. Selain itu, jajaran pimpinan dari PT. Charoen Pokphand dan Charoen Pokphand Foundation Indonesia serta PT Multi Sarana Pakanindo juga hadir pada acara tersebut.

    Pada acara peresmian ini diawali dengan Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Hibah Closed House oleh Direktur CPI, p. Eddy Dharmawan dan Dekan Fakultas Peternakan IPB, Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.ScAgr. Setelah itu dilanjutkan dengan Penanda tanganan Prasasti Peresmian Closed House oleh Presiden Komisaris PT. CPI dan Rektor IPB University

    Pada kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Peternakan, Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc menyampaikan laporan perihal pembangunan closed house yang merupakan hibah ke-2 dari Charoend Pokphand ini. “Closed House ini telah menerapkan teknologi terkini dengan kapasitas 20.000 ekor dan dilengkapi dengan berbagai macam sistem” jelasnya. Ke depannya closed house ini akan menerapkan IOT dan membangun riset khusus yaitu closed house station yang posisinya berada di sebelah closed house sehingga tidak mengganggu dalam proses produksi. Beliau juga menambahkan bahwa kemendikbud melaunching program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang berkorelasi dengan pembangunan closed house “Mahasiswa bisa magang di teaching farm ini, bukan hanya mahasiswa IPB tapi untuk mahasiswa lain, untuk meningkatkan pembelajaran ternak unggas dan nutrisi unggas”

    Pada sambutannya, Presiden Komisaris PT CPI, Bapak Hadi Gunawan juga menyampaikan awal mula kerjasama antara CPI dan Fakultas Peternakan yang  sudah terjalin lebih dari 19 tahun dan hari ini diresmikan pengoperasian closed house teaching farm ke dua di IPB. Beliau berharap dengan bertambahnya closed house di IPB dapat menambah manfaat yang lebih baik untuk IPB, juga semakin menambah kesempatan mahasiswa Fakultas Peternakan dalam pembelajaran dan praktik hingga bermanfaat dan menguntungkan sehingga IPB dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang handal, berkarakter dan bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan negara. “Dengan adanya teching farm ini memungkinkan adanya transfer pengetahuan. Dengan teknologi closed house yang sedang dibutuhkan oleh industri, mahasiswa akan mendapat keilmuan budidaya, dengan teknologi yang diharapkan meningkatkan optimasi budidaya, closed house bertujuan agar budidaya dilakukan lebih efisien, produktif, lebih aman, serta memberikan kualitas hasil yang lebih baik” jelasnya.

    Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria, SP, M.Si juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada PT. Charoen Pokphand Indonesia atas hibah kandang closed house ini.  Keberadaan kandang broiler closed house diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam budidaya ayam broiler modern. “Kami berharap kerjasama ini berjalan dengan baik, berjalan dengan lancar dan saling memperkuat karena sekarang yang kita hadapi adalah era dimana kolaborasi menjadi keniscayaan” ujarnya membuka sambutan. Beliau juga mengungkapkan mengenai peternakan in corporated, yaitu peternakan yang tidak bisa sendiri namun sinergi antara Perguruan Tinggi, Industri Peternakan, dan Pemerintah. (Femmy/SSI)

  • Studium Generale oleh Ronald Knust Gaichen dari STOAS Vilentum University

    Tema : "How to design and improvement of written exams"

    Hari, Tanggal : Kamis, 17 Maret 2016

    Waktu : 10.00 - 12.00 WIB 

    Tempat : Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB Lantai 3 Wing 2

  • Halal bi Halal Fapet IPB 1440 H

     Waktu : 19/06/2019

    Tempat : Auditorium JHH Fapet IPB

  • Kuda merupakan ternak yang elegan dan berperan besar dalam perkembangan sejarah sosial serta budaya manusia.  Menurut Prof Ronny Rachman Noor, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, perjalanan sejarah manusia tidak pernah terlepas dari ternak yang satu ini.  Sebut saja bagaimana Genghis Khan berhasil menaklukkan dunia dengan kuda Mongol yang sangat tersohor.

    Pertanyaan yang muncul sekarang adalah kapan sebenarnya kuda mulai didomestikasi oleh manusia dan mulai dimanfaatkan oleh manusia, baik untuk tenaga mapun produksinya seperti susu dan dagingnya?

    “Selama ini, asal usul kuda dan juga kapan mulai didomestikasi masih menjadi tanda tanya besar, walaupun serangkaian penelitian telah dilakukan,” ujarnya.
    Namun menurut Prof Ronny misteri terbesar terkait kuda ini mulai terungkap ketika para peneliti gabungan beberapa negara berhasil menganalisa DNA dan juga menentukan usia tulang serta fosil kuda yang ditemukan dari berbagai wilayah di dunia.

    Berdasarkan hasil penelusuran DNA kuda modern yang hidup saat ini, para peneliti berhasil menyimpulkan bahwa kuda yang hidup 4.200 tahun lalu di padang Stepa, di wilayah Volga dan sungai Don di Rusia merupakan nenek moyang kuda modern yang ada saat ini.

    Menurut Prof Ronny, hasil penelitian ini sangat signifikan karena berhasil menentukan titik awal domestikasi kuda. Riset ini juga berhasil mengungkap asal usulnya yang mengubah teori domestikasi kuda yang ada saat ini.
    Ia menambahkan bahwa dari wilayah Rusia inilah kuda selanjutnya berkembang dan menyebar dengan sangat cepat ke wilayah Eropa lainnya dan juga Asia.

    “Hasil penelitian yang dianggap sangat penting sekaligus mengakhiri spekulasi tentang asal usul kuda ini dipublikasikan minggu ini di jurnal bergengsi dunia Nature. Judulnya "The origins and spread of domestic horses from the Western Eurasian steppes" oleh tim peneliti internasional,” ujarnya.

    Menurutnya, hasil penelitian ini tidak saja terkait dengan asal usul dan sejarah domestikasi kuda saja. Namun para peneliti juga berhasil menghubungkannya dengan sejarah peradaban dan pergerakan manusia. 

    “Sebelumnya, berdasarkan bukti arkeologi, para peneliti menduga bahwa kuda modern yang ada saat ini merupakan keturunan dari kuda yang didomestikasikan di wilayah Asia Tengah, sekitar 3.400 tahun sebelum masehi,” lanjut Prof Ronny.

    Para peneliti menduga bahwa kuda didomestikasi untuk keperluan daging dan susu oleh kelompok Botai yang hidup di wilayah timur Kazakhstan sekitar 5.500 tahun yang lalu. Namun ternyata hasil penelitian terbaru berhasil mematahkan teori tersebut.

    Menurut Prof Ronny, hasil penelitian terbaru menentukan titik awal domestikasi kuda yaitu di wilayah Volga-Don di Eurasia Barat. Hal ini berdasarkan hasil analisa pada 273 genom kuda purba dan membandingkannya dengan genom kuda modern.

    “Dari hasil penelitian inilah kapan dan di wilayah mana kuda pertama kali didomestikasi berhasil diungkap. Yaitu sekitar 4.200 tahun yang lalu di wilayah barat Rusia,” ujarnya.

    Teori domestikasi kuda yang dianut selama ini menurut Prof Ronny berasal dari wilayah Siberia. Namun para peneliti berhasil mengungkapkan bahwa nenek moyang kuda modern saat ini memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan kuda yang berasal dari wilayah Don Volga, di wilayah utara laut hitam dan laut Kaspia.

    “Hasil penelitan terbaru ini memang sangat menarik karena juga dikaitkan dengan sejarah manusia yang mencatat bahwa sekitar 5.000 tahun yang lalu terjadi migrasi suku nomaden Yamnaya dari wilayah stepa barat ini ke wilayah Eropa,” ujarnya.

    Menurutnya, para peneliti memiliki argumentasi bahwa walaupun suku Yamnaya bermigrasi membawa kuda ke Eropa untuk keperluan susu dan daging, namun berdasarkan hasil pemetaan genetik, ternyata kuda yang dibawanya ini bukanlah  merupakan nenek moyang kuda modern yang kita temui saat ini.

    “Selanjutnya para peneliti mengaitkan sejarah domestikasi kuda ini dengan mengamati penyebarannya ke wilayah Asia. Ini tentunya tidak terlepas dari perkembangan peradaban manusia yang dikenal sebagai Sintashta yang sangat erat dengan budaya perang,” imbuhnya.

    Dari hasil analisa genetik yang dilakukan oleh para peneliti ini, katanya, dapat dibuktikan bahwa orang Sintashta-lah yang secara khusus mengembangkan dan membiakkan kudanya untuk tujuan menempuh jarak jauh dan untuk diikutsertakan dalam perang.

    “Catatan arkeologi juga mendukung hal ini karena beberapa abad setelah orang Sintashta berhasil menjinakkan kuda-kuda mereka. Mereka juga berhasil mengembangkan perlengkapan perang canggih lainnya yaitu kereta dengan roda berjari-jari,” ujarnya.

    Menurutnya, kendaraan perang ini jauh lebih ringan dan lebih cepat daripada roda-roda padat yang digunakan oleh peradaban lain seperti Yamnaya.

    “Catatan sejarah juga menunjukkan dengan kuda dan kereta perang inilah akhirnya Sintashta berhasil menaklukan Asia Tengah yang merubah sejarah peradaban manusia dan juga sejarah domestikasi kuda,” jelasnya.

    Hasil domestikasi inilah, katanya, yang selanjutnya menghasilkan kuda Eropa yang memiliki daya tahan tinggi dan juga temperamen yang lebih cocok dengan manusia.
    “Peneletian terbaru ini berhasil mengungkap bahwa di Eropa, kuda-kuda ini dapat berkembang dengan baik dan beradaptasi dengan lingkungan setempat. Yang akhirnya menggantikan kuda-kuda lokal yang ada di wilayah tersebut,” ujar Prof Ronny.

    Menurut Prof Ronny, keberhasilan para peneliti dalam mengungkap asal mula kuda didomestikasi ini tentunya sangat penting. Tidak saja bagi sejarah evolusi kuda modern namun juga kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia (ipb.ac.id)

  •  Sebanyak 58 mahasiswa Fakultas Peternakan IPB melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. KKN yang dimulai pada tanggal 17 Juli hingga 29 juli 2019 tersebut dilakukan di  enam Desa  se-Kecamatan Ketanggungan. Yakni Desa Karangbandung, Buara, Kubangsari, Ciseureuh Lor dan Cikeusal Kidul.

    Rombongan  KKN Mahasiswa Fapet IPB tersebut diterima oleh Wakil Bupati Brebes Narjo, SH, MH di Aula Balai Desa Karangbandung, Kecamatan Ketanggungan, Selasa (18/6). Turut hadir dalam penerimaan KKN Mahasiswa tersebut, Perwakilan Baperlitbangda  Kabupaten Brebes, Perwakilan Kepala SKPD Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Brebes dan Kepala Desa lokasi tempat KKN.

    Dalam sambutannya, Narjo mengatakan, kemampuan menguasai teori selama menempuh pendidikan di kampus sangat penting karena menjadikan mahasiswa tampil sebagai sosok intelektual. Namun, menguasai praktek dilapangan jauh lebih penting, karena kadang teori dan praktek jauh berbeda dan perbedaan itu, bisa mencapai 180 derajat.

    “Teori yang kita dapatkan di Kampus, ketika terjun di masyarakat terdapat perbedaan dan itu yang menjadikan kita untuk terus berfikir dalam menjawab tantangan dari disiplin ilmu yang kita pelajar,” ujar Narjo. Narjo Menyebutkan bahwa dengan satu harapan ketika kenyataan lebih buruk dari teori maka Mahasiswa harus dapat mengarahkan masyarakat agar menjalankan sesuai teori yang ada. Namun demikian, jika ternyata kondisi yang ada jauh lebih baik dan lebih bermanfaat dari teorinya, maka mahasiswa dapat menarik kesimpulan tentang definisi baru dari sebuah teori yang ada tersebut.
     
    Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fapet IPB, Prof. Sumiati mengucapkan Banyak terima kasih kepada Kabupaten Brebes yang selalu menyambut baik Mahasiswanya yang melakukan KKN di Brebes. “Jalinan kerja sama ini, jangan sampai putus dan akan terus berlanjut kerja samanya di berbagai bidang” lanjutnya. 
  •  

    Masa partially closed down di Kampus IPB tidak menyurutkan langkah mahasiswa tingkat akhir untuk menyelesaikan tugas akhir dengan sebaik-baiknya.  Oleh karena itu Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mempersiapkan perangkat penyelesaian tugas akhir, salah satunya dengan penyelenggaraan ujian sidang sarjana online. Ujian sidang sarjana online perdana terselenggara untuk Adih pada hari Kamis 16 April 2020, pukul 09.00-11.00.

    Adih telah melakukan penelitian dengan dosen pembimbing Dr Ir Didid Diapari, MSi dan Dr Ir Heri A. Sukria, MSc Agr. Ia berhasil menuliskan skripsi dengan judul Kecernaan Nutrien Kelinci New Zealand White Fase Bunting yang Diberi Ransum Mengandung Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk).

    Dalam ujian sidang ini, Adih diuji kemampuan berkomunikasi, menyampaikan materi dan penguasaan tugas akhirnya.  Tim penguji terdiri dari Komisi Pembimbing dan Penguji luar, yaitu Dr Indah Wijayanti, STP, MSi serta Dr Yuni Cahya Endrawati, SPt, MSi.

    Ujian berlangsung dengan lancar dan dapat diselesaikan dengan baik.  Penilaian hasil ujian sidang sarjana ini menyatakan bahwa Adih lulus dan diminta untuk dapat melakukan perbaikan skripsi sesuai dengan arahan dari pembimbing dan penguji dalam waktu satu bulan. (ipb.ac.id)

  • Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, Agrianita Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University membagikan bingkisan untuk tenaga  kependidikan (tendik) di Lingkungan Fapet. Acara berlangsung di plaza Fapet Kampus IPB Darmaga pada Jum’at (8/3). Bingkisan berupa paket sembako yang  terdiri dari beras, tepung terigu, gula pasir, mie telur, minyak, telur dibagikan untuk tendik yang berstatus kontrak dan tenaga harian lepas (THL).

    “Dana kegiatan ini berasal dari salah satu program sosial di Agrianita Fapet yaitu program SERBU (sehari seribu). Program ini tidak dipaksakan dan siapapun boleh ikut menabung” jelas Ketua Agrianita Fapet IPB Ir. Dwi Dasawati, MM. Ibu Wiwiek, sapaan akrabnya juga menyampaikan teknis sehari seribu menjadi sebulan tiga puluh ribu yang dikumpulkan setiap awal awal bulan ke salah satu pengurus Agrianita Fapet bernama Ibu Reni, namun dana yang terkumpul per orang biasanya sekitar minimal lima puluh ribu rupiah. “Do’akan Ibu-Ibu Donatur agar dimudahkan rezekinya jadi program ini bisa tetap berjalan” tutupnya.

    Acara ini juga dihadiri oleh Dekan Fapet Dr. Idat Galih Permana, KTU Fapet Pungki Prayughi, M.Kom serta para KTU Departemen yaitu Taufik Hidayat, SE dan Adang Undiana, S.Mn (Femmy).

  • Pelaksanaan ibadah qurban akan digelar selama empat hari ke depan. Untuk itu, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Dr Tuti Suryati memberikan tips penanganan daging qurban yang aman dan sehat. 

    Sesampainya daging qurban di rumah, Dr Tuti menyarankan supaya daging qurban dipisah dari jeroan. Apabila daging atau jeroan terdapat cemaran seperti tanah, pasir, kerikil, rumput maupun kotoran lainnya, ia menyarankan supaya dicuci hingga bersih. 

    "Idealnya daging tidak dicuci karena proses pencucian daging akan berdampak terhadap meningkatnya jumlah mikroba dan memunculkan bau pada daging," jelas Dr Tuti. 

    Jika harus dicuci, lanjutnya, pastikan menggunakan air bersih dan dibilas menggunakan air yang siap minum. Daging yang sudah dicuci ditiriskan menggunakan refrigerator hingga tidak ada air di permukaan. Daging tersebut bisa dikemas per 250 gram atau 500 gram menggunakan plastik transparan dan tidak berbau. 

    "Daging bisa diolah langsung maupun disimpan dingin atau beku. Kalau jeroan, pastikan sebelum disimpan beku, dimasak terlebih dahulu," tambahnya. 

    Untuk pengolahan daging qurban, Dr Tuti menegaskan supaya daging qurban dimasak menggunakan panas yang cukup seperti direbus, dipanggang, dibakar atau digoreng hingga matang. Ia juga menyarankan saat memasak daging jangan sampai gosong saat dibakar. 

    Supaya olahan daging lebih sehat, ia menyarankan untuk menambahkan rempah-rempah. "Jika mau membuat sate, dapat ditambahkan parutan nanas atau dibungkus daun pepaya sebelum dimasak untuk mendapatkan sate yang lebih empuk," jelasnya. 

    Sementara, jika mengolah daging qurban yang sudah disimpan beku, daging yang masih dalam kemasan direndam terlebih dahulu menggunakan air dingin hingga terbentuk daging segar dan baru dimasak sesuai keingininan. 

    "Daging qurban dapat pula diolah sekaligus, daging olahan ini bisa dikemas 250 gram maupun 500 gram dan disimpan dingin atau beku. Sebelum disajikan, daging olahan beku tersebut dicairkan terlebih dahulu kemudian dipanaskan," pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Ir. Abdon Nababan, alumni Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 19 berhasil meraih penghargaan bergengsi tingkat Asia. Pria yang saat kuliah aktif dalam kegiatan Lawalata (pencinta alam) ini meraih Ramon Magsaysay Award 2017 untuk kategori Community Leadership dari seluruh Asia.

    Ramon Magsaysay Foundation  merupakan penghargaan untuk kepemimpinan yang menginspirasi dan membawa perubahan. Beberapa nama yang pernah mendapat penghargaan ini adalah Dalai Lama ke-14 pada 1959, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 1993, dan Syafi’i Ma’arif (PP Muhammadiyah) pada 2008.

    Menurut pihak Ramon Magsaysay Award, Abdon merupakan seorang pemimpin yang membawa perubahan. Keberanian dan advokasinya menjadi suara dan wajah bagi masyarakat adat di Indonesia.

    Abdon merupakan pemimpin perjuangan Masyarakat Adat di Nusantara (AMAN) bahkan sebelum era reformasi. Acara lima-tahunan Kongres Masyarakat Adat Nusantara menunjuknya sebagai Sekretaris Jenderal AMAN, di dua periode berturut-turut, yaitu 2007-2012 dan 2012-2017. Kini Abdon duduk di Dewan AMAN Nasional 2017-2022 mewakili Region Sumatera.

    Dalam periode kepemimpinannya, kerja AMAN telah berkontribusi positif terhadap perjuangan hak-hak masyarakat adat di negara ini. Beberapa diantaranya adalah Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 tentang Hutan Adat, Pencantuman Peta Wilayah Adat sebagai Peta Tematik oleh Badan Informasi Geospasial, dan Inkuiri Nasional oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tentang pelanggaran hak-hak masyarakat adat di kawasan hutan. AMAN pun secara aktif mendorong dan memfasilitasi Rancangan Undang-Undang Masyarakat Adat (RUU MA). RUU ini kini ada di Program Legislasi Nasional DPR RI untuk 2017.

    Masih di periode kepemimpinannya, AMAN memastikan pencantuman enam poin terkait masyarakat adat di dalam visi dan misi Presiden Joko Widodo (dikenal sebagai NAWACITA). Hasil paling nyata adalah penyerahan Surat Keputusan Pengakuan Hutan Adat kepada sembilan masyarakat adat oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada akhir Desember 2016.

    Penghargaan tahunan ini diberikan oleh Ramon Magsaysay Foundation, yang berbasis di Filipina. Acara penyerahan tahun ini dijadwalkan pada 31 Agustus di Manila. Penghargaan Nobel Asia ini diumumkan resmi pada Kamis, 27 Juli 2017.(ipb.ac.id)

  • Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (HANTER) IPB University kembali bagikan Bingkisan Hari Raya (BHR) kepada seluruh tenaga kependidikan (tendik), tenaga keamanan dan kebersihan serta pensiunan di lingkungan Fakultas Peternakan di Auditorium JHH Fakultas Peternakan pada Senin 1/4. Masing-masing penerima mendapatkan bingkisan berisi 16 produk  yang berasal dari Bank Syariah Indonesia (BSI) dan beberapa perusahaan seperti Metion, AS Putra MT Farm, Hijrah Food, Anindy’s, DB Foods dan Cita Indonesia. Alumni Fapet dari Alfapet 84, D-20, D-32, D-31, Rancher 84, D-33, D-38, D-34, D-14, D-15, D-21 dan D18 turut hadir dan mensupport persiapan hingga acara selesai serta didukung oleh Trobos dan ABI Ahoy Production sebagai media partner dalam kegiatan tersebut.

    Dekan Fapet Dr. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr menyampaikan apresiasinya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan yang bertajuk Tali Kasih Hanter 2024 tersebut. “Hanter memberikan tali kasih kepada kita semua terutama kepada Bapak dan Ibu tenaga kependidikan baik yang aktif maupun pensiun dan juga para Dosen yang memasuki pensiun. Setiap tahun tentunya kita bisa merasakan bagaimana peran hanter kepada kita semua sebagai bentuk perhatian yang sangat luar biasa dari Hanter para alumni”tandasnya.

    Sekjen HANTER Dr. Iyep Komala, S.Pt, M.Si yang hadir memberikan sambutan menjelaskan bahwa tenaga kependidikan baik yang masih aktif maupun sudah pensiun adalah orang orang yang berjasa. “Tanpa mereka tidak mungkin alumni-alumni yang ada disini memberikan donasi-donasi. Alumni sukses yang berkarya disini itu bukan hanya karena pimpinan atau dosen saja tetapi ada kiprah dari para tendik.”ungkapnya.

    Penyerahan paket BHR secara simbolis dilakukan oleh Dekan Fapet, Dr. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dan Ketua HANTER Aif Arifin Sidhik kepada para tenaga kependidikan Fapet. Ada hal menarik di tengah-tengah acara, yaitu hadirnya Ir. Endah Pranolowati selaku pimpinan dari Hijrah Food yang memberikan hadiah kepada para hadirin yang dapat menjawab pertanyaan seputar Hijrah Food. Para hadirin menyambut hangat dan antusias dengan kuis yang diadakan oleh Endah yang juga alumni Fapet tersebut.  (Femmy)

  • Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada Wakil Gubernur Sumatera Barat, Dr Ir Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN, Eng sebagai Wakil Gubernur dengan Gelar Akademik Terbanyak. Penyerahan penghargaan MURI dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga, Bogor (16/3). Dr Audy adalah alumni IPB University dari Fakultas Peternakan.

    Dalam sambutannya, Wakil Rektor bidang Internasionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni IPB University, Prof Dodik Ridho Nurrochmat mengucapkan selamat dan mengapresiasi atas penghargaan rekor MURI yang diraih Dr Audy. Ia mengatakan menempuh ilmu itu adalah sesuatu yang baik dan menjadi seorang praktisi bisnis, birokrat sekaligus ilmuwan secara bersamaan itu tidak mudah.

    “Birokrat itu karakternya konservatif, akademisi berkarakter rasional komprehensif dan praktisi mempunyai karakter pembaharu. Sehingga ini adalah suatu yang sulit dalam satu waktu. Untuk mendapatkan gelar terbanyak, harus dengan sekolah yang betul dan proven sehingga juri harus melihat bukan hanya banyak tapi juga dengan kualitas sehingga dapat menjadi sebuah penghargaan,” ujarnya.

    Direktur Operasional MURI, Jusuf Ngadri mengatakan bahwa MURI adalah lembaga yang mencatat karya, karsa dan prestasi yang luar biasa dengan kategori yang pertama inovator. Menurutnya, Gubernur Sumatera Barat adalah seorang anak muda yang multi talenta mulai dari pengusaha, akademisi, politikus dan tokoh milenial.  "Beliau adalah seorang wakil gubernur dengan gelar terbanyak dan tidak kurang dari lima gelar akademik serta dua gelar non akademik,” ucapnya.

    Wakil Gubernur Sumatera Barat, Dr Audy Joinaldy mengatakan bahwa dengan banyaknya gelar ini adalah sebuah amanah sekaligus tantangan terutama untuk Sumatera Barat dan Indonesia.  "Semoga bisa memberi inspirasi para milenial dimanapun berada untuk selalu berkarya dan melakukan yang terbaik. Jangan menjadi generasi muda yang taker, jadilah generasi yang giver dalam hal materi, ide, waktu, tenaga dan pikiran” ucapnya (ipb.ac.id)