News

  • Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (HANTER) IPB University melalui Divisi Humas, Sosial dan Beasiswa setiap tahunnya memberikan donasi berupa sembako gratis untuk tenaga kependidikan (tendik) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University dan donasi kepada anak yatim. Tidak hanya itu HANTER IPB University juga memberikan bantuan berupa beasiswa dan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan bagi mahasiswa Fapet IPB University.

    Dalam kondisi wabah COVID-19 ini, HANTER IPB University tetap memberikan donasi untuk mahasiswa Fapet IPB University yang karena kendala tertentu tidak bisa pulang ke kampung halaman saat IPB menerapkan partially closed down.  Donasi dikumpulkan atas kerjasama antara HANTER IPB University dan Fapet IPB
     University.

    Paket donasi diberikan kepada 110 mahasiswa Sarjana (S1) dan 50 mahasiswa Pascasarjana (S2). Tidak hanya itu, donasi juga diberikan kepada staf keamanan di lingkungan IPB University dan tenaga keamanan di komplek perumahan yang lokasinya tak jauh dari kampus Dramaga seperti kompleks Perumahan Dramaga Cantik.

  • Fakultas Peternakan IPB University bersama Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) kembali mengadakan pelatihan daring pada hari 13/5. Pelatihan ini dibagi menjadi dua seri dan dilakukan selama dua hari masa pelatihan. Topik yang diangkat adalah “Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Sapi Potong".

    Pada hari pertama, fokus materi membahas tentang kaidah dan praktik kesejahteraan hewan pada rantai pasok sapi potong di Indonesia dan Australia. Hadir sebagai pemateri adalah drh Helen Fadma, alumni IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) yang saat ini berpkiprah sebagai Livestock Service Manager untuk Indonesia di perusahaan Meat and Livestock Australia. Selanjutnya, juga hadir Yudhistira Pratama, SPt dan drh Neny Santy Jelita sebagai pemateri dari FLPI.

    Pelatihan yang terbatas untuk 40 orang peserta ini membahas secara umum praktik-praktik kesejahteraan hewan di Australia dan Indonesia. Selain membahas hal-hal teknis, peserta juga diajak untuk membahas terkait regulasi dan peraturan terkait kesejahteraan hewan.

    Dr Helen manyampaikan bahwa penanganan hewan yang baik adalah syarat kesejahteraan hewan yang baik. Industri peternakan harus menjamin kesejahteraan hewan ternak, meliputi bebas dari lapar dan haus, rasa tidak nyaman, dan tidak cidera. Selain itu, hewan ternak juga harus bebas dari rasa takut dan tertekan, serta leluasa untuk menampilkan perilaku alaminya.

    “Indonesia merupakan negara importir daging sapi terbesar dari Australia. Sapi yang diimpor bukan hanya dalam bentuk daging, tapi masih hidup. Sehingga kesejahteraan sapi harus dijaga selama proses penanganan hewan ternak dari  pengiriman hingga penyembelihan hewan,” ujar Helen.

    Menurutnya, kesejahteraan hewan ternak yang paling riskan adalah saat proses pemindahan. Proses ini biasa menggunakan transportasi darat dan transportasi laut yang membuat sapi sering stres. Salain itu, kandang penampungan sementara juga harus disiapkan sesuai standar yang sudah ditetapkan. Paling banyak ditemui adalah lantai yang tidak datar, sehingga sapi merasa tidak nyaman.

  • Ulat sutra identik dengan kokon yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku tekstil. Tapi, ternyata kokon ulat sutra juga dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik untuk perawatan kulit.

    Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Prof Dr Sumiati mengaku penasaran dengan kokon ulat sutra yang bisa mempercantik kulit. "Saya juga penasaran dengan kokon ulat sutra ini, kok bisa membuat kita cantik. Mudah-mudahan dengan webinar ini kita bisa mengulik lebih dalam tentang manfaat kokon ulat sutra bagi kecantikan," paparnya ketika membuka Webinar Series 1 yang bertajuk "Tetap Cantik dengan Kokon Ulat Sutra di Masa Pandemik COVID-19",  Kamis (4/6).

    Terkait manfaatnya di bidang kosmetik, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Dr Yuni Cahya Endarwati menjelaskan kokon ulat sutra memiliki komponen protein serisin. Lebih lanjut ia menjelaskan, komponen serisin mempunyai senyawa antioksidan yang bagus baik untuk makanan maupun kosmetik.

    "Komponen serisin ini dikatakan hampir sama dengan kulit manusia. Kemampuannya seperti asam amino yang sama dengan presentase dan komposisi yang sama. Serisin ini juga membantu transepidermal water loss dari kulit, hampir sampai 85 persen sehingga dapat menjaga kelembaban kulit," imbuhnya.

    Selain itu, serisin juga memiliki kandungan nutrisi yang baik dan bersifat edibel sehingga bisa langsung bisa dimanfaatkan maupun sebagai bahan komposit. Komponen serisin juga bisa sebagai koagulan. Sifat koagulan tersebut dimanfaatkan sebagai purifikasi air dan bisa dimanfaatkan sebagai pembersih muka dari kotoran yang menempel. Di samping itu, kokon ulat sutra juga berfungsi sebagai pelindung ultraviolet maupun senyawa kimia lainnya.

    "Secara alamiah, kokon ini berfungsi sebagai pelindung pupa. Di alam bebas sana, stres dan cekamannya sangat banyak, mulai dari lingkungan maupun musuh yang dapat merusak kokon," papar Dr Yuni.  

    Secara khusus, kokon ulat sutra yang sudah diteliti dan bisa digunakan untuk kosmetik adalah kokon ulat sutra murbei (Bombix mori).

    Pemakaian kokon ulat sutra untuk perawatan kulit yang mudah yaitu dengan merendam kokon selama 5-10 menit di dalam air panas, lalu kokon diletakkan di ujung jari, kemudian digunakan untuk memijat area wajah secara lembut selama 10-15 menit.

    "Kalau perawatan, kita tidak bisa langsung mendapatkan hasilnya. Tidak bisa setelah pemakaian pertama kulitnya langsung kinclong, perlu waktu paling tidak tiga bulan, tergantung perawatan dan jenis kulitnya," jelas Dr Yuni.

    Pakar ulat sutra itu juga menjelaskan, untuk aplikasi optimal, ekstrak protein kokon dapat ditambahkan ke dalam cream, sabun, tonik, serum, masker maupun face mist.

    Sementara, dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Fitria Agustina, SpKK, FINSDV menjelaskan kulit yang sehat dicirikan dengan kulit yang tampak bercahaya, warna kulit merata, terasa kenyal dan halus ketika diraba, dan bebas flek hitam maupun jerawat.  

    "Kulit yang sehat dapat didapatkan dengan memakai kosmetik yang tepat untuk melindungi kulit, asupan nutrisi yang baik dan seimbang, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin setiap hari sehingga nutrisi dapat terserap optimal ke dalam jaringan kulit,  dan tentunya harus bahagia karena bahagia dapat memicu hormon yang baik bagi kesehatan," pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University sepakat menjalin kerja sama dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran (UNPAD). Penandatanganan perjanjian kerja sama ini berlangsung di Ruang Sidang Fapet, Kampus IPB Dramaga, Bogor (7/8). 

    “Unpad ini wilayahnya dekat dengan IPB, kita satu provinsi. Tujuan kita sama ke depan, yaitu saling bekerjasama terkait dengan akademik, baik untuk memfasilitasi mahasiswa credit earning ataupun mengikuti program magang” ujar Dekan Fapet IPB University, Dr Idat Galih Permana. Dalam sambutannya, Dr Idat juga juga mengungkapkan tidak menutup kemungkinan juga untuk inisiasi riset kerjasama anatr perguruan tinggi. “Walaupun dari sisi jumlah Dosen & mahasiswakita paling sedikit di IPB, Tapi kegiatan riset kita cukup tinggi di IPB. Selain MBKM, Kita bisa sharing pertukaran mahsiswa, dengan tema-tema khusus, misalnya teknologi 4.0,” tambahnya.

    Dekan Fakultas Peternakan UNPAD, Dr. Ir. Rahmat Hidayat, S.Pt., M.Si.,  turut menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah mengemban satu misi, yaitu kolaborasi bidang pendidikan, riset dan ke depan direncanakan publikasi. “Di kami ada Pusat Studi, semua Dosen harus masuk ke kelompok riset dengan masing-masing komoditas di dalamnya, misalnya komoditas perah” jelasnya seraya menambahkan setiap kelompok riset harus punya mitra baik luar negeri maupun dalam negeri dan hal tersebut bisa dijadikan peluang untuk berkolaborasi. “Kita bisa laksanakan riset bersama ada road mapnya dan target publikasinya”tandasnya.

    Kedua belah pihak juga berharap dengan adanya hubungan historis antara Fapet IPB dengan Unpad akan terjalin kerjasama yang lebih kuat. Wakil Dekan Fapet IPB University Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Irma Isnafia Arief juga menyebut akan dilaksanakan student exchange antar kedua PTN tesebut agar mahasiswa memiliki networking lebih luas.

    Kegiatan ini juga dihadiri Wakil Dekan Fapet IPB Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Dr. Sri Suharti serta para Ketua Departemen (Kadep), yaitu Kadep Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakann (IPTP) Prof Asep Gunawan dan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Dr Heri Ahmad Sukria. Sedangkan dari pihak UNPAD, turut hadir menyaksikan penandatanganan tersebut Wakil Dekan Bidang Pembelajaran, Kemahasiswaan dan Riset Ir. Indrawati Yudha Asmara, S.Pt., M.Si., Ph.D serta Manajer Pembelajaran, Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Ir. Endang Sujana, S.Pt., MP., IPM.  (Femmy)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University jalin kerjasama dengan Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan (FPKP) Universitas Nusa Cendana, Kupang dalam rangka mewujudkan peran serta Perguruan Tinggi dalam pelaksanaan Kolaborasi Akademik dan Riset Industri dalam Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Menghasilkan Lulusan yang Kompetitif di Program Studi S1 Peternakan. Penandatanganan kerjasama berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga, (19/7). 

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyatakan apresiasinya kepada pihak Universitas Nusa Cendana. Ia mengatakan, “Dengan adanya program MBKM akan banyak kolaborasi, sudah saatnya mempererat kerjsama yang sudah lama antara IPB dengan Undana terutama dengn staf dan dosen Undana yg kuliah di IPB” ujarnya. Ia menambahkan “Di IPB kami didorong memfasilitasi melakukan MBKM, credit eraning, riset dan pemberdayaan masyarakat dalam 1 semester, untuk memperkaya wawasan mahasiswa yang saat ini sistem pembelajaran lebih terbuka dan kita harus memberikan kesempatan itu seluas-luasnya kepada mahasiswa” jelasnya.

    Sementara itu, Dr. Ir. Arnold Elyazar Manu, MP, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana menyampaikan beberapa hal terkait kerjasama dengan Fapet IPB University selain MBKM  “Prodi peternakan di Undana merupakan salah satu prodi yang ditunjuk untuk melakukan akreditasi internasional. Kami bentuk tim untuk akreditasi, benchmarking salah satunya di Fapet IPB” tuturnya. Hal lain yang disampaikan adalah percepatan profesor di Undana dengan mengarah pada salah satu jurnal yang akan dituju yaitu media peternakan di Fapet IPB.

    Dr. Maria Yashinta Luruk, Kaprodi Peternakan Undana yang juga hadir pada kesempatan itu juga menyampaikan perihal mata kuliah untuk Teknologi Hasil Ternak apa saja yang harus diperbanyak, karena di Undana belum ada mata kuliah yang menaungi dan studi lanjut. “Kami dari prodi butuh info mengenai mata kuliah di THT khususnya bidang hasil ikutan, jika diperbolehkan kami butuh informasi lebih lengkap” harapnya.

    Beberapa dosen Fapet IPB yang hadir memberikan jawaban dan masukan terhadap apa yang disampaikan oleh pihak Undana. Antara lain Prof. Asnath M Fuah yang menyampaikan mata kuliah THT di Fapet IPB yang ruang lingkupnya sudah luas, dari hasil sampai sampingannya. Prof. Asep Gunawan yang turut terlibat dalam Akreditasi Internasional serta akan diskusi lebih lanjut mengenai percepatan Guru Besar. Selain itu, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB Dr. Sri Suharti, siap mengarahkan untuk pelatihan penulisan jurnal ilmiah internasional. “Terkait jurnal ada baiknya di Fapet Undana mengadakan semacam pelatihan cara menulis jurnal, teknik menulis artikel, merupakan salah satu cara untuk publikasi jurnal internasional. Dari bahasa bisa diprogramkan agar bahasa inggris lebih baik” ujar dosen nutrisi ternak yang juga sebagai Asociate di Tropical Animal Science Jurnal ini.

    Terkait MBKM, Prof. Rudy Prianto juga memberikan gambaran salah satu program MBKM yaitu pabrik sorinfer dengan mitra “Di Jonggol diadakan semacam kegiatan semacam magang, ada pabrik sorinfer. Mahasiswa melakukan semacam kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dengan perusahaan mitra, dalam 1 bulan mahasiswa mendapatkan materi bisnis, dll. Dengan ketua Tim oleh Prof. Luki Abdullah” urainya. Prof. Rudy juga mengatakan para mahasiswa tersebut mendapat sertifikat dan nilai SKS serta direkrut untuk penelitian pada domba dan sapi di masyarakat. (Femmy)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University sepakat menjalin kerjasama dengan Fakultas Peternakan  (Fpt) Universitas Halu Oleo (UHO). Penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) ini berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB University, Bogor (10/8).

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyambut baik kerjasama yang terjalin antara Fapet IPB dengan Fakultas Peternakan UHO “Kita sangat terbuka baik mengirimkan maupun menerima  mahasiswa antar perguruan tinggi, secara teknis antar wakil dekan bisa berkomunikasi untuk menyesuaikan penjadwalan”ujarnya yang juga berharap dengan silaturahmi bisa terus kerjasama. “Kita sama-sama ingin maju, belajar, banyak hal yang terus kita perbaiki dengan saling kerjasama. Saat ini juga sudah banyak prodi yang sudah terakreditasi secara internasional”tandasnya.

    Di lain pihak, Dekan Fakultas Peternakan UHO Dr. Ir. Ali Bain, M.Si menegaskan bahwa tuntutan kerjasama adalah suatu keniscayaan, tanpa kerjasama sulit tercapai IKU. “Kerjasama ini bisa menjadi kesempatan bagi dosen untuk belajar, akan banyak hal yang bisa dishare, menjadi fokus yang bisa dilakukan dan salah satunya adalah membangun kerjasama lebih luas terutama di bagian barat (Indonesia)”.

    Kegiatan yang berlangsung di Bogor ini juga dihadiri Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. Yulkifli, M.Si  beserta para Wakil Dekan yang tengah bekerjasama dengan  Fapet IPB. Selain itu juga hadir Wakil Dekan Akademik Kemahasiswaan Fapet IPB, Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt., MS dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.Si. Juga hadir perwakilan prodi-prodi di lingkungan Fapet IPB dan Fapet UHO (ipb.ac.id)

  • Setelah beberapa saat lalu Fapet IPB University menjalin kerjasama dengan Universitas Nusa Cendana dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan Kolaborasi Akademik dan Riset Industri dalam Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Menghasilkan Lulusan yang Kompetitif di Program Studi S1 Peternakan, pada tanggal 20/07/2022 Fapet IPB kembali menjalin kerjasama dengan Fakultas Peternakan lainnya yaitu Universitas Udayana, Denpasar dalam bidang yang sama.  Penandatanganan kerjasama berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana mengatakan  secara umum kerjasama ini meliputi MBKM, Riset, Pengabdian dan akan dilanjutkan dengan diskusi terkait program Doktor dan memberikan sedikit gambaran mengenai program pascasarjana di Fapet IPB. “Untuk S2 minatnya tinggi S2, di awal pandemi setiap prodi lebih dari 20 mahasiswa yang mendaftar” jelasnya. Selain itu ia juga menjelaskan untuk kerjasama ini ke depan di program MBKM, tiap perguruan tinggi mulai terbuka menerima mahasisw dari luar. “MBKM stay di satu universitas, bisa merasakan atmosfer akademik, tidak hanya perkuliahan tapi kegiatan kemahasiswaan, mengikuti event, kegiatan yang dilakukan BEM atau HIMPRO” urainya seraya berharap dengan kegiatan ini kedua belah pihak bisa saling berkirim mahasiswa, karena masing-masing universitas memiliki keunikan dan daya tarik sendiri, misalnya di Udayana banyak mahasiswa asing.

    Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, M.S., IPU, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang hadir bersama jajarannya yaitu Wakil Dekan  Bidang Akademik dan Perencanaan Dr.Ir.Dewi Ayu Warmadewi,S.Pt.,M.Si.,IPM dan  Kaprodi S3 Peternakan ProfDr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si. menyampaikan apresiasinya terhadap pihak Fapet IPB yang sudah menerima kunjungan dengan baik “Secara singkat sudah disampaikan tujuan kami adalah menindaklanjuti draft PKS yang sudah dikomunikasikan antara kedua belah pihak, tinggal secara legal dilaksanakan” ucapnya seraya menjelaskan bahwa ketertarikan awal pada pengembangan pasca diawali dengan peran Prof. Luki Abdullah, guru besar Fapet sebagai narasumber kurikulum program dan Doktor, SDM di Udayana sebagian besar S2 dan S3 adalah alumni IPB.

    Setelah penandatanganan PKS antara Fapet IPB dan Fapet Udayana berlangsung, dilanjutkan dengan sesi diskusi antara kedua belah pihak. Dijelaskan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Fapet IPB Prof. Irma Isnafia Arief, untuk program Doktor by Research sudah ada yg menerima di inp, tapi belum lulus mahasiswanya. “Perbedaannya dengan reguler adalah by research sudah ada penelitian, publikasi nasional dan internasional. Selain itu, sudah mempunyai rencana penelitian yang terarah dan dananya jelas, biasanya dari BRIN, sedangkan program jalur reguler tidak diperlukan” jelasnya seraya menambahkan pada jalur riset SKS mata kuliah wajib hanya Falsafah Sains, yang lain kewajiban untuk penelitian.

    Selanjutnya menjawab pertanyaa-pertanyaan dari pihak Fapet Universitas Udayana, Kaprodi Pasca Ilmu Nutrisi dan Pakan (INP) Fapet IPB Prof. Dewi Apri Astuti menambahkan secara pengalaman di pasca Fapet IPB, baru 1 orang yang mendaftar by research dari BRIN dan sudah ada kolaborasi dengan pembimbing dengan riset tertentu, selain Falsafah sains, juga wajib lulus Bahasa Inggris. “Pelaksanaan di prodi diberi kesempatan memilih topik-topik khusus, harus diambil  dan ada juga mata kuliah pilihan sesuai risetnya” jelasnya.

    Dr. Ir. Lucia Cyrilla E.N.S.D., M.Si. , Kaprodi Pasca Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (ITP) mengungkapkan syarat menjadi mahasiswa Doctor by Research, paling tidak peneliti di instansi asal, punya hubungan dengan prodi atau calon pembimbing. “Kami ada satu (mahasiswa) dari Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) dibawah bimbingan Prof. Cece Sumantri dan Prof. Asep Gunawan” ujarnya. (Femmy)

  • Fakultas Peternakan IPB University kembali mengadakan pelatihan daring manajemen ternak. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari 14/5 ini bekerjasama dengan dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Pelatihan ini merupakan seri kedua yang digelar. Kali ini membahas tentang penanganan hewan ternak di Rumah Potong Hewan (RPH) modern.

    Hadir sebagai  pembicara, Mukhlas Agung Hidayat, SPt, praktisi di bidang manajemen ternak khususnya pemotongan hewan ternak dari FLPI. Ia juga merupakan Manager Produksi RPH PT. Cianjur Aria Makmur. Hari sebelumnya, pelatihan diisi oleh drh Helen Fadma, alumni Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University yang saat ini berprofesi sebagai Livestock Service Manager untuk Indonesia di perusahaan Meat and Livestock Australia.

    Kegiatan dibuka oleh Dr Rudy Afnan selaku Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, IPB University. Ia mengatakan bahwa di tengah masa pandemi, Fapet IPB University akan terus produktif melakukan kegiatan. Salah satu agenda yang akan dilakukan secara rutin adalah pelatihan dan diskusi online. Dr Afnan juga sangat berterima kasih atas antusiasme dari pemateri yang berasal dari berbagai daerah dan institusi.

    “Saya sangat berterima kasih atas kehadiran dari peserta. Lengkap sekali dari Aceh sampai Papua, baik dari profesor, dosen dan akademisi lain hingga praktisi. Selamat berdiskusi dan belajar, semoga di tengah pandemi ini tidak menurunkan semangat kita untuk terus produktif di bidang kita,“ ungkapnya.

    Pelatihan dibagi menjadi dua sesi utama dengan metode pembahasan materi dan tanya jawab. Sesi pertama membahas tentang pemotongan hewan modern dan tradisional, good slaughter practice (GSP), dan teknis penerapan GSP di RPH modern. Sesi kedua, pembahasan materi fokus pada deboning dan meat parting serta pendalaman tentang pisau RPH dan perawatannya. Selama pelatihan berlangsung peserta sangat antusias untuk melakukan diskusi.

    Mukhlas mengatakan bahwa ada tiga klasifikasi utama RPH yaitu kelas satu hingga kelas tiga. RPH dikatakan modern apabila minimal sudah masuk dalam kategori kelas tiga. Perusahaan yang saat ini ditempatinya adalah RPH kelas dua yang harus menggunakan fasilitas dan  metode yang terstandar internasional. Namun, untuk melakukan ekspor, RPH harus masuk dalam standar RPH kelas satu. Kelas ini jumlahnya sangat sedikit di Indonesia, bahkan bisa dihitung jari.

    “Alur pemotongan dikategorikan menjadi tiga yaitu, pra pemotongan, pemotongan, dan pasca pemotongan. RPH modern menggunakan sedikit tenaga manusia dan lebih banyak menggunakan mesin. Jika pemotongan tradisional sampai melibatkan lima orang untuk menyembelih sapi, RPH modern hanya membutuhkan satu orang operator,” ujar Mukhlas.

    Menurutnya, perlunya RPH mengetahui dan menerapkan pedoman good slaughtering practice yang bisa disebut GSP. Hal ini akan meningkatkan kualitas dari produksi daging di Indonesia. RPH modern di Indonesia masih belum banyak, padahal potensi bangsa sangat besar di bidang peternakan.

    Acara ini dimoderatori oleh Dr Edit Lesa Adhitya. Dikatakannya bahwa kegiatan pelatihan akan dilakukan rutin dengan topik berbeda tiap minggunya(ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan IPB dan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu lakukan kolaborasi akademik dan riset industri yang terjalin melalui Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga, (10/12). 

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyatakan apresiasi kepada pihak Universitas Tadulako“Kita terbuka ke semua universitas untuk memberikan kesempatan ke mahasiswa untuk belajar di luar kampus, bisa berupa credit earning, sosial masyarakat, ataupun industri kita sudah banyak menjajaki” ujarnya. Beliau juga berharap kerjasama bisa lebih luas lagi, tidak hanya MBKM, tapi juga riset dan pengembangan dan bisa diimplementasikan.

    Acara tersebut dihadiri oleh Ir. Muhamad Ilyas Mumu, S.Pt., M.Sc.Ag., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.selaku Ketua Jurusan Peternakan dan Perikanan yang mewakili pihak Universitas Tadulako. Pria yang akrab disapa Mumu ini mengatakan program utama di Tadulako adalah kerjasama. Salah satunya yang akan dilakukan di Fapet IPB adalah bagaimana mahasiswa bisa melakukan MBKM di Closed House dan akan dpilih mahasiswanya. Tujuannya agar setidaknya ada skill tambahan bagi mahasiswa.

    Pada kesempatan yang sama, juga dilakukan diskusi inisiasi kerjasama MBKM dengan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari yang di hadiri oleh Prof. Dr. Ir. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt, M.Si., I.P.M.

    Ketiga perguruan tinggi bidang peternakan ini sepakat untuk mengembangkan program MBKM baik untuk mahasiswa program sarjana dan pascasarjana

    Acara dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh para Wakil Dekan Fakultas Peternakan, yaitu Prof Irma Isnafia Arief dan Dr Sri Suharti. Selain itu hadir serta Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan dan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Selain itu juga hadir Ketua Prodi S2/S3 Ilmu Produksi Peternakan dan Prodi S2/S3 Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan IPB University. (Femmy/SSI)

  • Himpunan Profesi Mahasiswa Fakultas Peternakan menyelenggarakan kegiatan Festival Ayam Pelung Nusantara (FAPN). Kegiatan berlangsung di Gedung Jannes Humuntal Hutasoit, Fakultas Peternakan (Fapet), Institut Pertanian Bogor pada 15-16 September 2018.

    Dekan Fapet Dr Ir Mohamad Yamin MAgrSc menyambut dan mengapresiasi baik kegiatan ini. Dalam sambutannya, Yamin menyebutkan bahwa ayam Pelung memang perlu dilestarikan. Hal ini mengingat bahwa ayam Pelung merupakan sumber daya genetik (SDG) lokal yang tidak dipunyai oleh negara lain di dunia.

    “Acara ini diharapkan dapat memenuhi kriteria dari 3 learning outcome, yakni pengetahuan, skill dan sikap yang aplikasinya ke arah pemeliharaan dan pengembangannya,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Yamin mengemukakan ayam Pelung dapat dijadikan sebagai bibit unggul, lalu digunakan tidak hanya untuk suaranya saja yang merdu, namun juga diharapkan dari produksi dagingnya. Sehingga arah pengembangan ayam pelung ke depan dapat disesuaikan dengan standar pemeliharaan yang sama dengan ayam ras saat ini.

    “Semoga di masa mendatang kegiatan Himpunan Profesi Mahasiswa ke depannya tidak hanya fokus pada ayam Pelung saja, akan tetapi juga SDG ternak Indonesia lainnya juga harus diperhatikan seperti ayam Ketawa, Merawang dan ayam kokok Balenggek,” tandasnya.

    Kegiatan FAPN 2018 ini dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya Kerjasama dan Pengembangan yang juga Dosen Dasar Produksi Unggas, Dr. Rudi Afnan SPt, MScAgr dan Pembina Kemahasiswaan Fapet, Dr. Sigit Prabowo SPt, MSc. Panitia Pelaksana menghadirkan Prof. Iman Rahayu, Guru Besar Perunggasan Fapet sebagai pembicara utama dan Cece Suherman dari Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Nusantara sebagai pembicara sekaligus sebagai koordinator penjurian FAPN 2018.

    Ketua Panitia Pelaksana, Berry Sipayung mengatakan kegiatan ini bertujuan memberikan wawasan sebagai acuan dan pengembangan ayam Pelung yang berkualitas, baik dari suara, bobot badan dan performa lainnya untuk dilestarikan sebagai plasma nutfah Indonesia. Ayo lestarikan ayam Indonesia bersama irama Pelung nusantara! (majalahinfovet.com)

  • Forum Logistik dan Peternakan Indonesia (FLPI) bekerjasama dengan PT Charoen Pokphand Indonesia, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) menyelenggarakan pelatihan Manajemen Logistik Pakan, yang didukung Direktorat Pakan, Kementerian Pertanian.

    Pelatihan diselenggarakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB Dramaga Bogor, 26-27 Maret 2019. Kegiatan dihadiri Ketua FLPI Prof Luki Abdullah, Ketua AINI Prof Nahrowi Ramli dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan IPB Dr Rudi Afnan.

    Rudi Afnan, dalam sambutannya memberi apresiasi FLPI yang terus mengedukasi insan peternakan. Kali ini FLPI menyasar insan peternakan soal pakan unggas. “Kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan untuk berbagi informasi,” katanya.

    Pelatihan menghadirkan tiga narasumber, yakni Kasubdit Bahan Pakan Direktorat Pakan Diner YE Saragih, perwakilan PT Charoen Pokphand Indonesia Istiadi dan dari Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB Dr Heri Ahmad Sukria.

    Pelatihan diikuti oleh peternak, praktisi dan akademisi terkait pakan ternak, khususnya ternak unggas. Diakhir kegiatan, panitia mengajak peserta mengunjungi PT Charoen Pokphand Indonesia, di Balaraja, Tenggerang, Banten. Kunjungan bertujuan untuk memberi informasi nyata kepada peserta mengenai manajemen logistik pakan, penyimpanan dan pergudangannya. (majalahinfovet.com)

  • Transportasi ternak merupakan kunci utama dalam mendistribusikan hal terkait dengan produk peternakan. Kegiatan mendistribusikan ternak dalam kondisi hidup ini memerlukan teknik-teknik khusus, hal ini bertujuan agar ternak yang ditransportasikan merasa nyaman dan aman selama dalam perjalanan. Merujuk pada pentingnya memperhatikan proses transportasi ternak, Forum Logistik dan Peternakan Indonesia (FLPI) menyelenggarakan workshop bertajuk “Meningkatkan Kesejahteraan Hewan pada Transportasi Ternak di Indonesia”, yang diselenggarakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan (Fapet), Institut Pertanian Bogor (IPB), Jumat (12/10).

    Kegiatan ini dihadiri Deny Kusdyana perwakilan Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Ahmad Wiroi dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Drh Afriani dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Workshop kali ini menghadirkan empat narasumber, diantaranya Edy Wijayanto (PT Sapibagus), Tri Nugrahwanto (PT Tanjung Unggul Mandiri), Soedarno (Logistics Foods PT Sierad Produce Tbk) dan Dr Ross Ainsworth (Australian Veterinary). Acara dimoderatori oleh Dr Rudi Afnan, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB.

    Dekan Fapet IPB, Dr Ir Mohamad Yamin, dalam sambutannya menegaskan, FLPI merupakan wadah baru yang memfasilitasi hal terkait dengan logistik peternakan di Indonesia.

    “Keberadaan FLPI dipandang sangat perlu karena fungsinya dapat memberikan masukkan mengenai cara mentransportasikan ternak dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi tidak hanya terkait memasukkan ternak ke media angkut, namun lebih intens lagi adalah perlakuan yang perlu diberikan atau yang diterima ternak selama dalam perjalanan hingga sampai tujuan,” ujar Dr Yamin. 

    Sementara itu, Prof Dr Ir Luki Abdullah, Chairman FLPI, turut menyampaikan, sejak didirikan tiga tahun lalu, FLPI telah memberikan warna baru dalam ranah logistik peternakan yang menghasilkan produk pangan Indonesia.

    “FLPI telah mengakomodasi dan merekomendasi berbagai hal yang berhubungan dengan logistik peternakan itu sendiri kepada pemangku kepentingan, sehingga sampai saat ini FLPI telah berkontribusi nyata dan bermanfaat bagi kemajuan logistik peternakan di Indonesia,” kata Prof Luki.

    Acara yang didukung oleh IPB, Animal Logistics (ALIN), Nuffic MSM, Wageningen UR dan Aeres Groep, mendapat perhatian khusus dari perwakilan Kementerian Perhubungan.

    “Banyak hal menarik yang perlu diungkap dan dijadikan bahan agar ranah transportasi ternak ke depannya lebih baik, misal perlu adanya regulasi khusus yang mengatur tata-cara mentransportasikan ternak itu sendiri,” kata Deny Kusdyana.

    Sedangkan dikatakan Dr Ross dalam paparannya, bahwa kesejahteraan ternak selama ditransportasikan berkorelasi positif dengan keuntungan yang diterima oleh para pelaku usaha. Ini artinya jika ternak sejahtera selama proses transportasi, maka keuntungan yang diperoleh pun akan meningkat.(majalahinfovet.com)

  • Tiga mahasiswa IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan yaitu Sandi Nayohan, Irwan Susanto, Hajrian Rizkqi Albarki telah berhasil meraih Juara II dan Best Poster dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Festival Ilmiah Universitas Negeri Semarang (FILM) di Universitas Negeri Semarang akhir pekan lalu.

    Dalam perlombaan tersebut, mereka menampilkan gagasan berjudul LIVELE (Livestock Logistic Expedition) yaitu sebuah platform online marketing untuk menjual produk komoditas peternakan untuk menjaga kesegaran dari produk hingga sampai ke tangan konsumen. Dengan adanya gagasan ini, diharapkan marketplace tersebut ke depannya dapat direalisasikan dan membantu para peternak kecil yang ada di Indonesia.

    “Kami berharap dengan adanya inovasi ini, ke depannya aplikasi tersebut dapat direalisasikan kepada para peternak kecil yang ada di Indonesia, sehingga hal ini juga akan mendukung tercapainya swasembada daging nasional di masa yang akan datang,” ujar Sandi Nayohan sebagai Ketua Tim IPB University dalam kompetisi ini.

    Hal ini didukung juga oleh pernyataan Irwan Susanto sebagai salah satu anggota tim. Menurutnya, ide pembuatan gagasan aplikasi ini adalah adanya keresahan dari peternak karena tengkulak yang cenderung membeli produk dari peternak dengan harga yang murah. Tengkulak mendapatkan keuntungan lebih banyak dari peternak. Oleh karena itu, aplikasi ini diharapkan dapat memotong panjangnya rantai pasok produk peternakan sehingga peternak dapat menjual langsung produknya tanpa melalui tengkulak dan harga yang diterima konsumen juga lebih murah (ipb.ac.id)

  • Tim peneliti program Matching Fund tahun 2022 IPB University berkolaborasi dengan Mitra Peternakan Sinar Harapan Farm Sukabumi. Tema risetnya adalah Aplikasi Sistem Free Range Ayam IPB-D1 Penghasil Daging Fungsional melalui Pemberdayaan Kelompok Ternak.
     
    Program yang diketuai oleh Prof Cece Sumantri, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University diawali dengan kegiatan pelatihan formulasi pakan berbasis bahan pakan lokal dan budidaya ayam IPB-D1 sistem free range, (25/9). Kegiatan pelatihan di gelar di Kandang Sinar Harapan Farm, Jampang Tengah, Sukabumi. 
     
    “Ada sekitar 65 peserta yang hadir. Mereka adalah peternak, siswa sekolah, mahasiswa, dosen, perwakilan dari pemerintahan desa serta perwakilan dari pemerintah Kecamatan Jampang Tengah,” ujar Prof Cece.
     
    Prof Cece berharap pelatihan ini memberikan manfaat bagi peternak sehingga bisa menghasilkan pertumbuhan ternak cepat, daging berkualitas tinggi, tahan terhadap beberapa serangan penyakit.
     
    “Peserta mendapatkan materi formulasi pakan berbasis bahan pakan lokal dengan budidaya free range pada ayam IPB-D1. Narasumbernya adalah Prof Sumiati, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University dan Bapak Usep Setiawan, SIP selaku pengelola peternakan di Jampang Tengah,” ujarnya.
     
    Dalam paparannya, Prof Sumiati mengatakan pentingnya formulasi ransum agar ransum yang diberikan kepada ternak memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi dan sesuai dengan kemampuan konsumsinya.
     
    “Formulasi bahan pakan dapat menghasilkan ayam yang tumbuh dengan kualitas daging yang lebih baik serta mudah dalam mendapatkan bahan-bahannya. Peternak bisa menggunakan bahan pakan yang mudah didapat di sekitar kita, seperti jagung, dedak, ampas tahu, tepung ikan, dan bahan pakan lainnya,” ujarnya saat mempraktikkan pencampuran pakan dengan bahan lokal. Prof Sumiati mencampur jagung kuning, dedak padi, ampas tahu, bungkil kacang kedelai, tepung ikan, minyak sawit, CaCo3, NaCl, premix, mintrex Zn 16.
     
    Sementara itu, Usep Setiawan, SIP selaku Pengelola Peternakan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Peternakan Jampang Tengah menjelaskan tentang pemeliharaan Ayam IPB D-1 Sistem Free Range.
     
    “Pemeliharaan ayam dengan sistem free range memiliki beberapa keunggulan. Ayam akan lebih aktif karena leluasa untuk bergerak serta bisa mendapat pakan tambahan seperti rumput, cacing, serangga. Walaupun ayam kampung tapi kualitasnya tidak kampungan," ujarnya (ipb.ac.id)

  • Namanya Dr Tekad Urip Pambudi Sujarnoko, alumnus IPB University yang menyelesaikan tiga jenjang studi di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Pria kelahiran 1990 ini sekarang menjabat sebagai Direktur Utama PT Agro Apis Palacio, sebuah perusahaan yang memproduksi pakan ternak mulai ternak domba dan kambing, keplasmaan, pengolahan limbah non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sejak 2015 hingga sekarang. 

    Jejaknya menekuni dunia wirausaha dimulai sejak masih kuliah Sarjana. Ia terjun ke bisnis peternakan domba karena hobi serta ketidakcocokannya terhadap transaksi yang dilakukan tengkulak. Ia mengaku tengkulak di desanya, menentukan harga domba atau kambing dengan melihat langsung ke bentuk fisik, sehingga tidak mempertimbangkan berat hewannya.

    Ketika peternak sedang membutuhkan, tengkulak bisa menekan harga jual ternak dengan harga yang sangat rendah. Contohnya, ketika domba memiliki harga sebenarnya 1,5 juta rupiah, tetapi karena peternak sedang membutuhkan uang, tengkulak bisa memberikan harga 900 ribu bahkan 700 ribu rupiah. Alasannya karena telinga kecil, telinga bengkok atau warnanya yang hitam putih, dan sebagainya.

    "Hal itu yang membuat saya ingin sekali mengubah sistem, akhirnya kita menggunakan sistem timbangan yakni menimbang dagingnya. Selain itu kita membuat program yang namanya keplasmaan dengan peternak-peternak. Melalui program ini, bibit atau anakan dan pakan dijual ke kita atau ke orang lain dengan ditimbang terlebih dahulu," imbuhnya. 

    Menekuni dunia wirausaha tidak menyurutkan semangatnya dalam menuntut ilmu. Ia memiliki keinginan yang besar untuk meneliti dan mengajar di bidang peternakan karena salah satu problematika di Indonesia adalah peternak kurang mengetahui cara beternak dengan baik. Dengan demikian perlu ada yang menjadi jembatan untuk mengajari peternak tata cara beternak yang baik.
     
    "Saya kuliah tinggi mencari ilmu, bukan untuk ijazah atau mendapatkan pekerjaan. Karena ilmu itu akan mengangkat derajat, itu yang saya ingat, jadi bukan masalah dengan ijazah lalu saya harus bekerja seperti apa. Bukan, tetapi memantaskan diri itu yang lebih penting,” tambahnya.

    Ia juga memiliki harapan suatu saat nanti memiliki perusahaan yang fokus terhadap penelitian. Ia berharap negara Indonesia itu bukan lagi menjadi negara pengguna inovasi tetapi merupakan negara yang memiliki inovasi untuk diterapkan di negaranya sendiri dan menjual hasil inovasinya tersebut. 

    Melalui usahanya itu Tekad berhasil meraih Penghargaan Petani Milenial dan Petani Andalan Kementerian Pertanian tahun 2019  (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar kegiatan Rabuan Bersama sekaligus Penganugerahan Penghargaan untuk para Mahasiswa, Dosen dan Tenaga Kependidikan (Tendik)  berprestasi (24/1) di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit (JHH), Fapet IPB, Bogor. Dalam acara tersebut, sebanyak puluhan mahasiswa Fakultas Peternakan menerima berbagai kategori penghargaan dari lomba serta kejuaraan di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu apresiasi juga diberikan kepada para Dosen, Tendik, Ketua Organisasi Mahasiswa (Ormawa) beserta jajarannya yang berada di lingkungan Fapet IPB University.

    Dekan Fakultas Peternakan, Dr Idat Galih Permana dalam sambutannya menghaturkan apresiasi kepada seluruh civitas akademika Fapet IPB yang telah bersama-sama menyukseskan berbagai kegiatan dan program yang diselenggarakan di Fapet yang telah berkontribusi terhadap capaian-capaian kinerja IPB.

    Capaian kinerja Fapet IPB juga disampaikan oleh Dekan di hadapan ratusan undangan. “Dalam 3 tahun terakhir setiap Perguruan Tinggi khususnnya PTN diminta untuk memenuhi kinerja melalui indikator kinerja utama. Melalui kemendikbudristek dikti setiap universitas dibebankan untuk memiliki kinerja termasuk kita yang berada di unit-unit dibawah Fakultas dan Departemen termasuk juga mahasiswa. suatu hal yang wajar dimana kita diminta untuk berprestasi, karena IKU ini mengcapture kita mulai dari proses input mahasiswa, kualitas mahasiswa, proses pembelajaran, kualitas dosen, kualitas riset termasuk juga akreditasi dan kerjasama dengan mitra”jelasnya.

    Beberapa hal juga disampaikan terkait dengan semangat belajar mahasiswa Fapet dengan jumlah mahasiswa terbanyak yang mengikuti program fast track. Untuk kerjasama, tiga prodi di Fapet selalu dilibatkan dalam kerjasama dan sampai tahun ini sudah ada 165 kerjasama tercatat di sistem informasi kerjasama IPB. Selain itu Fapet juga termasuk Fakultas yang sangat responsif terhadap model pembelajaran project based learning, bahkan tahun lalu kita termasuk fakultas terbanyak sehingga mendapatkan award oleh IPB. Tak hanya itu, akreditasi tahun ini 2 Prodi di Fapet yaitu TPT dan NTP mendapat akreditasi internasional dari ASIIN, yaitu lembaga akreditasi yang berkedudukan di Jerman dan mengakreditasi perguruan tinggi yang berbasis natural science, matematik dan juga engineering “Jadi untuk mahasiswa lulusan TPT dan NTP sudah setara dengan lulusan luar negeri yang sudah tersertifikasi maupun terakreditasi internasional”jelasnya.

  • PT Medion Farma Jaya (Medion) bekerjasama dengan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan Sharing Session dan rekrutmen pegawai pada (1/8) di Ruang Sidang Fapet, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Medion merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di industri farmasi peternakan dan telah berdiri sejak tahun 1976. Produk Medion telah didistribusikan ke lebih dari 20 negara di Asia hingga Afrika. 

    Pada kegiatan ini, Neneng Arofah, S.Pt yang merupakan alumni Fapet IPB dan kini berkarir di Medion hadir sebagai Narasumber.
    Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Fapet IPB Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si hadir memberikan arahan di hadapan lebih dari 30 alumni maupun mahasiswa Fapet yang mengikuti rekrutmen. “Mencari kerja itu pada akhirnya sesuai dengan karakter kita, kalau karakter kita seorang peneliti maka kita akan ketemu bahwa job yang sesuai dengan kita adalah research and development. Kalau karakter kita itu sukanya komunikasi maka kita akan ketemu job yang sesuai itu adalah di bidang human resources dan juga PR” ujarnya. Namun demikian, Prof. Irma juga menyatakan karakter itu akan bisa juga berkembang karena saling membutuhkan. “Jadi jika kita lama kerja sebagai researcher di R&D maka suatu saat harus bisa mengemukakan hasil research nya itu komunitas yang lebih besar. Demikian juga dengan orang PR atau HRD, dia juga harus melakukan riset kecil-kecilan atau mereview beberapa riset supaya dia bisa menyampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh komunitas saat itu jadi kalau misalnya kita diterima di Medion itu insya Allah sesuai dengan kita pada saat ini dan jalannya masih panjang untuk bisa berkembang.” ujar Prof. Irma seraya menambahkan jika (peserta) tidak diterima bukan berarti jelek, tetapi karena jenis pekerjaannya kemungkinan tidak sesuai dengan karakter kita.

    Selanjutnya Neneng Arofah, S.Pt sebagai alumni, berbagi pengalaman dan tips bagaimana mampu berkarir dengan sukses di Medion. Dengan bahasa yang lugas dan interaktif, ia menyampaikan beberapa tips untuk persiapan menghadapi dunia kerja. “Tips dari saya, sebelum wisuda saya menyiapkan diri terlebih dahulu termasuk kesiapan kompetensi seperti hardskill dan softskill, jadi ketika sudah wisuda saya sudah siap untuk bekerja” tuturnya. Selain itu “Sewaktu kuliah kita belajar mengenai hardskill secara teori dan praktik, serta kita juga dapat belajar mengenai kedisiplinan dan bekerja dalam tim dalam kegiatan organisasi di kampus. Hal tersebut sangat bermanfaat karena  saat bekerja di perusahaan dalam bekerja kita tidak hanya menggunakan kompetensi hardskill tapi juga softskill seperti kemampuan untuk bekerja dalam tim untuk menyelesaikan suatu proyek dengan baik sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan”.

    Sheila Fanie Putri, S.Psi selaku HRD Medion yang juga hadir dan menyeleksi langsung para kandidat menyampaikan bahwa agenda sharing alumni dalam rangkaian rekrutmen ini dilakukan agar para kandidat bisa mengetahui gambaran kerja dari posisi yang ditawarkan dan mereka bisa lebih mengetahui tentang peluang karir di Medion. “Lalu pada saat sharing alumni, Neneng menyampaikan juga materi kuliah apa saja yang relevan dengan pekerjaannya sehingga para kandidat bisa mempersiapkan juga untuk menghadapi dunia kerja nantinya di Medion” tuturnya.
    Untuk proses rekrutmen Medion di Fapet IPB sendiri sebetulnya sebelum pandemi sudah pernah ke Fapet, “Pada saat pandemi kita ganti jadi online lalu karena sekarang sudah bisa ke kampus lagi jadi kita mulai lagi secara offline”jelasnya. Sheila juga mengungkapkan jika Fapet IPB termasuk kampus yang paling banyak peminatnya pada saat rekrutmen dan perekrutan ini dilakukan tentunya karena alumni dari Fapet IPB terbukti memiliki kualitas yang sangat baik saat bekerja di Medion. (Femmy)


  • Di era disrupsi seperti saat ini, manusia dituntut untuk bisa dinamis, kreatif, serta adaptif. Kemampuan merancang bisnis merupakan salah satu modal yang penting untuk dimiliki agar mampu beradaptasi. Untuk itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan, IPB University menyelenggarakan webinar Business Plan and Career Development, (22/08).

    Kegiatan ini diselenggarakan sebagai wadah bagi mahasiswa IPB University, khususnya yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan, untuk mempersiapkan bekal dalam menghadapi dunia pasca kampus.  Webinar yang mengangkat tema Career Revolution in Pra and Post Pandemic Era tersebut mengundang Frans Marganda Tambunan, Direktur Komersial PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero) sebagai pembicara.

    “Skill business plan ini sangat penting bagi mahasiswa baik yang akan lulus maupun yang baru memasuki perkuliahan di departemen agar adik-adik mahasiswa mempunya life mapping. Mau seperti apa kehidupan di masa depan nanti, ini harus direncanakan,” kata Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan IPB University, Prof Irma Isnafia Arief.

    Sejalan dengan yang disampaikan Prof Irma, Wakil Dekan bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, Dr Sri Suharti menyebutkan bahwa sebanyak dua belas persen alumni peternakan berkarir di bidang wirausaha. Angka tersebut cukup tinggi, baik di IPB University sendiri maupun di tingkat nasional. Mahasiswa yang memiliki passion wirausaha juga mendapat dukungan dengan adanya program merdeka belajar.

    “Kurikulum K2020 memberi keleluasaan bagi para mahasiswa terutama yang ingin mengambil merdeka belajar di bidang kewirausahaan. Ada satu channel tersendiri yang disetarakan dengan 20 SKS (Satuan Kredit Semester),” papar Dr Sri Suharti.

    Sementara itu, Frans Marganda menyebutkan bahwa meski di tahun 2020-2021 terjadi disrupsi yang sangat besar dan cepat, namun justru di tahun-tahun tersebut banyak orang yang berani memulai wirausaha. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2020 pengajuan Nomor Induk Berusaha (NIB) justru didominasi oleh Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) yakni sebesar 81 persen.

    Menurutnya, dari data tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memulai wirausaha perlu keberanian untuk mengambil risiko. Membuat perencanaan yang terbaik serta tidak menunda-nunda. Bisa memanfaatkan waktu yang dimiliki saat ini untuk meningkatkan skill baik itu soft skill maupun hard skill.

    Hal tersebut karena ia percaya bahwa keberuntungan ialah formulasi antara kesiapan dan kesempatan. Keberuntungan akan terwujud saat kita mampu mempersiapkan diri ketika kesempatan itu datang. Membangun relasi atau jejaring juga tak kalah penting, yakni dengan aktif di berbagia kegiatan sesuai dengan passion yang dimiliki.

    “Kemudian cari mentor yang sesuai dengan passion kalian. Tirulah 60 persen langkah mentor tersebut dan kreasikan 40 persen dengan gaya kalian sendiri,“ ujar Alumnus Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan IPB University Angkatan 33 ini.

    Di akhir sesi ia mengingatkan kepada peserta untuk banyak berdoa dan mendekatkan diri dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Hal tersebut ia ambil dari pengalaman pribadi maupun koleganya bahwa banyak sekali hal-hal di luar kontrol yang mana hanya tangan Tuhan yang mampu menyelesaikannya(ipb.ac.id)

  • Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter), Fakultas Peternakan IPB University gelar webinar “Revitalisasi Pakan dan Teknologi Presisi sebagai Alternatif Swasembada Unggas di Era Society 5.0”, (26/6). 

    Webinar ini menghadirkan Prof Sumiati, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University dan Dr Audy Joinaldy, Ketua Umum Himpunan Alumni Peternakan IPB University (HANTER) sekaligus Wakil Gubernur Sumatera Barat sebagai pembicara.
     
    Prof Sumiati memberikan materi mengenai revitalisasi bahan baku pakan lokal menuju swasembada unggas. Menurutnya, permasalahan terkini pada peternakan salah satunya adalah kebutuhan beberapa raw material atau bahan baku pakan ternak unggas yang masih mengandalkan dari pasokan impor.
     
    "Beberapa fakta terkait hal ini, bahwa bahan baku pakan, terutama soybean meal 100 persen impor. Secara volume, bahan baku impor itu hanya sekitar 35 persen dari formula memproduksi pakan ternak. Tapi secara value, komposisi nilainya itu bisa 50-60 persen dari total feed (pakan) yang dibuat. Tahun 2022/2023, Indonesia diprediksi akan membutuhkan 5,6 juta ton pasokan soybean meal," jelas Prof Sumiati.
     
    Menurut Prof Sumiati, salah satu solusi mengatasi permasalahan pakan adalah dengan revitalisasi bahan pakan lokal. Contoh bahan baku lokal potensial sumber energi seperti jagung, dedak padi, sorgum dan gaplek/singkong. Serta bahan pakan sumber protein seperti kacang koro pedang, maggot serta bungkil inti sawit.
     
    Dr Audy memberikan materi mengenai potensi pengembangan teknologi presisi dalam peternakan unggas era society 5.0. Ia memaparkan, revolusi society 5.0 bertujuan untuk mempercepat transformasi masyarakat yang mendukung kemajuan ekonomi dan sosial dengan mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik. 

    “Faktanya, industri unggas merupakan sektor utama perekonomian nasional yang memasok 65 persen protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Industri unggas juga berkontribusi sebesar 10 persen dalam penyerapan tenaga kerja nasional,” ungkap Dr Audy.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk meningkatkan value dan standar produk perunggasan dapat dilakukan dengan menggunakan Internet of Things (IoT) dalam Good Farming Practices (GFP) certificate. 

    Beberapa manfaat implementasi IoT antara lain pemeliharaan yang sehat, mengurangi beban kerja, mengurangi cost, meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, meningkatkan kualitas data dan pengambilan keputusan berdasarkan data. 

    “Adanya krisis akibat pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan besar dalam pola hidup konsumen. Orang yang dapat membaca situasi perubahan pola tersebut dapat memanfaatkannya sebagai peluang bisnis dan dapat menggerakkan ekonomi lebih, termasuk dalam industri perunggasan” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Himaproter) Fakultas Peternakan IPB University belum lama ini mengadakan Webinar Unggas Nasional 2020 dengan mengusung tema Menilik Dampak Pasca Pelarangan Antibiotic Growth Promotor (AGP) Terhadap Peternakan Unggas. Kegiatan ini menghadirkan salah satu Guru Besar Fakultas Peternakan, IPB University Prof Dr Niken Ulupi dan Lulusan Terbaik Program Magister IPB University 2019 yaitu Brahmadhita Pratama Mahardika, SPt, MSi.

    Dalam paparannya, Prof Niken menyampaikan materi mengenai sistem kekebalan unggas dan peran Imunomodulator sebagai pengganti Antibiotic Growth Promotor (AGP). Dijelaskan bahwa konsumsi protein hewani dari ternak unggas di Indonesia mencapai 87.94 persen, sehingga untuk menghasilkan produk olahan dari unggas yang aman untuk dikonsumsi manusia harus dilakukan manajemen ternak yang cukup baik.

    Sementara itu, Brahmadhita Pratama Mahardika menyampaikan materi mengenai dampak dan alternatif penggunaan AGP. Menurutnya, penggunaan AGP pada pakan ternak unggas akan menimbulkan beberapa masalah seperti menyisakan residu pada produk ternak yang dihasilkan.

    “Sehingga kita sebagai anak muda bangsa Indonesia harus menciptakan inovasi agar penggunaan AGP ini tidak ada lagi, tetapi dari sisi produksi tetap menguntungkan bagi peternak atapun konsumen,” ujarnya (ipb.ac.id)