News

  • Himpunan Profesi Mahasiswa Fakultas Peternakan menyelenggarakan kegiatan Festival Ayam Pelung Nusantara (FAPN). Kegiatan berlangsung di Gedung Jannes Humuntal Hutasoit, Fakultas Peternakan (Fapet), Institut Pertanian Bogor pada 15-16 September 2018.

    Dekan Fapet Dr Ir Mohamad Yamin MAgrSc menyambut dan mengapresiasi baik kegiatan ini. Dalam sambutannya, Yamin menyebutkan bahwa ayam Pelung memang perlu dilestarikan. Hal ini mengingat bahwa ayam Pelung merupakan sumber daya genetik (SDG) lokal yang tidak dipunyai oleh negara lain di dunia.

    “Acara ini diharapkan dapat memenuhi kriteria dari 3 learning outcome, yakni pengetahuan, skill dan sikap yang aplikasinya ke arah pemeliharaan dan pengembangannya,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Yamin mengemukakan ayam Pelung dapat dijadikan sebagai bibit unggul, lalu digunakan tidak hanya untuk suaranya saja yang merdu, namun juga diharapkan dari produksi dagingnya. Sehingga arah pengembangan ayam pelung ke depan dapat disesuaikan dengan standar pemeliharaan yang sama dengan ayam ras saat ini.

    “Semoga di masa mendatang kegiatan Himpunan Profesi Mahasiswa ke depannya tidak hanya fokus pada ayam Pelung saja, akan tetapi juga SDG ternak Indonesia lainnya juga harus diperhatikan seperti ayam Ketawa, Merawang dan ayam kokok Balenggek,” tandasnya.

    Kegiatan FAPN 2018 ini dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya Kerjasama dan Pengembangan yang juga Dosen Dasar Produksi Unggas, Dr. Rudi Afnan SPt, MScAgr dan Pembina Kemahasiswaan Fapet, Dr. Sigit Prabowo SPt, MSc. Panitia Pelaksana menghadirkan Prof. Iman Rahayu, Guru Besar Perunggasan Fapet sebagai pembicara utama dan Cece Suherman dari Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Nusantara sebagai pembicara sekaligus sebagai koordinator penjurian FAPN 2018.

    Ketua Panitia Pelaksana, Berry Sipayung mengatakan kegiatan ini bertujuan memberikan wawasan sebagai acuan dan pengembangan ayam Pelung yang berkualitas, baik dari suara, bobot badan dan performa lainnya untuk dilestarikan sebagai plasma nutfah Indonesia. Ayo lestarikan ayam Indonesia bersama irama Pelung nusantara! (majalahinfovet.com)

  • Forum Logistik dan Peternakan Indonesia (FLPI) bekerjasama dengan PT Charoen Pokphand Indonesia, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) menyelenggarakan pelatihan Manajemen Logistik Pakan, yang didukung Direktorat Pakan, Kementerian Pertanian.

    Pelatihan diselenggarakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB Dramaga Bogor, 26-27 Maret 2019. Kegiatan dihadiri Ketua FLPI Prof Luki Abdullah, Ketua AINI Prof Nahrowi Ramli dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan IPB Dr Rudi Afnan.

    Rudi Afnan, dalam sambutannya memberi apresiasi FLPI yang terus mengedukasi insan peternakan. Kali ini FLPI menyasar insan peternakan soal pakan unggas. “Kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan untuk berbagi informasi,” katanya.

    Pelatihan menghadirkan tiga narasumber, yakni Kasubdit Bahan Pakan Direktorat Pakan Diner YE Saragih, perwakilan PT Charoen Pokphand Indonesia Istiadi dan dari Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB Dr Heri Ahmad Sukria.

    Pelatihan diikuti oleh peternak, praktisi dan akademisi terkait pakan ternak, khususnya ternak unggas. Diakhir kegiatan, panitia mengajak peserta mengunjungi PT Charoen Pokphand Indonesia, di Balaraja, Tenggerang, Banten. Kunjungan bertujuan untuk memberi informasi nyata kepada peserta mengenai manajemen logistik pakan, penyimpanan dan pergudangannya. (majalahinfovet.com)

  • Transportasi ternak merupakan kunci utama dalam mendistribusikan hal terkait dengan produk peternakan. Kegiatan mendistribusikan ternak dalam kondisi hidup ini memerlukan teknik-teknik khusus, hal ini bertujuan agar ternak yang ditransportasikan merasa nyaman dan aman selama dalam perjalanan. Merujuk pada pentingnya memperhatikan proses transportasi ternak, Forum Logistik dan Peternakan Indonesia (FLPI) menyelenggarakan workshop bertajuk “Meningkatkan Kesejahteraan Hewan pada Transportasi Ternak di Indonesia”, yang diselenggarakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan (Fapet), Institut Pertanian Bogor (IPB), Jumat (12/10).

    Kegiatan ini dihadiri Deny Kusdyana perwakilan Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Ahmad Wiroi dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Drh Afriani dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Workshop kali ini menghadirkan empat narasumber, diantaranya Edy Wijayanto (PT Sapibagus), Tri Nugrahwanto (PT Tanjung Unggul Mandiri), Soedarno (Logistics Foods PT Sierad Produce Tbk) dan Dr Ross Ainsworth (Australian Veterinary). Acara dimoderatori oleh Dr Rudi Afnan, Wakil Dekan Bidang Sumberdaya Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB.

    Dekan Fapet IPB, Dr Ir Mohamad Yamin, dalam sambutannya menegaskan, FLPI merupakan wadah baru yang memfasilitasi hal terkait dengan logistik peternakan di Indonesia.

    “Keberadaan FLPI dipandang sangat perlu karena fungsinya dapat memberikan masukkan mengenai cara mentransportasikan ternak dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi tidak hanya terkait memasukkan ternak ke media angkut, namun lebih intens lagi adalah perlakuan yang perlu diberikan atau yang diterima ternak selama dalam perjalanan hingga sampai tujuan,” ujar Dr Yamin. 

    Sementara itu, Prof Dr Ir Luki Abdullah, Chairman FLPI, turut menyampaikan, sejak didirikan tiga tahun lalu, FLPI telah memberikan warna baru dalam ranah logistik peternakan yang menghasilkan produk pangan Indonesia.

    “FLPI telah mengakomodasi dan merekomendasi berbagai hal yang berhubungan dengan logistik peternakan itu sendiri kepada pemangku kepentingan, sehingga sampai saat ini FLPI telah berkontribusi nyata dan bermanfaat bagi kemajuan logistik peternakan di Indonesia,” kata Prof Luki.

    Acara yang didukung oleh IPB, Animal Logistics (ALIN), Nuffic MSM, Wageningen UR dan Aeres Groep, mendapat perhatian khusus dari perwakilan Kementerian Perhubungan.

    “Banyak hal menarik yang perlu diungkap dan dijadikan bahan agar ranah transportasi ternak ke depannya lebih baik, misal perlu adanya regulasi khusus yang mengatur tata-cara mentransportasikan ternak itu sendiri,” kata Deny Kusdyana.

    Sedangkan dikatakan Dr Ross dalam paparannya, bahwa kesejahteraan ternak selama ditransportasikan berkorelasi positif dengan keuntungan yang diterima oleh para pelaku usaha. Ini artinya jika ternak sejahtera selama proses transportasi, maka keuntungan yang diperoleh pun akan meningkat.(majalahinfovet.com)

  • Tiga mahasiswa IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan yaitu Sandi Nayohan, Irwan Susanto, Hajrian Rizkqi Albarki telah berhasil meraih Juara II dan Best Poster dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Festival Ilmiah Universitas Negeri Semarang (FILM) di Universitas Negeri Semarang akhir pekan lalu.

    Dalam perlombaan tersebut, mereka menampilkan gagasan berjudul LIVELE (Livestock Logistic Expedition) yaitu sebuah platform online marketing untuk menjual produk komoditas peternakan untuk menjaga kesegaran dari produk hingga sampai ke tangan konsumen. Dengan adanya gagasan ini, diharapkan marketplace tersebut ke depannya dapat direalisasikan dan membantu para peternak kecil yang ada di Indonesia.

    “Kami berharap dengan adanya inovasi ini, ke depannya aplikasi tersebut dapat direalisasikan kepada para peternak kecil yang ada di Indonesia, sehingga hal ini juga akan mendukung tercapainya swasembada daging nasional di masa yang akan datang,” ujar Sandi Nayohan sebagai Ketua Tim IPB University dalam kompetisi ini.

    Hal ini didukung juga oleh pernyataan Irwan Susanto sebagai salah satu anggota tim. Menurutnya, ide pembuatan gagasan aplikasi ini adalah adanya keresahan dari peternak karena tengkulak yang cenderung membeli produk dari peternak dengan harga yang murah. Tengkulak mendapatkan keuntungan lebih banyak dari peternak. Oleh karena itu, aplikasi ini diharapkan dapat memotong panjangnya rantai pasok produk peternakan sehingga peternak dapat menjual langsung produknya tanpa melalui tengkulak dan harga yang diterima konsumen juga lebih murah (ipb.ac.id)

  • Tim peneliti program Matching Fund tahun 2022 IPB University berkolaborasi dengan Mitra Peternakan Sinar Harapan Farm Sukabumi. Tema risetnya adalah Aplikasi Sistem Free Range Ayam IPB-D1 Penghasil Daging Fungsional melalui Pemberdayaan Kelompok Ternak.
     
    Program yang diketuai oleh Prof Cece Sumantri, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University diawali dengan kegiatan pelatihan formulasi pakan berbasis bahan pakan lokal dan budidaya ayam IPB-D1 sistem free range, (25/9). Kegiatan pelatihan di gelar di Kandang Sinar Harapan Farm, Jampang Tengah, Sukabumi. 
     
    “Ada sekitar 65 peserta yang hadir. Mereka adalah peternak, siswa sekolah, mahasiswa, dosen, perwakilan dari pemerintahan desa serta perwakilan dari pemerintah Kecamatan Jampang Tengah,” ujar Prof Cece.
     
    Prof Cece berharap pelatihan ini memberikan manfaat bagi peternak sehingga bisa menghasilkan pertumbuhan ternak cepat, daging berkualitas tinggi, tahan terhadap beberapa serangan penyakit.
     
    “Peserta mendapatkan materi formulasi pakan berbasis bahan pakan lokal dengan budidaya free range pada ayam IPB-D1. Narasumbernya adalah Prof Sumiati, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University dan Bapak Usep Setiawan, SIP selaku pengelola peternakan di Jampang Tengah,” ujarnya.
     
    Dalam paparannya, Prof Sumiati mengatakan pentingnya formulasi ransum agar ransum yang diberikan kepada ternak memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi dan sesuai dengan kemampuan konsumsinya.
     
    “Formulasi bahan pakan dapat menghasilkan ayam yang tumbuh dengan kualitas daging yang lebih baik serta mudah dalam mendapatkan bahan-bahannya. Peternak bisa menggunakan bahan pakan yang mudah didapat di sekitar kita, seperti jagung, dedak, ampas tahu, tepung ikan, dan bahan pakan lainnya,” ujarnya saat mempraktikkan pencampuran pakan dengan bahan lokal. Prof Sumiati mencampur jagung kuning, dedak padi, ampas tahu, bungkil kacang kedelai, tepung ikan, minyak sawit, CaCo3, NaCl, premix, mintrex Zn 16.
     
    Sementara itu, Usep Setiawan, SIP selaku Pengelola Peternakan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Peternakan Jampang Tengah menjelaskan tentang pemeliharaan Ayam IPB D-1 Sistem Free Range.
     
    “Pemeliharaan ayam dengan sistem free range memiliki beberapa keunggulan. Ayam akan lebih aktif karena leluasa untuk bergerak serta bisa mendapat pakan tambahan seperti rumput, cacing, serangga. Walaupun ayam kampung tapi kualitasnya tidak kampungan," ujarnya (ipb.ac.id)

  • Namanya Dr Tekad Urip Pambudi Sujarnoko, alumnus IPB University yang menyelesaikan tiga jenjang studi di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Pria kelahiran 1990 ini sekarang menjabat sebagai Direktur Utama PT Agro Apis Palacio, sebuah perusahaan yang memproduksi pakan ternak mulai ternak domba dan kambing, keplasmaan, pengolahan limbah non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sejak 2015 hingga sekarang. 

    Jejaknya menekuni dunia wirausaha dimulai sejak masih kuliah Sarjana. Ia terjun ke bisnis peternakan domba karena hobi serta ketidakcocokannya terhadap transaksi yang dilakukan tengkulak. Ia mengaku tengkulak di desanya, menentukan harga domba atau kambing dengan melihat langsung ke bentuk fisik, sehingga tidak mempertimbangkan berat hewannya.

    Ketika peternak sedang membutuhkan, tengkulak bisa menekan harga jual ternak dengan harga yang sangat rendah. Contohnya, ketika domba memiliki harga sebenarnya 1,5 juta rupiah, tetapi karena peternak sedang membutuhkan uang, tengkulak bisa memberikan harga 900 ribu bahkan 700 ribu rupiah. Alasannya karena telinga kecil, telinga bengkok atau warnanya yang hitam putih, dan sebagainya.

    "Hal itu yang membuat saya ingin sekali mengubah sistem, akhirnya kita menggunakan sistem timbangan yakni menimbang dagingnya. Selain itu kita membuat program yang namanya keplasmaan dengan peternak-peternak. Melalui program ini, bibit atau anakan dan pakan dijual ke kita atau ke orang lain dengan ditimbang terlebih dahulu," imbuhnya. 

    Menekuni dunia wirausaha tidak menyurutkan semangatnya dalam menuntut ilmu. Ia memiliki keinginan yang besar untuk meneliti dan mengajar di bidang peternakan karena salah satu problematika di Indonesia adalah peternak kurang mengetahui cara beternak dengan baik. Dengan demikian perlu ada yang menjadi jembatan untuk mengajari peternak tata cara beternak yang baik.
     
    "Saya kuliah tinggi mencari ilmu, bukan untuk ijazah atau mendapatkan pekerjaan. Karena ilmu itu akan mengangkat derajat, itu yang saya ingat, jadi bukan masalah dengan ijazah lalu saya harus bekerja seperti apa. Bukan, tetapi memantaskan diri itu yang lebih penting,” tambahnya.

    Ia juga memiliki harapan suatu saat nanti memiliki perusahaan yang fokus terhadap penelitian. Ia berharap negara Indonesia itu bukan lagi menjadi negara pengguna inovasi tetapi merupakan negara yang memiliki inovasi untuk diterapkan di negaranya sendiri dan menjual hasil inovasinya tersebut. 

    Melalui usahanya itu Tekad berhasil meraih Penghargaan Petani Milenial dan Petani Andalan Kementerian Pertanian tahun 2019  (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar kegiatan Rabuan Bersama sekaligus Penganugerahan Penghargaan untuk para Mahasiswa, Dosen dan Tenaga Kependidikan (Tendik)  berprestasi (24/1) di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit (JHH), Fapet IPB, Bogor. Dalam acara tersebut, sebanyak puluhan mahasiswa Fakultas Peternakan menerima berbagai kategori penghargaan dari lomba serta kejuaraan di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu apresiasi juga diberikan kepada para Dosen, Tendik, Ketua Organisasi Mahasiswa (Ormawa) beserta jajarannya yang berada di lingkungan Fapet IPB University.

    Dekan Fakultas Peternakan, Dr Idat Galih Permana dalam sambutannya menghaturkan apresiasi kepada seluruh civitas akademika Fapet IPB yang telah bersama-sama menyukseskan berbagai kegiatan dan program yang diselenggarakan di Fapet yang telah berkontribusi terhadap capaian-capaian kinerja IPB.

    Capaian kinerja Fapet IPB juga disampaikan oleh Dekan di hadapan ratusan undangan. “Dalam 3 tahun terakhir setiap Perguruan Tinggi khususnnya PTN diminta untuk memenuhi kinerja melalui indikator kinerja utama. Melalui kemendikbudristek dikti setiap universitas dibebankan untuk memiliki kinerja termasuk kita yang berada di unit-unit dibawah Fakultas dan Departemen termasuk juga mahasiswa. suatu hal yang wajar dimana kita diminta untuk berprestasi, karena IKU ini mengcapture kita mulai dari proses input mahasiswa, kualitas mahasiswa, proses pembelajaran, kualitas dosen, kualitas riset termasuk juga akreditasi dan kerjasama dengan mitra”jelasnya.

    Beberapa hal juga disampaikan terkait dengan semangat belajar mahasiswa Fapet dengan jumlah mahasiswa terbanyak yang mengikuti program fast track. Untuk kerjasama, tiga prodi di Fapet selalu dilibatkan dalam kerjasama dan sampai tahun ini sudah ada 165 kerjasama tercatat di sistem informasi kerjasama IPB. Selain itu Fapet juga termasuk Fakultas yang sangat responsif terhadap model pembelajaran project based learning, bahkan tahun lalu kita termasuk fakultas terbanyak sehingga mendapatkan award oleh IPB. Tak hanya itu, akreditasi tahun ini 2 Prodi di Fapet yaitu TPT dan NTP mendapat akreditasi internasional dari ASIIN, yaitu lembaga akreditasi yang berkedudukan di Jerman dan mengakreditasi perguruan tinggi yang berbasis natural science, matematik dan juga engineering “Jadi untuk mahasiswa lulusan TPT dan NTP sudah setara dengan lulusan luar negeri yang sudah tersertifikasi maupun terakreditasi internasional”jelasnya.

  • PT Medion Farma Jaya (Medion) bekerjasama dengan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan Sharing Session dan rekrutmen pegawai pada (1/8) di Ruang Sidang Fapet, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Medion merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di industri farmasi peternakan dan telah berdiri sejak tahun 1976. Produk Medion telah didistribusikan ke lebih dari 20 negara di Asia hingga Afrika. 

    Pada kegiatan ini, Neneng Arofah, S.Pt yang merupakan alumni Fapet IPB dan kini berkarir di Medion hadir sebagai Narasumber.
    Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Fapet IPB Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si hadir memberikan arahan di hadapan lebih dari 30 alumni maupun mahasiswa Fapet yang mengikuti rekrutmen. “Mencari kerja itu pada akhirnya sesuai dengan karakter kita, kalau karakter kita seorang peneliti maka kita akan ketemu bahwa job yang sesuai dengan kita adalah research and development. Kalau karakter kita itu sukanya komunikasi maka kita akan ketemu job yang sesuai itu adalah di bidang human resources dan juga PR” ujarnya. Namun demikian, Prof. Irma juga menyatakan karakter itu akan bisa juga berkembang karena saling membutuhkan. “Jadi jika kita lama kerja sebagai researcher di R&D maka suatu saat harus bisa mengemukakan hasil research nya itu komunitas yang lebih besar. Demikian juga dengan orang PR atau HRD, dia juga harus melakukan riset kecil-kecilan atau mereview beberapa riset supaya dia bisa menyampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh komunitas saat itu jadi kalau misalnya kita diterima di Medion itu insya Allah sesuai dengan kita pada saat ini dan jalannya masih panjang untuk bisa berkembang.” ujar Prof. Irma seraya menambahkan jika (peserta) tidak diterima bukan berarti jelek, tetapi karena jenis pekerjaannya kemungkinan tidak sesuai dengan karakter kita.

    Selanjutnya Neneng Arofah, S.Pt sebagai alumni, berbagi pengalaman dan tips bagaimana mampu berkarir dengan sukses di Medion. Dengan bahasa yang lugas dan interaktif, ia menyampaikan beberapa tips untuk persiapan menghadapi dunia kerja. “Tips dari saya, sebelum wisuda saya menyiapkan diri terlebih dahulu termasuk kesiapan kompetensi seperti hardskill dan softskill, jadi ketika sudah wisuda saya sudah siap untuk bekerja” tuturnya. Selain itu “Sewaktu kuliah kita belajar mengenai hardskill secara teori dan praktik, serta kita juga dapat belajar mengenai kedisiplinan dan bekerja dalam tim dalam kegiatan organisasi di kampus. Hal tersebut sangat bermanfaat karena  saat bekerja di perusahaan dalam bekerja kita tidak hanya menggunakan kompetensi hardskill tapi juga softskill seperti kemampuan untuk bekerja dalam tim untuk menyelesaikan suatu proyek dengan baik sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan”.

    Sheila Fanie Putri, S.Psi selaku HRD Medion yang juga hadir dan menyeleksi langsung para kandidat menyampaikan bahwa agenda sharing alumni dalam rangkaian rekrutmen ini dilakukan agar para kandidat bisa mengetahui gambaran kerja dari posisi yang ditawarkan dan mereka bisa lebih mengetahui tentang peluang karir di Medion. “Lalu pada saat sharing alumni, Neneng menyampaikan juga materi kuliah apa saja yang relevan dengan pekerjaannya sehingga para kandidat bisa mempersiapkan juga untuk menghadapi dunia kerja nantinya di Medion” tuturnya.
    Untuk proses rekrutmen Medion di Fapet IPB sendiri sebetulnya sebelum pandemi sudah pernah ke Fapet, “Pada saat pandemi kita ganti jadi online lalu karena sekarang sudah bisa ke kampus lagi jadi kita mulai lagi secara offline”jelasnya. Sheila juga mengungkapkan jika Fapet IPB termasuk kampus yang paling banyak peminatnya pada saat rekrutmen dan perekrutan ini dilakukan tentunya karena alumni dari Fapet IPB terbukti memiliki kualitas yang sangat baik saat bekerja di Medion. (Femmy)


  • Di era disrupsi seperti saat ini, manusia dituntut untuk bisa dinamis, kreatif, serta adaptif. Kemampuan merancang bisnis merupakan salah satu modal yang penting untuk dimiliki agar mampu beradaptasi. Untuk itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan, IPB University menyelenggarakan webinar Business Plan and Career Development, (22/08).

    Kegiatan ini diselenggarakan sebagai wadah bagi mahasiswa IPB University, khususnya yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan, untuk mempersiapkan bekal dalam menghadapi dunia pasca kampus.  Webinar yang mengangkat tema Career Revolution in Pra and Post Pandemic Era tersebut mengundang Frans Marganda Tambunan, Direktur Komersial PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero) sebagai pembicara.

    “Skill business plan ini sangat penting bagi mahasiswa baik yang akan lulus maupun yang baru memasuki perkuliahan di departemen agar adik-adik mahasiswa mempunya life mapping. Mau seperti apa kehidupan di masa depan nanti, ini harus direncanakan,” kata Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan IPB University, Prof Irma Isnafia Arief.

    Sejalan dengan yang disampaikan Prof Irma, Wakil Dekan bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, Dr Sri Suharti menyebutkan bahwa sebanyak dua belas persen alumni peternakan berkarir di bidang wirausaha. Angka tersebut cukup tinggi, baik di IPB University sendiri maupun di tingkat nasional. Mahasiswa yang memiliki passion wirausaha juga mendapat dukungan dengan adanya program merdeka belajar.

    “Kurikulum K2020 memberi keleluasaan bagi para mahasiswa terutama yang ingin mengambil merdeka belajar di bidang kewirausahaan. Ada satu channel tersendiri yang disetarakan dengan 20 SKS (Satuan Kredit Semester),” papar Dr Sri Suharti.

    Sementara itu, Frans Marganda menyebutkan bahwa meski di tahun 2020-2021 terjadi disrupsi yang sangat besar dan cepat, namun justru di tahun-tahun tersebut banyak orang yang berani memulai wirausaha. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2020 pengajuan Nomor Induk Berusaha (NIB) justru didominasi oleh Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) yakni sebesar 81 persen.

    Menurutnya, dari data tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memulai wirausaha perlu keberanian untuk mengambil risiko. Membuat perencanaan yang terbaik serta tidak menunda-nunda. Bisa memanfaatkan waktu yang dimiliki saat ini untuk meningkatkan skill baik itu soft skill maupun hard skill.

    Hal tersebut karena ia percaya bahwa keberuntungan ialah formulasi antara kesiapan dan kesempatan. Keberuntungan akan terwujud saat kita mampu mempersiapkan diri ketika kesempatan itu datang. Membangun relasi atau jejaring juga tak kalah penting, yakni dengan aktif di berbagia kegiatan sesuai dengan passion yang dimiliki.

    “Kemudian cari mentor yang sesuai dengan passion kalian. Tirulah 60 persen langkah mentor tersebut dan kreasikan 40 persen dengan gaya kalian sendiri,“ ujar Alumnus Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan IPB University Angkatan 33 ini.

    Di akhir sesi ia mengingatkan kepada peserta untuk banyak berdoa dan mendekatkan diri dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Hal tersebut ia ambil dari pengalaman pribadi maupun koleganya bahwa banyak sekali hal-hal di luar kontrol yang mana hanya tangan Tuhan yang mampu menyelesaikannya(ipb.ac.id)

  • Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter), Fakultas Peternakan IPB University gelar webinar “Revitalisasi Pakan dan Teknologi Presisi sebagai Alternatif Swasembada Unggas di Era Society 5.0”, (26/6). 

    Webinar ini menghadirkan Prof Sumiati, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University dan Dr Audy Joinaldy, Ketua Umum Himpunan Alumni Peternakan IPB University (HANTER) sekaligus Wakil Gubernur Sumatera Barat sebagai pembicara.
     
    Prof Sumiati memberikan materi mengenai revitalisasi bahan baku pakan lokal menuju swasembada unggas. Menurutnya, permasalahan terkini pada peternakan salah satunya adalah kebutuhan beberapa raw material atau bahan baku pakan ternak unggas yang masih mengandalkan dari pasokan impor.
     
    "Beberapa fakta terkait hal ini, bahwa bahan baku pakan, terutama soybean meal 100 persen impor. Secara volume, bahan baku impor itu hanya sekitar 35 persen dari formula memproduksi pakan ternak. Tapi secara value, komposisi nilainya itu bisa 50-60 persen dari total feed (pakan) yang dibuat. Tahun 2022/2023, Indonesia diprediksi akan membutuhkan 5,6 juta ton pasokan soybean meal," jelas Prof Sumiati.
     
    Menurut Prof Sumiati, salah satu solusi mengatasi permasalahan pakan adalah dengan revitalisasi bahan pakan lokal. Contoh bahan baku lokal potensial sumber energi seperti jagung, dedak padi, sorgum dan gaplek/singkong. Serta bahan pakan sumber protein seperti kacang koro pedang, maggot serta bungkil inti sawit.
     
    Dr Audy memberikan materi mengenai potensi pengembangan teknologi presisi dalam peternakan unggas era society 5.0. Ia memaparkan, revolusi society 5.0 bertujuan untuk mempercepat transformasi masyarakat yang mendukung kemajuan ekonomi dan sosial dengan mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik. 

    “Faktanya, industri unggas merupakan sektor utama perekonomian nasional yang memasok 65 persen protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Industri unggas juga berkontribusi sebesar 10 persen dalam penyerapan tenaga kerja nasional,” ungkap Dr Audy.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk meningkatkan value dan standar produk perunggasan dapat dilakukan dengan menggunakan Internet of Things (IoT) dalam Good Farming Practices (GFP) certificate. 

    Beberapa manfaat implementasi IoT antara lain pemeliharaan yang sehat, mengurangi beban kerja, mengurangi cost, meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, meningkatkan kualitas data dan pengambilan keputusan berdasarkan data. 

    “Adanya krisis akibat pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan besar dalam pola hidup konsumen. Orang yang dapat membaca situasi perubahan pola tersebut dapat memanfaatkannya sebagai peluang bisnis dan dapat menggerakkan ekonomi lebih, termasuk dalam industri perunggasan” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Himaproter) Fakultas Peternakan IPB University belum lama ini mengadakan Webinar Unggas Nasional 2020 dengan mengusung tema Menilik Dampak Pasca Pelarangan Antibiotic Growth Promotor (AGP) Terhadap Peternakan Unggas. Kegiatan ini menghadirkan salah satu Guru Besar Fakultas Peternakan, IPB University Prof Dr Niken Ulupi dan Lulusan Terbaik Program Magister IPB University 2019 yaitu Brahmadhita Pratama Mahardika, SPt, MSi.

    Dalam paparannya, Prof Niken menyampaikan materi mengenai sistem kekebalan unggas dan peran Imunomodulator sebagai pengganti Antibiotic Growth Promotor (AGP). Dijelaskan bahwa konsumsi protein hewani dari ternak unggas di Indonesia mencapai 87.94 persen, sehingga untuk menghasilkan produk olahan dari unggas yang aman untuk dikonsumsi manusia harus dilakukan manajemen ternak yang cukup baik.

    Sementara itu, Brahmadhita Pratama Mahardika menyampaikan materi mengenai dampak dan alternatif penggunaan AGP. Menurutnya, penggunaan AGP pada pakan ternak unggas akan menimbulkan beberapa masalah seperti menyisakan residu pada produk ternak yang dihasilkan.

    “Sehingga kita sebagai anak muda bangsa Indonesia harus menciptakan inovasi agar penggunaan AGP ini tidak ada lagi, tetapi dari sisi produksi tetap menguntungkan bagi peternak atapun konsumen,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar kegiatan Gerakan Fapet Sehat yang diawali dengan Jalan Pagi Sehat (Japas) dengan rute sekitar kampus IPB Darmaga. Sebanyak 86 orang warga Fapet yang terdiri dari pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, tenaga kebersihan serta Agrianita mengikuti kegiatan tersebut pada 25/3.

    Gerakan Fapet Sehat diinisiasi oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan Dr. Sri Suharti “Acara jalan pagi sehat merupakan rangkaian gerakan fapet sehat. Selama masa pandemi aktivitas terbatas secara offline, ketika sudah mulai relaksasi kita lakukan jalan pagi sehat” jelasnya.  Selain itu, Fakultas Peternakan juga mengadakan lomba kebersihan untuk memberi penghargaan kepada para tenaga kebersihan supaya mereka lebih termotivasi lagi di dalam kinerjanya dan menjaga kebersihan di lingkungan Fakultas Peternakan.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana hadir dan memberikan semangat kepada para peserta seusai mengelilingi kampus sejauh 2 kilometer. “Sudah kedua kali kita mengadakan japas, sudah lama kita tidak melakukan kegiatan bersama. Hari ini juga kita akan mengumumkan juara lomba kebersihan yang beberapa waktu lalu kita lakukan penilaian oleh ibu-ibu agrianita yang bertujuan untuk kita menciptakan kebersihan dari seluruh lingkungan kampus. Pada akhirnya yang paling penting adalah kebersamaan dan silaturahmi kita” ungkapnya. 

    Dalam kesempatan tersebut hadir pula WR 4 IPB Prof. Erika B. Laconi. “Silaturahim ini harus tetap terjaga, karena dengan tugas yang banyak, kita harus sehat. Oleh sebab itu jalan pagi ini kalau bisa dirutinkan saja sebulan sekali, karena dengan keluar mungkin virus tidak akan ikut kita. Semakin banyak kita di rumah semakin banyak penyakit yang ada di kita. Saran saya semuanya mari kita mulai masuk ke kampus” ujarnya. Beliau juga berpesan agar  semua dosen dan tendik bekerjasama membantu fakultas peternakan untuk berkembang dan maju karena kita adalah Godfathernya untuk di peternakan.

    Acara ini juga menghadirkan tausiyah Ramadhan oleh Prof. Anuraga Jayanegara. Dalam tausiyahnya beliau menyampaikan perihal kewajiban berpuasa. “Ternyata puasa itu lintas syariat, lintas umat, tujuannya agar kita semua menjadi orang yang bertakwa” jelasnya setelah mengutip surat Al Baqarah ayat 183. Prof. Anuraga juga dengan mengurai mengenai ketakwaan baik secara vertikal, horizontal maupun berkaitan dengan lingkungan/alam semesta serta menjelaskan mengenai tingkatan ibadah puasa, apa-apa saja yang dilakukan selama bulan ramadhan serta  kaitan sejarah dan kejadian yang terjadi pada bulan ramadhan. (Femmy).

  • Dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kebugaran, sebanyak 75 orang civitas akademika Fakultas Peternakan IPB yang terdiri dari pimpinan, dosen tenaga kependidikan, tenaga kebersihan serta Agrianita di lingkungan Fakultas Peternakan IPB, mengikuti Gerakan FAPET Sehat berupa Jalan Pagi Sehat (Japas) yang dilaksanakan pada Jumat (14/1) pagi.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr hadir dan memberikan semangat kepada para peserta Japas serta menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya acara tersebut.  “Karena kita akan melaksanakan pembelajaran tatap muka, SDM di Fapet punya stamina yang bagus, maka dilakukanlah kegiatan ini” ungkapnya.

    Rute Japas diawali di titik kumpul parkiran Fapet IPB, para peserta berjalan menyusuri rute jogging track melintasi Fakultas Kedokteran Hewan lalu berbelok menuju laboratorium lapangan dari Blok A sampai ke blok C dan kembali lagi berakhir di D-Ranch Kebun Agrianita Fapet IPB. Para peserta beristirahat dan menikmati hidangan yang tersedia setelah menempuh kurang lebih 4 Km berjalan kaki.

    Salah satu tendik yang hadir yaitu Eka Koswara mengaku sangat antusias mengikuti acara ini “Saya harap kegiatan ini dapat berlanjut demi kesehatan dan kebersamaan dan juga untuk meningkatkan imun di saat pandemi dan juga untuk eksistensi dari Fapet” jelas tendik yang juga sebagai Pengelola Laboratorium Lapangan Terpadu Fapet IPB. (Femmy/Sri Suharti)

  • Pembukaan Gerakan Protein Sehat (GPS) 2017 telah dilakukan di Yayasan RA dan MI Yapemas di Desa Situ Udik, Cibungbulang, Bogor pada hari Minggu,  7 Mei 2017. Acara pembukaan  diawali dengan pembukaan dari panitia GPS 2017, sambutan dari Dekan Fakultas Peternakan yang diwakili oleh Iyep Komala, S.Pt., M.Si., sambutan dari Bpk.Agus Thoriqin selaku ketua RW, dan sambutan dari Sekretaris Desa Situ Udik.

    Acara kemudian dilanjutkan dengan senam bersama yang diikuti oleh Warga Desa Situ Udik, siswa yayasan Yapemas, panitia GPS 2017. Lalu dilanjutkan dengan pembagian susu dan telur gratis untuk seluruh warga Desa Situ Udik dan siswa Yayasan Yapemas. Rangkaian acara selanjutnya adalah lomba mewarnai untuk siswa RA, menggambar untuk siswa MI Yapemas kelas 1,2 dan 3, menonton film untuk siswa kelas 4,5, dan 6, dan demo membuat kerupuk susu untuk para warga desa. Acara ditutup dengan pengumuman pemenang lomba dan pemberian hadiah kepada pemenang.

    Gerakan Protein Sehat adalah mega program kerja dari fakultas peternakan yang melibatkan 3 organisasi kemahasiswaan di  FAPET IPB, yaitu BEM, HIMAPROTER, dan HIMASITER. Kegiatan ini merupakan yang pertama di Fakultas Peternakan. Dengan adanya gerakan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya protein sehat bagi tubuh manusia.

  •  

    Gerakan Protein Sehat, Ormawa Fapet IPB University Ajak Masyarakat Rutin Konsumsi Susu dan TelurDalam rangka meningkatkan konsumsi susu dan telur di Indonesia, organisasi mahasiswa (Ormawa) se-Fakultas Peternakan IPB University bersama Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (Ismapeti) dan Dedikasi Kita mengadakan kegiatan Gerakan Protein Sehat di Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor (4/11).

    Ormawa Fapet IPB University tersebut meliputi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (Himaproter) serta Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter). Kurang lebih 40 kilogram telur, sumbangan dari alumni Fapet IPB University dan 6 karton susu dibagikan secara gratis.

    “Kami telah melaksanakan kegiatan sosialisasi terkait pentingnya konsumsi susu dan telur ini kepada mahasiswa, anak-anak dan masyarakat Desa Sinarsari. Pada akhir Oktober lalu, kami menyosialisasikan serta membagikan susu dan telur kepada mahasiswa IPB University di event Agrisymphony 2023 di pelataran koin IPB University,” ungkap Dodi selaku koordinator kegiatan.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi susu di Indonesia per kapita pada 2021 mencapai 16,27 kilogram per tahun. Jumlah ini tergolong rendah jika merujuk pada standar Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO). FAO menetapkan batas rendah konsumsi susu sebesar 30 kilogram per kapita per tahun.

    Adapun data United Nation Development Program (UNDP), Indonesia menempati peringkat 114 berdasarkan Indeks Pembangunan Asean (HDI Rank) tahun 2021. Peringkat ini jauh di bawah negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura (peringkat 12), Brunei (peringkat 51), Malaysia (peringkat 62) dan Thailand (peringkat 66).

    “Di samping itu, studi menunjukkan konsumsi protein hewani yang rendah pada anak usia prasekolah dapat mengakibatkan mereka berbakat normal menjadi subnormal atau bahkan defisien. Oleh karena itu, perlu adanya upaya peningkatan konsumsi protein hewani sebagai program pencerdasan masyarakat Indonesia,” tambah Dodi.

    Kegiatan serupa juga dilaksanakan bersama ibu dan anak di Desa Sinarsari. Acim selaku Kepala Seksi (Kasi) Pemerintah Desa Sinarsari menyampaikan, “Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini. Semoga kegiatan seperti ini rutin dilakukan oleh mahasiswa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat menerapkan gaya hidup sehat (ipb.ac.id)

  • Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati, salah satunya tanaman herbal. Tanaman herbal yang memiliki kegunaan dan nilai lebih, sering digunakan sebagai pengobatan alternatif. Namun, saat ini masyarakat Indonesia semakin kurang mengenal manfaat dan khasiat dari tanaman herbal. Guna mengatasi permasalahan tersebut, lima mahasiswa IPB University membuat sebuah green souvenir berupa benih tanaman herbal dengan tujuan untuk meningkatkan kembali eksistensi dari tanaman tersebut.

    Lima mahasiswa tersebut adalah Deo Prastyo, Tri Widya Putri, Ainur Rahmah, Yoga Dwi Syahputra, dan Muhammad Surya Fadhlurrohman. Produk green souvenir berupa bola-bola benih tanaman herbal yang dibuat oleh tim tersebut digagaskan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) dengan judul “SEBAP (Seed Bombs Herbal Plants): Inovasi Green Souvenir Berbasis Benih Praktis dalam Meningkatkan Eksistensi Tanaman Herbal Nusantara”. PKM-K tersebut di bawah bimbingan dosen IPB University yakni Muhammad Baihaqi, S.Pt, M.Sc.

    “Ide ini bermula dari banyaknya permasalahan lahan tandus di luar negeri dan masyarakatnya mulai menghijaukan lahan dengan membuat bola benih tanaman. Bola benih tersebut bertujuan menjaga benih agar tidak rusak atau dimakan serangga. Oleh karena itu, kami mencoba membuat bola benih tanaman berisi benih tanaman herbal untuk mengenalkan kembali tanaman herbal pada masyarakat Indonesia,” tutur Deo selaku ketua tim SEBAP ini.

    Green souvenir yang dirancang oleh Tim SEBAP ini terdiri atas beberapa jenis tanaman herbal, seperti akar kucing, kemangi wulung, mahkota dewa, sawi, okra, cabe jawa, dan sambiloto. Sasaran pembuatan green souvenir ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 7-15 tahun serta mahasiswa. Hal tersebut ditujukan agar edukasi terkait khasiat dan manfaat tanaman herbal masyarakat Indonesia semakin meningkat.

    “Produk ini kami bandrol sebesar Rp 6 ribu - Rp 12 ribu tergantung jenis benih tanaman herbal dan kemasannya. Kami menyediakan dua kemasan, yakni gelas kaca kecil dan kain perca. Sejauh ini, kami sudah menjual produk ini di media sosial seperti line, whatsapp, dan instagram kami di @obombs.store,” tambah Deo.

    Konsumen yang membeli green souvenir tanaman herbal tersebut dapat melakukan perawatan selanjutnya. Dimulai dengan penyiraman rutin dua kali sehari hingga benih tanaman mengalami pertumbuhan. Berikutnya, benih tersebut bisa dipindahkan ke lahan dan dirawat hingga tanaman herbal siap dipanen. 

    “Harapan kami dengan adanya produk green souvenir ini dapat menginspirasi masyarakat luas untuk turut mengembangkan dan menginovasi produk semacam ini, serta dapat mendukung gerakan back to nature,” tutup Deo (ipb.ac.id)

  • Sekitar 50 Persen penyumbang protein dalam pakan unggas berasal dari bungkil kedelai yang masih bergantung pada impor. Perlu dicari bahan potensial pengganti protein bungkil kedelai. Tiga mahasiswa IPB University, Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan yaitu Muhammad Agung Dwi Putra, Rina Sri Wulandari dan Ani Damayanti mencoba membuat ransum untuk unggas menggunakan sumber protein hijauan. 

    Kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKM-PE) 2019 yang mendapat pendanaan dari Kemenristekdikti ini memanfaatkan indigofera sebagai sumber protein dalam pakan unggas. Agung selaku ketua menjelaskan bawa ada empat kriteria bahan dapat dijadikan bahan baku pakan yaitu ketersediaan, zat anti nutrisi, harga dan kemudahan pengolahan. "Kita temukan bahan baku potensial yaitu indigofera. Indigofera memenuhi keempat kriteria tersebut. Selain kadar proteinnya yang tinggi, tanaman ini sudah banyak dibudidayakan, kadar antinutrisi indigofera sangat kecil dibandingkan hijauan lain, harganya sekitar Rp 4 ribu per kilogram dan pengolahannya cukup dikeringkan. Karena itu indigofera dipilih sebagai pensubstitusi protein bungkil kedelai,” ujarnya.

    Namun pada indigofera terdapat kendala yaitu tingginya serat yang membuat sulit dicerna oleh unggas. Hal ini menjadi tantangan bagi tim yang dibimbing oleh Dr Ir Muhammad Ridla ini. Untuk mengatasi ini Agung dan tim menambahkan beberapa enzim dalam ransum untuk meningkatkan kecernaan pakannya. "Untuk meningkatkan kecernaan kita coba tambahkan tiga macam enzim pada ransum ini.  Enzimnya yaitu protease, phytase dan Non Starch Polysaccharide (NSP).  Setelah diuji coba ditemukan bahwa kecernaan ransum bungkil kedelai masih terbaik. Pada ransum berbasis indigofera tanpa penambahan enzim kecernaannya sedikit turun. Namun setelah diberikan enzim ternyata mampu meningkatkan kecernaan ransum berbasis indigofera. "Ketiga enzim ini meningkatkan kecernaan dengan nilai yang berbeda karena keefektifan tiga enzim tersebut juga berbeda. Dari ketiga enzim, NSP yang paling efektif diberikan pada ransum berbasis indigofera berdasarkan nilai kecernaannya,” tuturnya.

    Enzim yang diberikan dalam bentuk serbuk dicampurkan ke dalam ransum ayam. Umumnya bahan ransum yang tinggi serat membuat unggas makan sedikit, cepat kenyang namun kebutuhan nutrisi belum tercukupi. "Dengan adanya enzim ini ternyata mampu meningkatkan konsumsi ransum. Selain itu enzim mampu mempertahankan zat makanan dalam tubuh untuk dicerna sehingga tidak ikut terbuang menjadi kotoran,” jelasnya. Tim peneliti ini menyimpulkan bahwa indigofera dapat mensubstitusi protein dari bungkil kedelai sehingga mampu menurunkan jumlah pemakaian bungkil kedelai pada ransum. "Namun saran dari kami untuk tetap menggunakan enzim untuk meningkatkan kecernaannya, karena penggunaan enzim mampu meningkatkan efisiensi penggunaan nutrien,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar talkshow bertajuk Model Bisnis Plasma Inti Larva BSF Berbasis Ekonomi Masyarakat. Acara ini merupakan bagian dari IPB Innovation EXPO 2023 yang diselenggarakan di Botani Square Mall Bogor (30/09). Menghadirkan Prof. Nahrowi, Guru Besar Fapet IPB dengan keahlian bidang teknologi pakan ini memfokuskan pembicaraan pada model bisnis  maggot untuk pakan alternatif meat bone meal (MBM) pada industri pakan unggas, ikan dan babi.  Maggot  merupakan pakan yang terbuat dari larva Black Soldier Fly (BSF).  Selama ini kita import MBM karena Indonesia belum dapat membuatnya.  Prof. Nahrowi lalu menyampaikan bahwa MBM ini dapat digantikan keberadaannya apple to apple oleh maggot dalam ransum unggas, ikan dan babi. Bisnis maggot ini sangat menjanjikan mengingat industri pakan saat ini mengimpor MBM sekitar satu juta ton pertahun atau setara dengan 10 triliun rupiah.

    Dalam pemaparannya, Prof. Nahrowi menjelaskan alasan mengapa maggot menjadi pilihan yang tepat.   Salah satunya adalah kemampuan maggot untuk tumbuh dan berkembang dengan baik menggunakan media sampah organik yang tersedia, yang jumlahnya sekitar 53% dari total sampah di Indonesia, sekitar 30 juta ton per tahun.  "Model bisnis yang saya tawarkan adalah masyarakat tidak perlu melakukan seluruh proses mulai dari pemeliharaan hingga pengeringan maggot. Kami hanya meminta masyarakat untuk melakukan tahap pembesaran saja, sementara tahap lainnya akan ditangani oleh pihak lain," jelas Prof. Nahrowi. Tahap awal melibatkan pendistribusian bibit maggot yang berusia 5 hari kepada masyarakat. Kemudian, masyarakat akan bertanggung jawab untuk membesarkan maggot tersebut selama 10 hari, sehingga dalam waktu 15 hari, maggot sudah siap untuk diambil. Prof. Nahrowi menegaskan bahwa bisnis ini sangat jelas karena konsumennya adalah industri pakan. Model bisnis ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pembesaran oleh masyarakat desa dan kota, beberapa kelompok pembibitan yang hanya ada di kabupaten atau kota, dan beberapa kelompok pengolahan yang beroperasi di tingkat Provinsi.

    Talkshow yang sangat informatif ini dihadiri oleh berbagai kalangan. Dalam sesi diskusi, Muhammad Rizis Maulana, seorang mahasiswa Sekolah Vokasi IPB, berbagi pengalamannya di Prodi Pengembangan Masyarakat. Saat ini, ia sedang menjalani magang di Desa Sukaharja, Ciomas, dan sedang aktif mengembangkan budidaya maggot. Selain itu, ia juga berminat untuk menjalin kerjasama dengan Prof. Nahrowi.

    Peserta lain yang juga tertarik adalah Andi, pengunjung mall dari kalangan masyarakat umum yang antusias mengikuti talkshow tersebut “Saya concern pada masalah sampah dan berminat mengikuti training bisnis maggot yang bekerjasama dengan Prof. Nahrowi”ujarnya. (Femmy)

  • Guru Besar Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. dan Prof. Dr.agr Asep Gunawan, S.Pt, M.Sc, menerima penghargaan People of The Year 2022 Dalam rangka memperingati hari ulang tahun Metro TV (24/11) di Grand Studio Metro TV, Jakarta

    Dalam gelaran tersebut, Prof. Cece Sumantri mendapatkan penghargaan untuk kategori of the year : Innovator of The Year For Food and Agriculture Technology.  Berkat inovasinya, Prof. Cece dan tim berhasil menghasilkan rumpun baru ayam lokal pedaging yang memiliki kemampuan tumbuh cepat dengan kualitas daging yang baik dan tahan terhadap penyakit newcastle disease dan salmonella. Melalui penemuan ini pula, industri pembibitan, pakan, serta budidaya ayam lokal berkembang dengan baik.

    “Awalnya saya pernah mengajukan ayam IPB D1 ke BIC (Business Innovation Center) 113 Inovasi Nasional dan beberapa paten innovasi dari BRIN dan Metro TV juga melihat rekam jejak di lapangan, khususnya untuk ayam IPB. Saya juga ada beberapa binaan,  kalau yang banyak terlibat di masyarakat itu yang Sinar Harapan Farm berlokasi di Jampang Tengah, Sukabumi (semacam agrotech di pedesaan) yang menjadi pusat pelatihan, masyarakat sekitar, pemda-pemda kabupaten, terutama dari dinas-dinas peternakan. Jadi model peternakan ayam IPB D1 hulu hilir dari mulai penetasan sampai  instalasi pengolahan limbah. Selain itu juga ada riset inovatif, lalu ada juga kedaireka. Program-program itu saling menguatkan. Semua terdokumentasi dengan baik, sehingga para juri tertarik” jelas Prof. Cece pada wawancara secara khusus pada (25/11).

    Secara rendah hati, Prof. cece juga mengatakan “Ini bukan kerja saya sendiri, ini kerja semua tim, hanya kebetulan saya jadi koordinator. Ayam IPB ini berbasis penelitian dan sudah jadi ayam institusi, semua harus bertanggungjawab. Kalau saya lebih tertarik di penelitiannya, bisnis bukan kompetensi saya” ujarnya.

    Kategori Innovator of The Year juga dianugerahi kepada Prof. Dr.agr Asep Gunawan, S.Pt, M.Sc. Guru Besar Bidang Ilmu Pemuliaan dan Genetika Ternak ini mendapat penghargaan Innovator of The year For Information Technology Development. Selain inovasi yang aplikatif, tidak memiliki hubungan industrial dengan perusahaan manapun menjadi nilai mutlak proses pemilihan nominee kategori innovator of the year for information technology development. Ini merupakan satu dari ratusan inovasi yang berhasil terverifikasi dalam proses penjurian.

    Prof. Asep telah melakukan penelitian selama dari mulai tahun 2014 untuk menemukan marker genomic pada domba yang dapat menghasilkan daging domba premium. Selain itu, ia juga menemukan sistem grading untuk klasifikasi untuk pembibitan sapi potong. Sistem pemuliaan yang digunakan untuk mengkelaskan atau mengkategorikan bibit-bibit sapi potong yang bisa kita kategorikan sebagai penggemukkan, mana yang langsung dipotong atau dijual.

    “Kami validasi di beberapa Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang ada di Indonesia, cukup merata di berbagai pulau, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi” jelasnya.

    Untuk domba premium, Prof. Asep memperbaiki beberapa kualitas daging dombanya, diantaranya “Memperbaiki falvor odor atau bau prengus dari daging, kemudian seleksi asam lemak tak jenuh tinggi, kolesterol rendah dan kami perbaiki juga kuantitasnya untuk daging yang lebih empuk dengan bobot karkas yang besar di 25 sampai 30kg, yang terakhir adalah mineral yang lebih banyak zinc, iron, selenium dan potasium sebagai daging yang fungsional. Seluruhnya diperbaiki dari tahun-ke tahun” tutrnya. Untuk penelitian tersebut, sudah menghasilkan 3 paten, 21 publikasi ilmiah, 1 Haki kemudian kami mencoba untuk produksi dan hilirisasi dengan program matching fund.  

    Lebih lanjut diungkapkan oleh Prof. Asep, penghargaan ini menjadi spirit dan juga motivasi sekaligus bisa mengenalkan inovasi yang sudah dilakukan selama ini. “Mudah-mudahan semakin dikenal luas dan bisa bermanfaat untuk masyarakat. Apresiasi untuk IPB, lembaga riset, LPPM, LKST dan Fakultas yang memberikan ruang untuk berkreasi dan inovasi secara kompetitif dan membuat menjadi lebih tangguh untuk memberi yang terbaik bagi institusi” tandasnya. (Femmy).

  • Hingga saat ini sebagian besar pakan ternak di Indonesia masih mengandalkan impor. Perlu adanya suatu inovasi pakan alternatif serta kebijakan yang mendukung.
    Demi membahas tantangan tersebut, IPB University bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) menggelar Talkshow Daring Seri-3 berjudul “Kebijakan Berbasis Evidence dalam Pakan Berdaya Saing”, 04/3.

    Prof Arif Satria, Rektor IPB University mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut merupakan kesempatan baik dalam mengeksplor kemungkinan-kemungkinan dasar dalam mendorong kedaulatan bidang peternakan terutama dalam hal pakan. Formulasi kebijakan dan formulasi bisnis berbasis scientific evidence sangat diperlukan dengan perguruan tinggi yang memegang perannya. Sehingga dapat dihasilkan inovasi pakan alternatif yang berkualitas tinggi.

    Prof Muladno, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan menyebutkan bahwa regulasi bagi bahan pakan sangat penting agar peternak nyaman untuk melakukan usahanya. Di pasaran, harganya masih cenderung fluktuatif dan beragam kualitasnya sehingga perlu adanya pengawasan. Limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan pun faktanya malah diekspor sehingga peternak menjadi kurang berdaulat.

    Peternak belum tersentuh teknologi terkini sehingga menyebabkan produktivitas dan kualitas ternak rendah. Regulasi saat ini juga masih berpandangan bahwa impor bahan pakan kurang baik padahal ketersediaan bahan pakan belum mencukupi.

    Menurutnya, keperluan impor untuk dijadikan produk lain tidak selalu buruk. Ia juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa fakta di lapangan yang membuat pengelolaan pakan menjadi tidak efisien serta merugikan petani. Misalnya, integrator vertikal yang menguasai hulu-hilir sehingga petani tidak bisa berdaulat. Di samping itu, petani masih sulit mendapatkan limbah pertanian untuk pakan ternak dan pemeliharaan ternaknya masih mandiri.

    Ia menawarkan beberapa solusi. Yakni impor bahan baku pakan seperti tanaman jagung jika dapat dipastikan harganya lebih murah. Pertimbangan panen tanaman pada usia 80 hari daripada 120 hari lebih menguntungkan. Sehingga nantinya pakan sapi sehingga lebih murah, untuk ayam dapat menggunakan bahan pakan impor karena ketersediiaannya lebih mudah. Spesialisasi pekerjaan atau ia sebut “bagi-bagi kavling” antara petani dan peternak juga dinilai efisien. Nantinya, petani hanya menanam pangan atau pakan, sedangkan peternak hanya beternak saja.
    Peternak juga harus berkonsolidasi untuk berhimpun membentuk integrasi horizontal seperti koperasi sehingga dapat bersanding dengan integrasi vertikal. Konsolidasi tersebut harus didorong kuat dengan perguruan tinggi menjadi lembaga riset dan pengembangan bagi komunitas pertanian rakyat.

    “Nanti lembaga negara harus berbuat maksimal kepada rakyatnya, pemerintah pun sama. untuk mendorong betul koperasi-koperasi tersebut hingga ada keberpihakan dan fasilitasi agar bisnis tersebut tidak hanya murni dari peternak. Perguruan tinggi pun bisa dengan ilmu dan pengetahuannya dan pemerintah dengan regulasinya,”ungkapnya.

    Keterlibatan perguruan tinggi dan pemerintah tersebut bersifat mutlak. IPB University dengan Sekolah Pertanian Rakyat menjadi salah satu bukti betapa pentingnya peran dua lembaga. Diawali dengan pemerintah kabupaten yang bersinergi dengan perguruan tinggi. Kerja sama yang baik antara rektor dan bupati telah secara efektif menggerakkan dosen dan mahasiswa beserta birokratnya untuk bersama membawa peternak-peternak tersebut untuk berkonsolidasi.

    Prof Nahrowi Ramli, Guru Besar IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan turut merekomendasikan bahwa perlu adanya perluasan lahan untuk produksi bahan pakan terutama untuk keperluan ruminansia. Begitu pula perlu adanya industrialisasi kedelai sebagai bahan pakan alternatif dan perbaikan sistem informasi dan logistik. Selain itu, penanganan dan kebijakan yang berbeda terhadap bahan pakan lokal juga perlu diterapkan (ipb.ac.id)