News

  • Memasuk era industri 4.0, para pelaku usaha di bidang usaha pengolahan hasil ternak harus mencermati adanya berbagai perubahan paradigma yang ada. Tidak hanya dalam hal cara bekerja, keahlian, maupun cara konsumsi yang berubah, namun cara para pelaku industri dalam merancang, memproses, maupun memproduksi pun ikut berubah.

    Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian Iken Retnowulan dalam sebuah workshop tentang penerapan teknologi 4.0 pada rantai pasok industri olahan hasil ternak. Acara diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Baranangsiang Bogor pada 2 Mei 2019 lalu.

    Dalam pemaparannya, Iken menguraikan, hal-hal yang berubah itu yakni dari ‘merancang hanya untuk proses manufactur’ menjadi unconstrain design’ yang membawa konsekuensi pada optimasi desain algoritmik, co-creation bersama konsumen, material custom yang sesuai dengan permintaan, dan adanya kontrol simulasi.

    Perubahan berikutnya adalah dari ‘produksi massal’ berubah menjadi produksi yang bersifat fleksibel. Hal itu berdampak pada tahapan proses yang lebih sedikit, lead time lebih pendek, kebutuhan tooling dibatasi atau bahkan tidak perlu, pengurangan aset tidak bergeak, dan jumlah batch yang hanya satu buah.

    Perubahan lainnya yakni dari ‘rantai pasok global’ menjadi ‘supply unchained’ yang menyebabkan terjadinya rasio tinggi antara output produksi dengan ruang yang tak terpakai, serta produksi yang terdistribusi.

    Industri pengolahan hasil ternak yang menjadi salah satu penopang penting industri pangan harus pula berbenah dengan perubahan ini. Iken mengingatkan tentang lima teknologi kunci di industri 4.0 ini, yakni teknologi AR dan VR yang mudah digunakan, teknologi robot cerdas, pencetakan dimensi dimensi, teknologi kecerdasan buatan, dan internet of thing. Kelima teknologi itu harus disinergikan sehingga migrasi sebuah industri menuju 4.0 dapat berjalan dengan baik. (livestockreview.com)

     

     

  • Profesi butcher di Indonesia belum banyak jumlahnya. Di RPH ada banyak jagal tetapi mereka belum bisa dikatakan sebagai butcher. Pemerintah Indonesia saat ini sedang menggalakkan berbagai pelatihan dan sertifikasi profesi butcher untuk melahirkan butcher-butcher baru yang kompeten dan bersertifikat.

    Atas hal itu, Kementerian Pertanian telah menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor Pertanian untuk bidang Pemotongan Daging (Butcher). Penyusunan SKKNI bidang Pemotongan Daging (Butcher) bertujuan untuk memberikan acuan baku tentang kriteria standar kompetensi kerja tenaga ahli Pemotong Daging berdasarkan topografi karkas (Butcher) bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rangka mewujudkan Butcher yang profesional dan kompeten.

    ”Kompetensi Kerja mempunyai arti sebagai kemampuan kerja seseorang yang dapat terobservasi, serta mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja seseorang dalam menyelesaikan suatu fungsi dan tugas atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ditetapkan," kata Staf Pengajar Fakultas Peternakan IPB Dr Ir Henny Nuraini, MSi dalam Pelatihan Butcher dan Sertifikasi Kompetensi bidang pemotongan daging (butcher) level yunior (SKKNI) yang berlangsung pada tanggal 18- 22 November dan 25- 27 November 2019 di Fakultas Peternakan IPB. Acara yang dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan BBPKH Cinaragara tersebut dimulai dengan beberapa materi penting, antara lain tentang penerapan K3, jaminana keamanan dan mutu produk serta higiene, dan kemudian dilanjutkan dengan materi dan praktek mengoperasikan pisau dan kebijakan mutu dari tim BBPKH.

    Henny menjelaskan, berdasarkan peta fungsi, jabatan Butcher diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) level yaitu Junior, Senior, Master. Masing-masing level tersebut mempunyai keterampilan dengan kompetensi berbeda yang sifatnya berjenjang dan harus lulus uji kompetensi pada level sebelumnya.

    Dengan adanya para butcher yang tersertifikasi, maka dapat dihasilkan tenaga-tenaga butcher profesional yang berkompeten, sehingga dapat memiliki daya saing yang tinggi dengan tenaga asing -yang diharapkan peluang kerja untuk profesi Butcher profesional di Indonesia dapat diisi oleh SDM dalam negeri. (majalahinfovet.com)

  • Seorang praktisi di industri peternakan sapi potong yang dibutuhkan, tidak hanya sekadar menguasai keilmuan peternakan, namun juga harus memiliki jiwa kewirausahaan, memiliki ketrampilan dan wawasan seputar regulasi pternakan.

    Sekjen Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI), Didiek Purwanto, dalam sebuah workshopyang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia di Bogor, Jumat, 13 April 2018, mengatakan, kelemahan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang peternakan Indonesia adalah kurangnya praktek di lapangan dan pengetahuan dasar tentang kehidupan sehari-hari di bidang peternakan. 

    Oleh karena itu, seorang SDM peternakan harus memiliki kompetensi di bidangnya, seperti di bidang pembibitan dan pembiakan, penggemukan, pemotongan dan pendistribusian produk daging. Tuntutan kompetensi meliputi antara lain, mengerti dasar pembibitan dan breeding, pemahaman teknologi pembibitan dan pembiakan, serta familiar atau terbiasa dengan tingkah laku ternak sapi (majalahinfovet.com)
  • Dalam rangka program Dosen Mengabdi, tim dosen IPB University terdiri dari Dr Heri Ahmad Sukria, Sazli Tutur Risyahadi, STP, MT, MSi dan Suhendi Irawan ST, MSc memberikan pelatihan dan pendampingan formulasi pakan bagi para peternak kelinci di Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat (14/8). Program tersebut sebagai penerapan teknologi dari Fakultas Peternakan IPB University yang bertujuan meningkatkan produktivitas kelinci pedaging para peternak di salah satu desa lingkar kampus.
     
    Pelatihan dihadiri oleh 14 peternak kelinci pedaging yang dikoordinasikan oleh Indra Wiraguna, pemilik Kagoda Rabbit Farm. Dalam sambutannya, Indra menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan ransum sangat mendukung kemajuan peternakan kelinci. Pasalnya saat ini harga pakan cenderung semakin meningkat. Di sisi lain, terdapat banyak bahan pakan potensial di sekitar daerah tempat tinggal peternak.
     
    “Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (abdimas) ini bertujuan sebagai arena pembelajaran peternak untuk menjadikan kelincinya lebih produktif dan lebih menguntungkan dengan memformulasikan bahan-bahan pakan lokal yang berada di sekitar wilayah peternak,” jelas Dr Heri Ahmad Sukria. 

    Setelah pelatihan, dosen IPB University melakukan pendampingan pengujian pakan lokal hasil formulasi kepada ternak kelinci. Pendampingan dilakukan sejak adaptasi pakan, penimbangan berat badan kelinci, pengukuran konsumsi pakan hingga uji kualitas sampel pakan.

    Anggota tim dosen lainnya, Sazli menyampaikan mengenai teknik formulasi ransum dengan linear programming berbasis software excel. Menurutnya, biaya bahan baku pakan akan minimal sekaligus kebutuhan nutrisi kelinci akan terpenuhi dengan penerapan linear programming berbasis excel.

    “Usaha peternakan membutuhkan kolaborasi bersama antar peternak, misalnya dengan pembentukan koperasi peternakan kelinci. Sehingga pengadaan bahan baku akan lebih murah, biaya produksi akan lebih rendah dan potensi pemasaran yang lebih luas baik dagingnya maupun olahannya,” terang Sazli.

    Lebih lanjut, Suhendi menambahkan dalam tutorialnya bahwa excel merupakan software familiar bagi beberapa peternak kelinci, terutama peternak milenial sehingga mudah diterapkan.

    Salah satu peternak yang mengikuti pelatihan, Uu Sugema menuturkan, kegiatan ini menambah wawasannya. Uu mengaku, sebelumnya ia hanya mengetahui pakan yang dibeli toko. Namun sekarang dirinya sudah mengetahui jenis bahan-bahan pakan, kandungan nutrisi dan cara formulasi pakan.

    “Tidak hanya mendapat pengetahuan, namun saya juga merasa bersyukur karena pakan hasil produksinya diuji oleh Laboratorium Pakan IPB University. Juga berkesempatan untuk diproduksi dengan bantuan dari Divisi Industri Pakan IPB University, sehingga lebih termotivasi untuk terus melakukan formulasi bahan pakan,” ujar Uu, peternak yang kini memiliki sekitar 50 ekor kelinci pedaging (ipb.ac.id)

  • Prestasi ini ia raih karena ketekunannya dalam menulis artikel ilmiah. Ayah enam anak ini selalu konsisten dan fokus dalam menulis artikel ilmiah. Dalam menggeluti profesinya sebagai dosen dan juga peneliti, ia menjadikan menulis artikel ilmiah sebagai suatu kegiatan rutin harian.

    “Saya meluangkan waktu sekitar setengah jam atau satu jam setiap hari untuk aktivitas menulis. Yang penting rutin,” ucap dosen di Fakultas Peternakan IPB University ini.

    Prof Anuraga menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Peternakan IPB University pada Mei 2003. Setelah itu, ia mendapat gelar Master of Science (M.Sc) di Agricultural Sciences in the Tropics and Subtropics (Minor in Animal Nutrition), University of Hohenheim, Stuttgart, Jerman.

    Prof Anuraga juga pernah menjalani Postgraduate Diploma (PgDip) di Spanyol mengenai Modeling in Ecology and Natural Resource Management, Polytechnic University of Catalunya, Barcelona pada September 2011. Ia kemudian meraih gelar PhD di Swiss Federal Institute of Technology (ETH) Zurich, Switzerland. Dan pada Maret 2021, ia mulai mendalami ilmu agama dengan mengikuti Program Magister Pendidikan Agama Islam (kelas karyawan) di Universitas Muhammadiyah Tangerang.  

    Berkat perjuangannya ini, tidak heran Prof Anuraga memiliki sejumlah prestasi, di mana salah satunya adalah menjadi Dosen Berprestasi Nasional 2019 (peringkat 1) untuk kategori Sains dan Teknologi.

    “Untuk mendapatkan ini semua, perlu perjuangan. Baik dari segi ikhtiar maupun tawakkal. Hal penting lainnya adalah meminta doa orang tua, keluarga dan orang-orang soleh. Jangan pernah menyerah, terus persisten menghadapi ujian dan tantangan yang ada. Ini semua karena pertolongan dan kehendak dari Allah SWT,” ucapnya.

    Saat ini Prof Anuraga Jayanegara menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB University. Ia juga pernah menjadi Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan IPB University.

    Karena kepakarannya di bidang Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, ia pun turut serta menjadi Editorial Board berbagai jurnal nasional dan internasional. Diantaranya Asian Australasian Journal of Animal Sciences, South Korea (Internasional Q1), Frontiers in Veterinary Science, Switzerland (Internasional Q1), Jurnal Agripet, Universitas Syiah Kuala (Nasional S2), Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Universitas Brawijaya (Nasional S2), Tropical Animal Science Journal, IPB University (Internasional Q2).

    Tidak jarang, ia juga berkesempatan menjadi Dosen Tamu di luar negeri, seperti di Hiroshima University dan Mie University (Jepang), di Ghent University (Belgium), Poznan University of Life Sciences (Polandia), dan di almamaternya sendiri yakni ETH Zurich - Switzerland (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University turut berpartisipasi pada kegiatan Jelajah IPB 2022 yang berlangsung di Gedung Graha Widya Wisuda pada (19-20/11). Selessonya Latif, perwakilan mahasiswa dari Departemen IPTP Fapet mengatakan pengunjung yang mendatangi stand booth  mencapai ratusan orang. Tercatat hari pertama pameran didatangi sekitar 700 pengunjung dan  400 pengunjung yang terdiri dari siswa dan orangtua yang mendampingi. Menurutnya,  ramainya pengunjung dikarenakan produk yang ditampilkan di Fapet bukan hanya display menarik seperti yogurt, olahan hasil ternak, ransum untuk pakan ternak saja. “Di stand booth Fapet, ada gamesnya berupa quiz seputar peternakan dengan bermacam hadiah menarik” jelasnya.

    Perwakilan mahasiswa Fapet dari Departemen INTP, Fikri Fatimah, yang juga banyak menjelaskan perihal Fapet ke pengunjung, mengungkapkan antusiasme siswa-siswi pengunjung yang banyak menemukan hal baru di Fapet, misalnya produk yogurt rosella, dan telur omega inovasi Prof. Asnath M Fuah, Guru Besar Fapet IPB diberikan sebagai hadiah pada saat pengunjung dapat menjawab pertanyaan quiz dengan benar. “Rasa telur tersebut yang tidak amis dan mudah ditelan (tidak seret di tenggorokan)” ujar Bara, salah satu siswa SMA di Bogor yang memenangkan quiz di stand booth Fapet.

    Selain produk, program studi (prodi) di Fapet juga menjadi daya tarik pengunjung kepada Fapet. Salah satu peserta, Fuji yang duduk di bangku kelas XII SMA Cibungbulang kabupaten Bogor mengaku tertarik dengan fakultas peternakan karena di dalamnya terdapat inovasi olahan hasil ternak yang sesuai dengan passionnya yaitu memasak. “Di fapet itu beda dari fakultas/kampus yang lain karena ada 3 prodi namun terikat. Kalau sudah masuk bisa kolaborasi bersama teman” ujarnya. Ia juga punya keinginan untuk mengajak temannya bergabung ke Fapet.

    Pengunjung lain, Fahem, mengatakan bahwa awalnya tidak pernah terpikirkan untuk tertarik pada peternakan, namun setelah mengunjungi booth Fapet, jadi sedikit tahu tentang peternakan, ternyata berbeda dari apa yang dipikirkannya selama ini. “Peternakan itu lebih kompleks, apalagi di IPB lebih khusus, tidak seperti peternakan pada umumnya. Jadi akan bisa sesuai dengan apa yang diinginkan” ungkapnya. Pada akhirnya siswa SMA yang berasal dari kota Bogor ini  mulai terpikirkan untuk masuk ke IPB karena setelah mendengar paparan dari pameran tersebut menjadi tertarik kuliah di Fapet khususnya prodi Teknologi Hasil Ternak (THT). (Femmy)

  • Penilaian mutu fisik daging dilakukan pada karkas setelah mengalami proses chilling selama 24 – 48 jam. Penilaian dilakukan dengan seksama pada irisan melintang rusuk ke 12 (musculus longissimmus dorsi) dari setiap karkas bagian kanan.

    Menurut penjelasan Dr Hennny Nuraini dari Departemen Ilmu Produksi & Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB dalam sebuah pelatihan tentang penanganan daging yang berkualitas, karkas yang diperiksa tidak boleh ditemukan adanya penyimpangan kualitas daging yang telah distandarkan.

    Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus IPB Darmaga tersebut dilaksanakan di Bogor pada 29-30 April 2019 lalu, dan dilanjutkan dengan kunjungan dan demo praktek pengolahan daging yang sehat dan berkualitas di toko daging di kawasan Kalimalang, Jakarta.

    Lebih jauh Henny menjelaskan, dalam hal penilaian warna daging dapat dilakukan dengan melihat warna permukaan otot mata rusuk dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar warna. Nilai skor warna ditentukan berdasarkan skor standar warna yang paling sesuai dengan warna daging. “Standar warna daging terdiri atas 9 skor mulai dari warna merah muda hingga merah tua,” katanya.

    Adapun untuk penilaian warna lemak dapat dilakukan dengan melihat warna lemak subkutis dengan bantuan cahaya senter, dan mencocokkannya dengan standar warna lemak. Nilai skor warna ditentukan berdasarkan skor standar warna yang paling sesuai dengan warna lemak. “Standar warna lemak mulai dari warna putih hingga kuning,” jelas Henny.

    Sedangkan untuk penilaian marbling atau lemak intramusculer, dilakukan dengan melihat intensitas marbling pada permukaan otot mata rusuk dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar nilai marbling. Nilai skor marbling ditentukan berdasarkan skor standar marbling yang paling sesuai dengan intensitas marbling otot mata rusuk. “Standar marbling terdiri mulai dari yang praktis tidak ada marbling, hingga yang banyak marbling,” kata Henny.(livestockreview.com)

  • Untuk menjaga keamanan pangan produk daging, maka program persyaratan dasar keamanan pangan harus selalu diterapkan. Program tersebut dijabarkan dalam Standard Operating Procedures (SOP) atau Prosedur Operasional Baku (POB). Program persyaratan dasar keamanan pangan tersebut pada prinsipnya yakni praktik-praktik dan kondisi yang diperlukan sebelum dan selama pelaksanaan jaminan keamanan pangan yang sangat esensial untuk produksi pangan yang aman.

    Menurut Pengajar FKH IPB Dr Denny W Lukman dalam sebuah pelatihan tentang penanganan daging yang berkualitas, program persyaratan dasar tersebut bersifat wajib dan secara konsisten dijalankan sebelum penerapan sistem jaminan keamanan pangan di unit usaha produksi pangan. Acara yang dilangsungkan di Bogor pada 29 April 2019 tersebut diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus IPB Darmaga, dan dilanjutkan dengan kunjungan dan demo praktek pengolahan daging yang sehat dan berkualitas di toko daging di kawasan Kalimalang, Jakarta.

    Lebih lanjut Denny memaparkan, dalam sebuah rantai pangan, setiap tahapan dalam rantai mesti menerapkan good practices atau praktik yang baik dalam rangka penjaminan keamanan pangan dalam sistem rantai pangan. Secara umum, "Good Practices adalah aktivitas jaminan mutu yang menjamin produk pangan dan proses pengolahannya konsisten dan terkendali," tandas Denny.(kulinologi.co.id)

  • Pisau merupakan alat untuk memotong suatu benda, yang terdiri dari dua bagian utama, yakni bilah pisau dan gagang atau pegangan pisau. Pisau-pisau yang khas untuk memotong atau memproses daging haruslah merupakan pisau yang bermutu tinggi yang mempunyai kekerasan bilah melebihi HRC 53 ke atas.

    "Seorang butcher wajib untuk memiliki pisau bermutu tinggi. Pisau-pisau yang bermutu tinggi tidak murah, tetapi dapat tahan seumur hidup, dan pisau-pisau tersebut berharga untuk diinvestasikan,” kata Elies Lasmini, S.Pt,M.Si, Widyaiswara Ahli Madya Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian RI dalam Pelatihan Butcher dan Sertifikasi Kompetensi bidang pemotongan daging (butcher) level yunior (SKKNI) yang berlangsung pada 18-22 November dan 25- 27 November 2019 di Fakultas Peternakan IPB Bogor. Pelatihan diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) IPB bekerjasama dengan BBPKH Cinaragara.

    Karena pisau merupakan senjata penting bagi seorang butcher, maka perawatan rutin pisau mutlak harus dilakukan. Elies menandaskan, pada dasarnya perawatan dan pemeliharaan pisau meliputi pencucian atau sanitasi, dan pengasahan pisau untuk mempertahankan ketajamannya.

    Lebih jauh Elies memberi beberapa saran perawatan pisau, yakni setelah dipakai, pisau harus dibersihkan, dikeringkan, dan kemudian dilapisi pelumas untuk selanjutnya disimpan di tempat kering. Demikian juga jika sudah dipegang blade-nya juga harus dibersihkan, karena garam dari keringat dapat menyebabkan pisau berkarat. “Cuci segera pisau setelah digunakan untuk memotong bahan yang mengandung asam. Hal ini bertujuan untuk menjaga wana pisau agar tidak cepat berubah dan berkarat,” kata Elies.

    Pisau juga jangan digunakan untuk mengorek-ngorek bara api, karena bisa mengakibatkan proses tempering atau penurunan dari kekerasan baja pisau, sehingga mudah tumpul. Demikian juga dengan penggunaannya, harus tepat sesuai dengan jenis dan fungsinya. Misalnya pisau tebat untuk menebas, pisau skinner untuk menguliti atau mengupas -tidak untuk dibacokkan ke tulang. “Jadi, gunakan pisau sesuai dengan bentuk, ukuran, ketebalan serta sudut ketajaman pisaunya,” kata Elies sembari menambahkan, jika pisau tidak dipakai dalam jangka waktu lama, setelah dicuci dan dilap kering, oleskan minyak goreng pada pisau tipis-tipis saja, kemudian lap dengan tisu.

    Pada saat disimpan, sebaiknya pisau dibungkus dengan kertas tisu, dan sebelum menggunakan pisau yang telah lama disimpan, bersihkan dulu dengan lap bersih untuk menghindari kontaminasi bakteri dari pisau (livestockreview.com)

  • Proses transportasi ternak menjadi aktivitas yang rentan terhadap tekanan atau stres pada ternak yang diangkut. Faktor-faktor yang berkontribusi pada stres ternak saat transportasi diantaranaya yakni usia ternak, jenis kelamin, jenis ternak, status fisiologi dan adanya pengalaman sebelumnya.

    “Stres pada ternak selama transportasi terbagi dalam dua kategori, yakni stres fisiologi dan stres fisik. Stres fisiologi misalnya kekangan, handling atau penanganan dan lingkungan baru. Sedangkan stres fisik antara lain lapar, haus, lelah, cedera dan panas,” kata Muhamad Baihaqi selaku pakar bidang produksi ternak ruminansia kecil, Fakultas Peternakan IPB, dalam Online Training bertema “Logistik Ruminansia Kecil (Domba/Kambing)” pada 19-20 Juni 2020.

    Acara yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB tersebut juga menghadirkan narasumber penting lain, yakni Business Owner Mitra Tani Farm, Budi Susilo.

    Untuk meminimalkan stres pada saat transportasi ternak, maka sangat dibutuhkan penerapan kesejahteraan hewan (Kesrawan/animal welfare). Baihaqi menjelaskan, yang dimaksud dengan Kesrawan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

    Ia menandaskan, prinsip kebebasan hewan pada pengangkutan atau transportasi dilaksanakan sesuai dengan regulasi pemerintah, yakni PP No. 95/2012, harus dilakukan dengan cara yang tidak menyakiti, melukai dan/atau mengakibatkan stres, menggunakan alat angkut yang layak, bersih, sesuai dengan kapasitas alat angkut. Kemudian tidak menyakiti, tidak melukai, dan/atau tidak mengakibatkan stres, serta memberikan pakan dan minum yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis ternak (majalahinfovet.com)

  • Dr. Ir. Mohamad Yamin, M.Agr.Sc  telah resmi dilantik menjadi dekan baru Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, menggantikan pejabat lama Prof Dr. Ir. Luki Abdullah, M.ScAgr  periode 2015 hingga 2020. Pelantikan dilaksanakan pada hari Rabu, 2-12-2015 pukul 10-12 WIB di Gedung Andi Hakim Nasution, IPB Darmaga Bogor.

    Dr. Yamin menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pendidikan S2 di Univ. of Queensland, St. Lucia Australia dan S3-nya beliau selesaikan di Adelaide University, Australia pada tahun 2006.  Beliau memiliki keahlian di bidang Teknologi Budidaya Domba dan Kambing, Pemuliaan Domba dan Kambing,  Sistem/Model Usaha Domba Kambing.  Dengan keahlian tersebut, beliau memiliki peran penting bagi kemajuan bidang peternakan di Indonesia.
     
    Beliau juga memiliki banyak  pengalaman pada bidang manajemen perguruan tinggi dan organisasi, diantaranya: Sekretaris Program Studi THT (2000-2001), Ketua PS THT (2002-2003), Direktur SDM IPB (2003-2007), Wadek Periode 2007-2011, Wadek Periode 2011-2015, dan Wadek Bidang Akademik (2015). Selain itu,  beliau juga pernah menjadi President PPIA Waite Campus, President OSA Waite Campus dan Ketua MIAAS semasa kuliah di Australia.
     
    Rencana Program kerja yang akan dijalankan diantaranya adalah Peningkatan Mutu Tridharma Perguruan Tinggi, Peningkatan Kapasitas manajemen Internal, pengembangan edupreneur centre, dinamisasi perluasan jejaring fakultas melalui Program kerjasama berbasis kepakaran.

    Selamat menjalankan tugas Pak Yamin, Semoga Amanah !
  • Rangkaian acara MPKMB (Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru) IPB angkatan 58 untuk Mahasiswa Fakultas Peternakan telah digelar pada Selasa (10/8). Kegiatan yang bertajuk Faculty Time Fakultas Peternakan ini menghadirkan jajaran Pimpinan Fakultas Peternakan, Pengajar, serta seorang Alumni yang sukses di bidangnya.

    Acara dipandu dengan apik dan ceria oleh Ketua BEM D Makka Ibnu Ahmed dengan moderator dari Komisi Kemahasiswaan Fapet Iyep Komala, S.Pt, M.Sc. Pengenalan seputar kampus diawali oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M. Sc.Agr. Dekan Fapet menyampaikan kebanggaan dan sambutan yang luar biasa bagi mahasiswa baru angkatan 58 yang juga disebut Mahardika Cakrabinaya.  “Fakultas Peternakan IPB merupakan yang tertua di Indonesia dan termasuk satu dari lima Fakultas yang pertama kali dibangun di IPB” ujarnya saat menceritakan sejarah Fapet yang dilanjutkan dengan pemaparan visi misi dari Fakultas Peternakan IPB. Selanjutnya, Dekan juga memperkenalkan segenap jajaran dan menyapa para peserta kegiatan, mereka adalah Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Dr. Sri Suharti, S.Pt., M.Si.

    Hadir pula para Ketua Departemen yang ada di Fakultas Peternakan yaitu Dr. Tuti Suryati, S.Pt, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) dan Ketua Departemen Ilmu Nutrisi  dan Teknologi Peternakan (INTP) Prof. Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt., M.Sc. Para Kadep memberikan sambutan serta mengenalkan Prodi masing-masing serta staf pendidik maupun pengajar yang ada di Departemen tersebut.Pesan mendalam disampaikan oleh Kadep INTP yang mengatakan bahwa IPB menginginkan agar lulusannya menjadi pembelajar sejati “Sampai nanti kita diharapkan terus menjadi pembelajar sejati, tidak ada kata berhenti dalam belajar” ujar guru besar termuda se-Indonesia itu di sela-sela sambutannya.

    Selain dari dalam kampus, terdapat sosok istimewa dan dibanggakan oleh segenap civitas Fapet. Beliau adalah Wakil Gubernur Sumatera Barat Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng. Sambutan dan cerita seputar kuliah sampai pengalaman serta pencapaian saat ini beliau sampaikan secara hangat, bahkan tidak segan menyapa para mahasiswa yang berasal dari daerah Sumbar. Beliau juga menyemangati para mahasiswa dan memberikan motivasi seputar kuliah di Fakultas Peternakan “Fapet adalah Fakultas yang luar biasa, nilai ekonomis yang tinggi dengan konsumsi protein hewani yang masih renah di Indonesia menjadikan potensi bisnis sangat terbuka” jelasnya. (Femmy)

  • Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA dilantik sebagai Dirjen Peternakan, pada tanggal 1 Juni 2015 menggantikan Ir. Syukur Iwantoro MM, Dirjen PKH yang menjabat sejak 2010. Muladno dilahirkan di Kediri tanggal 24 Agustus 1961 dan merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara hasil perkawinan seorang ayah bernama Basar (almarhum) dan seorang ibu bernama Asyiati. Saat ini tinggal di Bogor bersama seorang istri bernama Sri Sulandari, PhD (peneliti LIPI dan lahir 23 Desember 1961) dan dua anak laki-laki bernama Aussie Andry Venmarchanto (lahir 11 Maret 1990) dan Endyea Mendelian Lecturariseta (lahir 18 November 1997).

    Pendidikan dasar dan menengah diselesaikan di SDN Ringinsirah II Kediri, SMPN I Kediri, dan SMAN II Kediri; sedangkan pendidikan tinggi diselesaikan di Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta (sarjana, 1985), di University of New England, Armidale, Australia (master of science in agriculture, 1990) dan di University of Sydney, Australia (Doctor of Phylosophi, 1995).

    Pascapendidikan formal, memperoleh kesempatan mengikuti program post-doctoral dari Science and Technology Agency of Japan (1995-1996) di National Institute of Animal Industry, Tsukuba, Japan; kemudian dari Society for Agriculture, Forestry and Fisheries (STAFF) Institute (1996-1997) di Tsukuba, Japan; serta dari Japan Society for Promotion of Science (JSPS) tahun 1998 di Nagoya University, Japan; dan terakhir dari Program Kerjasama Indonesia-Australia tentang Specialized Training on Intellectual Property Rights di University of Technology, Sydney, Australia tahun 2000.

  • Dewan Perwakilan Mahasiswa  Fakultas Peternakan IPB menggelar Musyawarah Kerja DPM Fapet IPB 2017, yang dilaksanakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB (Jumat, 29/12/2016).


    Acara dibuka pada pukul 08.30 WIB, dilanjutkan dengan pembacaan tilawah, melantunkan lagu (Indonesia Raya, Hymne IPB, dan Mars Fapet). Acara  dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan fapet IPB dan Direktur Kemahasiswaan IPB.  Pada musyawarah kerja tersebut, setiap  Organisasi kemahasiswaan memaparkan RKAT untuk tiap tiap bagiannya.  Pemaparan pertama dilakukan oleh DPM Fapet IPB, dilanjutkan oleh pemaparan dari BEM Fapet IPB, Famm Al An'am, dan Kepal-D. Setelah pemaparan, dibuka sesi diskusi dan tanggapan dengan jajaran Dekanat Fapet IPB yang di pandu oleh moderator. Selain itu, dilaksanakan pula kegiatan pembuatan matrix program kerja periode 2016-2017


    Musyawarah Kerja DPM fapet IPB ini dihadiri oleh Direktur Kemahasiswaan IPB, Dekan, Wakil Dekan SKP dan AK, Ketua Departemen INTP dan  IPTP, Sekretaris Departemen INTP dan IPTP,  Komisi Kemahasiswaan IPTP dan INTP, perwakilan DPM KM, serta seluruh Ketua Ormawa-D, BPH, dan Kadiv/Kadept/Kabir.

    Diharapkan dengan diadakannya Musyawarah Kerja ini, dapat membawa Organisasi Kemahasiswaan Fapet IPB menjadi lebih baik lagi dengan kesinergisan antar Organisasi Kemahasiswaan. Semoga Organisasi Kemahasiswaan Fapet IPB dapat menjalani program kerjanya dengan amanah dan bijaksana (Source DPM Fapet IPB).

  • Oleh Epi Taufik, SPt, MVPH, M.Si, Ph.D Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak,
    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, 
    Fakultas Peternakan, IPB University  

    Akhir abad ke-19 di Eropa, tingkat mortalitas bayi dalam tahun pertama kehidupannya sangat tinggi hingga mencapai 30%. Saat itu, pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak terlalu dianggap penting hingga didapatkan data bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI angka kematiannya tujuh kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendapat ASI. Hingga pada akhirnya para ilmuwan di Eropa, terutama di Jerman, menyadari bahwa adanya hubungan komposisi ASI terutama karbohidratnya dengan ketahanan tubuh bayi.

    Theodor Escherich (yang namanya diabadikan dalam bakteri Escherichia coli) adalah salah satu ilmuwan yang menemukan fakta bahwa terdapat perbedaan komposisi mikroorganisme dalam feses bayi yang diberi ASI dengan yang tidak. Dibantu oleh ilmuwan lain seperti Justus Liebig (yang namanya diabadikan menjadi nama Justus Liebig Universitaet Giessen, Jerman) menemukan indikasi bahwa perbedaan komposisi mikroorganisme dalam feses tersebut terkait dengan komposisi susu (ASI).

    Persentase karbohidrat dalam kolostrum/susu mamalia berkisar dari jumlah yang sangat kecil (trace) sampai sekitar 10%, dalam hal ini laktosa (disakarida) biasanya menjadi bagian terbesar. Selain laktosa, komponen karbohidrat lainnya terdiri atas berbagai jenis gula yang biasanya disebut oligosakarida (OS).

  • Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk hasil ternak lokal yang lebih aman dan menyehatkan dibanding produk-produk hasil ternak impor. Dengan komitmen dan dukungan yang kuat, aksi ini bisa menjadi tonggak kemandirian dan kedaulatan pangan nasional. Visi kedaulatan pangan ini disampaikan dalam orasi ilmiah Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, SPt. MSi dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Sabtu, 13 April 2019.

    Dalam Orasi Ilmiah yang bertema  "Generasi Baru Inovasi Produk Hasil Ternak Fungsional Melalui Pemanfaatan Bakteri Asam Laktat dan Bahan Alami",  Prof. Irma menyatakan, produk hasil ternak adalah pangan bergizi tinggi dan sumber protein hewani yang penting bagi kesehatan masyarakat. Tak seperti di negara-negara maju, tingkat konsumsi produk hasil ternak dan protein hewani Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi susu dan produk olahan susu di Indonesia hanya berkisar 11,8 liter per kapita per tahun.

    “Di masa depan, kita tidak lagi bicara tentang produk ternak untuk makanan saja tapi kita akan bicara lebih jauh tentang sosis antikanker, yogurt antidiabetes, bakso penstimulan imunitas dan lain sebagainya. Itulah generasi-generasi baru produk pangan hasil ternak yang tidak mustahil bisa diwujudkan di masa mendatang,” lanjutnya.

    Dalam penutup orasinya, Prof. Irma Menyatakan bahwa  keterlibatan semua pemangku kepentingan sangat penting untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia. Kerja sama antara akademisi, peneliti, pemerintah dan industri penting dilakukan dalam penyediaan produk olahan hasil ternak yang sehat dan aman dikonsumsi guna mewujudkan kesejahteraan peternak secara khusus dan masyarakat secara umum.

  • Bertempat di Graha Widya Wisuda, berlangsung Sidang Terbuka Institut Pertanian Bogor pada Sabtu 17/9, dengan acara khusus orasi tiga Guru Besar Institut Pertanian Bogor. Satu dari tiga Guru Besar tersebut adalah  Prof. Dr.sc ETH Anuraga Jayanegara, S.Pt, M.Sc  yang menyampaikan orasi ilmiah dengan judul : Polifenol sebagai Komponen Pakan untuk Reduksi Emisi Gas Metana Asal Ternak Ruminansia.

    Riwayat hidup dibacakan oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dari mulai keluarga, pendidikan yang ditempuh di dalam maupun luar negeri, prestasi yang sudah dicapai hingga kegiatan nasional maupun internasional.

    Orasi ilmiah diawali dengan penjabaran sektor peternakan, khususnya ruminansia yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Di Indonesia, sapi pedaging merupakan kontributor terbesar emisi gas methan dari sektor peternakan, yakni sekitar 63-68% dari total emisi gas rumah kaca asal fermentasi enteric.

    Selain berkontribusi terhadap pemanasan global, emisi gas methan dari dari ternak ruminansia merupakan salah satu bentuk kehilangan energi bagi ternak. Dengan demikian, upaya mitigasi gas metan tidak hanya bermanfaat bagi konservas lingkungan dalam menurunkan laju pemanaan global, melainkan juga sebagai upaya menurunkan energi yang hilang dari ternak.

    Berkaitan dengan hal tersebut, Prof. Anuraga yang juga pernah melakukan riset polifenol ketika menempuh pendidikan doktoral di ETH Zurich, Switzerland ini menjelaskan polifenol sebagai pendekatan alternatif yang bersifat alami untuk pakan ternak. Selain itu, polifenol juga berperan sebagai agen proteksi dan untuk hijauan pakan tropis yang mengandung polifenol tinggi menghasilkan gas metan yang rendah.

    ‘’Beberapa penelitian fungsi tanin dan hasil meta analisis berkaitan dengan kualitas produk ternak” jelasnya menambahkan. (Femmy)

  • Bertempat di Grha Widya Wisuda, berlangsung Sidang Terbuka Institut Pertanian Bogor pada Sabtu 25/11 dan orasi Guru Besar Institut Pertanian Bogor. Guru Besar Tetap Fakultas Peternakan Prof. Dr. Despal, S.Pt, M.Sc.Agr menyampaikan Orasi Ilmiah Guru Besar dengan judul “Teknologi Presisi Solusi Pengembangan Sapi Perah Tropis Masa Depan”. Riwayat hidup dibacakan oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dari mulai keluarga, pendidikan yang ditempuh di dalam maupun luar negeri, penelitian, publikasi hingga organisasi yang diikuti.

    Orasi ilmiah diawali dengan penjabaran naskah yang disusun sejak tahun 2005 sebagai bentuk sumbangsih pemikiran terhadap permasalahan peternakan sapi perah di indonesia. Seperti yang kita ketahui susu merupakan pangan bergizi dan bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan terutama pada balita. Manfaat susu bagi manusia juga disampaikan dalam Al-Qur’an. Namun sayang sapi perah yang merupakan penghasil susu terbesar tidak banyak jumlahnya di indonesia sapi-sapi tersebut hanya bisa memenuhi 20% kebutuhan nasional.

    Populasi sapi perah di Indonesia tidak sebanyak sapi pedaging dan terdapat beberapa permasalahan pengembangan sapi perah diantaranya tempat pemeliharaan sapi perah terbatas di daerah sejuk, sapi yang tidak bisa makan banyak, padahal kebutuhan nutriennya 2 sampai 3 kali lebih banyak dibandingkan sapi yang tidak laktasi. Selain itu adalah rendahnya kualitas pakan pertama hijauan selain kualitasnya rendah,  ketersediaannya juga berflukuktuasi tergantung musim rumput. Cara pemberian pakan juga belum tepat pada peternakan skala besar yang pakan umumnya secara berkelompok sedangkan pada peternakan rakyat pakan diberikan hampir sama pada semua sapi.

    Di era digital, penggunaan teknologi presisi telah banyak memberi manfaat bagi kehidupan. Pertanian presisi menjadi kunci pengembangan pertanian masa depan. Teknologi presisi menggunakan pendekatan teknologi dan teknik pengumpulan data untuk efisiensi produktivitas dan keberlangsungan pertanian. Teknologi ini melibatkan perangkat data sensor automatisasi dan teknologi digital sehingga memungkinkan pengumpulan data sebagai dasar pembuatan keputusan secara cepat dan tepat.

    Teknologi presisi juga sudah banyak digunakan pada peternakan sapi perah di negara maju mulai dari yang kompleks seperti robot pemerah susu hingga yang sederhana seperti pemantau birahi robot pembersih lantai bahkan sudah dipakai di rumah tangga. Selain itu masih banyak keunggulan teknologi presisi yang disampaikan dalam orasi tersebut. 

    “Kami sudah mengkaji sistem formulasi ransum berbasis pemanfaatan nutrien pada ternak. Hasil penelitian kami menunjukan perlindungan protein dengan pemanasan kering lebih praktis dan aman, menghasilkan peningkatan produksi susu” jelasnya. Lebih lanjut disampaikan bahwa penyediaan database pakan lokal yang memuat informasi lengkap tentang kandungan nutrien, sangat membantu memformulasikan ransum secara presisi secara konvensional. 

    ‘’Meski sudah banyak teknologi presisi yang ada namun masih banyak peluang untuk pengembangan. Semoga teknologi presisi di bidang sapi perah mendapat dukungan pemerintah demi pengembangan peternakan sapi perah di masa depan” harapnya di akhir orasi. (Femmy).

  • Prof.Dr.Ir. Erika B. Laconi, MS menyampaikan orasi ilmiah di hadapan sekitar 400 undangan di gedung Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga, pada hari Sabtu tanggal 6 Desember 2014. Di dalam orasinya, Prof. Erika B. Laconi mengulas mengenai peran strategis hijauan dari areal perkebunan kelapa sawit sebagai sumber bahan pakan ternak ruminansia. Orasi ilmiah yang disampaikan merupakan kompilasi hasil-hasil penelitian selama beberapa tahun terakhir, baik penelitian mandiri maupun penelitian bersama. Salah satu pokok bahasan utama adalah pengembangan peternakan rakyat berbasis hijauan di areal perkebunan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki beragam produk hijauan, baik dari komponen kelapa sawit maupun dari berbagai vegetasi penutup tanah. Komponen kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, diantaranya pelepah daun sawit, kulit buah sawit dan bungkil kelapa sawit. Analisis usaha peternakan menunjukkan nilai ekonomis yang tinggi dengan peluang pemasaran yang terbuka lebar karena meningkatkan efisisensi penggunaan lahan di Indonesia.

    Pada akhir orasi ilmiahnya, Prof. Erika B. Laconi memberikan rekomendasi untuk melakukan harmonisasi perkebunan dengan peternakan, pemanfaatan lahan perkebunan dan program nasional untuk membangun produksi peternakan berbasis rakyat di perkebunan kelapa sawit. Prof. Erika B. Laconi mengharapkan dukungan pemerintah, BUMN dan perusahaan swasta untuk bekerja sama dalam mewujudkan usaha peternakan berbasis masyarakat perkebunan agar terbentuk harmoni usaha perkebunan-peternakan dan kemandirian produk daging terjamin.(sumber : intp.fapet.ipb.ac.id)

  • Sabtu, 13 Februari 2016, Prof.Dr.Ir. Yuli Retnani, MSc menyampaikan orasi ilmiah di hadapan sekitar 400 undangan di gedung Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga. Di antara civitas akademik IPB turut hadir undangan Ketua MPR RI, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Walikota Bogor, Rektor Universitas Hasanudin, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kepala BP3IPTEK, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, pimpinan lembaga peneliti, perwakilan BUMN dan pimpinan perusahaan swasta mitra IPB.

    Orasi Prof. Yuli Retnani berjudul "INOVASI PENGOLAHAN PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK DI DAERAH PERKOTAAN, RAWAN PAKAN DAN BENCANA". Di dalam orasinya, Prof. Yuli Retnani mengulas mengenai inovasi pengolahan pakan untuk mengatasi masalah kelangkaan pakan. Orasi ilmiah yang disampaikan merupakan kompilasi hasil-hasil penelitian sejak tahun 2009, baik penelitian mandiri maupun penelitian bersama. Salah satu pokok bahasan utama adalah optimalisasi teknologi pengolahan pakan dapat dilakukan dengan membuat, menyimpan dan mendistribusikan pakan ke daerah yang membutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi teknologi pengolahan pakan dapat dilakukan dengan membuat, menyimpan dan mendistribusikan pakan ke daerah yang membutuhkan. Teknologi pengolahan pakan memungkinkan untuk mengolah bahan baku pakan yang melimpah berasal dari limbah yang terbuang.