News

  • Wabah COVID-19 yang terjadi saat ini membuat banyak orang terpaksa harus membatasi aktivitas di luar rumah. Sehingga aktivitas bekerja dan belajar pun harus dilakukan di rumah.
    Berbagai upaya dilakukan agar stamina keluarga tetap sehat, diantaranya dengan mengonsumsi makanan sehat seperti banyak makan sayur, buah, daging, ikan, kacang- kacangan.

    Agar tidak terlalu banyak aktivitas keluar rumah, ibu-ibu sudah mulai menyimpan cadangan makanan di lemari pendingin, salah satunya adalah daging.  Namun untuk proses penyimpanan daging yang baik, tidak banyak masyarakat mengetahui tekniknya dan bagaimana menyiapkan daging beku yang aman dan sehat.

    Menurut Dr Tuti Suryati, SPt, MSi, dosen dari Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen llmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University, cara menyiapkan daging beku yang aman dan sehat adalah beli daging segar atau daging beku yang diproses dengan benar dan higienis. Lalu simpan beku dalam kemasan sesuai porsi kebutuhan per sajian.

    “Sebelum dimasak, daging beku harus di-thawing (disegarkan kembali) kecuali setelah
    dimasak. Thawing dilakukan pada refrigerator atau direndam air dingin tanpa membuka
    kemasannya atau diletakkan pada papan besi khusus yang higienis atau menggunakan
    microwave. Hindari melakukan thawing daging beku pada suhu ruang tanpa kemasan. Selain itu, hindari membekukan kembali daging yang sudah di-thawing,” ujarnya.

    Untuk mengolahnya, hindari memasak daging yang masih beku supaya tidak alot. Gunakan bumbu-bumbu kaya antioksidan pada saat mengolah daging. Masak daging dengan suhu dan lama waktu secukupnya.  “Olahan daging dapat disimpan beku dalam kemasan sesuai porsi per sajian keluarga dan sebelum disajikan, daging olahan beku harus di-thawing dengan cara yang benar dan dipanaskan. Stay at Home, tetap sehat dan semangat dengan gizi produk hasil ternak yang menyehatkan,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Logistik rantai dingin merupakan bagian dari rantai pasok yang bertujuan untuk menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama proses pengumpulan, pengolahan, dan distribusi ke tangan konsumen. Adapun Manajemen rantai pendingin, dapat diartikan sebagai pengelolaan seluruh aktivitas rantai pendingin yang dianalisis, diukur, dikontrol, didokumentasikan, dan divalidasi agar berjalan secara efektif dan efisien baik secara teknis dan ekonomis.

    Hal itu disampaikan oleh Irene Natasha, Pimpinan PT Adib Cold Logistics Indonesia Irene Natasha dalam Pelatihan Logistik Rantai Dingin pada Produk Daging di Kampus Fakultas Peternakan IPB Darmaga Bogor (27/8). Pelatihan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) selama dua hari tersebut juga dilangsungkan kunjungan ke PT Adib Cold Logistics di kawasan Narogong, Bekasi.

     

    Ia mengingatkan tentang empat tahap kritis yang harus dicermati dalam sistem rantai pendingin produk beku, yakni penanganan pada proses awal, penyimpanan dan pengolahan saat tiba di darat, penanganan saat transportasi ke lokasi tujuan, hingga penanganan saat bongkar muat dan sistem distribusi ke konsumen. Khusus untuk transportasi, hal ini perlu digarisbawahi mengingat kondisi medan di Indonesia yang kadangkala sulit diprediksi. “Distribusi merupakan kegiatan dalam supply chain untuk memastikan suatu barang yang diproduksi akan sampai ke pada customer,” kata Irene. Adapun tujuan distribusi yakni memastikan suatu produk bisa sampai ke customer sesuai dengan misi logistik, memastikan penyebaran produk dengan merata, meningkatkan nilai guna suatu produk, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi suatu perusahaan.

    Dalam sistem logistik, transportasi berperan dalam perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian aktivitas yang berkaitan dengan moda, vendor, dan pemindahan persediaan masuk dan keluar suatu organisasi. Daging sebagai produk yang mudah rusak dalam proses pendistribusiannya harus menggunakan truk berpendingin. “Truk berpendingin sudah menjadi kebutuhan umum guna mentransportasikan bahan makanan melalui jarak yang cukup jauh. Selain meminimalkan atau meniadakan pertumbuhan mikroorganisme, pendinginan yang dihasilkan oleh teknologi refrigerasi juga diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi kimiawi/biologis yang bisa merusak kondisi suatu zat,” tandas Irene. (agropustaka.id)

  • Fakultas Peternakan IPB menyelenggarakan kegiatan Training of Trainer(ToT) Kebijakan dan Implementasi Gender pada tanggal 1 dan 8 Februari 2019. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Kerjasama Fakultas Peternakan IPB. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Dr.Ir.Moh Yamin, MAgrSc selaku dekan Fakultas Peternakan IPB. “Berbagai pelaksanaan kegiatan Fapet IPB baik akademik, riset dan pemberdayaan masyarakat melibatkan SDM yang kompeten sesuai dengan kualifikasi dan keahlian baik laki-laki maupun perempuan yang tidak terlepas dari peran dan faktor gender”, jelas Dekan.

    Fasilitator pada kegiatan ToT ini adalah  Prof.Dr.Ir.Asnath M Fuah, MS selaku ketua program Gender dan Dr.Ir Ekawati Wahyuni, MS selaku konsultan ahli program gender dari FEMA-IPB. Keduanya tergabung dalam tim pada program gender yang merupakan bagian dari proyek NICHE-Fapet IPB.  Prof Asnath menjelaskan bahwa kebijakan gender Fapet IPB telah dirumuskan oleh tim expert gender Fapet IPB bekerjasama dengan tim expert IPB dan internasional dalam kerjasama proyek NICHE. Eka menyatakan bahwa  Fakultas Peternakan IPB sebagai salah satu unit kerja dalam Perguruan Tinggi di IPB telah berupaya menyusun kebijakan gender sebagai pilot project yang dapat diikuti oleh fakultas lainnya di IPB.

    Pelatihan ditujukan kepada  pemangku kepentingan representatif di Fapet IPB untuk mensosialisasikan kebijakan gender sehingga implementasi kebijakan diharapkan berjalan secara efektif. Kegiatan diikuti oleh 14 peserta yang  terdiri dari perwakilan  dosen, tenaga kependidikan dan pegawai pada masing-masing Departemen IPTP, Departemen INTP dan Fakultas Peternakan IPB. ToT ini bertujuan untuk mensosialisasikan kebijakan gender yang telah dirumuskan tim expert dan disahkan oleh Dekan Fapet kepada para pemangku kepentingan sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi.  

  • Keberhasilan para ahli bedah di Amerika Serikat melakukan transplantasi ginjal dari babi hasil rekayasa genetika ke manusia hidup pada bulan Maret lalu menimbulkan harapan baru bagi jutaan pasien gagal ginjal di seluruh dunia. Walaupun pasien ini akhirnya meninggal dunia setelah bertahan hidup selama dua bulan, momen ini dipandang sebagai lompatan yang sangat penting dalam mengatasi kekurangan organ di seluruh dunia.

    Menurut Ahli Genetika IPB University, Prof Ronny Rachman Noor, perkembangan ilmu pengetahuan terkait transplantasi ginjal babi ke manusia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu teknologi yang digunakan adalah teknologi pengeditan gen yang dapat memecahkan masalah penolakan organ.

    “Pada dasarnya teknologi pengeditan gen agar organ dari babi dapat diterima tubuh manusia melalui tiga tahapan, yaitu menghilangkan gen tertentu dari babi yang bereaksi terhadap antibodi manusia. Selanjutnya ditambahkan gen tertentu dari manusia untuk meningkatkan kecocokan ginjal dengan manusia. Tahap terakhir adalah menonaktifkan virus yang ada di semua genom babi untuk menghilangkan risiko infeksi pada penerimanya,” ujar Prof Ronny.

    Menurut Prof Ronny perkembangan teknologi yang sangat cepat ini menimbulkan harapan baru bagi pasien yang menunggu donor organ secara konvensional karena kekurangan organ donor. Saat ini, kata dia, para peneliti sedang memfokuskan untuk mengeksplorasi transplantasi organ babi sebagai solusi terhadap kekurangan donor ginjal di seluruh dunia.

    “Data menunjukkan bahwa kekurangan organ untuk transplantasi seperti misalnya ginjal dari manusia memang sangat kronis. Sebagai contoh di Australia terdapat sebanyak 1.400 pasien yang menunggu transplantasi ginjal, sedangkan di Amerika angkanya mencapai 96.500 orang,” sebutnya.

    Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa transplantasi merupakan cara yang dinilai efektif ketika pasien mengalami gagal ginjal akut sehingga perlu dilakukan cuci darah secara rutin.

    Di samping itu, hasil studi yang dilakukan oleh National Kidney Foundation di Australia juga menunjukkan bahwa orang dengan transplantasi ginjal hidup lebih lama dibandingkan mereka yang menjalani dialisis (cuci darah).

    Prof Ronny menyebut, transplantasi organ antar spesies yang dikenal sebagai xenotransplantasi memang mengundang kontroversi karena menyangkut masalah etika. Masyarakat umumnya tidak menyukai jenis hewan yang digunakan dalam penelitian dan juga donor.

    Bagi umat muslim tentunya akan menolak jika organ yang dicangkokkan berasal dari babi karena masalah kehalalnya. Di samping bagi aktivis dan pecinta hewan memandang bahwa hewan sekalipun tidak layak dikorbankan untuk kepentingan manusia.

    “Selama beberapa dekade, para peneliti telah mengeksplorasi penggunaan organ dan jaringan hewan yang ditransplantasikan pada manusia. Sebagai contoh, di tahun 1984 tercatat bayi pertama menjalani xenotransplantasi dengan menerima jantung babon dan dapat bertahan hidup selama 21 hari,” ungkap Prof Ronny.

    Ia menjelaskan, ukuran organ babi memiliki ukuran yang hampir serupa dengan manusia sehingga bagian tubuh babi sudah banyak digunakan untuk tujuan pengobatan pada manusia, seperti insulin diabetes dan jaringan untuk katup jantung.

    Dalam perkembangannya, ginjal babi yang mengalami proses pengeditan gen telah berhasil ditransplantasikan ke monyet yang dapat bertahan hidup selama rata-rata 176 hari. Bahkan pada kasus lainnya dapat bertahan hidup selama lebih dari dua tahun.

    Dalam perkembangannya tidak hanya ginjal saja yang ditransplantasikan ke manusia namun juga organ lainnya seperti jantung dengan menggunakan teknologi yang hampir sama.

    “Keberhasilan transplantasi ginjal babi ke manusia memang menimbulkan harapan baru bagi jutaan pasien di seluruh dunia yang menderita gagal ginjal. Namun di balik kisah sukses ini masih diselimuti berbagai kontroversi yang kemungkinan besar tidak pernah sirna,” ujar Prof Ronny. (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menyelenggarakan pelatihan komunikasi dan pengembangan diri, (05/09). Pelatihan yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa baru angkatan ke-57 ini menghadirkan Wawan Wicky Adrian yang merupakan seorang news anchor dan executive producer di IDX Channel.

    Prof Irma Isnafia Arief selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fapet IPB University menyampaikan dukungan atas diselenggarakannya pelatihan tersebut. Ia berharap pelatihan dapat membantu mahasiswa baru meningkatkan rasa percaya diri serta kemampuan berbicara di depan publik.

    “Tentunya sudah banyak sekali pengalaman yang dimiliki oleh Kak Wawan. Semoga kiat dan ilmunya dapat meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa. Semoga acaranya berjalan dengan sukses, kami segenap tim di dekanat senantiasa memantau dan mendukung kegiatan adik-adik mahasiswa,” ujar Prof Irma.

    Dalam kesempatan tersebut Koordinator Komisi Kemahasiswaan Fapet IPB University, Iyep Komala, SPt, MSi juga menyampaikan harapannya bahwa melalui pelatihan ini mahasiswa menjadi lebih cakap dalam berkomunikasi. Baik komunikasi dengan sesama mahasiswa maupun dengan para dosen dan tenaga kependidikan. 

    “Semoga mahasiswa juga menjadi lebih termotivasi untuk mengejar kesuksesan. Karena kemampuan komunikasi serta personality yang baik sangat mendukung kita dalam mencapai kesuksesan,” tandasnya di hadapan 350 peserta pelatihan.

    Wawan Wincky Adrian SKom MKP yang selanjutnya dipanggil dengan sapaan Wicky memulai pemaparannya dengan beberapa alasan atau ketakutan yang dimiliki mayoritas orang dalam public speaking. Ia menyampaikan bahwa secara umum ketakutan tersebut di antaranya takut dengan pelafalan yang buruk, takut dianggap tidak nyambung dengan penonton, serta takut tidak dihiraukan oleh audien.

    “Hal pertama yang harus diubah adalah mengubah mindset kita. Katakan kalau kita harus berani melakukan public speaking. Kalau tidak maka akan terlalu banyak kesempatan yang akan saya lewatkan. Kalau tidak, maka orang-orang tidak akan mengetahui ide-ide yang saya miliki dan ingin saya bagikan kepada dunia,” papar penyiar Berita Satu tersebut.

    Selanjutnya Wicky menguraikan satu per satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketakutan tersebut sebelum memulai public speaking. Kekhawatiran terhadap kesalahan berbicara dapat diatasi dengan melakukan riset yang maksimal terhadap topik yang akan disampaikan. Kemudian lakukan latihan di depan cermin sembari memperhatikan gestur tubuh dalam membawakan materi.

    “Ketakutan selanjutnya adalah khawatir belibet atau pelafalan yang tidak jelas. Hal ini bisa diatasi dengan senam mulut. Untuk menghasilkan artikulasi yang jelas maka kita tidak boleh malas untuk membuka mulut dan menggerakkan wajah saat mengatakan sesuatu,” ujarnya.

    Rasa takut tidak dihiraukan oleh audien bisa diatasi dengan melakukan kontak mata serta bahasa tubuh yang terbuka. Sesekali dapat menyampaikan pertanyaan untuk kembali memfokuskan perhatian para audien. Tidak kalah penting juga untuk menanamkan keyakinan dalam diri sendiri bahwa kita hadir untuk memberikan manfaat kepada audien.

    “Terakhir, adanya rasa tidak percaya diri. Solusi untuk ini adalah groom yourself. Gunakan pakaian terbaik saat akan tampil. Sesuaikan outfit yang dikenakan dengan tema acara. Terakhir gunakan make up secukupnya,” pungkas Kak Wicky. 

    Peserta terlihat sangat antusias mengajukan pertanyaan. Acara pelatihan pada minggu pagi tersebut diakhiri dengan pembagian kelompok menjadi 20 kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh seorang mentor yang merupakan kakak tingkat yang tergabung dalam Public Relation Fakultas Peternakan IPB University.

    Masing-masing kelompok berdiskusi dalam breakout room untuk membuat video promosi dengan topik peternakan secara luas sebagai praktikum dari pelatihan yang diikuti (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa Indonesia memang tiada hentinya berusaha menciptakan beragam inovasi yang mampu menjadi solusi dari permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Kadangkala, inovasi yang diciptakan mahasiswa itu berupa pemanfaatan bahan-bahan yang tak terpikirkan sebelumnya. Seperti inovasi di bidang penelitian karya mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) ini. Mereka membuat perekat organik dari limbah bulu ayam dan tulang sapi.

    Inovasi penelitian ini berhasil mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti RI) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di bidang Penelitian pada tahun 2018. Mereka adalaha  Rahayu Lestari, Erik Kurniawan dan Hasana Aqiroh di bawah bimbingan Iyep Komala, SPt, M,Si. mereka berhasil memanfaatkan limbah yang mengganggu kondisi lingkungan sekitar menjadi inovasi yang bernilai ekonomi.

    Ayam dikenal sebagai unggas yang daging maupun telurnya digemari oleh masyarakat. Penjualan dan konsumsi ayam terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan meningkatnya konsumsi ayam oleh masyarakat maka meningkat pula limbah yang akan dihasilkan sehingga mengalami penumpukan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan inovasi terhadap limbah dari hasil konsumsi ayam agar tidak terjadi penumpukan.

    “Bulu ayam adalah bagian limbah ayam yang banyak menghasilkan sampah dalam jumlah cukup besar. Sehingga kami berpikir untuk memanfaatkan limbah bulu ayam ini menjadi sesuatu yang bernilai secara ekonomi dan mengurangi sampah akibat limbah bulu ayam. Bulu ayam mengandung protein keratin yang berdaya rekat cukup baik. Selain itu, kami mengombinasikan dengan tulang sapi. Tulang sapi mengandung kolagen yang juga memiliki daya rekat tinggi. Oleh karena itu kedua limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk perekat (glue),” papar Rahayu sebagai ketua program penelitian ini.

    Beberapa keunggulan perekat organik dari limbah bulu ayam dan tulang sapi ialah bahan utamanya diperoleh dari limbah yang mudah didapatkan, kemudian proses pembuatan yang tidak rumit. Salah satu cara ekstraksi kolagen adalah dengan cara asam untuk dipekatkan menjadi perekat. Bulu ayam yang digunakan merupakan limbah dari tempat pengolahan ayam, restoran, rumah makan dan juga limbah rumah tangga.

    Mereka berharap perekat organik dari limbah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan juga kesadaran dan wawasan pemanfaatan limbah menjadi barang daya guna di masyarakat harus lebih dioptimalkan (ipb.ac.id)

  • Kucing adalah hewan yang sangat menggemaskan.  Kucing-kucing yang beruntung tidak sulit untuk mencari makan, karena sang pemilik akan selalu merawat dan menyediakan makanan untuk mereka. Pada umumnya kucing-kucing yang dipelihara ini adalah kucing Ras. Berbeda dengan Kucing liar (stray cat) atau kucing jalanan yang hidup di perkampungan dan perkotaan masih kerap dipandang buruk oleh banyak orang.

    Kucing-kucing liar tersebut harus mencari makan sendiri manakala merasa lapar. Tak jarang kucing liar tersebut kerap datang ke tempat-tempat yang banyak orang berkumpul untuk mencari sisa makanan. Namun terkadang orang tidak merasa iba, tetapi justru mengusir dan tak sedikit juga yang melakukan tindakan kasar.

    Kondisi kampus yang menerapkan work from home (WFH) membuat kucing-kucing liar ini kehilangan sumber pangan. Seorang dosen IPB University terketuk hatinya melihat nasib kucing-kucing ini.

    "Saya adalah pecinta kucing, jadi sudah terbiasa memberi makan kucing jalanan, dengan memberikan makanan ala kadarnya. Termasuk kucing-kucing yang hidup di dalam kampus IPB Dramaga. Pada awalnya memang sudah menjadi kebiasaan saya untuk memberi makan kucing yang sempat ketemu saja dan tidak menyempatkan diri keliling kampus untuk memberi makan kucing," ungkap Iyep Komala, SPt, MSi, salah satu dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University.

    Awalnya, lanjut Iyep, saya memiliki dua ekor kucing Ras, tetapi ketika melihat beberapa kucing yang ada di dalam kampus yang lapar, saya membawa sebagian kecil kucing-kucing tersebut ke rumah. "Sempat ada 23 ekor kucing kampung di rumah dan dua kucing ras. Sekarang kucing kampungnya tersisa 18 ekor," tambah Iyep.

    Ia menjelaskan, biasanya kucing-kucing yang tersebar di berbagai wilayah kampus ini mendapatkan makanannya dari sisa-sisa makanan yang ada di kantin, sehingga kucing-kucing tersebut dapat hidup dan berkembang biak dengan baik di kampus.  Sejak merebaknya wabah COVID-19 dan diberlakukan Work from Home (WFH), kantin yang ada di kampus tutup. Tidak hanya itu, tempat penampungan sampah di kampus saat ini sudah lama kosong, sehingga kucing-kucing ini tidak lagi mencari makanannya di tempat-tempat yang biasa dikunjungi.

  • Masyarakat mengenal kambing hanya sebagai hewan ternak. Kambing hampir tidak pernah dibahas sebagai hewan yang pintar. Padahal tingkat kepintarannya lebih tinggi dibandingkan jenis hewan ternak lainnya. 

    Muhamad Baihaqi, SPt, MSc, pakar bidang produksi ternak ruminansia kecil, Fakultas Peternakan IPB University mengungkapkan bahwa karena kepintarannya, di Negara Barat muncul istilah’ Think Like a Goat’ atau berpikir layaknya kambing berpikir. Faktanya, karena kecerdasan dan keunikannya, di Inggris kambing telah dijadikan sebagai hewan peliharaan. Kambing mudah diajari dan mudah membangun hubungan dengan pemiliknya. 
    Namun, lanjutnya, sebagai hewan peliharaan, tidak sembarang jenis kambing yang dipilih. Kambing yang bisa dijadikan sebagai hewan peliharan adalah kambing mini atau pigmy goat. Selain pintar, kambing mini ini memiliki ukuran tubuh yang mungil sehingga terlihat imut dan menggemaskan.

    “Kepintaran kambing ini terbukti karena memang ternyata dapat dijadikan hewan peliharaan. Walau tidak secerdas anjing, tingkat kepintarannya hampir setara dengan kucing dan bisa memiliki bonding dengan manusia sebagai pemiliknya,” terangnya ketika diwawancarai terkait tingkat kecerdasan kambing yang jarang diketahui masyarakat awam. 

    Dibandingkan dengan domba, imbuhnya, tingkah laku kambing lebih ekpresif dan banyak akalnya. Kambing juga memiliki tingkah laku stereotyping atau meniru. Kemampuan ini bisa membuat kambing pintar meniru dan dilatih suatu trik. Seperti mengajari letak pakannya dan letak toiletnya. Dibanding domba dan sapi, kambing juga memiliki kemampuan memanjat pohon untuk memenuhi kebutuhan pakannya. 
    “Tidak ada jenis ruminansia lain yang memiliki kemampuan seekstrim itu. Sehingga kambing cenderung mudah dikembangbiakkan dan mampu bertahan hidup di daerah ekstrim, seperti lahan kering, karena mampu mencari pakannya sendiri,” tambahnya.

    Fakta unik lainnya adalah dari sisi taktik dan insting. Baihaqi mengatakan bahwa kambing lebih pintar daripada ternak lainnya. Secara manajemen, hal ini dapat memberikan nilai plus dan minus bagi para peternak. Bila kualitas kandang tidak bagus, kambing akan mudah lolos. Kambing juga agak rewel dari sisi pakan karena lebih menyukai jenis dedaunan yang berbeda. 

    “Namun dengan kepintarannya, baik dipelihara secara intensif atau ekstensif akan memberikan beberapa keuntungan. Bila kambing dipelihara dengan sistem diumbar, kambing akan lebih waspada terhadap serangan predator. Kambing juga dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya sendiri dengan mencari pakan sendiri. Kambing juga mampu membedakan pemilik dengan bukan pemilik, sehingga cenderung sulit dicuri,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Menurut Prof Niken, telur di dalam telur bisa terjadi. Secara keilmuan, kejadian ini dinamakan  double yolk.  Kejadian ini merupakan ketidaknormalan proses pembentukan sebutir telur karena ada dua ovum (sel telur) yang terovulasi secara bersamaan atau hampir bersamaan.

    Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa secara normal hanya satu ovum terovulasi. Ovum tersebut kemudian diproses di dalam saluran reproduksi unggas (oviduct) yang terdiri dari beberapa bagian. Selanjutnya ovum yang terovulasi ini mendapat tambahan putih telur kental/albumen (di dalam magnum), mendapat tambahan cairan garam-garam mineral dan selaput telur (di dalam isthmus) serta mendapat tambahan kerabang/cangkang (di dalam shell gland/uterus). Maka terbentuklah sebutir telur utuh, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh induk unggas.

    Rangkaian seluruh proses pembentukan sebutir telur tersebut, dimulai dari ovum diovulasikan sampai terbentuk telur utuh dan dikeluarkan dari tubuh unggas berlangsung dalam waktu 24-25 jam. Setelah telur dikeluarkan dari tubuh induk, sekitar 15-40 menit kemudian, terjadi ovulasi ovum berikutnya.

    “Yang menyebabkan proses pembentukkan telur tidak normal sehingga terjadi kasus double yolk adalah faktor genetik dan faktor manajemen (yang membuat unggas petelur panik dan stres) sehingga gerakan peristaltik saluran reproduksinya tidak normal,” jelas dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini.

    Ia menuturkan kasus double yolk ini bermacam-macam, ada kondisi dua ovum terovulasi secara bersamaan. Yang menyebabkan di dalam satu butir telur ditemukan dua kuning telur yang posisinya persis berdempetan.Selain itu, ada dua ovum yang terovulasi pada waktu yang hampir bersamaan, kejadian ini bisa ditemukan dalam satu butir telur yang posisi kedua kuning telurnya tidak berdempetan, melainkan sudah ada batas putih telur. Bisa jadi posisi kedua kuning tersebut selain dibatasi putih telur juga sudah ada batas selaput telur bahkan kerabang telur, meskipun kerabang tersebut belum terlalu tebal dan keras.

    “Telur double yolk ini aman dikonsumsi selama dihasilkan oleh induk unggas yang sehat dan disimpan dalam tempat bersih sehingga meminimalkan telur tersebut terpapar mikroba patogen serta dimasak secara matang. Semua unggas, ayam misalnya, berpeluang menghasilkan telur double yolk. Frekuensinya yang berbeda, tergantung faktor genetik dan manajemen pemeliharaannya, " jelasnya.

    Meskipun aman dikonsumsi, Prof Niken menekankan agar kejadian double yolk ini harus diminimalkan terutama pada unggas pembibit, karena telur tersebut tidak bisa ditetaskan. Oleh sebab itu dalam proses penetasan ada seleksi telur tetas, salah satunya adalah seleksi bobot telur (55-65 gram/butir). Karena pada bobot diatas 65 gram/butir dikhawatirkan telur tersebut double yolk

  • SUCOFINDO melakukan audit (Visitasi Renewal Audit ISO 9001: 2015)  terhadap pelaksanaan pelayanan akademik di Fakultas Peternakan IPB Pada tanggal 3-4 Agustus 2017. Bertindak selaku auditor adalah Bapak Holys dan Ibu Chintia, yang didampingi oleh tim dari Fakultas Peternakan IPB. Pada tahun ini Fakultas Peternakan mengembangkan cakupan penerapan ISO  dalam pelayanan akademik sampai ke tingkat departemen. Dua Departemen tersebut adalah Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan dan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Adapun tujuan renewal audit ini adalah untuk Memastikan kesesuaian Sistem Manajemen Mutu Organisasi serta Memastikan Sistem Manajemen Mutu Organisasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2015.

    Audit eksternal yang berlangsung selama dua hari tersebut, diawali dengan Rapat Pembukaan pada Hari Kamis, 3 Agustus, pukul 9.30 pagi, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kesesuaian pelaksanaan kegiatan pelayanan dengan POB yang telah dituliskan dalam dokumen ISO di Bidang Management Representative, dan kemudian dilakukan audit di bidang layanan akademik di tingkat Departemen. Pada hari Kedua, Jumat, 4 Agustus 2017, kegiatan audit dilanjutkan dengan pemeriksaan dokumen bidang akademik, dan ketatausahaan dan infrastruktur/maintenance.

    Dari  bidang-bidang  yang diperiksa kesesuaiannya, masih ditemukan adanya kekurangan-kekurangan, pencapaian target yang tidak tercapai, dan beberapa kekurangan lain. Semua menjadi masukan dan koreksi yang sangat berharga bagi Fakultas Peternakan, untuk dapat diperbaiki di masa mendatang, demi terlaksananya pelayanan akademik yang berkualitas. Setelah seluruh rangkaian kegiatan audit ini selesai, maka pada sore harinya sekitar pukul 14.30 dilakukan penutupan oleh Dekan Fakultas Peternakan.

    Semoga kita dapat terus bersinergi demi kemajuan Fakultas Peternakan IPB, masyarakat, dan bangsa Indonesia.

  • Divisi Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan kedatangan tamu sebagai visiting professor dari Universiti Putra Malaysia (UPM) yaitu Prof. Dr drh Hasliza Abu Hassim pada tanggal 28 Mei - 6 Juni 2024. Prof. Hasliza hadir ke IPB dalam rangka kerjasama dengan Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti MS, atas Pendanaan EQUITY Project 2023/2024 dari Direktorat Konektivitas Global IPB.

    Serangkaian kegiatan dilakukan selama sepuluh hari di IPB, meliputi : Kunjungan ke kantor Direktorat Konektivitas Global dan Fakultas Peternakan (29 Mei 2024),  Kuliah Peternakan Inovatif thema : ”Kerbau Tropika” (30 Mei 2024), Kuliah Biosintesis Nutrisi Pedaging dengan tema : “Daging organik” (31 Mei 2024), Kunjungan wisata alam kebun teh Puncak dan Taman safari (1-2 Juni 2024), Kuliah umum pascasarjana, dengan tema : “Motivasi studi di Luar Negeri” (3 Juni 2024 ), Forum group discussion (FGD) thema :”Recognisi Pembelajaran Lampau” (4 Juni 2024), Diskusi Riset kolaborasi international dan pembimbingan mahasisa S2, dengan         tema  ”Wet pet food”, dengan  hasil draft paper ready to submit ke Jurnal Internasional Bereputasi (5 Juni 2024), dan diakhiri dengan acara farewell dengan Divisi NTDK, Departemen INTP dan Fakultas Peternakan  pada tanggal 6 Juni 2024.

  • Dalam ilmu gastronomi (tata boga), wafer merupakan biskuit renyah dan manis. Berbentuk tipis, datar, dan kering. Sering digunakan sebagai penghias eskrim dan selipan cokelat batangan. Namun, bagaimana jika wafer digunakan untuk pakan ternak?

    Wafer untuk konsumsi hewan ternak digunakan untuk penggemukan sapi dan sejenisnya. Disebut wafer lantaran bentuknya yang mirip dengan wafer yang kerap dikonsumsi manusia. Ya, makanan hewan ternak sapi tidak melulu reremputan hijau, daun jagung, dan sebagainya. Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan inovasi makanan ternak, yakni dengan memanfaatkan limbah pasar dan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar atau mudah didapat sebagai bahan baku.

    Inovasi itu diciptakan guru besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Yuli Retnani. Di Brebes, para peternak sapi diajarkan cara membuatnya oleh mahasiswa IPB.  IPB bekerjasama dengan Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan Daerah (Baperlitbangda), Dinas Peternakan, dan kelompok ternak untuk mengembangkan pakan bersih tersebut di Desa Buara, Kecamatan Ketanggungan, Brebes, Kamis (16/8/2018).

  • Fakultas Peternakan IPB University gelar kegiatan Faculty Day yang merupakan rangkaian acara pada Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB University di Fakultas Peternakan (Fapet). Acara tersebut berlangsung di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit (JHH) Fapet (9/8).

    Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr memberikan sambutan serta pengenalan Fakultas Peternakan dari mulai sejarah awal berdirinya, Departemen dan Dosen, lingkungan kampus dan kandang, hingga inovasi yang ada di Fapet.

    Acara ini menghadirkan dua Narasumber inspiratif yang juga alumni Fakultas Peternakan IPB yaitu Wakil Gubernur Sumatera Barat Dr. Ir. Audy Joinaldy, S.Pt, M.Sc, M.M, IPM, ASEAN.Eng. dan Owner Hijrah Food Ir. Endah Pronolowati. Kedua narasumber tersebut berbagi pengalaman seputar perjalanan hidup hingga mendapat kesuksesan seperti saat ini.

    Pada sesi tanya jawab yang berlangsung menarik dan interaktif, Wagub Sumbar Dr. Audy Joinaldy memberikan beberapa tips dan motivasi kepada lebih dari 300 mahasiswa yang hadir pada acara tersebut “Orang yang hidup disiplin biasanya bisa jadi sesuatu. Di Fapet IPB ada mata kuliah yang menopang menjadi pebisnis, sesuai dengan kurikulum yang ada” ungkapnya. Politisi yang juga seorang Pengusaha dan Akademisi ini juga mencontohkan negara-negara dengan jumlah pengusaha yang banyak, contohnya Tiongkok dengan persentase 14% dari jumlah penduduk. Lebih dari itu, secara pribadi ia menyampaikan pentingnya peran keluarga dalam hidupnya “Center of my life is family” Ungkap Audy yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Alumni Peternakan (Hanter) IPB  2018-2022 ini.

    Narasumber lain, Ir. Endah Pronolowati turut membagikan pengalaman serta tips menjalani hidup kepada para mahasiswa ’’Untuk menjadi lebih baik, kita mengubah mindset dari kita sendiri dan jangan menyerah” ujarnya. “Tidak ada yang tidak bisa, kalau mau berusaha, akan diberi kemudahan oleh Allah” lanjutnya. Pengalaman dahulu sebagai mahasiswa, ia berpikir hanya perempuan, di bidang peternakan hanya yang kotor-kotor dan bau, namun selanjutnya ia menemukan bahwa di bidang peternakan bisa menghasilkan uang, dengan usaha yang digeluti yaitu Hijrah Food, suatu usaha yang menyedikan hewan ternak hidup seperti sapi, kambing, dan domba untuk melayani kebutuhan Aqiqah, Idul Qurban dan berbagai kebutuhan lainnya. (Femmy).

  • Fakultas Peternakan IPB memiliki Wakil Dekan baru periode 2015-2020, yang  telah dilantik oleh Rektor IPB pada Jumat, 12/2/2016. Kedua wakil Dekan itu adalah Prof. Dr. Ir. Sumiati, M.Sc yang menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, dan Dr. Rudi Afnan, S.Pt., MSc.Agryang menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan.

    Prof. Sumiati

    Dr. Rudi Afnan

    Sebelumnya, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan dijabat oleh Dr. Ir. Mohammad Yamin, M. Sc. Agr,yang saat ini telah diangkat menjadi Dekan Fapet IPB, dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan dijabat oleh Prof. Dr. Ir Sumiati, M.Sc. selamat Bertugas !

  • Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) IPB University kembali menyelenggarakan webinar series untuk yang kedua kalinya. Webinar ini menghadirkan pembicara dari luar negeri yaitu Prof Dr Masahiro Ogawa dari Universitas Kagawa, Jepang (16/6). Tema kali ini adalah “Armoring Yourself with The Molecules Helping You to Win Over the Virus”, yang menggali dan mempelajari potensi sumber protein hewani di Indonesia.

    Prof Masahiro Ogawa merupakan ahli di bidang protein dan banyak dari hasil risetnya membahas mengenai gula dan zat aditif alami. Menurut hasil risetnya, kesehatan masyarakat Indonesia berada pada titik yang kritis akibat adanya pandemi. Perubahan budaya makan dari restoran menjadi di rumah saja memaksa sebagian orang untuk mengkonsumsi makanan kemasan atau instan yang memiliki nutrisi yang rendah, rasa yang kurang enak dan tinggi kalori, namun masyarakat tetap membelinya. Ditambah lagi dengan gaya hidup yang kurang rutin berolahraga yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit.

    Dibandingkan Indonesia, sebagian produk makanan dan minuman kemasan di Jepang ditambahkan dengan nutrisi tambahan dan zat aditif alami untuk mengurangi efek buruk terhadap kesehatan. Misalnya brand Coca-cola yang memiliki seri Life yang bebas kalori dan ekstrak tanaman stevia sebagai pengganti gula. Pada Coca-cola Life juga terdapat indigestible dextrin untuk menurunkan penyerapan glukosa dalam usus kecil sehingga kadar gula darah lebih rendah.

    Ia berharap processed food di masa depan ekspetasinya menjadi lebih sehat dan enak, tetapi masih membutuhkan manfaat tambahan. Misal pada produksi sosis ayam, penggunaan garam, gula, fosfat dan sodium nitrat yang tinggi diganti dengan zat aditif alami yang lebih sehat. Gula diganti dengan rare sugar d-allulose walaupun biayanya tergolong mahal dan jarang ditemukan di alam. Zat ini memiliki manfaat bagi kesehatan, antihiperglikemik, supresi akumulasi lemak, anti obesitas serta cocok untuk produk makanan beku seperti sosis karena dapat memperbaiki tekstur dan mencegah sineresis. Zat alami lain yaitu antioksidan polifenol dari ekstrak daun buah zaitun untuk memperbaiki tekstur dan mencegah oksidasi lipid pada sosis.
     
    Selain rare sugar, Dr Zakiah Wulandari, dosen IPB University dari Departemen IPTP melakukan riset terhadap enzim lisozim dalam putih telur yang dapat digunakan sebagai zat pemanis. Hasil riset dari telur unggas lokal seperti ayam kampung dan itik Cihateup ditemukan bahwa hasil isolasi dan purifikasi lisozim pada telur dapat dijadikan bahan pemanis pengganti gula.

    Kekhawatiran pada tingginya angka impor gula dan pasien diabetes menjadi latar belakang riset tersebut.  Ia mendapatkan tingkat kemurnian hingga 97 persen dan tingkat kemanisan hingga sekitar 10µM. Namun proses pemanasan pada saat produksi dapat menurunkan tingkat kemanisan produk sehingga ia menyarankan untuk penambahan lisozim dengan dosis tinggi saat sterilisasi produk.

    Berbeda dengan kandungan nutrisi, pembahasan Dr Cahyo Budiman,  dosen IPB University dari Departemen IPTP  lebih menekankan pada sifat dan potensi antiviral protein pangan dari produk hewani. Sebagian besar risetnya merujuk pada sifat antiviral pada produk olahan susu dan produk hasil fermentasi. Laktoferin pada susu dapat mencegah penempelan dan translasi virus dengan berbagai mekanisme. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa zat tersebut memiliki potensi untuk menghambat virus herpes, HIV, hingga hepatitis C. Dan yang terkini adalah potensinya untuk diaplikasikan pada SARS-Cov2.

    Ia menambahkan bahwa zat tersebut dapat dijadikan zat aditif pada beberapa produk seperti susu bubuk. "Tapi kita masih harus banyak bekerja untuk bisa mentranslasi, melanjutkan sifat tersebut ke tahap klinis atau aplikasi,” ujarnya.

    Hampir sama dengan sifat antiviral, dosen IPB University dari Divisi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Prof Dr Irma Isnafia Arief, membahas tentang sifat antibakteri pada bakteriosin. Sebuah protein berasal dari bakteri asam laktat pada produk pangan fungsional hasil ternak. Protein tersebut dinilai memiliki potensi sebagai preserfatif non toxic dan aman. Dengan struktur berbentuk heliks amfilik, zat tersebut dapat mudah masuk ke dalam membran sel bakteri patogen hingga membuatnya mengalami depolarisasi dan kemudian mati atau memiliki sifat bakterisidal.

    Prof Irma telah melakukan riset pada bakteriosin jenis plantaricin IIA-1 A yang diproduksi dalam bentuk kristal agar travel friendly serta telah terdaftar di HKI. Zat tersebut dinilai cocok untuk ditambahkan pada produk fermentasi secara in situ pada produk hewani seperti sosis urutan (Bali), rangke (Sulawesi Selatan), dan dadih (Sumatera Barat). Pada daging segar diaplikasikan dengan cara disemprotkan  plantaricin 0.2 persen hingga lebih awet bila dijajakan di pasar, sedangkan pada bakso dan sosis dengan dosis lebih tinggi yaitu 0.3 persen dan dinilai tiga kali lebih efektif daripada nitrit (ipb.ac.id)

  • Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University kembali menggelar webinar dengan tema Ternak Lokal Demi Ketahanan Pangan Rakyat di Masa Normal Baru Pasca Pandemi COVID-19, (23/06). Dalam sambutannya, Dekan Fapet IPB University, Prof Dr Sumiati mengatakan bahwa ternak lokal sudah mengakar di lingkungan masyarakat sehingga patut untuk dijadikan andalan sebagai sumber protein hewani di masa pandemi dan era normal baru. 

    Sementara itu, Prof Dr Cece Sumantri, dosen IPB University yang merupakan Kepala Divisi Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fapet menyinggung mengenai  strategi perbaikan genetika ternak lokal untuk meningkatkan produksi ternak lokal dan kualitas produk pangan fungsional. Ternak lokal dianggap paling memungkinkan untuk dijadikan pangan fungsional karena dapat didesain sesuai potensi genetiknya, mulai dari produksi daging hingga susu. 

    “Sumberdaya genetik ternak asli dan lokal memiliki kekayaan genetik yang banyak sehingga dapat bernilai ekonomis dan berkualitas tinggi. Produksi daging ternak lokal tersebut masih rendah karena masyarakat masih  bergantung pada daging ayam broiler,” ujarnya.

    Menurutnya, diperlukan usaha berkelanjutan secara berkelompok dari hulu ke hilir untuk meningkatkan produksi dan kualitas ruminansia. Secara genetika, Indonesia memilik potensi untuk pembentukan bangsa baru dengan menyilangkan ternak lokal yang ada secara terarah. Dan secara keseluruhan, perbaikan tersebut lebih menekankan pada perbanyakan populasi serta memperbaiki kualitas daging karena memiliki nilai ekonomi paling tinggi. Salah satunya dengan memanfaatkan gen stearoyl coa desaturase (SCD) untuk memperbaiki kualitas karakteristik daging. 

    “Di masa depan, diharapkan ada produksi ternak jenis lain, misalnya kelinci yang pemeliharaannya mudah dan produksinya tinggi. Selain itu terdapat program peningkatan produksi kualitas susu, salah satunya dengan memperbanyak populasi ternak perah. Di Indonesia sendiri, ternak perah masih rendah sehingga diperlukan jenis ternak perah lain seperti sapi hisar atau kerbau murrah,” tambahnya.

  • Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University dan Sinar Harapan Farm (SHF) gelar webinar Kedai Reka “Peningkatan Konsumsi Protein Hewani di Masyarakat Pedesaan Berbasis Kelinci dan Ayam Lokal”, (1-2/10). Webinar ini menjadi media merdeka belajar bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya pikir dalam penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam bisnis peternakan.

    “Webinar ini juga meningkatkan keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam penanganan dan pengelolaan pasca panen ternak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di masa depan,” ujar Dekan Fakultas Peternakan, Dr Idat Galih Permana.

    Menurutnya, program ini merupakan salah satu media belajar mahasiswa di luar kampus. Ini juga menjadi solusi untuk peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga menjadi lulusan yang lincah, tangguh, dan adaptif terhadap perubahan.

    “Ternak ayam IPB-D1 dan kelinci merupakan salah satu komoditi yang strategis  untuk dikembangkan, terutama untuk meningkatkan ketahanan pangan. Selain itu, webinar ini akan sangat bermanfaat baik bagi mahasiswa maupun masyarakat umum terkait pentingnya budidaya ternak kelinci dan ayam,” imbuhnya.

    Webinar ini menghadirkan empat pembicara. Yaitu Ir Bambang Krista, MM (Owner Peternakan Citra Lestari Farm) menyampaikan potensi ayam IPB-D1 dan pengembangannya di industri berbasis kelompok peternak. Dr Ir Lucia Cyrilla ENSD, M.Si (Dosen Usaha Peternakan Fakultas Peternakan IPB University) menyampaikan pemasaran dan promosi produk di era digital. Dr Bram Brahmatiyo menyampaikan peningkatan konsumsi protein hewani di masyarakat pedesaan berbasis kelinci. Dan Ir Hj Dedah Herlina, MSi menyampaikan pengembangan ternak di Kabupaten Sukabumi. 

    Hadir juga Ketua Tim Peneliti Kedai Reka, Prof Cece Sumantri dan Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Dr Tuti Suryati memberikan sambutan (ipb.ac.id)

  • Wageningen University bersama Fakultas Peternakan, IPB University mengadakan webinar dengan tema: “Building Block for Sustainable Development in Indonesia Dairy Sector”. (13/01/2021)

    Selaku Moderator Webinar Dr Rudi Afnan, Wakil Dekan Fakultas Peternakan IPB University, dengan key note speaker Dr Nasrullah dari Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Gemma Verijdt dari Kementrian Pertanian, Alam, dan Kualitas pangan Belanda dan Dr Marion De Vries, dari Wageningen University and Research (WUR). webinar tersebut menyoroti pentingnya pembangunan berkelanjutan dari sektor susu Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan dalam semangat akhir dari proyek Intensifikasi Produksi Susu Berkelanjutan di Indonesia (SIDPI) di Jawa Barat, Indonesia.

    Dr. M Marion de Vries, yang memimpin proyek SIDPI (2016-2020), menjelaskan bahwa peternakan sapi perah di Indonesia dihadapkan pada pengelolaan limbah kotoran hewan yang buruk, pemberian pakan yang kurang baik, reproduksi yang kurang baik dan permasalahan kesehatan ternak. Hal ini menyebabkan produktivitas rendah dan dampak buruk terhadap lingkungan, terutama karena sebagian besar kotoran ternak dibuang ke lingkungan.

    Dalam webinar ini, solusi yang mungkin untuk pengelolaan pakan dan pupuk kandang yang berkelanjutan dijelaskan oleh Marion dan bagian dari timnya, Windi Al Zahra dari Fakultas Peternakan IPB University, Bram Wouters dan Titis Apdini dari Wageningen University and Research (WUR), Amin Sutiarto dari Trouw Nutrition Indonesia, dan Drs Dedi Setiadi dari KPSBU Lembang.

    Proyek SIDPI dimulai dari merancang dan melaksanakan studi percontohan tentang perbaikan kotoran, pemberian pakan dan manajemen kesehatan hewan, penelitian, keberlanjutan ekonomi dan sosial dari praktik saat ini dan yang lebih baik, dan tahap peningkatan dan penyebaran hasil melalui pelatihan, demonstrasi, diskusi kelompok fokus, dan informasi ke media.

    Pada awal tahun lalu, proyek SIDPI telah selesai. Harapannya, ke depan program ini dapat dikembangkan lebih banyak lagi oleh petani di Jawa Barat dan petani di Indonesia pada umumnya. (agroberichtenbuitenland.n)