News

  • Ronny Rachman Noor  ;   Guru Besar Pemuliaan dan Genetika IPB;

    Adjunct Professor di University of New England, Australia

     KOMPAS, 13 Februari 2018

    Dalam beberapa bulan ke depan— menjelang bulan puasa—dapat dipastikan ritual tahunan gejolak harga daging kembali terjadi. Kondisi berulang ini akibat laju produksi daging tidak mampu mengikuti laju permintaan daging.

    Dalam upaya memecahkan masalah inilah program swasembada daging digulirkan lebih dari 10 tahun lalu. Namun, sejak awal, program swasembada daging mengundang pro dan kontra. Data empiris menunjukkan bahwa program swasembada daging tidak akan pernah dapat terwujud jika tidak ada langkah ekstrem dalam pembibitan sapi, tulang punggung penyedia ternak bakalan untuk ternak potong.

    Suplai kurang

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 menunjukkan, populasi sapi potong dalam kurun waktu 2009-2016 di Indonesia sebenarnya sudah sedikit meningkat. Akan tetapi, peningkatan tersebut belum mampu memenuhi permintaan  kebutuhan daging nasional.

    Produksi daging sapi dalam negeri tahun 2017 malah defisit. Sapi lokal hanya mampu menyediakan 354.770 ton daging, sedangkan kebutuhan daging nasional mencapai 604.968 ton. Artinya, produksi daging nasional hanya mampu memenuhi 58,74 persen dari kebutuhan. Untuk memenuhi kekurangan 30-40 persen, pemerintah harus mengimpor sapi bakalan dan daging  (Ditjen PHK, 2017).

    Dari proyeksi Pola Konsumsi dan Produksi Daging Nasional Periode 2014-2020 yang diolah dari Pusdatin Pertanian (2016) diketahui kecenderungan kekurangan pasokan daging di Indonesia akan terus berlangsung sampai tahun 2020.

    Jika data produksi daging dan konsumsi daging rumah tangga diproyeksikan sampai tahun 2020, maka pertumbuhan produksi daging sapi sampai tahun 2020 meningkat 1,93 persen, sedangkan laju peningkatan konsumsi daging pada periode yang sama mencapai 1,35 persen.

    Namun, mengingat produksi daging ini belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi, tahun 2020 akan terjadi kekurangan daging sapi 0,17 persen.

    Belum berdampak

    Program swasembada daging ini harus diakui berhasil menarik perhatian banyak pihak, termasuk dalam hal lebih besarnya pengalokasian anggaran untuk program ini dan program lain  terkait bidang peternakan. Namun, jika dilihat pergerakan pola permintaan dan produksi daging dalam kurun waktu 2014-2020, program ini tidak banyak berdampak pada pengurangan gap antara permintaan dan produksi yang semakin melebar.

    Upaya pengurangan impor sapi dan daging beku yang telah diupayakan dalam lima tahun terakhir memang sudah mulai terlihat dampaknya: penurunan angka impor sapi hidup dan daging, terutama yang berasal dari Australia. Namun, mengingat produk daging  sapi lokal masih belum mampu memenuhi permintaan daging nasional, ke depan impor sapi hidup dan daging masih harus dilakukan.

    Ketergantungan Indonesia akan sapi impor dalam pemenuhan kebutuhan daging memang sudah selayaknya diupayakan untuk terus diturunkan seiring dengan upaya untuk peningkatan produksi daging dalam negeri yang peran sapi lokal di dalamnya cukup besar.

    Di samping pengurasan devisa, impor sapi hidup dan daging beku yang tidak terkendali akan meningkatkan ketergantungan Indonesia pada negara lain. Situasi ini akan menjadi sangat berbahaya ketika suatu saat nanti Indonesia tidak dapat lagi mengimpor sapi dan daging beku karena negara pengekspor menghentikan pasokan akibat perubahan situasi politik, bencana alam, dan faktor lainnya.

    Program peningkatan populasi dilakukan melalui program sapi kembar dan juga pemasukan materi genetik sapi jenis belgian blue. Sapi ini berkarakter double muscle yang saat ini sedang digulirkan oleh Kementerian Pertanian secara matematis dapat meningkatkan produksi daging, tetapi secara teknis kedua program ini akan menghadapi banyak kendala, sehingga tingkat keberhasilan kedua program sangat kecil sebagai solusi dalam upaya peningkatan produksi daging nasional.

    Hilang orientasi

    Kehilangan orientasi dalam program swasembada daging nasional ini memang sangat mengkhawatirkan mengingat keterbatasan anggaran pemerintah. Hal ini mengharuskan penggunaan anggaran secara efisien dan tepat sasaran. Oleh sebab itu, daripada melaksanakan program mercusuar yang berdampak sangat kecil terhadap pencapaian swasembada daging, lebih baik memfokuskan program pemberdayaan ternak lokal melalui peningkatan mutu genetik dan perbaikan manajemen pemeliharaan dan pakan agar produktivitas dan populasinya meningkat.

    Dalam jangka panjang program persilangan antara ternak lokal dan ternak eksotik harus diarahkan untuk membentuk synthetic breed yang komposisi gen dan produktivitasnya lebih stabil sehingga akan berfungsi sebagai ternak bibit dan dapat dikembangkan lebih lanjut melalui perbanyakan populasi ternak silangan dalam mendukung produksi daging nasional.

    Oleh karena itu, ke depan, program pembentukan breed sintetik sapi  Indonesia perlu dijadikan prioritas agar dalam jangka panjang Indonesia memiliki breed sapi yang dapat diandalkan produksi dagingnya dan dapat menunjang kebutuhan daging nasional.

    Perlu reorientasi

    Mengingat sulitnya mewujudkan program swasembada daging nasional, perlu adanya reorientasi visi ke arah  swasembada protein hewani. Melalui program swasembada protein hewani, semua potensi ternak lokal penghasil daging seperti sapi, kambing, domba, ayam, itik, dan kelinci, juga telur seperti telur ayam, itik, puyuh, serta susu , akan dapat dilibatkan untuk mendukung program ini.

    Di samping itu, sektor perikanan diharapkan dapat berperan besar mewujudkan swasembada protein hewani ini melalui peningkatan konsumsi ikan.

    Program terpadu swasembada protein hewani ini diharapkan tidak saja mengefisienkan biaya, tetapi juga menghilangkan sekat-sekat yang selama ini menghambat kerja sama lintas sektor yang sangat diperlukan dalam pembangunan nasional. Dengan hilangnya sekat-sekat ini diharapkan swasembada protein hewani dapat diwujudkan dalam waktu dekat untuk mendukung program peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia mendatang yang lebih cerdas

  • Himpunan Alumni Peternakan (HANTER) IPB bagikan 275 Bingkisan Hari Raya (BHR) kepada seluruh tenaga kependidikan, tenaga keamanan dan kebersihan serta pensiunan di lingkungan Fakultas Peternakan di Auditorium JHH Fakultas Peternakan pada Rabu 27/4. Masing-masing penerima mendapatkan bingkisan berisi 20 produk  yang berasal dari donatur yaitu alumni Fapet antara lain antara lain D34, Persaudaraan D14, D31 dan beberapa angkatan. Selain dari alumni, Bank Syariah Indonesia (BSI) dan beberapa perusahaan seperti MT Farm, Hijrah Food, PT. Berdikari Sarana Jaya, DB Foods. Agrianita Fapet dan IPB 32 juga turut hadir dan mensupport persiapan hingga acara selesai serta didukung oleh Trobos sebagai media partner dalam kegiatan tersebut.

    Melalui tayangan video, Ketua HANTER Dr. Ir. Audy Joinaldy, S.Pt, M.Sc, M.M, IPM, ASEAN.Eng menjelaskan bahwa kegiatan ini terselenggara atas kerjasama seluruh alumni dan dukungan sponsor  “Tali kasih HANTER merupakan bentuk cinta kepada fapet IPB, Insya allah ke depannya akan tetap melaksanakan tali kasih secara rutin dan selalu semoga memberikan dampak positif bagi kita semua” jelas alumni Fapet yang juga merupakan Wakil Gubernur Sumatera Barat ini.

    Penyerahan paket BHR secara simbolis dilakukan oleh Dekan Fapet, Dr. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dan beberapa pimpinan fakultas kepada para tenaga kependidikan Fapet.

    Dekan Fapet sangat mengapresiasi kegiatan Tali Kasih ini dan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada alumni dan kepemimpinan Ketua dan Sekjen HANTER

     “Hari ini HANTER sudah banyak memberikan perhatian kepada kita semua, ini adalah bentuk kecintaan dari alumni yang luar biasa. Saya sangat bangga atas upaya yang sudah dilakukan, hubungannya begitu berat antara alumni dan fakultas” ujarnya

    Sekjen HANTER Iyep Komala, S.Pt, M.Si hadir memberikan sambutan dan laporan terkait acara tersebut. “Penggalangan dana berlangsung sekitar satu minggu dan berhasil mengumpulkan 19 produk dan 1 goodie bag dan sudah ada produk-produk unggulan hasil karya alumni Fapet bahkan ada yg produknya dikirim dari Padang” jelasnya

    Asisten Direktur Hubungan Alumni IPB University, Astridina, S.Sos., M.M. hadir mewakili Direktur Kerjasama dan Hubungan Alumni. Astridina mengatakan bahwa setiap tahun HANTER memberikan donasi berupa tali kasih bingkisan dan hal tersebut adalah sesuatu yang membanggakan “Kami mewakili pimpinan IPB menyampaikan terima kasih atas atensi dan kepedulian para alumni dan mendoakan agar para alumni mendapatkan rezeki lebih. Kami berharap acara ini bisa berlanjut di masa depan dan dapat ditularkan semangatnya” ungkapnya. (Femmy)

  • Himpunan Alumni Fakultas Peternakan IPB University (Hanter) kembali memberikan paket bingkisan hari raya dan bantuan biaya kuliah bagi almamater, 4/5. Sedikitnya ada 250 paket bingkisan yang akan dibagi dan bantuan biaya kuliah sebanyak 37,5 juta rupiah. Biaya kuliah ini akan diberikan kepada mahasiswa yang orang tuanya terdampak pandemi COVID-19.

    Rektor IPB University, Prof Arif Satria turut mengapresiasi upaya Hanter IPB University yang berusaha mengabdi bagi almamater. “Ini adalah bagian dari kita dalam membangun solidaritas antar sesama keluarga besar IPB University terutama di Fakultas Peternakan. Saya yakin Hanter sudah memberikan yang terbaik dan semoga tahun depan masih bisa dilaksanakan dengan jumlah yang lebih banyak,” ungkap Prof Arif Satria.

    Ir Audy Joinaldy, Ketua Umum Hanter IPB  University sekaligus Wakil Gubernur Sumatera Barat mengatakan paket bingkisan hari raya diberikan kepada tenaga kependidikan baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun non-PNS, tenaga kontrak mulai tenaga laboratorium, pegawai yang diperbantukan, petugas keamanan maupun pegawai yang sudah pensiun baik yang sudah meninggal maupun masih hidup. “Sebagai tanda rasa cinta Hanter IPB University bagi almamater, kami ingin memberikan tanda kasih yang diberikan secara rutin setiap tahunnya melalui Tali Kasih,” ujar Audy.

    Pada tahun ini, Hanter memberikan 250 bingkisan senilai 250 ribu rupiah sehingga totalnya senilai Rp 60.500.000. Pada kesempatan yang sama, Hanter juga memberikan bantuan biaya kuliah senilai 37,5 juta rupiah.

    Sekretaris Jenderal Hanter IPB University, Iyep Komala menyebut, bantuan biaya kuliah tersebut diberikan kepada mahasiswa yang keluarganya terdampak pandemi COVID-19 sebesar 2,5 juta rupiah/orang.

    Dirinya berharap, kegiatan Tali Kasih berikutnya dapat mengajak alumni yang lebih banyak sehingga nilai bingkisan juga bertambah. Ia juga menyebut, rasa cinta terhadap almamater juga diwujudkan oleh Hanter dengan membantu keluarga yang menghadapi kemalangan.

    “Kami ingin kegiatan ini terus berjalan. Banyak alumni yang sudah sukses pada berbagai bidang pekerjaan. Saya berharap para alumni baik atas nama perusahaan, pribadi, koordinator angkatan maupun DPD HANTER Provinsi,  dapat berkontribusi dalam Tali Kasih ini,” ujar Iyep Komala (ipb.ac.id)

  • Salah satu tenant Inkubator Bisnis Science Techno Park (STP) IPB University, PT Sugeng Jaya Grup (SJG) berhasil mengembangkan King Worm, Ulat Tepung Kering. King Worm hadir sebagai sumber protein alternatif yang memanfaatkan insekta karena lebih ekonomis, bersifat ramah lingkungan dan mempunyai peran yang penting secara alamiah.

    Koes Hendra, founder dan CEO PT Sugeng Jaya Farm (SJF) yang juga alumni Fakultas Peternakan IPB University mengatakan bahwa produk ini telah beberapa kali diekspor untuk keperluan riset oleh calon konsumen di berbagai negara.
    “Tentu ini membuka lebar peluang untuk menjadi produsen pengekspor serangga kering (Ulat Tepung) pertama dari Indonesia untuk komoditas pangan manusia. Produk King Worm awalnya dikembangkan melalui proses penelitian pakan hewan asal insekta ramah lingkungan dan kaya akan nutrien yang didukung oleh Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Yaitu Prof Asnath Maria Fuah dan Dr Yuni Cahya Endrawati,” ujarnya.

    Saat ini, PT SJF fokus mengembangkan produk-produk bernilai tambah tinggi, baik untuk pakan hewan kesayangan, hewan ternak serta pangan manusia. Di antaranya dikenal dengan brand King Worm, Super Worm, Dried Cricket, Holly Hammy dan Super Feed (untuk komoditas pakan) dan brand MeFu (untuk komuditas pangan).

    Perjuangannya untuk mengembangkan perusahaan ini telah dimulai sejak tahun 2017. Pada tahun 2019, PT SJF bergabung menjadi Tenant Inwall Inkubator Bisnis STP IPB University. Selama masa inkubasi, PT SJF telah mendapatkan fasilitasi dan pendampingan teknis produksi dan manajemen usaha. Seperti penyediaan fasilitas ruang usaha inwall di Leuwikopo, pelatihan, coaching/mentoring, expo dan business matching, serta mendapatkan program insentif Perusahaan Pemula Berbasis Telnologi (PPBT) Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2019.

    Kepala Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB University, Prof Erika B Laconi menegaskan bahwa STP IPB University melalui Program Inkubasi Bisnis berkomitmen untuk menumbuh-kembangkan startup-startup dari kalangan alumni berbasis pengembangan inovasi prospektif hasil riset IPB University.

    “Diharapkan melalui Inkubator Bisnis STP, lahir pengusaha-pengusaha berbasis inovasi yang akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi bangsa,” ujar sosok yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Bisnis dan Inovasi IPB University ini.

    Asisten Bidang Inkubator Bisnis LKST, Deva Primadia Almada menambahkan terkait beberapa capaian kinerja PT SJF selama diinkubasi. Yakni memperoleh legalitas usaha berupa PT Sugeng Jaya Grup (SJG), pendaftaran merek dagang dengan nama King Worm pada DJKI Kemenkumham, Pendaftaran Halal, penyerapan tenaga kerja sebanyak 300 persen, peningkatan omzet hingga 400 persen, peningkatan wilayah pemasaran ke seluruh Indonesia dan ekspor ke beberapa negara di luar negeri (Belanda, Singapura dan Malaysia) - (ipb.ac.id)

  • Ketergantungan bahan baku pakan impor di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Bahan baku pakan sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedelai misalnya tercatat impornya berturut-turut mencapai 4,1 ton dan 4.450.000 ton. Oleh karenanya diperlukan alternatif bahan baku lokal sebagai sumber protein, salah satunya yang berpotensi adalah jangkrik yang dapat dibuat tepung dan memiliki kelebihan berprotein tinggi, mudah dipelihara, murah dan bisa dilakukan pada lahan sempit.

    Hal itu diuraikan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dewi Apri Astuti dalam Online Training Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik, yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring, Sabtu (8/8/2020). Dipaparkan Dewi bahwa protein kasar jangkrik adalah sebesar 58.3%, lemak 10.3%, dengan asam lemak palmitat (16:0) 50.32%, stearate (18:0) 32.06%, oleat 9.77% linoleat 2.34%.

    “Adapun asam amino yang terkandung yakni arginin 3.68%, histidin 1.94%, isoleusin 3.09%, leusin 5.52%, lisin 4.79%, methionine 1.93%, sistin 1.01%, phenilalanin 2.86%, valin 4.42%, alanine 5.55%, glisin 3.62% dan hitin 8%,” jelas Dewi.

    Oleh karena itu ia menyebut bahwa tepung jangkrik berpotensi menjadi sumber bahan baku pakan untuk ayam broilerdan layer, puyuh petelur, burung kicau, maupun ikan hias.

    “Dapat juga dimanfaatkan untuk ternak ruminansia, yakni pada domba sebagai susu pengganti dan pada masa pertumbuhan dan pada kambing bisa diberikan pada masa pertumbuhan, bunting dan laktasi,” katanya.

    Dari serangkaian penelitian yang dilakukannya, ia menyimpulkan bahwa tepung jangkrik ternyata juga mengandung nutrien berkualitas tinggi. Selain untuk unggas kicau, tepung jangkrik dapat juga diberikan pada hewan model tikus untuk meningkatkan imunitasnya, anak kambing atau domba sebagai susu pengganti, anak kambing atau domba sebagai pakan pertumbuhan, induk kambing pada saat menjelang bunting (flushing diet), serta pada kambing pejantan untuk memperbaiki kualitas spermanya (majalahinfovet.com)

  • Berawal dari program Healthy Lifestyles oleh Rektor IPB University, Fakultas Peternakan (Fapet) mengadakan senam Ba Duan Jin  dalam rangka meningkatkan produktivitas pegawai dan keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance). Senam yang berasal Tiongkok ini rutin diadakan setiap Jumat pagi di halaman plaza depan Fapet. Dr. Salundik, Dosen Departemen IPTP Fapet adalah instruktur sekaligus inisiator dari kegiatan tersebut. “Minggu pertama Fakultas sudah melakukan program healthy lifestyles dan saya bertemu Dekan lalu menawarkan untuk mengisi dengan ba duan jin, ternyata Dekan langsung minta untuk mengisi minggu depan dan berlanjut”jelas pria yang akrab disapa Pak Sal ini.

    Dalam wawancara selepas sesi latihan, Pak Sal bercerita mengenai Ba Duan Jin yang diikuti di Perguruan Chikung Kylin Budaya Indonesia dan ada cabangnya di Bogor “Saya ikut disana belajar chikung, banyak macam geraknya, salah satunya ba duan jin dan kami memanggil guru khusus yang datang dari shaolin yang sedang melaksanakan program overseas”ungkapnya. Guru tersebut bahkan  pernah tampil di RCTI pada tahun 90an. 

    Bermacam variasi ba duan jin, ada yang menyebutnya 8 lapisan sutra, tapi intinya ada gerakan, hanya cara masuknya beda. “Untuk melakukan gerakannya, kita harus melakukan dengan hati, bedanya kalau dari Tiongkok ini, kita harus tahu namanya, supaya kita dalam melakukan gerakan nya bisa tahu apa maksudnya, misalnya bangau terbang menembus awan, kita harus membayangkan sedang terbang, di sekitar kita ada awan. Jadi penuh dengan perasaan, makannya taichi kalau di salah satu sisi orang bilang adalah meditasi gerak, karena pikirannya fokus, rileks, mendiamkan pikiran lain. Lagu hanya membawa kita untuk lebih rileks dan lebih fokus”jelasnya. 

    Pak Sal yang sudah berlatih dari tahun 2008 ini juga sedikit menerangkan sejarah ba duan jin dari ribuan tahun yang lalu, kala itu, Jendral Yue Fei yang hidup pada masa dinasti Song, melihat pasukannya lesu dan  tidak semangat. Maka dia menciptakan gerakan ini dan tujuannya untuk merangsang jalur meridian di dalam tubuh, sehingga menjadi sehat, kuat. Untuk harapan selanjutnya, selain latihan yang rutin, Pak Sal memiliki cita-cita pada ajang Dies Natalis IPB ke depan, ba duan jin tampil bisa tampil di pembukaan atau penutupan acara tersebut. 

    Salah satu peserta latihan, Eneh Maesaroh, S.Si yang tidak pernah absen mengikuti dari awal diadakan latihan, mengaku cocok dengan senam ini “Mungkin karena usia, tidak terlalu banyak gerakan loncat. Olah nafas yang membuat segar, ringan & fit. Pengalaman sebelumnya pernah mengikuti olah nafas yang mirip, namun terhenti ketika pandemi. Sekarang di Fapet mulai lagi & jam kerja jadi tidak mengganggu waktu libur” ujar PLP dari Departemen INTP Fapet ini. (Femmy).

  • Pangan asal hewan memiliki keunggulan antara lain bernilai gizi tinggi, yakni adanya protein (asam amino esensial), lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat. Namun di sisi lain, bahan pangan tersebut mudah busuk, rentan rusak, dan berpotensi berbahaya bagi. Untuk menekan munculnya risiko berbahaya, maka penanganan pangan asal hewan sebaiknya dilakukan dengan penerapan good hygiene practices (GHP), penerapan sistem rantai dingin cold chain system, dan penerapan jaminan keamanan pangan – yang implementasinya dapat berupa NKV, sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), atau ISO 22000:2018.

    Hal itu dijelaskan oleh Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Syamsul Maarif dalam Pelatihan Manajemen dan Sistem Penjaminan mutu Ruminansia yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Bogor pada 15 Juli 2019 di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Kegiatan tersebut berlangsung dua hari, dengan acara hari ke-2 adalah kunjungan ke RPH Pramana Pangan Utama.

    Dalam proses produksi pangan asal hewan sejak dari kandang hingga ke meja makan harus selalu menjaga higiene dan sanitasi. Samsul menjelaskan, higiene pada prinsipnya merupakan seluruh tindakan untuk mencegah atau mengurangi kejadian penyakit yang merugikan kesehatan. Adapun sanitasi yakni upaya menciptakan segala sesuatu yang higienis dan kondisi yang menyehatkan. “Higiene menyangkut pangan dan personal yang menangani produk pangan asal hewan, sedangkan sanitasi menyangkut tentang lingkungan sekitar pangan,” jelas Syamsul.

    Aspek higiene dan sanitasi ini merupakan aspek penting dalam penilaian pemberian nomor kontrol veteriner (NKV). Pemberian NKV dimaksudkan sebagai upaya penjaminan pangan yang aman sehat utuh dan halal, meningkatkan daya saing produk serta perluasan pasar, dan untuk kemudahan dalam penelusuran produk pangan asal hewan. (agropustaka.id)

  • Terima Kasih Kepada Tim PKM Fakultas Peternakan Yang Telah Berjuang Di Ajang Pimnas 37 Di Universitas Airlangga :

    PKM-RE
    Nata de Whey Tinggi Serat dengan Nano-kolagen Ceker Ayam guna Mencegah Penuaan Kulit
    Pembimbing : Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, SPt. MSi
    1.      Hana Maulina (D3401211062)
    2.      Dafa Fayza Ahilla (D3401211030)
    3.      Gabriella Regita Firman (D340121106)
    4.      Qinthara Mirvi Fariha (D3401211046)
    5.      Tsany Tsaqifa Attaqiya (D3401211036)

  • Tenaga kependidikan (tendik)  Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan non PNS  Institut Pertanian Bogor (IPB)  melakukan pemilihan atau pencoblosan surat suara untuk memilih Ketua Forum Tenaga Kependidikan (Fortendik) IPB periode 2018-2020 pada Kamis (23/8) pukul 08.00-13.00, di Gedung Graha Widya Wisuda dan di Kampus Sekolah Vokasi IPB. Acara pemilihan atau pencoblosan surat suara untuk memilih Ketua Fortendik periode 2018-2020 dimeriahkan  bazar dandoorprize. 

    Ketua Panitia Pemilihan Fortendik IPB, Ir. Setyo Edy Susanto,S.Th.I, M.Pd menyampaikan, “Alhamdulillah panitia telah melaksanakan pemilihan untuk memilih Ketua Fortendik Periode 2018-2020 dengan jumlah pemilih terdaftar sebanyak  2.736 orang. Jumlah yang menggunakan hak pilih sebanyak 1.241 orang.  Untuk pemilihan ini, panitia mencetak surat suara sebanyak  2.000 lembar.”

    Edy menambahkan dari hasil rekapitulasi suara dalam pemilihan Ketua Fortendik  IPB yang telah berhasil dihimpun panitia, Sofyan, S.Si., M.Si, salah satu staf tenaga kependidikan di Fapet IPB meraih  608 suara, Roesdi Trijadhi meraih 315 suara, Vera Nora Indra Astuti, S.Pt., M.M. meraih 213 suara, Ir. Rita Komalasari  meraih 53 suara,  Ir. Titi Riani, M.Biomed meraih 48 suara dan sebanyak 4 suara tidak sah.

    “Sebagai panitia, Kami selanjutnya akan melaksanakan penyerahan berita acara pemungutan suara dan penghitungan suara kepada Rektor IPB, dilanjutkan dengan Pelantikan Ketua Fortendik oleh Rektor IPB dan  serah terima jabatan dari Ketua Fortendik periode sebelumnya kepada Ketua Fortendik yang baru saja terpilih. Kemudian dilakukan penyusunan pengurus Fortendik, dan pembuatan SK Rektor tentang pengurus Fortendik,” kata Edy.

    Selanjutnya Edy menyampaikan dengan terpilihnya Sofyan, SSi.MSi sebagai Ketua Fortendik  diharapkan dapat  menyatukan seluruh tendik secara bijak, harmonis, dan kekeluargaan. “Salah satu contoh yang paling sederhana  adalah jangan sampai ada beberapa Whatsapps Group Fortendik yang berjalan masing-masing tanpa mau bergabung, kecuali bila kapasitas anggotanya sudah penuh.  Selanjutnya memperjuangkan pengembangan kapasitas dan kemajuan dari para tenaga kependidikan yang mencakup pendidikan, kompetensi, jenjang karir, dan kesejahteraan. Hak dan kewajiban tenaga kependidikan  harus senantiasa dipantau dan diarahkan sesuai aturan-aturan yang berlaku, agar tenaga kependidikan tumbuh dan berkembang dan dapat menjalankan amanah tri darma perguruan tinggi bersama sivitas akademika lainnya, secara baik, benar, berkeadilan dan harmonis demi kemajuan tenaga kependidikan  IPB di masa datang,” paparnya. 

    Sementara itu Ketua Fortendik Periode 2018-2020, Sofyan menyampaikan, “Saya  ingin menjadikan Fortendik IPB  sebagai wadah silaturahim antar tenaga kependidikan, agar terjalin hubungan yang solid, humanis, kekeluargaan dan wadah untuk bisa menjembatani penyampaian aspirasi hak-hak dan kewajiban tenaga kependidikan PNS maupun Non PNS  di lingkungan IPB dengan harapan lebih meningkatkan kesejahteraan tenaga kependidikan serta sebagai forum yang akuntabel, transparan dan profesional.” (ipb.ac.id)

  • Tidak banyak yang tahu bahwa kokon ulat sutra dapat membuat kulit wajah wanita tetap cantik. Pemanfaatan kokon ulat sutra untuk kecantikan wajah ternyata sudah banyak diterapkan oleh perempuan Asia.
     
    Saat ini, kaum hawa sulit melakukan perawatan wajah ke salon karena akses yang sangat terbatas untuk keluar rumah akibat pandemi COVID-19. Kokon ulat sutera bisa menjadi solusi agar kulit tetap cantik. Hal tersebut disampaikan Dr Yuni Cahya Endrawati, SPt, MSi, dosen IPB University dari Divisi Produksi Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak, Departemen llmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.

    Menurutnya, kokon ulat sutera mengandung protein fibroin atau protein serat (70-80 persen) yang bermanfaat untuk melindungi jaringan kulit. Selain itu kandungan protein serisin (20-30 persen) yang ada dalam kokon ulat sutra juga sangat bermanfaat sebagai skin moisturizer, meningkatkan collagen UV protection dan tightening anti-wrinkle effect.
    “Pemakaian kokon ulat sutra sebagai bahan untuk kecantikan ternyata mudah. Pertama, kokon kepompong direndam dengan air panas selama 5 sampai 10 menit. Letakan kepompong pada ujung jari, lalu pijat wajah secara perlahan selama 10 sampai 15 menit,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Program Studi Nutrisi dan Teknologi Pakan (Prodi NTP), Fakultas Peternakan IPB University merupakan satu-satunya program studi jenjang sarjana di Indonesia yang mengkaji tentang sistem produksi penyediaan pakan, evaluasi kualitas pakan dan penggunaan teknologi, manufaktur dan logistik pakan, serta rekayasa nutrisi dan biosintesis produk ternak unggul dan ramah lingkungan.

    “Komposisi pakan yang tepat menjamin tercukupinya kebutuhan nutrisi ternak untuk tumbuh sehat dan optimal sehingga produk yang dihasilkan berkualitas baik,” ujar Dr Anuraga Jayanegara selaku Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) IPB University.

    Di tingkat nasional, Prodi NTP memiliki peranan yang penting dalam bidang nutrisi dan pakan ternak. Untuk itu Prodi NTP berusaha untuk terus mempertahankan serta meningkatkan pelaksaan peran ini dengan menghasilkan lulusan yang kompetitif baik secara nasional maupun internasional.

    “Departemen INTP mengelola tiga program studi yaitu  Prodi S1 Nutrisi dan Teknologi Pakan (NTP), S2 dan S3 Ilmu Nutrisi dan Pakan (INP),” jelasnya.

    Departemen dengan motto “Better Feed for Better Food” ini mengelola enam divisi keilmuan. Yakni Divisi Ilmu dan Teknologi Tumbuhan Pakan dan Pastura (ITPP), Divisi Ilmu dan Teknologi Pakan (ITP), Divisi Manufaktur dan Industri Pakan (MIP), Divisi Nutrisi Ternak Unggas (NTU), Divisi Nutrisi Ternak Perah (NTP), serta Divisi Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (NTDK).
     
    Kegiatan belajar mengajar di Prodi NTP didukung oleh tenaga pendidik berkualitas internasional serta berbagai fasilitas pendukung lainnya. Dosen-dosen INTP mempunyai kualifikasi sangat kompeten, 85 persen bergelar doktor dan 32 persen bergelar profesor. Pada tahun 2019, dosen berprestasi tingkat nasional bidang saintek berasal dari INTP serta pegawai Administrasi Akademik Terbaik IPB University juga dari INTP.

    “Departemen INTP telah terakreditasi A oleh BAN-PT dan ASEAN University Network Quality Assurance (AUN-QA),” jelas Dr Anuraga.

    Sektor-sektor bidang pekerjaan yang dapat ditekuni oleh lulusan Prodi NTP diantaranya industri pakan ternak, industri peternakan, pemerintahan, lembaga penelitian, hingga wirausahawan. Rata-rata masa tunggu lulusan Prodi NTP untuk bekerja tidak lebih dari tiga bulan.

    "Alumni Prodi NTP telah mampu bersaing di berbagai lapangan pekerjaan serta berhasil menduduki posisi penting di berbagai lembaga baik swasta maupun pemerintahan. Hal tersebut tentu berkat bimbingan yang diterima selama menjadi mahasiswa di Prodi ini, " ungkapnya (ipb.ac.id)

  • Tim peneliti yogurt rosella dari Fakultas Peternakan IPB University berkesempatan untuk mengunjungi CV Cita Nasional, Salatiga, Jawa Tengah, untuk mengikuti pelatihan. Kunjungan dan pelatihan ini dalam rangka meningkatkan manajemen CV Sari Burton, perusahaan yang digandeng Fapet IPB University dalam mengembangkan yogurt rosella.
     
    Menurut Prof Irma Isnafia Arief, inovator yogurt rosella mengatakan bahwa pelatihan ini sangat diperlukan guna menyukseskan kegiatan Matching Fund Kedai Reka 2022 yang berjudul "Komersialisasi Produk Olahan Yogurt Rosella Beserta Turunannya dengan Bahan Dasar Susu Sapi untuk Keberlanjutan Kemandirian Pangan Asal Ternak".
     
    Ia menjelaskan bahwa CV Cita Nasional dengan brand produknya "Susu Segar Nasional" adalah salah satu industri pengolahan susu yang sudah berdiri sejak tahun 2000. Mereka sudah memasarkan produknya di kota-kota besar di Indonesia. CV Cita Nasional telah menerapkan manajemen industri yang sangat baik sehingga mampu bertahan dan berkembang hingga saat ini.
     
    “Untuk itulah, kami berkunjung dan ingin belajar manajemen pengelolaannya. Pelatihan ini akan sangat bermanfaat bagi peningkatan manajemen dan produksi CV Sari Burton. Kami juga berharap dengan adanya pelatihan ini dapat menjadi acuan bagi kami agar dapat memasarkan produk yogurt probiotik rosella ke seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
     
    Dari hasil kunjungan, Prof Irma menambahkan saat awal berdiri, CV Cita Nasional memproduksi 5000 liter susu/hari, namun saat ini produksinya sudah mencapai 3 ton/hari. Jenis produk yang awalnya hanya susu pasteurisasi saja, namun saat ini sudah berkembang menjadi beberapa produk yaitu yoghurt, keju mozzarella, dan permen karamel dengan berbagai varian rasa.
     
    “Ketersediaan bahan baku utama berupa susu segar sangat diperhatikan oleh CV Cita Nasional. Mereka bekerja sama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan susu. Selain itu CV Cita Nasional saat ini juga sudah memiliki peternakan sendiri yang mampu mencukupi 10 persen kebutuhan susu. Proses produksi yang dilakukan telah menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP), Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP) dan telah tersertifikasi ISO,” jelasnya.
     
    Menurutnya, keberhasilan CV Cita Nasional tidak terlepas dari proses pemasaran yang dijalankan secara intensif dan terorganisir. Hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi program Kedai Reka Yoghurt Probiotik Rosella dalam melakukan kegiatan produksi dan komersialisasi produk sehingga dapat dipasarkan di kota-kota besar di Indonesia.
     
    Selain itu, pemilik CV Sari Burton juga menambahkan bahwa proses komersialisasi suatu produk tidak terlepas dari peran besar suatu perusahaan dalam menerapkan manajemen industri.  “Manajemen ini sangat diperlukan untuk merencanakan, mengelola dan mengatur sumberdaya yang dimiliki sehingga mencapai tujuan usaha secara efektif dan efisien," jelasnya (ipb.ac.id)

  • Sejumlah peneliti dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedia (SKHB) IPB University mengembangkan ayam lokal pedaging unggul IPB D1. Ayam IPB D1 diklaim tahan penyakit, tumbuh cepat dan memiliki daging berantioksidan tinggi sebagai pangan fungsional. Peneliti yang terlibat dalam perakitan ayam unggul IPB D1 yaitu Prof Cece Sumantri sebagai ketua, Dr Sri Darwati, Prof Niken Ulupi, Prof Sumiati dan Dr Sri Murtini sebagai anggota.  
     
    Prof Cece menerangkan, pembentukan ayam IPB D1 merupakan langkah yang sangat strategis. Hal ini karena dalam rangka menjaga ketahanan pangan dan kemandirian pangan protein hewani yang berasal dari ayam lokal di masyarakat pedesaan. 

    Pakar ayam dari IPB University itu melanjutkan, berkembangnya industri pembibitan, pakan serta teknik budidaya ayam lokal diharapkan dapat mengurangi ketergantungan daging maupun telur dari ayam ras yang bibit dan pakannya masih berbasis impor. Dengan demikian, katanya, agribisnis peternakan ayam lokal dapat berkembang dengan baik terutama di pedesaan yang secara langsung akan menggerakan perekonomian pedesaan.

    Prof Cece menjelaskan, Ayam IPB D1 dikembangkan oleh Tim Fakultas Peternakan IPB University sejak tahun 2010. Ayam lokal tersebut merupakan persilangan dari jantan F1 (Pelung x Sentul) dengan betina F1 (kampung x Parent Stock Cobb pedaging). Secara genetik, ayam IPB D1 mempunyai komposisi gen ayam pelung : sentul : kampung: Cobb, masing-masing sebesar 25 persen. 

    Dosen IPB University itu menjelaskan, ayam IPB D1 disilangkan sesamanya sampai generasi ke-5 dan dilakukan seleksi melalui penggunaan genetika molekuler. 

    Penelitian ayam IPB University untuk bidang Pemuliaan dan Genetika Ternak dikerjakan oleh Prof Cece Sumantri dan Dr Sri Darwati. Sementara, teknik budi daya dikerjakan oleh Prof Niken Ulupi, dan terkait ketahanan penyakit dilakukan oleh Dr Drh Sri Murtini serta untuk bidang pakannya dikerjakan oleh Prof Sumiati. Tak hanya itu, riset ini juga dilengkapi dengan aspek teknologi hasil ternak oleh Prof Irma Isnafia Arief serta aspek sosial ekonomi peternakan dan pemasarannya oleh Dr Lucia Cyrilla.

    Pada Tahun 2019, Ayam IPB D1 telah ditetapkan sebagai rumpun baru ayam lokal pedaging unggul dengan SK No.693/KPTS/PK.230/M/9/2019. Ayam IPB D1 diklaim memiliki kemampuan tumbuh cepat, kualitas daging baik, dan tahan terhadap penyakit Newcastle Disease (ND) dan Salmonella.

    Prof Cece melanjutkan, pengembangan ayam IPB D1 sejak tahun 2020 ditargetkan untuk mendapatkan calon galur induk betina IPB D2 (female line). Indukan tersebut diharapkan dapat lebih tahan lagi terhadap penyakit terutama ND. Serta calon galur pejantan IPB D3 (male line) yang lebih cepat tumbuh lagi. 

    “Dengan demikian, akan menghasilkan ayam IPB D1 upgrade yang lebih unggul, baik dalam ketahanan penyakit, pertumbuhan dan kualitas dagingnya terutama kandungan mineral Fe dan Zn pada dagingnya,” kata Prof Cece.

    Ia berharap, pada tahun 2024 untuk galur IPB D2 dan tahun 2026 untuk galur IPB D3 dapat disetujui untuk dilepas sebagai galur baru oleh Tim Komisi Penetapan dan Pelepasan Rumpun dan Galur Ternak, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

    Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan, ayam IPB D1 memiliki bobot berkisar antara 0,9 - 1,1 kilogram pada umur 10 minggu, ketahanan terhadap penyakit ND tinggi, produksi telur mencapai 45 persen, kandungan mineral pada daging yang tinggi dan proporsi daging dada mencapai 20 persen. 

    Sementara, ayam IPB D2 memiliki bobot sekitar 1,0 - 1,3 kilogram pada umur 10 minggu, ketahanan terhadap penyakit ND yang tinggi, kandungan mineral pada daging yang tinggi dan proporsi daging dada mencapai 20 persen, serta kemampuan produksi telur mencapai 50 persen. 

    Adapun ayam IPB D3 dapat menghasilkan bobot lebih dari 1,3 kilogram pada umur 10 minggu, ketahanan terhadap penyakit ND yang tinggi, proporsi daging dada mencapai 20 persen, serta kemampuan produksi telur mencapai 45 persen.

    Terkait pengembangan, Prof Cece mengaku telah menjalin kerja sama dengan beberapa mitra. Ia menjelaskan, kerjasama dengan mitra dari industri sudah dilakukan sejak tahun 2017 dengan Ir Bambang Krista MM dari UD Citra Lestari Farm sebagai Licensor ayam IPB D1. Dalam pengembangannya selain perbanyakan rumpun ayam IPB D1, calon galur IPB D2 dan calon IPB D3 juga melakukan IPB Final stock, yaitu dengan menyilangkan pejantan IPB D1 dengan betina dari UD Citra Lestari Farm. Program tersebut dilakukan melalui program Riset inovatif Produktif RISPRO-LPDP periode 2020-2023. 

    Tidak hanya itu, tim IPB University juga menjalin kerja sama dengan mitra dari kelompok peternak Sinar Harapan Farm (SHF) dari Jampang Tengah, Sukabumi sejak tahun 2015. Kelompok peternak tersebut diketuai oleh Ali Mustofa, alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan. Kerjasama dijalankan melalui skim program CPPBT/Prastartup (Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi) pada tahun 2018 dan program Startup 2021 dan RISPRO-LPDP 2020- 2023. Tim IPB University juga menjalin kerjasama dengan kelompok peternak dari Boyolali yaitu PT Nutfah Unggul Inti Makmur (NUI) melalui program Rispro LPDP 2020-2023 dan program pra startup pada tahun 2022.

    Pada 10 Agustus 2022 bertepatan dengan Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas), IPB University melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) melakukan launching inovasi varietas ayam ini, bertempat di Gedung rektorat, Kampus Dramaga, Bogor (ipb.ac.id)

  • Tim Program Peningkatan Kapasitas Ormawa (PPKO) Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University menggelar pelatihan pembuatan eco enzyme dan ecobrick di Desa Sinar Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 25/8. Pelatihan ini sebagai upaya penanganan limbah sampah organik dan sampah anorganik untuk mewujudkan ecopreneur dan green economy.

    Nurlita, mahasiswa IPB University, menyampaikan pelatihan ini bertujuan untuk melatih para Ibu Rumah Tangga untuk memanfaatkan limbah rumah tangga yang mereka hasilkan. Limbah tersebut diolah menjadi eco enzyme dan ecobrick. 

    “Pembuatan eco enzyme memanfaatkan limbah sampah organik, seperti kulit buah dan sayuran. Sedangkan pembuatan ecobrick memanfaatkan limbah anorganik, seperti sampah plastik dan bekas botol air mineral,” kata Nurlita, Ketua Tim PPO Himasiter IPB University.

    Nugrahini Rahayu selaku narasumber mengatakan, eco enzyme merupakan cairan alami serbaguna. Cairan ini dapat diperoleh dari hasil fermentasi campuran gula, sisa buah-buahan atau sayuran, dan air. Ia mengajak para Ibu Rumah Tangga untuk membuat eco enzyme yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti cairan pembersih, sabun, shampo, toner, pasta gigi, detoks, hand sanitizer, mengatasi bekas luka, pupuk, dan obat pestisida. 

    Ketua Agrianita Fakultas Peternakan IPB University, Dwi Dasawati, menambahkan pembuatan ecobrick ini berfokus untuk mengurangi sampah plastik. Hasil ecobrick ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai tempat duduk dan meja di taman pojok ‘HAYUK Resik’, serta dapat dijual ke e-commerce.

    Thomas, selaku Ketua RT 05/Rw 01 mengatakan, eco enzyme dan ecobrick memiliki banyak sekali manfaatnya. Eco Enzyme dapat dimanfaatkan sebagai desinfektan yang mampu membunuh kuman dan jamur, sehingga mampu menjadi alternatif pembersih lantai. Selain itu ecobrick dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan untuk membuat kursi, meja, dan kerajinan lainnya.

    “Pengetahuan mengenai eco enzyme dan ecobrick merupakan hal baru yang ada di Desa Sinarsari. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya untuk
    pemberdayaan masyarakat desa,” kata Thomas. 

    Oleh karena itu, katanya, kegiatan eco enzyme dan ecobrick merupakan inovasi baru di Desa Sinarsari dan memiliki manfaat bagi lingkungan dan sosial. Pelatihan ini diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat Desa Sinarsari yang awalnya menganggap bahwa sampah yang dihasilkan dari limbah rumah tangga tidak dapat dimanfaatkan menjadi produk dengan nilai fungsional dan nilai ekonomis (ipb.ac.id)

  • Tim Program Matching Fund Kedaireka tahun 2022 dengan tema Hilirisasi Produk Pakan Ternak dan Hewan Kesayangan Berbasis Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) tahun ini menggandeng mitra
    Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan. Upaya tersebut ditempuh untuk menuntaskan masalah sampah organik menjadi kompos dan pakan ternak di Pasar Plaosan. 

    Program yang diketuai oleh Prof Dewi Apri Astuti,  Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University mengawali kegiatan dengan pelatihan pengolahan limbah organik sebagai pakan larva BSF secara hybrid, 17-18/9. Pada hari kedua dilakukan praktik budidaya BSF dan pembuatan pelet pakan ternak di pasar Plaosan, Magetan, Jawa Timur.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana, mengatakan, pelatihan ini  dalam rangka menyelesaikan masalah sampah organik melalui pengolahan menggunakan BSF. Nantinya, produk turunan yang dihasilkan akan digunakan sebagai pakan ternak untuk memberikan manfaat dan impact bagi masyarakat. 

    Sementara, Wakil Rektor IPB University, Bidang Inovasi dan Bisnis, Prof Erika B Laconi yang bergabung secara virtual, berharap, kegiatan ini dapat memberikan dampak yang besar dalam pengembangan bisnis kompos dan pakan ternak di Kabupaten Magetan.

    Dalam materinya, Prof Arief Sabdo Yuwono, menyampaikan tentang biokonversi limbah organik menjadi protein pakan dan kompos. Sedangkan Prof Dewi Apri Astuti membahas topik tentang pemanfaatan larva BSF dan turunannya sebagai pakan unggas, ruminansia dan ikan.

    Prof Dewi Apri, berharap, setelah pelatihan berlangsung, sampah yang ada di pasar Plaosan bisa termanfaatkan dengan baik. Tidak hanya itu, sampah organik yang diolah dapat menghasilkan maggot serta dapat dimanfaatkan sebagai  pakan ternak dan ikan serta menyediakan kompos untuk pertanian sayuran di lahan sekitar telaga Sarangan (ipb.ac.id)

  • Tim IPB University yang terdiri dari Prof Muladno (penggagas Sekolah Peternakan Rakyat/SPR), Prof Drh Agik Suprayogi (Ketua Unit Penyelenggara SPR) dan Arya W Padmodimulyo (Juru Bicara Solidaritas Alumni SPR Indonesia/SASPRI nasional) hadir dalam Dialog Interaktif dengan topik “Sosialisasi Sekolah Peternakan Rakyat” di Studio Program I Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Fakfak, Papua, (20/4). Kehadiran Tim IPB University ke Papua ini sebagai upaya penyebaran SPR ke seluruh Indonesia.
     
    Kegiatan ini terselenggara berkat Kerjasama Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dan RRI Fakfak, Papua.
     “SPR IPB University sampai saat ini sudah berkembang menjadi 61 SPR tersebar di 25 kabupaten dan 12 provinsi di Indonesia. Akan terus tumbuh secara progresif di tanah air,” ujar Prof Muladno selaku Kepala PSP3 IPB University.
     
    Menurutnya SPR IPB University merupakan solusi perbaikan untuk peternakan di Kabupaten Fakfak. Mengingat permasalahan peternakan di wilayah ini bukan semata teknologi, namun kapasitas para peternak yang masih lemah dan adanya kesenjangan pemikiran antara birokrat dengan peternak.
     
    “Oleh karena itu di SPR inilah mereka harus sekolah untuk meningkatkan mental, semangat dan percaya diri dalam bisnis kolektif berjamaah di bidang peternakan. Kurikulum di SPR IPB University, 80 persen adalah bertujuan memperbaiki mental menuju karakter baik bagi mereka. Dan hanya 20 persen membahas teknologi,” jelasnya.
     
    Ia menambahkan, dalam SPR, peternak akan didampingi oleh perguruan tinggi dan melibatkan berbagai pihak unsur. Yaitu pemerintah daerah setempat, swasta dan peternak itu sendiri (konsep Academician-Business-Government-Community/ABGC).  Di saat yang sama Prof Agik juga menyampaikan bahwa perguruan tinggi sesuai dengan tugas dan fungsinya, memiliki tanggung jawab besar dan wajib hadir dalam meningkatkan kapasitas peternak rakyat.
     
    “Kehadiran IPB University di Kabupaten Fakfak bertujuan untuk melakukan koordinasi, konsolidasi dan sosialisasi SPR ke berbagai pihak. Diantaranya dengan Pemkab Fakfak (bupati dan dinas terkait), DPRD Kabupaten Fakfak, perguruan tinggi sekitar (Universitas Papua), swasta setempat (PT Rimbun Sawit Papua), masyarakat/peternak di Distrik Bomberay, Distrik Kokas, Kampung Kinam dan Fior,” ujar Prof Agik.
     
    Partisipasi aktif masyarakat Fakfak dalam dialog interaktif ini sangat tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul.  “Secara umum mereka sangat senang dan berharap banyak pada IPB University sebagai perguruan tinggi besar agar dapat hadir membantu peternakan rakyat di Fakfak. Permasalahan perkandangan, sistem pemeliharaan ranch dan sapi yang masih dilepasliarkan menjadi masalah besar di peternakan sapi di Fakfak. Dampak pemeliharaan sapi yang digembalakan secara lepas liar sangat mengganggu kehidupan bagi masyarakat, mereka tidak bisa berkebun dengan tenang serta mengganggu lalu lintas umum,” ujar Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University ini.
     
    Sementara itu Juru Bicara SASPRI Nasional, Arya menyampaikan bahwa pihak swasta juga sangat diharapkan perannya dalam membangun SPR. Pihak swasta menjadi penghela sisi hilir agar proses bisnis peternakan rakyat dapat berputar terus dan memastikan hilirisasi produksi ternak dapat hadir di tingkat masyarakat konsumen.
     
    Dialog interaktif ini diharapkan mampu menyebarkan informasi sekaligus promosi bagi program unggulan IPB University, yaitu SPR. Kegiatan ini juga menjadi media edukasi bagi warga maupun peternak di Kabupaten Fakfak untuk lebih memahami maksud dan tujuan adanya SPR.  Tindak lanjut dan komitmen IPB University dalam jangka pendek sangat dinanti pemda maupun peternak di Kabupaten Fakfak melalui PSP3 LPPM IPB University sebagai respon dari kegiatan ini (ipb.ac.id)

  • Dalam rangka upaya meningkatkan  kinerja para pegawai agar mampu mengemban    pekerjaannya   dengan   lebih   baik,  efektif    dan efisien, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB menggelar kegiatan Pengembangan Kapasitas atau  Capacity Building  2022 pada 28-30/10. Kegiatan yang bertajuk Fapet Goes to Dieng ini diikuti oleh 44 peserta yang terdiri dari pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, tenaga kebersihan serta Ketua Agrianita Fapet IPB.

    Pelaksanaan kegiatan dilakukan di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah dan bertujuan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia  (SDM) baik sisi pengetahuan, ketrampilan, sikap maupun perilaku dalam proses pengembangan organisasi yang lebih baik. Capacity building "Fapet Goes to Dieng" Fakultas Peternakan IPB memberikan peningkatan kapasitas pengetahuan sosial budaya masyarakat lain, keterampilan untuk meningkatkan kerjasama tim dan problem solving dalam bentuk permainan seru, serta sikap dan perilaku SDM Fapet IPB.

    Salah satu tenaga kependidikan (tendik) yang ikut serta dalam kegiatan capacity building, Pipih Suningsih, S.Pt, M.Si sangat terkesan dengan kegiatan tersebut ‘’Saya  sangat apresiasi dengan kegiatan capacity building di lingkungan kerja Dekanat Fapet. Karena kegiatan ini bertujuan untuk membangun rasa kebersamaan antar pegawai dekanat dalam memecahkan suatu masalah” ujarnya.

    Peserta lain, Mad Haris mengungkapkan kegiatan capacity building ini meningkatkan kinerja pegawai Dekanat Fapet akan bekerja lebih baik dari sebelumnya serta menumbuhkan rasa kebersamaan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga mencapai keberhasilan dan kemajuan untuk unit Dekanat Fapet.

    Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan Dr. Sri Suharti mengapresiasi panitia dan tim yg telah mengkoordinasikan kegiatan ini  sehingga bisa berjalan dengan sukses dan lancar.  “ Semoga kebersamaan yang sudah terjalin selama acara tersebut bisa tetap dilanjutkan dalam kegiatan sehari-hari” harapnya.  

    Ketua Panitia Kegiatan yang juga KTU Fapet, Pungki Prayughi, S.Kom, M.Kom, menjelaskan pada malam kebersamaan disampaikan tujuan organisasi dan apresiasi pencapaian SDM selama ini untuk memberikan motivasi dan arah kreativitas, serta upaya meningkatkan prestasi dalam bekerja kedepan. “Syukur Alhamdulillah acara capacity building Fapet dapat berjalan dengan baik, ucapan terima kasih kepada Pimpinan Fakultas Peternakan IPB, Tim panitia Fapet Goes to Dieng, dan rekan peserta semua, serta Tim Navigatour sebagai fasilitator. Semoga program ini dapat terus berlanjut dan berkesinambungan kedepan untuk meningkatkan performa organisasi dengan peningkatan SDM Fakultas Peternakan IPB. Ahooy...Ahooy...Ahooy” tutupnya dengan semangat (Femmy).

  • Demi meningkatkan kompetensi pemulia tanaman (Co-Breeder) dan mengoptimalkan keragaman genetik tanaman Indonesia dalam sektor pertanian, dua dosen IPB University memaparkan pendekatan dan teknik pemuliaan tanaman yang tepat. Harapannya, Indonesia dapat menjadi pusat pengembangan varietas di masa perubahan iklim.

    Prof Sobir, dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian merekomendasikan pemuliaan partisipatif untuk optimalisasi pemanfaatan sumber daya genetik ini.

    “Saya mengusulkan pendekatan baru yaitu pemuliaan partisipatif sehingga pemulia tidak hanya berasal dari perguruan tinggi dan lembaga pemerintahan saja tapi mendorong petani, individu, hobiis dan pemerhati,” ujarnya dalam seminar bertajuk ‘Peningkatan Kompetensi Co Breeder dalam Rangka Pelepasan Varietas’ yang digelar oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian RI, belum lama ini.

    Prof Sobir menjelaskan, pemuliaan partisipatif diarahkan menjadi pemuliaan formal. Varietas lokal dikembangkan menjadi varietas baru sehingga dapat memberikan manfaat bagi pemulianya untuk diproduksi sebagai benih.

    “Dengan pemuliaan partisipatif ini, varietas lokal dapat dilepas dan didaftarkan langsung untuk produksi benih sehingga dapat memberikan manfaat langsung kepada petani yang menuntut keunggulan benih yang khusus,” lanjutnya.

    Pendekatan ini dinilai dapat mewujudkan penyediaan varietas baru yang lebih berkelanjutan. Pemulia formal berpartisipasi bersama petani pemulia dalam aspek edukatif, konsultatif, kolaboratif dan kolegial.

    Pada kesempatan sama, Prof Luki Abdullah, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan turut menjelaskan teknik pemuliaan tanaman pakan ternak (TPT). Pemuliaan tanaman pakan menurutnya sangat penting karena berhubungan erat dengan penyediaan tanaman pakan sebagai sumber hijauan. 

    “Varietas yang diunggulkan tidak hanya berorientasi pada produksi biomassa dan adaptasi terhadap cekaman, tetapi juga orientasi terhadap kualitas atau nutrisi dan keamanannya,” tutur Prof Luki.

    Ia membagikan beberapa teknik pemuliaan TPT yang berfokus pada parameter anatomi, pertumbuhan dan kualitas nutrisinya. Keberhasilan pemuliaan TPT dapat dinilai berdasarkan hasil pengujian dengan parameter tersebut.

    Namun, kata dia, keberhasilan tersebut ditentukan oleh teknik sampling dan penanganannya. “Kesalahan umum yang terjadi dalam analisa kualitas hijauan adalah dalam penentuan bahan kering hijauan dan penanganan sampel hijauan segar,” imbuhnya.

    Menurut Prof Luki, pelepasan varietas tanaman pakan juga perlu diarahkan sebagai pakan fungsional untuk menjaga produktivitas dan kesehatan ternak. Peran strategis TPT untuk ketahanan pangan sangat mendesak, sehingga perlu teknik pemuliaan dan pengujian varietas yang tepat (ipb.ac.id)