Mengintip Potensi Ekonomi Usaha Ternak Jangkrik
Jangkrik merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, dan terdapat lebih dari 100 spesies jangkrik di Indonesia. Pemanfaatan jangkrik sebagai pakan dan pangan saat ini telah dikembangkan, dan khusus untuk bahan pakan, permintaan jangkrik sangat tinggi. Misalnya di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), permintaannya bisa mencapai 8 kg/toko/minggu.
Menurut Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof. Dr. Ir. Asnath M. Fuah, MS, terdapat tiga jenis jangkrik yang saat ini umum dibudidayakan yakni Gryllus mitratus (jangkrik cliring), G. bimaculatus (jangkrik kalung), dan G. testasius (jangkrik cendawang). Hal itu ia sampaikan pada saat pembukaan Online Training Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik, yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring pada Sabtu, 8 Agustus 2020 lalu. Online Training menghadirkan tiga narasumber yakni Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dewi Apri Astuti, Pengajar Fapet IPB Dr. Yuni Cahya Endrawati, SPt., MSi, dan Ketua Kelompok Ternak Jangkrik Perwira, Bekasi Ahmad Anwari.
Asnath menguraikan, keunggulan beternak jangkrik yakni pemeliharaan mudah, bisa dilakukan oleh orang tua, maupun anak muda, perputaran modal cepat, karena siklus hidup jangkrik cepat, modal relatif kecil karena dapat mengheemat lahan dan pakan, pemasaran relatif mudah, ramah lingkungan, serta harga jual yang cukup tinggi, mencapai Rp 25.000-35.000/kg.
Dalam hal pemasaran, jangkrik memiliki peluang pasar di kalangan peternak reptile seperti kadal, iguana, tokek; komunitas pecinta burung; peternakan ikan hias; peternakan semut rangrang; komunitas pemancing, dan pabrik pakan. jangkrik juga berpotensi pasar di bidang pangan, yakni sebagai tepung jangkrik dan makanan olahan.
Produk usaha jangkrik pun bisa dijual dalam bentuk telur (khusus untuk peternak jangkrik), jangkrik muda (untuk pedagang pengumpul, toko penjual pakan, komunitas pecinta burung, pabrik pakan), maupun dalam bentuk tepung jangkrik sebagai bahan baku pangan olahan.
Untuk perhitungan usaha budidaya jangkrik, Asnath mencontohkan pada pemeliharaan dengan 10 kotak, maka diperlukan telur jangkrik sebanyak 5 kg yang masing-masing harganya berkisar Rp300.000 -ditambah dengan berbagai biaya produksi mulai dari hijauan pakan, tenaga kerja, listrik, penyusutan, maka total biaya produksi adalah sebesar Rp5.500.000. Dengan asumsi penjualan untuk 10 kotak @30kg x Rp25.000, maka dihasilkan pendapatan kotor Rp7.500.000, sehingga keuntungan bersih adalah Rp2.000.000 per periode. (livestock review.com)