Prof Anuraga Jayanegara merupakan dosen IPB University yang berhasil meraih gelar profesor termuda di usianya ke 37 tahun. Ia juga berhasil menyandang gelar Guru Besar IPB University bahkan namanya baru saja masuk daftar Top 2% Scientist in the World tahun 2022. Daftar ilmuwan top ini dirilis Elsevier BV yang diperbarui tiap tahun. 

Dalam acara 2 Hours with ASASI (Akademisi dan Saintis Indonesia) Bincang-bincang bersama top 2% Worlds Scientist, Prof Anuraga mengatakan, kolaborasi riset merupakan salah satu modal untuk menghasilkan berbagai artikel ilmiah yang mampu menembus jurnal internasional.

“Ilmuwan harus mampu mengembangkan diri bersama-sama sehingga mampu memberikan dampak positif yang jauh lebih besar dalam membangun ‘empire’,” katanya. 

Ia menilai, cara membangun kolaborasi riset dapat dimulai dari circle pertemanan paling kecil, yakni kolega di kampus. Ia mencontohkan seperti bersama dengan rekan-rekan satu laboratorium atau divisi keilmuan. Meskipun demikian, membangun bersama kolega terkadang  memiliki realitas yang unik.

“Tentunya dengan berbagai karakter yang ada, kita perlu bersama-sama membangun kolaborasi ini. Apabila ada perbedaan dan perselisihan adalah hal yang wajar, merupakan dinamika orang yang tumbuh bersama,” katanya.

Dosen IPB University itu melanjutkan, ilmuwan harus mampu memisahkan urusan pribadi dan urusan profesional. Di samping bersama kolega, riset kolaborasi juga dapat berbasis mahasiswa. Sebagai dosen, ia melanjutkan, harus memberikan arahan dan bimbingan agar mahasiswa dapat berkembang. Tidak hanya itu, dosen harus membuka ruang untuk mahasiswa menyampaikan ide sebagai kolaborator dan menghasilkan maha karya terbaik.

“Mahasiswa akan merasa nyaman dengan kita dan akan keluar potensinya. Setelah lulus harus dijaga silaturahim agar nantinya dapat dibangun kembali riset bersama terutama karya ilmiah yang dihasilkan rata-rata berkolaborasi bersama mahasiswa,” ujarnya.

Dalam konteks pendidikan atau student based ia mengatakan, dosen harus mampu membentuk mahasiswa dengan nilai-nilai yang baik, menjaga kualitas riset, dan membuat mahasiswa tumbuh sebagai ilmuwan profesional.

Sementara, riset berbasis kolega di luar kampus dapat dimulai dengan berkiprah sebagai anggota dan pengurus asosiasi untuk menguatkan jejaring. Organisasi dapat menjadi wadah bagi ilmuwan untuk saling belajar.

“Kolaborasi riset ini juga dapat berbasis pelatihan. Ilmuwan tidak boleh lalai dalam mengembangkan diri dan menjadi educator terbaik bagi para mahasiswanya. Tentu hal ini bergantung pada inisiatif diri sehingga harus terus aktif dalam menjalin jejaring,” kata Prof Anuraga (ipb.ac.id)