Tingkat konsumsi daging tak meningkat signifikan meskipun pada hari raya Idul Adha. Menurut sejumlah pengamat peternakan dan kesehatan hewan Institut Pertanian Bogor, banyak kalangan masyarakat yang masih menganggap daging hewan ternak menimbulkan penyakit dibandingkan manfaatnya.
Dekan Fakultas Peternakan IPB Mohamad Yamin menjelaskan protein hewani justru berguna mencerdaskan dan menunjang pertumbuhan manusia. "Memang betul ada kaitannya dengan orang yang sakit, tapi lebih karena pola makannya (salah), bukan daging yang dimakannya (tidak sehat)," katanya, Jumat, 1 September 2017.
Akibat propaganda yang keliru, Yamin mengatakan kaum muda yang masih sehat menjadi ikut menghindari makan daging ternak. Padahal, protein hewani sangat mereka butuhkan selama pengolahannya benar dan jumlah daging yang dimakan seimbang dengan sumber makanan lainnya.
Menurut pengamatannya, banyak kesalahan yang ditemukan dalam pengolahan daging hewan ternak sehingga mengurangi kualitas dan rasa olahan daging tersebut. Menurutnya, banyak olahan daging kurang sehat karena terlalu banyak ditambahkan bumbu seperti garam dan lainnya.
Menurut data yang ia peroleh, tingkat konsumsi daging nasional masih rendah, yakni 11,6 kilogram per kapita per tahun. Peringkat Indonesia diakui masih jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia (52,3 kg), Filipina (33 kg) dan Thailand (25,8 kg). Ia menyebut tingkat konsumsi daging di negara maju seperti Amerika dan Australia sudah capai 120 kg dan 111 kg.
"Di samping imej negatif yang dipropagandakan seseorang, ada juga masalah harga (daging dan protein hewani) yang relatif tinggi," kata Yamin. Kondisi itu menurutnya jadi tantangan tersendiri bagi para ahli dan praktisi peternakan. Mereka dituntut memproduksi hewan ternak yang berkualitas namun harganya terjangkau oleh masyarakat (pikiran-rakyat.com)