Inovasi

  • Biodigester merupakan salah satu solusi dalam menghadapi krisis energi di Indonesia, dimana sumber energi fosil dapat digantikan dengan sumber energi terbarukan. Inovasi ini merupakan rancang bangun sistem biodigester semua jadi satu (all in one), dengan konsep pengguna dapat memakai atau mengaplikasi unit biogas serta ringan untuk dibawa.

    Biodigester portabel ini juga kuat, aman, dan tahan tekanan gas yang tinggi. Rancang bangun biodigester dibuat dari plastik yang terdiri dari komponen saluran masukan, pipa pengeluaran gas, kuping untuk pengembang disaluran inlet dan outlet, serta kuping pengembang di badan digester. Dengan biodigester ini, pengguna dapat dengan mudah mengaplikasikan teknologi biogas tanpa mengeluarkan biaya tinggi.
     
    Perspektif:
    Menggabungkan dua pilihan, portabilitas dan daya tahan yang biasanya saling bertentangan, menjadi sebuah pilihan baru yang tidak hanya lebih baik, namun juga lebih murah
     
    Keunggulan Inovasi:
    • Portabel sehingga praktis dibawa dan digunakan, aman, murah terbuat dari bahan plastik dan juga sangat mudah aplikasinya
    • Mudah dipasang (all in one), tanpa harus membeli bahan tambahan
    • Teknologi ramah lingkungan
    • Mendorong tumbuhnya industri rumah tangga di pedesaan
    • Tersediannya energi terbarukan yang murah bagi petani/peternak
    • Meningkatnya produktivitas pertanian dengan pemanfaatan limbah
    Potensi Aplikasi:

    Teknologi biogas ini dapat diaplikasikan di masyarakat secara luas, khususnya untuk masyarakat peternak


    Inovator


    Nama : Ir. Salundik, M.Si; Ir. Zulfikar Moesa, M.S; A. Yani, S.T.P, M.Si
    Institusi : Institut Pertanian Bogor
    Alamat : Direktorat Riset & Kajian Strategis Gedung Andi Hakim Nasoetion Lt. 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
    Status Paten: Dalam Proses Pengajuan

  • Penyediaan pakan kaya serat bagi ternak Ruminansia seperti sapi, domba, dan kambing menjadi tantangan ketika jumlah hijauan berkurang, atau tidak tersedia dipasar. Hal ini coba disiasati dengan menggunakan limbah tanaman jagung yang merupakan salah satu sumber pakan ternak ruminansia alternatif berkualitas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dengan biaya yang rendah.

    Dengan teknik pencetakan, pemanasan, dan pengepresan memungkinkan pembuatan pakan ternak dalam bentuk biskuit sehingga awet, mudah, dan berkualitas. Kandungan serat yang tinggi dalam biskuit ini memungkinkan ternak untuk tetap mendapatkan asupan serat ketika jumlah dan kualitas hijauan menurun, seperti pada musim kemarau.

    Perspektif:
    Memperpanjang umur simpan (shelf life) pakan ternak, menggunakan bahan alami yang merupakan limbah, dengan teknik yang sederhana dan ekonomis, bisa menjadi substitusi inovatif dan suplemen atas pakan ternak yang ada terutama di masa paceklik.

    Keunggulan Inovasi:

    • Dapat meningkatkan rataan konsumsi, pertambahan bobot, dan efisiensi pakan
    • Merupakan pakan komersil pengganti serat untuk ternak ruminansia
    • Dapat dibuat dengan memanfaatkan limbah pertanian sehingga harganya murah
    Potensi Aplikasi:

    Dapat diaplikasikan dalam industri pakan ternak


    Inovator


    Nama :Dr.Ir Yuli Retnani, M.Sc; Ir. Lidy Herawati, M.S; Weny Widiarti, S.Pt
    Institusi :Institut Pertanian Bogor
    Alamat :Gedung Rektorat Lt. 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
    Status Paten:Dalam Proses Pengajuan
     
     
  • Biskuit daun pepaya merupakan pakan suplemen yang dapat memacu produksi susu dari hewan ternak kambing. Semakin banyak ternak kambing mengonsumsi biskuit daun pepaya, maka semakin tinggi produksi susu kambing perah yang dapat dihasilkan.

    Kandungan nutrisi biskuit daun pepaya memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu mencapai 33,86%. Selain itu, pemberian biskuit daun pepaya berpengaruh terhadap kualitas susu kadar lemak (10,62%), protein (7,63%) dan kandungan
    laktosa (4,85%).

    Biscuits made from papaya leaves are a goat feed supplement that is high in protein (33.86%) and boosts milk production. The more papaya biscuits are fed to the goats, the higher the milk production; with up to 44.95% increase in production for goats fed with 15% papaya leaf biscuit, compared to the control group. The biscuit intake also has an effect on the fat (10.62%), protein (7.63%), and lactose (4.85%) contents of the milk.
    Perspektif: Biskuit pakan yang berkualitas tinggi ini tahan lama, mudah ditangani serta dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.

    Keunggulan Inovasi:

    » Teknologi pengolahan biskuit pakan yang mudah, awet, dan murah
    » Biosuplemen pakan sebagai pemacu produksi susu dari bahan alami yang aman dikonsumsi ternak
    » Menghasilkan produk susu yang aman bagi konsumen

    Potensi Aplikasi:

    » Selain murah juga praktis. Karena berbentuk biskuit, maka mudah dalam penyimpanan maupun pengangkutan
    » Memiliki daya tahan yang cukup lama dan dapat disimpan sebagai bahan persediaan pakan pada saat musim kemarau


    Inovator

    Nama : Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc, Agr Nur Rochmah Kumalasari, S.pT, M.Si
    Institusi : Institut Pertanian Bogor
    Alamat : Institut Pertanian Bogor Direktorat Riset dan Inovasi IPB Gedung Rektorat Andi Hakim Nasoetion Lt. 5 Kampus IPB Dramaga 16680 Bogor
    Status Paten: Dalam Proses Pengajuan

  • Penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah stroke dan jantung koroner yaitu mencapai 21.1 persen dan 12.9 persen dari total 41.590 kematian. Selain itu prevalensi defisiensi vitamin A di Indonesia masih tinggi (severe subclinical) dan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.

    Komoditi telur dan daging unggas mempunyai peranan yang sangat penting untuk membantu mengatasi masalah ini. Namun tingkat kolesterol telur ayam, telur bebek dan telur puyuh tergolong tinggi, yang paling tinggi adalah telur puyuh. Namun tingkat keseimbangan kandungan omega 3 dan omega 6 pada telur puyuh paling baik jika dibandingkan telur ayam dan telur bebek. Demikian dikatakan Guru Besar Tetap Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Sumiati, M.Sc dalam jumpa pers pra Orasi Ilmiah di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (20/7).

    Pangan yang aman dikonsumsi manusia dari segi kesehatan harus mengandung asam lemak omega 3 dan omega 6 dengan rasio satu banding empat (1:4) dan satu banding sepuluh (1:10). Oleh karena itu, dalam beberapa risetnya Prof. Sumiati menciptakan beberapa desain telur dan daging unggas (ayam, itik dan puyuh) fungsional.

    Rasio berimbang satu banding empat (1:4) ini mampu menurunkan kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 70 persen. Sementara rasio sebesar satu banding lima (1:5) sangat baik untuk penderita asma.

    “Riset yang telah kami lakukan dalam beberapa tahun terakhir adalah desain telur kaya omega 3, desain telur dengan rasio omega 3 dan omega 6 berimbang, desain telur rendah kolesterol, desain telur kaya vitamin A dan desain telur kaya antioksidan. Untuk daging, kami membuat desain daging unggas fungsional rendah lemak dan kolesterol, tinggi vitamin A dan asam lemak omega 3,” ujarnya.

    Prof. Sumiati melakukan rekayasa pakan pada ternak dengan memanfaatkan limbah pengolahan ikan lemuru berupa minyak ikan, minyak sawit, indigofera zollingeriana, daun katuk, lada hitam, choline chloride, ampas tahu, daun singkong, daun salam dan daun kayambang. Contohnya adalah penambahan minyak ikan lemuru 2 persen dan tepung daun singkong 11 persen dalam pakan dapat menurunkan kadar lemak daging itik.

    “Tepung daun katuk terbukti dapat meningkatkan kandungan vitamin A pada daging puyuh. Selain itu desain daging ayam kaya omega 3 dapat dilakukan dengan penggunaan minyak ikan pada ransum ayam broiler,” terangnya.(ipb.ac.id)

  •  

    Produksi keju di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan ditunjukkan oleh jumlah impor keju yang semakin meningkat. Peningkatan impor keju yang cepat belakangan ini, antara lain adalah akibat kemampuan produksi keju lokal yang rendah. Produksi keju yang rendah diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain keterbatasan bahan baku koagulan rennet.

    Abomasum domba lokal memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi bahan baku rennet. Waktu koagulasi susu dalam pembuatan keju dengan menggunakan tablet rennet instan adalahsekitar 30 menit  karena tablet tersebut mengandung CaCl2 yang berfungsi membantu agregasi kasein misel dalam susu dan adanya penambahan bakteri probiotik yang hasil fermentasinya membuat aroma dan  rasa lebih disukai.

    Rennet is an enzyme used in coagulating milk proteinase in cheese making. Local sheep abomasum has great potential  to be used as materials to produce sheep rennet. Coagulation time of milk in cheese making using rennet tablet is about 30 minutes because of CaCl2, which help the aggregation of casein micelles in milk and the addition of probiotic bacteria fermentation makes the aroma and flavor are preferred.

    Perspektif: Hambatan dalam berinovasi seringkali bukan tembok batu besar yang menghadang, tetapi kerikil kecil yang membuat kita tersandung. Kemampuan kita memproduksi rennet domba lokal adalah seperti menyingkirkan kerikil-kerikil kecil yang membuat kita terus-terusan mengimpor keju, padahal kita seringkali memiliki banyak susu domba tersisa.

    Keunggulan Inovasi :

    •     Bahan baku yang tersedia melimpah.
    •     Kebutuhan rennet dalam negeri cukup besar, melihat terus meningkatnya volume keju impor.
    •     Rennet lokal lebih praktis dan mudah dalam penggunaan, penyimpanan, serta pendistribusiannya.
    •     Memberikan nilai tambah bagi hasil ikutan rumah pemotongan hewan.
    •     Dilengkapi bakteri probiotik sehingga aromanya lebih disukai dan lebih sehat.

     

    Potensi Aplikasi :

    Inovasi rennet lokal dengan bakteri probiotik membantu industri rumah tangga dan UKM dalam negeri agar bisa membuat keju domba mereka sendiri, menciptakan nilai tambah, atau menjadi alternatif pemanfaatan kelebihan susu domba yang mereka hasilkan.

    Inovator :

    Nama :  Muhammad Tegar KK; Siti Aminah; Dr. Ir. Rarah RAM, DEA; Sutriyo M.Si. Apt

    Institusi :

    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
    Alamat : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Alamat : Gd. Fakultas Peternakan IPB Lt 3 Wing 1 Jl. Agatis Kampus IPB Bogor 16680

    Status Paten:

    Dalam Proses Pengajuan

     

  • Pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dibutuhkan untuk menghasilkan produk telur puyuh dengan kualitas yang baik. Kebutuhan nutrisi juga dapat dipenuhi melalui penambahan suplemen cair untuk mengurangi stress panas dan meningkatkan produktivitas. Belimbing wuluh memiliki berbagai kandungan nutrisi, antara lain flavonoid, triterpenoid atau steroid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C. Vitamin C merupakan antioksidan yang telah terbukti dapat menangkal stress pada ayam yang dipelihara pada suhu tinggi.

    Kandungan vitamin C pada belimbing wuluh cukup tinggi yaitu sebanyak 25 ml dalam 100 g belimbing wuluh segar. Kandungan asam sitrat dalam buah ini mencapai 92-133 meq asam/100 g total padatan. Asam sitrat tersebut berperan sebagai acidifier. Acidifier secara umum dapat menggantikan peranan antibiotik, meningkatkan kualitas telur, menyeimbangkan mikroflora saluran pencernaan, meningkatkan absorbsi sari makanan dalam usus halus dan meningkatkan keuntungan.

    Melihat potensi itu, Muhammad Rizqi Ramdhani mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Ketua PKMPE (Program Kreatifitas Mahasiswa, Penelitian) beserta anggotanya yaitu Nola Okivita Imama, Lylya Wahyuni, Vitya Lana Larasati dan Ahmad Rafli Fahmi melakukan percobaan tentang pemanfaatan belimbing wuluh dalam budidaya burung puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian sari belimbing wuluh sebagai air minum puyuh terhadap produktivitas telur puyuh. Dan menentukan dosis yang tepat dalam pemberian air minum sari belimbing wuluh pada puyuh.

    ”Kami ingin mengangkat belimbing wuluh yang melimpah buahnya. Kami memilih bahan baku tersebut sebagai antibiotik alami dan salah satu alternatif pengganti antibiotik komersial. Selain itu kandungan vitamin C belimbing wuluh cukup banyak. Asupan vitamin C pada ternak dapat menurunkan tingkat stress. Stress yang berlebih akan mempengaruhi kualitas telurnya seperti tidak memiliki kerabang dan lain-lain. Selain itu vitamin C ini dapat memperbaiki kualitas kerabang telur,”tutur Rizqi.

    Percobaan ini dilaksanakan selama 30 hari pemeliharaan di peternakan Slamet Quail Farm (SQF) dan 30 hari di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB. Pembuatan sari belimbing wuluh dilakukan dengan mencuci buah belimbing wuluh kemudian dihaluskan dengan menambahkan air dan diblender secara bersamaan. Hasil dari belimbing wuluh yang sudah halus disaring dan diambil sarinya saja. Sari belimbing wuluh yang sudah jadi ditambahkan dalam air minum ternak.

    ”Metode penelitian ini cukup simpel, belimbing wuluh hanya di blender dan disaring menggunakan kain, hal ini bertujuan untuk memudahkan peternakan rakyat mengimplementasikan penelitian ini, pemberian pada puyuh menyesuaikan dengan uji daya hambat bakteri sehingga memakai konsentrasi  2,5% dan 5%,” jelasnya Rizqi.

    Pengujian dilakukan selama 42 hari dengan menggunakan sebanyak 240 ekor burung puyuh (siap bertelur) dengan empat perlakuan dan empat kali ulangan. Tiap ulangan dipelihara sebanyak 15 ekor burung puyuh. Perlakuan yang diberikan yaitu P1 (air minum + Vitachick), P2 (air minum + 15% Sari Belimbing Wuluh), P3 (air minum + 30% Sari Belimbing Wuluh), dan P4 (air minum + 45% Sari Belimbing Wuluh). Tim ini mengamati performa burung puyuh yang terdiri atas konsumsi pakan, produksi telur dan massa telur.

    ”Perkembangan parameternya hampir sama seperti kontrol. Artinya sejauh ini perlakuan yang diberikan bisa diimplementasikan dalam dunia peternakan. Produktifitas yang kami maksud bukan dari peningkatan jumlah telurnya (burung puyuh sehari hanya bertelur 1 butir, bahkan ada yang dua hari sekali). Produktifitas disini adalah kualitas telurnya, seperti kualitas fisik maupun kimia” pungkas Rizqi.(ipb.ac.id)

  • Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang masih memiliki produktivitas relatif rendah dibandingkan dengan ayam ras. Ayam kampung memiliki keunggulan pada tingkat adaptasi, ketahanan terhadap panas, dan ketahanan terhadap penyakit yang tinggi. Ayam kampung juga memiliki rasa yang enak dan aroma khas yang berkaitan dengan kandungan lemak di daging. Akan tetapi, rendahnya produktivitas ayam kampung berbanding terbalik dengan permintaan konsumsi daging ayam kampung di masyarakat. Karena itu, perlu dilakukan peningkatan produktivitas ayam kampung melalui seleksi.

    Produksi daging ayam kampung hanya menyumbang 15.13 persen dari total produksi daging unggas dan 10.26 persen dari total produksi daging ternak Indonesia. Dengan demikian, ayam kampung mempunyai potensi untuk dapat ditingkatkan sebagai pemenuhan program ketahan pangan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ayam kampung adalah melalui seleksi berbasis marka genetik (sifat pertumbuhan dan kualitas daging).

    Terdapat dua gen yang mengontrol yaitu gen IGF2 (Insuline-like Growth Factor 2) dan FMO3 (Flavincontaining monooxygenases 3) sebagai gen pengontrol pertumbuhan dan kualitas karkas dapat digunakan sebagai gen potensial dalam seleksi berbasis marka genetik untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung.

    Mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) Rindang Laras Suhita melakukan penelitian berjudul “Keragaman Gen IGF2 dan FMO3 serta Asosiasinya terhadap Bobot Potong dan Sifat Fisik Daging pada Ayam Kampung”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. agr Asep Gunawan, Prof. Dr. Cece Sumatri dan Dr. Niken Ulupi. 

    Penelitian terdiri atas dua tahap yaitu analisis keragaman gen IGF2 dan FMO3 pada dua populasi ayam kampung serta beberapa ayam lokal sebagai pembanding. Sampel yang digunakan sebanyak 118 sampel ayam kampung untuk gen IGF2 yang terdiri atas kampung populasi 12 minggu, dan kampung populasi 26 minggu. Sebanyak 129 sampel darah ayam kampung yang digunakan untuk gen FMO3 terdiri atas 6 populasi yaitu broiler, kampung, sentul, merawang, pelung, dan nunukan.

    Ayam kampung yang digunakan untuk asosiasi sebanyak 118 ekor untuk bobot karkas dan potongan komersial serta 56  ekor untuk sifat fisik karkas. Genotyping dilakukan menggunakan metode PCR-RFLP (Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism). Analisis data yang dilakukan yaitu frekuensi genotipe, frekuensi alel, heterozigositas, keseimbangan Hardy-Weinberg dan asosiasi data genotipe dengan fenotipe menggunakan General Linear Model (GLM).

    Hasil menunjukkan gen IGF2 pada dua populasi ayam kampung bersifat polimorfik dan gen FMO3 pada semua populasi bersifat monomorfik. Gen IGF2 pada populasi ayam kampung 12 minggu memiliki keragaman yang rendah dan pada populasi 26 minggu memiliki keragaman yang tinggi sedangkan pada gen FMO3 tidak ditemukan keragaman. Ditemukan asosiasi secara suggestive gen IGF2 dengan bobot paha bawah pada ayam kampung 26 minggu. Tidak ditemukan asosiasi antara keragaman gen IGF2 dan FMO3 terhadap bobot potong dan sifat fisik karkas pada ayam kampung.(ipb.ac.id)

  •  

    Dr. Ir. Luki Abdullah dari Fakultas Peternakan, Insitut Pertanian Bogor, menghasilkan sebuah inovasi berupa pakan ternak "Indigofeed". Kata "Indigofeed" sendiri berasal dari gabungan "indigofera" dan "feed". Kata pertama berarti jenis daun yang banyak tumubuh di tanah Indonesia. Sementara "feed" bermakan "memberi makan" dalam bahasa Inggris.

    Produk pakan ternak Indigofeed ini memiliki kelebihan daripada pakan ternak kambing kebanyakan. Pertama, harganya yang cukup hemat sehingga peternak yang sebagian besar masih terkendala biaya bisa sedikit bernapas lega dan meraih untung yang lebih tinggi. Kedua, pakan Indigofeed menurut percobaa dapat menggenjot produksi susu kambing hingga 18%. Ketiga, bobot kambing yang diberikan Indigofeed juga mengalami kenaikan signifikan hingga 75%. Keempat, Indigofeed lebih praktis, mudah dibuat, lebih mudah disimpan, didistribusikan dan digunakan oleh peternak secara umum

  • Fatatul Arifah, mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB) meneliti tentang performa dan profil mikroba rumen kambing peranakan etawah lepas sapih yang diberi ransum mengandung tepung jangkrik. Penelitian ini di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti dan Dr. Sri Suharti. Kambing peranakan etawah (PE) memiliki ukuran tubuh tidak terlalu besar, mudah beradaptasi, perawatan yang mudah, cepat berkembangbiak dengan daya reproduksi tinggi, efisien dalam mengubah pakan menjadi susu, jumlah anak per kelahiran sering lebih dari satu, calving interval pendek, dan pertumbuhan anak cepat. Kambing yang diambil susunya ini mengalami tingkat kematian anak kambing lepas sapih sekitar 15 persen – 20 persen. Selain itu, kambing ini kadang produktivitasnya rendah akibat kurang optimalnya pemberian pakan pada saat lepas sapih.

     Ketersediaan pakan yang tidak berkesinambungan serta rendahnya kualitas pakan menyebabkan kambing kekurangan asupan nutrien yang diperlukan untuk mencapai produktivitas optimal. Peningkatan produktivitas yang optimal perlu diupayakan dengan cara memenuhi kebutuhan gizinya. Masa kritis yang perlu memperhatikan kecukupan gizi adalah pertumbuhan lepas sapih, masa reproduksi, dan saat menyusui.

     Permasalahan lain yang dihadapi yaitu pakan dengan protein tinggi relatif mahal, sehingga dibutuhkan alternatif bahan pakan sumber protein lain. Tepung jangkrik merupakan alternatif pakan sumber protein (48,84 persen) yang dapat menggantikan bungkil kedelai. Jangkrik Kalung merupakan serangga yang memiliki daya reproduksi tinggi, mudah dipelihara, mengandung kadar protein dan lemak cukup tinggi. Jangkrik ini merupakan limbah dari induk-induk jangkrik afkir yang produksi telurnya sudah kurang dari 50 persen. Pemberian pakan yang mengandung protein tinggi bagi ternak tumbuh sangat diperlukan sekaligus akan mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama bakteri proteolitik dan juga aktivitas mikroba dalam rumen. Kambing lepas sapih memerlukan protein berkualitas di dalam ransumnya untuk menunjang pertumbuhan.

     Penelitian ini dilaksanakan pada November 2015 hingga Maret 2016 bertempat di Fakultas Peternakan IPB. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan empat ulangan sebagai kelompok berdasarkan bobot badan. Penelitian dilakukan selama lima bulan, menggunakan sebanyak 12 ekor kambing umur tiga bulan dengan rata-rata bobot badan 11.28 ± 0,33 kilogram. Perlakuan pada penelitian ini konsentrat mengandung sumber protein bungkil kedelai (P0), konsentrat mengandung 15 persen tepung jangkrik (P1), dan konsentrat mengandung 30 persen tepung jangkrik (P2). Semua ternak diberi 30 persen rumput Brachiaria humidicoladan 70 persen konsentrat.

     Hasil penelitian menunjukkan perlakuan ini tidak memberikan pengaruh konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar, pertambahan bobot badan mingguan, efisiensi pakan, populasi protozoa, bakteri total, bakteri proteolitik, dan total protein endapan. Perlakuan pemberian ransum mengandung 30 persen tepung jangkrik cenderung menurunkan populasi protozoa sebesar 8,16 persen. Perlakuan ini tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar, pertambahan bobot badan mingguan, efisiensi pakan, populasi protozoa, bakteri total, bakteri proteolitik, dan total protein endapan. Disimpulkan bahwa tepung jangkrik dapat menggantikan seluruh penggunaan bungkil kedelai dalam ransum tanpa mempengaruhi performa dan profil mikroba rumen kambing PE lepas sapih.(ipb.ac.id)

  •  

    Lumpur sawit kaya mengandung linolenat (Omega-3) sehingga bisa dijadikan suplemen pakan untuk meningkatkan mutu susu kambing. Namun Omega-3 dalam lumpur sawit mudah terdegradasi di dalam rumen kambing. Ampas teh yang kaya akan tanin dapat memproteksi kandungan Omega-3 pada lumpur sawit sehingga dapat tersintesis di dalam susu kambing.

    Sinergi kedua jenis limbah, lumpur minyak sawit dan ampas teh, sebagai suplemen pakan kambing perah terbukti meningkatkan kandungan Omega-3 dalam susu kambing, juga berpotensi menekan biaya konsentrat pakan bagi peternak, dan sekaligus memecahkan masalah pencemaran lingkungan dari pabrik minyak sawit dan pabrik teh siap saji.

    Palm oil waste is rich with lonoleant (Omega-3). Tea leave is rich with tanin which can prevent lonoleant from degrading easily. Synergizing those wastes into goat feed will ensure the production of Omega-3 rich healthy goat milk. This also solve waste disposal problems faced by palm oil producer and tea drink factories.
    Perspektif: Limbah bisa dimaknai sebagai ketidak-mampuan manusia menyambungkan kembali ekosistem yang diputuskannya. Ilmu dan teknologi masa depan hendaknya diarahkan untuk menyambung kembali, bukannya memutuskan lebih banyak rantai ekosistem.

    Keunggulan Inovasi:

    •     Mudah untuk diaplikasikan oleh peternak kambing perah, untuk meningkatkan mutu susu.
    •     Bahan baku dari limbah industri yang murah dan melimpah.
    •     Bisa mengurangi biaya petani untuk membeli konsentrat pakan.
    •     Produk susu yang dihasilkan lebih bergizi, memiliki cita rasa gurih dan aroma yang disukai.

    Potensi Aplikasi:

    Peternak dan pengusaha kambing perah


    Inovator
    Nama : Siti Syafa’ah; Muh. Arifin; Tekad Urip Pambudi; Edgina Burton; Aulia Irhamni Fajri; Ir. Anita S. Tjakradidjaja, Mrur.Sc,
    Institusi : Institut Pertanian Bogor
    Alamat : Kantor Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB Gedung Rektorat Andi Hakim Nasoetion Lt. 5 Kampus IPB Darmaga – Bogor 16680
    Status Paten: Dalam Proses Pengajuan

  • Mentega adalah produk olahan krim susu yang umunya berasal dari susu sapi. Penggunaan susu kambing untuk mentega jarang dilakukan karena bau khas prengus (goaty) yang kurang disukai. Padahal susu kambing murah dan kaya manfaat, pemeliharaan kambing pun relatif lebih mudah dibanding sapi.

    Inovasi dengan menggunakan bakteri probiotik Lactobacillus acidophilus dapat menghasilkan senyawa aromatik yang menyamarkan bau prengus mentega susu kambing. Pemberian pakan ternak dengan limbah minyak ikan memastikan kandungan Omega 3 pada susu dan mentega, ditambah dengan serat dan antioksidan dari bayam dan wortel.

    Butter from goat milk is not common and smells goaty, though goat milk is rich in wellness, nutritious, and relatively cheap. This innovation introduces probiotic bacteria Lactobacillus acidophilus in the fermentation process that produces a specific aroma that covers the goaty smell. The butter is also rich with fiber and antioxidants from spinach and carrots, plus Omega 3 by feeding the cattle with fish oil byprodutcs.
    Perspektif: Inovasi yang hebat terjadi bila kita bisa memanfaatkan sumber daya yang tersedia, kemudian mampu menghasilkan nilai yang lebih baik dari yang terbaik.

    Keunggulan Inovasi:

    •     Bau prengus mentega kambing tersamarkan.
    •     Pemanfaatan limbah minyak ikan lemuru sebagai pakan ternak menambah kandungan Omega 3
    •     Kaya serat dan antioksidan dari bayam dan wortel.
    •     Antioksidan sebagai pengawet alami mencegah bau tengik akibat proses oksidasi alami mentega.

    Potensi Aplikasi:

    Dapat dikembangkan di industri pangan terutama pembuatan mentega dan peternakan. Metode pengayaan kandungan gizi produk pangan juga bisa diaplikasikan untuk produk pangan lainnya.

    Inovator
    Nama : Ariandanu Catur Biandana; Raden Iraninta Murniasih; Dewi Indriani; Bagus Risky Dipowana; Dr. Ir. Rarah ratih Adjie Maheswari, DEA.
    Institusi : Institut Pertanian Bogor
    Alamat : Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB Gedung Andi Hakim Nasoetion Lt.5 Kampus IPB Darmaga - Bogor 16680
    Status Paten: Dalam Proses Pengajuan

  • Silase adalah pakan dari limbah pertanian yang diawetkan dengan cara fermentasi anaerob dalam kondisi kadar air tinggi (40-80%); sehingga hasilnya bisa disimpan tanpa merusak zat makanan/gizi di dalamnya. Pada perkembangannya bisnis pakan silase semakin kurang menguntungkan bila diproduksi sebagai produk tunggal. Padahal proses produksi silase berpotensi menghasilkan produk lain dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi, antara lain bakteri asam laktat dan asam organik.

    Inovasi ini mengembangkan teknologi fermentasi anaerob untuk menghasilkan silase, bakteri asam laktat, serta asam organik sekaligus dalam satu alur produksi; sehingga kelayakan ekonomi memproduksi silase dapat ditingkatkan.

    Perspektif:
    Inovasi tidak senantiasa dilakukan dengan meningkatkan nilai tambah produk utama, tapi bisa dengan cara menemukan nilai-nilai tambah dari produk-produk sampingan. Mempertahankan eksistensi kota bisa lebih berhasil dengan cara memperkuat desa-desa di sekitarnya.
     
    Keunggulan Inovasi:
    • Potensi bahan baku dari limbah pertanian, termasuk limbah dari industri pengolahan sawit, masih berlimpah
    • Bagi industri pakan silase yang sudah berjalan, tidak diperlukan investasi tambahan yang berarti untuk dapat menghasilkan produk-produk sampingan yang bernilai di atas.
    Potensi Aplikasi:

    Inovasi ini bisa dimanfaatkan oleh industri pakan silase yang sudah ada, maupun industri-industri pertanian yang ingin menciptakan nilai tambah.


    Inovator


    Nama : Prof. Dr. Ir. Nahrowi Ramli, M.Sc.; M. Ridla
    Institusi : Institut Pertanian Bogor
    Alamat : Dit. RKS IPB, Gd.A.H. Nasoetion Lt.5, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
    Status Paten: Telah Terdaftar

     

  • Mastitis (radang ambing) adalah penyakit utama pada ternak sapi perah yang paling merugikan peternak. Kerugian akibat mastitis meliputi penurunan produksi susu, penolakan susu oleh industri, biaya pengobatan dan pengafkiran ternak lebih awal. Kerugian yang dialami peternak sapi perah di seluruh dunia akibat mastitis mencapai US$ 10 milyar/tahun. Kasus mastitis di Indonesia diperkirakan sekitar 85% dari total populasi sapi perah.

    Pengobatan dengan antibiotik masih dalam perdebatan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daun sirih yang dicampur dengan konsentrat dapat mengobati mastitis serta meningkatkan produksi bahan kering susu pada sapi perah.

    Cow mastitis disease severely affects dairy farmers. Losses reach US$ 10 billion/year around the world, and in Indonesia, 85% of total dairy cattle population are affected.

    Mastitis causes milk production to drop, and being rejected by industry. Treatment with antibiotics is still under debate. Now, research concluded that adding betel leaf powder mixed with the concentrate diet can treat mastitis and improve milk production.
    Perspektif: Pengobatan ke hewan ternak yang dikonsumsi bisa memberikan dampak bagi manusia. Oleh karenanya pengobatan yang paling baik adalah pengobatan herbal yang efektif dan memberikan dampak negatif minimal ke manusia.

    Keunggulan Inovasi:

    • Aman, penggunaan herbal daun sirih tidak meninggalkan residu berbahaya
    • Praktis, langsung dicampurkan dengan konsentrat
    • Lebih hemat dibandingkan penggunaan antibiotika yang masih didebatkan.

    Potensi Aplikasi:

    Suplemen tepung daun sirih bisa menjadi solusi bagi stake holder industri sapi perah baik lokal, nasional maupun global dalam mengatasi masalah mastitis pada sapi perah.

    Inovator
    Nama : Dr.Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc.
    Institusi : Institut Pertanian Bogor
    Alamat : Kantor Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB Gedung Rektorat Andi Hakim Nasoetion Lt. 5 Kampus IPB Darmaga - Bogor 16680
    Status Paten: Dalam Proses Pengajuan

Page 1 of 2