IPBSDG3

  • Tantangan Industri Olahan Susu di Era 4.0

    Salah satu industri olahan hasil ternak, yakni industri persusuan nasional telah mengalami perubahan nyata baik dalam hal populasi maupun produksinya dalam 7 tahun terakhir. Menurut catatan Dewan Persusuan Nasional, produksi susu segar pada 2012 berjumlah 700 ton dengan produktifitas rata-rata 3300 liter per masa laktasi. Adapun pada kondisi di 2020, diprediksi produksinya mencapai 3000 ribu ton, dengan tingkat produktifitas mencapai 4500 liter per masa laktasi.

    Terdapat empat peluang utama pengembangan produk susu. Peluang itu yakni, "dapat dikonsumsi semua kelompok usia, sejak bayi sampai manula. Produk susu juga bisa merupakan produk pangan umum maupun untuk kebutuhan khusus," kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dr. Irma Isnafia Arief dalam Workshop Penerapan Teknologi 4.0 pada Rantai Pasok Industri Olahan Hasil Ternak di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor pada 2 Mei 2019 lalu. Acara diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI), dan diikuti oleh para praktisi, akademisi dan pemerhati bidang logistik produk olahan hasil ternak dari berbagai daerah.

    Peluang lain, jelas Irma yakni susu bisa menjadi produk utama maupun produk tambahan dalam sebuah produk makanan dan minuman. Aneka macam produk olahan susu terus berkembang dengan berbagai variasi jenis olahan susu, baik berbentuk minuman dan makanan dengan susu. Produk susu juga terus berkembang dengan aneka inovasi produk turunannya, mulai dari susu cair, susu bubuk, susu skim, whey, krim (lemak susu), keju, yogurt, kasein, kalsium.

    Berbagai peluang dan tantangan produk olahan susu tersebut harus ditopang dengan kesiapan industri domestik dalam memasuki era industri 4.0. Tidak hanya peralatan serta sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan, namun juga sumber daya manusianya pun senantiasa ditingkatkan ketrampilannya sehingga tidak gagap dalam menapaki revolusi industri 4.0.

  • Ahli Daging IPB University Paparkan Penanganan dan Pengolahan Daging Qurban di Rumah Tangga

    Pelaksanaan ibadah qurban akan digelar selama empat hari ke depan. Untuk itu, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Dr Tuti Suryati memberikan tips penanganan daging qurban yang aman dan sehat. 

    Sesampainya daging qurban di rumah, Dr Tuti menyarankan supaya daging qurban dipisah dari jeroan. Apabila daging atau jeroan terdapat cemaran seperti tanah, pasir, kerikil, rumput maupun kotoran lainnya, ia menyarankan supaya dicuci hingga bersih. 

    "Idealnya daging tidak dicuci karena proses pencucian daging akan berdampak terhadap meningkatnya jumlah mikroba dan memunculkan bau pada daging," jelas Dr Tuti. 

    Jika harus dicuci, lanjutnya, pastikan menggunakan air bersih dan dibilas menggunakan air yang siap minum. Daging yang sudah dicuci ditiriskan menggunakan refrigerator hingga tidak ada air di permukaan. Daging tersebut bisa dikemas per 250 gram atau 500 gram menggunakan plastik transparan dan tidak berbau. 

    "Daging bisa diolah langsung maupun disimpan dingin atau beku. Kalau jeroan, pastikan sebelum disimpan beku, dimasak terlebih dahulu," tambahnya. 

    Untuk pengolahan daging qurban, Dr Tuti menegaskan supaya daging qurban dimasak menggunakan panas yang cukup seperti direbus, dipanggang, dibakar atau digoreng hingga matang. Ia juga menyarankan saat memasak daging jangan sampai gosong saat dibakar. 

    Supaya olahan daging lebih sehat, ia menyarankan untuk menambahkan rempah-rempah. "Jika mau membuat sate, dapat ditambahkan parutan nanas atau dibungkus daun pepaya sebelum dimasak untuk mendapatkan sate yang lebih empuk," jelasnya. 

    Sementara, jika mengolah daging qurban yang sudah disimpan beku, daging yang masih dalam kemasan direndam terlebih dahulu menggunakan air dingin hingga terbentuk daging segar dan baru dimasak sesuai keingininan. 

    "Daging qurban dapat pula diolah sekaligus, daging olahan ini bisa dikemas 250 gram maupun 500 gram dan disimpan dingin atau beku. Sebelum disajikan, daging olahan beku tersebut dicairkan terlebih dahulu kemudian dipanaskan," pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Bagaimana Cara Pemotongan Hewan Kurban di Masa Pandemi Corona?

    Bagaimana cara memotong hewan kurban di masa pandemi corona yang aman? Pertanyaan itu beberapa hari ke depan mungkin akan mengemuka.

    Saat ini protokol kesehatan memang dikedepankan dalam berbagai tindakan. Termasuk tentunya dalam penyembelihan hewan kurban saat Idul Adha yang akan dirayakan beberapa hari lagi.
     
    Ahli dari IPB punya pandangan bagaimana cara memotong hewan kurban di masa pandemi corona. Ada beberapa protokol kesehatan yang mesti dilakukan.
     
    "Pemotongan hewan kurban di masa pandemi harus tetap mempertimbangkan pemotongan secara syar’i, menghasilkan daging yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas. Kita sudah masuk dalam masa new normal di mana kita dituntut untuk tetap beraktivitas, termasuk tetap melakukan ibadah pemotongan hewan kurban,” ungkap Dr Tuti Suryati, Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University dalam siaran pers IPB, Sabtu (4/7).
     
    Tuti menyampaikan itu dalam sambutannya pada kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Departemen INTP bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Halal Science Center (HSC) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University. Kegiatan ini dikhususkan untuk panitia kurban dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Seluruh Indonesia.
     
    Sementara menurut Prof Dr Khaswar Syamsu, Kepala HSC, dalam praktik penyembelihan hewan masih banyak ditemukan hal-hal yang tidak sesuai prosedur penyembelihan dan syariat. Padahal Islam sudah mengatur tata cara kurban dengan rinci. Selain itu juga ada poin-poin kesejahteraan hewan yang harus dipenuhi saat proses pemotongan hewan.
     
    “Beberapa hal dasar dalam pemotongan kurban yang belum diketahui seluruh panitia kurban di antaranya adalah penyembelihan harus memotong tiga saluran. Yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran darah. Selain itu harus menggunakan pisau yang tajam dan tidak boleh menyembelih di hadapan hewan lain yang akan disembelih,” ujar Prof Dr Khaswar.
     
    Sementara itu, anggota Komisi Fatwa sekaligus Direktur Bidang Ekonomi Syariah di MUI, H. Amirudin Yakub, menyebutkan, bahwa ada peraturan khusus pemotongan hewan kurban selama masa pandemi.
    Saat proses jual beli harus memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu pemotongan direkomendasikan hanya dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) dengan jumlah panitia terbatas.
     
    “Panitia menyediakan fasilitas cuci tangan karena darah adalah tempat yang subur untuk pengembangbiakan bakteri dan virus. Lalu, pendistribusian daging juga hanya boleh dilakukan oleh panitia atau pengurus masjid. Setiap DKM dan panitia kurban harus memperhatikan hal ini,” ungkap Amirudin.
     
    Dan pandangan dari drh Supratikno, MSi, PAVet, dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan selaku Ketua Tim Penyembelihan Halal HSC IPB University mengungkapkan bahwa ada beberapa proses yang menyebabkan hewan stres dan cacat.
     
    Oleh karena itu perlu adanya upaya khusus saat proses pengangkutan, penempatan di kandang dan penyembelihan. Hal ini untuk menjaga kesehatan hewan dan kualitas daging hewan kurban.
     
    “Hewan kurban juga harus memenuhi syarat utama, yaitu sehat dan tidak cacat. Selain itu harus cukup umur, minimal hewan telah berumur lebih dari 24 bulan untuk sapi dan lebih dari 12 bulan untuk kambing dan domba. Selain itu persyaratan terakhir adalah tidak kurus yang dapat dilihat dari penonjolan tulang rusuk, bagian pinggang dan pinggul,” tutup Supratikno. (kumparan.com)
  • Bakteri asam laktat (BAL) sebagai bahan alami untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil ternak Indonesia

    Potensi pertumbuhan industri pengolahan susu mencapai 7% per tahun sementara prospek pertumbuhan industri daging mencapai 10% pada 2020. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga industri susu dan daging berpeluang besar untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja (Asosiasi Industri Pengolah Susu)

    Nilai tambah yang lainnya adalah potensi untuk mengembangkan produk hasil ternak lokal yang lebih aman dan menyehatkan dibanding produk-produk hasil ternak impor. Potensi ini dilandaskan pada hasil riset ilmiah yang telah dilakukan oleh Prof. Irma yang sejak 2008 telah meneliti bakteri asam laktat (BAL) dan bahan alami untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil ternak Indonesia.

    Penggunaan bakteri asam laktat saat ini tengah menjadi tren di Indonesia. Apabila kita mengunjungi minimarket dan supermarket terdekat, akan banyak ditemukan produk susu dan olahan susu, salah satunya adalah yogurt baik hasil produksi dalam negeri maupun produk impor.

    Yogurt adalah produk probiotik yang mengandung mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan bermanfaat bagi kesehatan manusia. Mikroorganisme ini adalah bakteri asam laktat (BAL).

    Daging adalah produk pangan hewani yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber isolasi bakteri asam laktat ini. Dari tahun 2008-2010, para peneliti Indonesia berhasil mengidentifikasi dan mengisolasi 20 bakteri asam laktat dari daging sapi lokal Indonesia, dari bangsa peranakan ongole.

    Namun tidak semua bakteri asam laktat yang berhasil diisolasi memiliki sifat probiotik, yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam penelitiannya Prof. Irma berhasil mengidentifikasi dan mengisolasi 10 bakteri asam laktat dari 20 bakteri asam laktat dalam hasil ternak lokal Indonesia yang memiliki karakteristik ini.

    Karakteristik probiotik dalam penelitian sebelumnya digambarkan dengan kemampuannya untuk mencegah diare yang salah satunya disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif atau bakteri jahat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

    Pencemaran E. coli ini marak terjadi di Indonesia. Informasi dari Kementerian Kesehatan menyebutkan, gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Juga dapat timbul demam dan muntah.

  • Begini Hikmah Bakteri Baik pada Produk Peternakan

    Indonesia dikaruniai mega-biodiversitas flora-fauna yang tinggi, hal ini beriringan dengan diversitas mikrobanya yang juga tinggi. Terkait mikroba, beberapa pangan lokal daerah di Indonesia dihasilkan dengan memanfaatkan aktivitas mikroba.

    Prof Irma Isnafia Arief, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan pada acara Kajian Kauniyah Ramadan yang diselenggarakan Masjid Al-Hurriyyah IPB University, akhir pekan lalu menyampaikan beberapa produk lokal olahan berbasis aktivitas mikroba yang menguntungkan.  Di antaranya ialah sie reuboh dari Aceh, dadih dari Sumatera Barat, dangke dari Enrekang dan daging se'i dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

    "Sie reuboh itu pengolahan daging dengan berbagai bumbu kemudian didinginkan sehingga terjadi proses fermentasi alamiah, dadih merupakan susu kerbau fermentasi pada wadah bambu yang ditutup daun pisang selama 48 jam, sementara dangke yaitu keju segar dari susu kerbau atau sapi yang diberikan getah pepaya dan dibiarkan selama tiga jam, bentuknya itu seperti tahu atau keju," jelasnya

    Sementara daging se'i merupakan daging asap terfermentasi alamiah. Umumnya asap yang digunakan berasal dari bakaran kayu Kosambi. Untuk menyantapnya, daging se'i asap biasanya harus dimasak terlebih dahulu.

    "Asap dari kayu Kosambi itu akan memberikan flavour yang khas, daging se'i akan di angin-anginkan selama lima hari dan akan terjadi proses fermentasi oleh bakteri asam laktat yang tahan terhadap asam dan asap yang asalnya dari daging itu sendiri," tuturnya.

    Ia menambahkan bahwa bakteri tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan senyawa antimikroba sehingga mampu mencegah kontaminasi silang dari bakteri patogen perusak daging sehingga daya simpannya lebih awet.

    "Bakteri asam laktat itu juga mampu menghasilkan enzim-enzim yang bisa merombak protein pada daging menjadi komponen yang lebih sederhana seperti peptida atau asam amino sehingga lebih mudah diserap. Akhirnya daging se'i ini lebih empuk karena komponennya sudah dipecah oleh enzim yang ada," ungkapnya.

    Selain itu terdapat olahan susu lainnya yang memanfaatkan mikroba misalnya yoghurt yang berasal dari susu sapi atau kambing difermentasikan menggunakan bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.

    Mikroba baik menguntungkan atau biasa disebut probiotik ini memiliki beragam manfaat. Menurut Prof Irma di antara manfaatnya yaitu menghambat penempelan bakteri patogen pada saluran pencernaan dengan mengeluarkan zat antimikroba, anti inflamasi, mereduksi tranlokasi bakteri jahat juga memodifikasi toksin atau reseptor toksin di saluran pencernaan.

    "Selain itu bakteri baik atau probiotik ini juga berperan sebagai imunomodulator yaitu mampu men-trigger sel imun untuk meningkatkan imunitas tubuh," jelasnya. (ipb.ac.id)

  • Daging Kelinci Halal dan Sehat

    Sebagian orang merasa tidak tega menyantap daging kelinci, mamalia berbulu yang sering dijadikan peliharaan. Bahkan ada yang beranggapan belum lazim memakannya karena kurangnya informasi bahwa daging kelinci itu halal, lebih enak dan lebih sehat dibandingkan daging ternak lainnya. Dengan alasan tersebut maka sosialisasi kelebihan dan keistimewaan daging kelinci harus digalakkan agar pengetahuan masyarakat terhadap daging kelinci makin mantap. Sehingga, ke depan daging kelinci bukan lagi dijauhkan, tetapi akan dicari banyak orang dan disantap dengan penuh kenikmatan dan keyakinan.

    Untuk itu dua dosen IPB University dari Divisi Produksi Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Dr Henny Nuraini dan  Muhammad Baihaqi, SPt, MSc menyampaikan manfaat daging kelinci yang sehat juga halal.

    Daging kelinci halal untuk dikonsumsi. Status halal ini sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Melalui sidang di Jakarta pada 12 Maret 1983, Komisi Fatwa MUI menetapkan bahwa hukum memakan daging kelinci adalah halal.

    Manfaat lainnya adalah adanya senyawa kitotefin pada daging kelinci terutama pada jantung dan hati yang dapat mencegah penyakit asma.

    "Kadar protein daging kelinci lebih tinggi di banding dengan ternak lain. Kadar omega-3 daging kelinci empat kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan daging ayam," papar Baihaqi.  

    Kadar kolesterol dan kadar lemak, lanjut Baihaqi, pada daging kelinci sangat rendah. Tidak hanya itu daging kelinci dinilai lebih "lean" dan sedikit mengandung lemak.

    Lebih lanjut ia menerangkan daging kelinci dapat diolah menjadi berbagai variasi olahan seperti nasi briyani kelinci, kelinci masak madu, rica kelinci dan kelinci goreng korea.

    "Kelinci sebagai ternak multiguna yang memiliki produksi dan produktivitas tinggi. Multiguna artinya dapat dimanfaatkan sebagai pangan konsumsi manusia dan sebagai hewan piara atau dimanfaatkan kulit bulunya untuk pembuatan jaket, tas, atau dompet yang bernilai tinggi. Bahkan, kotorannya bisa dijadikan pupuk tanaman," pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Dosen IPB University Bicara Soal Akumulasi Limbah Peternakan yang Merusak Lingkungan

    Meningkatnya permintaan pangan produk ternak mengakibatkan perbesaran skala usaha dan perubahan dari sistem ekstensif menjadi intensif. Hal ini menyebabkan meningkatnya akumulasi jumlah kotoran dan dapat menyebabkan masalah lingkungan apabila limbah tidak dikelola dengan baik.

    Dr Salundik, dosen IPB University dari Departemen Imu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP)  menjelaskan pengelolaan dan pengolahan  limbah peternakan harus memperhatikan sifat dan karakteristik limbah. Sifat dan karakteristik limbah perlu diketahui untuk perencanaan pengolahan limbah ke depannya.

    Menurutnya, limbah ternak dapat dikategorikan menjadi limbah cair (5 persen padatan), lumpur atau semi padat (5-25 persen padatan), padat (lebih dari 25 persen padatan) dan gas. Jumlah, sifat dan karakteristik limbah tersebut dipengaruhi oleh identitas ternak (spesies, umur, ukuran dan kondisi fisiologis), sistem perkandangan, sistem pembersih kandang dan penanganan limbah, jenis ransum yang diberikan, industri ternak dan lingkungan.

    Perencanaan pengelolaan dan pengolahan limbah yang perlu diperhatikan antara lain: penentuan sistem dan tipe pengolahan limbah, penentuan skala pengolahan, lokasi pengolahan, fasilitas pengolahan, biaya instalasi dan manajemen proses pengolahan.

    “Pengelolaan dan pengolahan limbah ternak berfungsi mengurangi potensi pencemaran baik fisik, biologi maupun kimia. Pengelolaan dan pengolahan limbah ini juga dapat meningkatkan atau menambah nilai guna limbah tersebut,” jelas Dr Salundik pada sebuah Online Training yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan IPB University bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) beberapa waktu lalu.

    Limbah padat, lanjutnya, dapat diolah secara composting, vermicomposting, penguburan atau penimbunan, penggunaan black soldier fly, anaerobik, pembakaran maupun penekanan. Sementara limbah cair dapat diolah melalui pengendapan, flotasi, penyaringan, riverse osmosa, maupun menggunakan bahan kimia seperti ion exchange.

    “Limbah ternak ini terutama limbah kotoran juga dapat dimanfaatkan sebagai biogas maupun pupuk organik. Dengan demikian pengolahan limbah ternak dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi peternak,” pungkas  Dr Salundik (ipb.ac.id)

  • Dosen IPB University: Susu Sapi Terbagi Menjadi Dua Tipe

    Dalam memenuhi kebutuhan akan kalsium dan menjaga stamina tubuh, masyarakat cenderung mengkonsumsi susu sapi. Susu juga bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan anak-anak dan remaja. Susu juga dinilai dapat melengkapi kebutuhan gizi selain buah dan sayur. Terlebih di masa pandemi ini, kebutuhan susu lebih kepada untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh.

    Tapi tahukah anda bahwa susu terbagi menjadi dua tipe? Meski semua susu terlihat sama secara kasat mata tetapi di dalamnya memiliki kandungan yang berbeda. Dari kandungan dan asal produksi sapi perahnya, susu pun terbagi menjadi dua yaitu susu A1 dan susu A2.

    Dosen IPB University yang merupakan Guru Besar Divisi Pemuliaan dan Genetika Ternak Departemen llmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Prof Dr Ir Ronny Rachman Noor, MRurSc berikan penjelasan tentang cara tepat dalam memilih susu sapi yang memiliki kandungan kalsium dan memiliki kandungan nilai gizi.

    Menurutnya, susu A1 dan susu A2 dihasilkan dari jenis sapi yang berbeda. Berdasarkan Swarna Kapila, susu biasa (A1) umumnya dihasilkan oleh bangsa sapi Bos Taurus sedangkan susu A2 dihasilkan oleh Bos Indicus. Susu A2 merupakan susu yang diproduksi dari sapi perah hasil seleksi secara genetik yang dilakukan oleh pakar dan pelaku peternakan untuk kepentingan kesehatan.

    “Susu A2 adalah susu premium yang dihasilkan dari sapi yang telah diseleksi secara genetik, memiliki Genotipe A2/A2 dan telah melalui uji DNA yang hanya mengandung protein beta-casein A2. Protein beta-casein A2 nya mengandung 209 asam amino yang pada urutan ke 67 nya memiliki asam amino Proline. Sedangkan susu sapi biasa pada posisi ini asam aminonya.

    Histidine. Susu superfood A2 sangat bagus untuk pencernaan karena mengurangi kembung, diare dan sembelit karena tidak mengandung peptida opinoid C-7. Susu A2 juga mengandung kalsium susu yang tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Selain kandungan gizinya yang lengkap, susu A2 juga mudah diserap dan sangat bermanfaat dalam membantu menjaga kebugaran tubuh,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Dr Epi Taufik Beri Penjelasan Soal Panic Buying Susu

    Belakangan ini sebagian masyarakat mengalami panic buying terhadap susu merek tertentu. Masyarakat berspekulasi bahwa susu dapat menjadi penangkal bahkan obat bagi virus COVID-19.

    Menanggapi fenomena ini, Dr Epi Taufik, dosen IPB University menegaskan bahwa susu bukan obat maupun vaksin. Menurutnya, susu merupakan bahan pangan seperti lainnya yang memiliki sumber nutrisi bagi tubuh. Sumber nutrisi ini bermanfaat dalam menjaga proses metabolisme, meningkatkan imunitas tubuh dan mencegah inflamasi.

    “Oleh karena itu, konsumsi susu dapat membantu menjaga kondisi fisiologis tubuh dan meningkatkan imunitas tubuh untuk mencegah infeksi COVID-19,” ujar Dr Epi Taufik, Koordinator Mata Kuliah Inovasi dan Teknologi Susu, Fakultas Peternakan, IPB University.

    Terkait panic buying terhadap susu dengan merek tertentu, Dr Epi mengakui bahwa susu tersebut salah satu jenis susu steril. Dalam konteks kandungan nutrisinya, susu tersebut tidak berbeda nyata dengan jenis susu steril maupun UHT dari merek-merek lain.

    “Perbedaan yang ada biasanya pada bahan baku atau formulasi susu steril maupun UHT. Kita bisa menemukan di pasar, ada merek susu dengan 100 persen berbahan baku susu segar, ada juga merek susu yang menggunakan bahan tambahan lain seperti susu bubuk skim, laktosa maupun penstabil,” kata Dr Epi, Kepala Divisi Ternak, Fakultas Peternakan IPB University.

    Biasanya, susu mengandung komponen makronutrien seperti protein, karbohidrat dan lemak. Susu juga mengandung mineral, vitamin dan mikronutrien lainnya.

    Ia juga menjelaskan, protein susu memiliki kandungan asam amino esensial dan nilai biologis atau net protein utilization sebesar 90%. Nilai ini lebih tinggi dibanding sumber protein lainnya. Nilai biologis menunjukkan persentase protein yang benar-benar diserap dan digunakan oleh tubuh.

    Selain menjadi sumber nutrisi, susu juga memiliki karakteristik bio-fungsional atau bioaktif. Bio-fungsional atau bioaktif artinya komponen atau senyawa asal susu turut berkontribusi terhadap perbaikan fungsi fisiologis tubuh. Dengan demikian dapat meningkatkan status kesehatan tubuh. Di samping itu, komponen bioaktif yang terkandung dalam susu juga berfungsi sebagai antikanker, antipatogen, antiinflamasi, dan aktivitas antioksidan.

    Untuk memenuhi kebutuhan gizi, dosen IPB University itu menyarankan supaya masyarakat memperhatikan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Nilai AKG yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia adalah suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan karakteristik tertentu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis, untuk hidup sehat.

    Dengan demikian, kata Dr Epi, masyarakat tidak perlu panik. Hal ini karena semua jenis olahan susu cair baik itu pasteurisasi, steril maupun UHT memiliki kandungan gizi yang hampir sama. Sehingga manfaat kesehatan yang didapatkan pun relatif sama.

    Terkait panic buying yang terjadi, Dr Epi menghimbau supaya para pelaku pasar tidak mengambil keuntungan sesaat dengan menaikkan harga jual produk susu di luar kewajaran. Ia juga menghimbau agar pemerintah bersama industri pangan dan peternak dapat menjamin pasokan produk-produk olahan pangan. Hal ini dalam rangka membantu menjaga status kesehatan masyarakat sehingga ketersediaan dan keterjangkauan belinya dapat terjaga bagi masyarakat secara umum.

    “Bagi masyarakat atau konsumen, teruskan mengonsumsi susu dan protein hewani lainnya, tentunya protein nabati juga sebagai sumber serat yang tidak dimiliki susu, dalam rangka melakukan pola makan yang sehat beragam dan seimbang,” pungkas Dr Epi (ipb.ac.id)

  • Dr Epi Taufik: Ayo Minum Susu Setiap Hari

    Selama ini kita semua mengenal susu sebagai minuman yang sangat menyehatkan karena mengandung sejumlah besar nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, seperti vitamin, mineral, protein, lemak, dan karbohidrat.  Susu adalah sekresi kelenjar ambing hewan mamalia atau dalam hal ini lebih spesifik lagi sapi atau ternak perah lain (kambing, unta, kerbau) yang sehat.

    Dr Epi Taufik, SPt, MVPH, MSi, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University uraikan manfaat konsumsi susu dan produk-produk olahannya.

    Secara taksonomi, manusia termasuk dalam kelas mamalia yaitu ditandai dengan adanya produksi susu dari ibu (air susu ibu tentu merupakan susu terbaik untuk bayi karena dapat merangsang pelepasan hormon), kekebalan tubuh, kesehatan mental plus ikatan ibu dan anak. Namun demikian, ketika bayi mulai lepas sapih, kemudian menjadi balita lalu tumbuh dewasa, maka kebutuhan akan susu dapat dipenuhi dari ternak perah.

    "Di antara ternak perah, susu asal sapi perah (termasuk produk-produk olahannya) merupakan yang terbanyak dikonsumsi manusia, diikuti dengan susu kambing, kerbau, domba, unta. Bahkan di beberapa daerah susu keledai, kuda dan rusa juga dikonsumsi oleh manusia," katanya.

    Lantas untuk apa kita masih harus minum susu, termasuk produk-produk olahannya? Dalam konteks pola makan yang beragam dan berimbang yang telah disinggung sebelumnya, di zaman dulu dikenal konsep 4 Sehat 5 Sempurna. Kesempurnaan tadi itu adalah dipenuhi dengan minum susu. Oleh karena itu minum susu adalah seperti meminum suplemen nutrisi cair yang dibutuhkan dalam pola makan yang beragam dan berimbang tadi.

    Para ahli nutrisi pun merekomendasikan untuk meminum susu 1-3 porsi per hari. Satu porsi susu setara dengan sekitar 200 mililiter susu cair. Selain komponen makronutrien seperti protein (kasein dan whey), karbohidrat (gula susu sama dengan laktosa) dan lemak, susu juga mengandung banyak komponen mikronutrien.  Susu dianggap salah satu sumber protein yang terbaik selain telur.  

  • Dr Komariah: Daging Kerbau Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh

    Pernahkah Anda mengkonsumsi daging kerbau? Ternyata ada banyak manfaat kesehatan bila anda mengkonsumsi daging kerbau. Daging kerbau kaya akan nutrisi terutama kandungan protein.

    Dr Ir Komariah, MSi, Dosen Divisi Produksi Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University ungkap fakta kandungan daging kerbau yang baik untuk kesehatan. Menurutnya daging kerbau mengandung protein tinggi untuk pertumbuhan sel bagi anak-anak dan dewasa, menjaga sistem peredaran darah dan juga dapat meningkatkan massa otot. Selain itu, konsumsi daging kerbau ternyata dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh karena mengandung mineral zink (Zn),” ujarnya.

    Tidak hanya itu, daging kerbau juga mengandung Asam Lemak Linoleat yang dibutuhkan tubuh dan mengandung vitamin B1 dan B12 yang bagus untuk pertumbuhan otak janis dan kesehatan ibu hamil. Untuk itu Dr Komariah menghimbau agar masyarakat jangan sampai melupakan daging kerbau untuk konsumsi protein hewani kita. Nah jika anda berada di daerah penghasil daging kerbau jangan ragu untuk mengkonsumsi daging kerbau. "Mari konsumsi kerbau ternak lokal Indonesia," ucapnya.(ipb.ac.id)

  • Dr. Yuni Cahya Endrawati Jelaskan Eksotika Sutra untuk Kosmetik

    Manusia telah mengenal sutra sejak 3600 BCE atau abad 36 Sebelum Masehi (SM). Bukti sejarah mencatat bahwa ditemukan sisa peradaban jaman Neolithic dan potongan kain sutra dari sebuah makam di Hemadu, Provinsi Zhejiang, China. Sejarawan juga mencatat, pemanfaatan sutra dengan cara diolah menjadi kain ditemukan sejak abad 27 SM di Qianshanyang, Provinsi Zheijiang.

    “Walaupun sutra alami sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari industri fashion, bahkan sudah merambah pada budaya batik kita, tetapi tidak banyak di antara kita yang menjadi penggemar fanatik sutra, yang mengetahui asal usul serat sutra ini dihasilkan,” ungkap Dr Yuni Cahya Endrawati.

    Dalam upaya  memperkenalkan dan mengembangkan serat sutra alami, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan IPB University tersebut telah melakukan berbagai penelitian. Beberapa penelitiannya adalah upaya meningkatkan manfaat serat sutra. Peningkatan ini membuat serat sutra tidak hanya bisa digunakan untuk bahan tekstil, melainkan juga dapat menjadi produk material dan industri kecantikan.

    Dr Yuni pun menerangkan, berdasarkan jenis pakannya, ulat sutra alam secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu ulat sutra yang pakannya berbasis mulberry dan non mulberry. Ulat sutra yang pakannya mulberry dikenal sebagai mulberry silkworm. Sedangkan ulat sutra yang pakannya selain mulberry dikenal dengan non mulberry silkworm.

    “Contoh dari mulberry silkworm adalah jenis Bombyx mori yang hanya memakan daun murbei. Di Indonesia jenis ulat ini dikenal sebagai ulat sutra murbei. Peran ulat sutra jenis ini sangat vital karena serat sutra yang dihasilkannya berkontribusi sekitar 90 persen dari kebutuhan sutra dunia,” ujarnya.

    Sementara, kelompok non muberry silkworm memiliki banyak ragam. Beberapa di antaranya adalah tasar silkworm, eri silkworm, muga silkworm, fagara silkworm, anaphe silkworm, coan silkworm, mussel silkworm, dan spider silkworm.  Keragaman ulat sutra jenis ini didasarkan pada sumber serat dan tipe seratnya.

    “Jenis ulat sutra non murbei lain yang ingin saya perkenalkan adalah sutra liar Cricula yang  merupakan ulat sutra yang sangat unik kokonnya,” terang Dr Yuni.

    Katanya, Kokon Cricula mempunyai pola pintal serat yang berlubang-lubang dan warnanya emas yang sangat memukau. Keunikan serat dan kokon Cricula ini membuat jenis ulat sutra ini dikenal sebagai  sutra emas.

    Ia pun menerangkan, pola pintal serat ulat jenis ini sangat unik dan berkaitan erat dengan  tingkah laku ulat pada saat membentuk kokon. Dalam pembentukan kokon ini untuk setiap lubang ulat menyusun seratnya dua  sampai tiga lapis serat, dan setiap lapis merupakan untaian ganda dari serat.

    Dalam industri fashion, tidak jarang serat sutra liar ini dipadukan dengan serat sutra murbei untuk menghasilkan kain sutra yang halus nan eksotik. Hal ini tentunya akan menambah nilai jual dan nilai seni dari kain sutra yang dihasilkan.

    “Selain serat sutra, serangga yang unik ini juga menghasilkan protein dan zat aktif yang menjadi tren baru dalam dunia perawatan kecantikan alami. Sebagai contoh, zat aktif yang diekstrak dari kokonnya sangat bermanfaat bagi  peremajaan kulit,” jelas Dr Yuni.

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah ia lakukan, protein kokon mengandung material yang berfungsi mirip dengan Natural Moisturizing Factor (NMF) pada kulit manusia.

    Material tersebut merupakan asam amino serin, glisin dan treonin yang sangat baik dan bermanfaat bagi kulit kita. Kelembapan merupakan faktor kunci kesehatan kulit. “Oleh sebab itu protein dan zat aktif yang dikandung kokon sutra dapat  berfungsi sebagai pelembab alami penjaga kesehatan kulit dan meminimalisir permasalahan kulit kita,” jelasnya.

    Lebih lanjut Dr Yuni menerangkan, tidak banyak orang yang mengetahui bahwa hasil ikutan sutra yang berupa pupa dapat digunakan sebagai sumber protein baik bagi manusia maupun ternak.  Pupa mengandung protein kasar sekitar 48-60 persen dan 18 asam amino yang sangat baik untuk kesehatan seperti antioksidan, antiobesitas, antitumor dan yang terbaru sebagai immunoregulator (ipb.ac.id)

  • Edit Lesa Aditia Berikan Tips Memilih Hewan Kurban yang Ideal

     

    Menjelang Idul Adha, Halal Science Center IPB University lewat webinarnya memberi penyuluhan terkait pemilihan dan penyembelihan hewan kurban. Dalam webinar “Pelatihan Penanganan dan Penyembelihan Hewan Kurban di Masa Pandemi” (11/07), Dosen Fakultas Peternakan IPB University, Edit Lesa Aditia, SPt, MSc, mengajak seluruh peserta webinar untuk lebih cermat dalam memilih hewan kurban.

    Saat kondisi pandemi, banyak konsumen hanya melihat calon hewan kurban dari layar (online). Maka untuk mencari penjual hewan kurban yang terpercaya sangatlah penting. Hewan kurban yang terlihat gemuk belum tentu memiliki daging yang besar.

    Menurut Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini, hal tersebut bisa saja lemak dan bisa juga manipulasi dari peternak yang sengaja membuat ternak kembung sehingga badannya terlihat lebih gemuk. Saat ditimbang, bobotnya pun menjadi lebih tinggi.

    Oleh karenanya, memilih hewan kurban berdasarkan BB (bobot badan) bukanlah satu-satunya cara.

    “Perhatikan tampak depan, tampak belakang, tampak samping hewan kurban. Lihat kerangkanya, pastikan daging terdeposit di tubuh. Karena kerangka hewan ini sangat berpengaruh pada daging yang dihasilkan. Sapi Bali dan Madura umumnya berkerangka kecil, namun dagingnya cenderung lebih tinggi dari sapi dengan kerangka yang besar. Jangan juga tertipu dengan domba yang bulunya lebat. Ada domba yang sengaja dimandikan lalu disisir sehingga membuatnya terlihat lebih gemuk. Yang harus dilakukan adalah pegang bagian punggung domba. Jika yang terasa tulang, maka domba itu kurus. Namun jika terasa lunak di punggungnya, maka itulah domba yang ideal,” imbuhnya (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan IPB University Gelar Webinar Mental Health Terkait Pandemi COVID-19

    Fakultas Peternakan IPB University gelar webinar “Menjaga Kesehatan Mental Saat Masa Pandemi COVID-19”, (25/7). Ada tiga narasumber yang hadir dalam webinar ini. Mereka adalah Idei Khurnia Swasti, MPsi, Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Basith Halim, dokter yang sedang menempuh pendidikan PPDS-1 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- RSCM dan Sri Pangesti Budi U, SPd, SE, Ak, Direktur Pemasaran dan Pengembangan Bisnis RS UMMI Bogor.

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana dalam sambutannya mengatakan bahwa pandemi ini telah mengubah tatanan sosial masyarakat.

    “Kita sudah dua semester melakukan kuliah secara online. Semester depan perkuliahan masih dilakukan secara online. Oleh karena itu, pada acara hari ini kita akan mendengar bagaimana cara melakukan pola hidup sehat di masa pandemi dan tetap produktif. Saya harap adik-adik mahasiswa tetap semangat menjalani kegiatan sehari-hari,” ujarnya di hadapan mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan serta anggota Agrianita Fakultas Peternakan IPB University.

    Dalam kesempatan ini, Idei memaparkan pengalamannya menjadi supervisor di Pojok Curhat UGM. Pojok Curhat UGM merupakan wadah konsultasi psikologi yang dibentuk oleh Fakultas Psikologi UGM.

    Menurut Idei, sehat itu terdiri dari dua hal. Yaitu sehat fisik dan mental. “Dengan kondisi keduanya (fisik dan mental) yang sehat, kita bisa menjalani hidup dengan produktif,” jelasnya.

    Peserta juga mendapatkan penjelasan yang lengkap terkait Corona Virus dari dr Basith. Mulai dari cara penularan, gejala-gejala yang terjadi pada pasien, tata cara farmakologi COVID-19, cara mengatasi sesak, mengatur posisi duduk dan pernafasan, serta rehabilitasi pasca COVID-19 dengan adaptasi fungsi paru yang masih ada.

    ”Untuk pandemi ini kita tidak bisa menyepelekan seperti batuk, pilek, flu biasa. Kita tidak boleh lengah. Gejala COVID-19 pada penderita komorbid jantung akan merasakan sakit dada. Dan untuk perokok, kebanyakan banyak mengalami sesak nafas,” jelasnya.

    Sri Pangesti Budi juga berbagi pengalamannya seputar kondisi rumah sakit semenjak pandemi melanda.  “Saat pandemi, IPB University menjalin kerjasama dengan RS UMMI. Civitas IPB University mendapatkan privilege untuk rawat inap di RS UMMI. Selain dosen dan pegawai, ada beberapa mahasiswa IPB University yang kami handle langsung. Kami siapkan kebutuhan mereka sehari-hari terutama terkait kesehatan. Selama menghandle pasien COVID-19, ketenangan membawa dampak yang signifikan dan peranan orang lain dalam memberi support kepada pasien juga sangat membantu kesembuhan. Oleh karena itu, seluruh komponen harus bersatu, bahu-membahu,” jelasnya (ipb.ac.id)

  • Fapet dan FLPI Gelar Pelatihan Pengolahan Daging Saat Pandemi

    Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University bersama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) mengadakan pelatihan, Selasa (4/5), secara daring. Pelatihan ini merupakan sesi kedua yang digelar. Kali ini membahas tentang pengolahan daging yang sehat dan berkualitas di masa pandemi COVID-19.

    Hadir sebagai pembicara, Dr Tuti Suryati, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan. Fokus pelatihan sesi kedua adalah terkait pengolahan daging setelah sebelumnya membahas tentang penanganan daging. Hari sebelumnya, seminar diisi oleh Dr drh Denny Widaya Lukman, pakar higiene pangan dan kesehatan masyarakat veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University yang membahas tentang penanganan daging yang sehat di masa pandemi COVID-19.

    Pada kesempatan ini, Dr Tuti Suryati mengatakan daging memiliki kandungan gizi yang tinggi, memiliki citarasa tinggi dan menunjukkan value dan prestige yang tinggi. Hal ini membuat masyarakat Indonesia gemar mengonsumsi daging. Sehingga penting untuk mengetahui tatacara melakukan pengolahan daging yang sehat dan berkualitas.

    Masa pandemi membuat masyarakat banyak membeli daging untuk disimpan di rumah.  Karena banyak daerah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), akhirnya bahan makanan seperti daging banyak dibeli dan disimpan dalam waktu yang lama. Proses penyimpanan yang kurang tepat membuat daging mengandung senyawa beracun dan berbahaya jika dikonsumsi.

  • Fapet IPB menggelar seminar online Tips Bekerja Sehat dan Aman di Masa Pandemi Covid-19

    Pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini masih terus berlangsung dan telah banyak menimbulkan dampak serius pada kesehatan dan keselamatan. Sebagian besar kegiatan di Fakultas Peternakan IPB dilakukan secara non tatap muka (work from home/ WHF), tetapi beberapa kegiatan/pekerjaan tetap dilakukan secara tatap muka dan memerlukan kehadiran di tempat kerja (kampus).

    Untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran tenaga kependidikan dan mahasiswa yang bekerja di kampus baik di dalam ruangan, laboratorium, atau lapangan,  Fakultas Peternakan IPB menyelenggarakan acara seminar online dengan tema “Tema : Tips Bekerja Sehat dan Aman di Masa Pandemi Covid-19” (Rabu, 24/02/2021).

    Hadir sebagai narasumber,  dr. Siti Robiah Mubarokah (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bogor), dan selaku moderator Iyep Komala, S.Pt, M.Si.

    Dr. Siti menyebutkan bahwa Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang penularannya dapat melalui : Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin, kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan, atau menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya dan kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan.   Beberapa beberapa hal yang patut diwaspadai yang dapat menjadi titik lengah dalam penyebaran Covid-19 diantaranya : kegiatan nongkrong/makan bareng, penggunaan lift (dalam jumlah banyak), Selfie/Foto grup, Rapat/kerja bareng, Asrama, kumpul keluarga besar, dalam satu kendaraan, antrean, dan toilet/tempat wudlu umum. Gejala klinis yang biasanya terjadi adalah, batuk-pilek, demam, letih-lesu, sakit tenggorokan dan gangguan pernapasan. Gejala lainnya yang pernah dilaporkan terjadi adalah : gangguan penciuman, gangguan pengecap, gaal-gatal, sakit kepala, gangguan pencernaan, diare, mual, mudah lelah, sariawan, dan sakit gigi.

    Kabar baiknya, saat ini vaksin Covid-19 sudah tersedia. Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya yang dinilai paling efektif untuk mengatasi pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung, dan diharapkan dapat mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas lagi.

  • Fapet IPB University dan FLPI Berikan Pelatihan Manajemen Produk Hasil Ternak di Masa Pandemi

    Manajemen produk pangan menjadi hal yang penting di tengah masa pandemi. Pola manajemen dari produksi hingga pemasaran harus disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini. Perlu adanya penyesuaian baru, khususnya produk peternakan seperti daging. Merespon hal ini, Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan pelatihan daring untuk membahas manajemen produk peternakan di tengah masa pandemi. Kegiatan webinar bertajuk “Manajemen Rantai Pasok Produk Hasil Ternak di Masa Pandemi COVID-19” (20/5) melalui aplikasi Zoom ini terselenggara berkat kerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Forum ini merupakan perkumpulan dari praktisi dan akademisi yang bergerak di bidang manajemen dan logistik peternakan.

    Dalam sambutannya, Prof Luki Abdullah, selaku Ketua FLPI sekaligus pakar dan dosen Fapet IPB University, makanan dengan sajian awet, jauh lebih memiliki nilai fungsional yang tinggi dalam situsi pandemi. Sehingga pola rantai pasok komoditas peternakan harus ikut menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

    “Dalam empat hingga lima bulan ke depan, kita akan mengalami perubahan dalam food system khususnya di bidang peternakan. Hal ini untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. Atas nama FLPI saya ucapkan terimakasih telah meluangkan waktu dan selamat berdiskusi,” tambah Prof Luki, sekaligus membuka kegiatan pelatihan.

    Hadir sebagai pemateri adalah Dr Epi Taufik, dosen IPB University yang merupakan pakar Teknologi Hasil Ternak dari Fapet. Dr Epi membahas tentang logistik rantai dingin produk hasil ternak. Pada awal diskusi, materi yang disampaikan adalah terkait isu pangan di masa pandemi.

    Menurutnya isu penting dalam industri pangan dan rantai pasok pangan akibat pandemi adalah masalah ketahanan pangan dan keamanan pangan. Masyarakat harus melindungi dirinya agar imunitas dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan mengkonsumsi makanan yang cukup. Dalam hal ini pemerintah harus menjamin pasokan pangan tetap mengalir.

    “Pasokan pangan harus berjalan dengan memprioritaskan jaminan, agar semua pihak yang terlibat dalam produksi dan distribusi pangan serta produknya dapat tetap berjalan. Hal ini harus ditunjang dengan kesehatan dan keamanan setiap stakeholder terlindungi,” lanjut Dr Epi.

    Pelatihan dibagi dalam dua sesi utama, yaitu penyampaian materi dan diskusi tanya jawab bersama peserta. Pada sesi kedua, peserta antusias menanyakan berbagai hal pada pemateri. Masalah operasional dan gangguan akibat COVID-19 pada rantai pasok makanan menjadi topik yang banyak didiskusikan.

    Dr Epi kembali menjelaskan bahwa masalah pergudangan, terutama barang yang menumpuk di gudang adalah hal serius yang terjadi. Selain itu banyak bahan baku yang dipasok dari luar negeri, saat akses dibatasi, sulit untuk mendapatkan bahan baku. Hal ini menyebabkan rantai pasok terganggu.

    Di akhir diskusi Dr Epi berpesan bahwa dalam situasi ini semua pihak harus bahu membahu untuk menemukan pendekatan dan solusi yang tepat. Tantangan sistem pasok di era normal yang baru membutuhkan tekonologi dan inovasi. Hal ini adalah tugas semua pihak bukan hanya satu atau dua pihak saja (ipb.ac.id)

  • Fapet IPB University Gandeng FLPI Bahas Praktik Animal Welfare Pada Rantai Pasok Sapi Potong

    Fakultas Peternakan IPB University bersama Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) kembali mengadakan pelatihan daring pada hari 13/5. Pelatihan ini dibagi menjadi dua seri dan dilakukan selama dua hari masa pelatihan. Topik yang diangkat adalah “Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Sapi Potong".

    Pada hari pertama, fokus materi membahas tentang kaidah dan praktik kesejahteraan hewan pada rantai pasok sapi potong di Indonesia dan Australia. Hadir sebagai pemateri adalah drh Helen Fadma, alumni IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) yang saat ini berpkiprah sebagai Livestock Service Manager untuk Indonesia di perusahaan Meat and Livestock Australia. Selanjutnya, juga hadir Yudhistira Pratama, SPt dan drh Neny Santy Jelita sebagai pemateri dari FLPI.

    Pelatihan yang terbatas untuk 40 orang peserta ini membahas secara umum praktik-praktik kesejahteraan hewan di Australia dan Indonesia. Selain membahas hal-hal teknis, peserta juga diajak untuk membahas terkait regulasi dan peraturan terkait kesejahteraan hewan.

    Dr Helen manyampaikan bahwa penanganan hewan yang baik adalah syarat kesejahteraan hewan yang baik. Industri peternakan harus menjamin kesejahteraan hewan ternak, meliputi bebas dari lapar dan haus, rasa tidak nyaman, dan tidak cidera. Selain itu, hewan ternak juga harus bebas dari rasa takut dan tertekan, serta leluasa untuk menampilkan perilaku alaminya.

    “Indonesia merupakan negara importir daging sapi terbesar dari Australia. Sapi yang diimpor bukan hanya dalam bentuk daging, tapi masih hidup. Sehingga kesejahteraan sapi harus dijaga selama proses penanganan hewan ternak dari  pengiriman hingga penyembelihan hewan,” ujar Helen.

    Menurutnya, kesejahteraan hewan ternak yang paling riskan adalah saat proses pemindahan. Proses ini biasa menggunakan transportasi darat dan transportasi laut yang membuat sapi sering stres. Salain itu, kandang penampungan sementara juga harus disiapkan sesuai standar yang sudah ditetapkan. Paling banyak ditemui adalah lantai yang tidak datar, sehingga sapi merasa tidak nyaman.

  • Fapet IPB University Gelar Webinar Tetap Cantik dengan Kokon Ulat Sutra

    Ulat sutra identik dengan kokon yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku tekstil. Tapi, ternyata kokon ulat sutra juga dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik untuk perawatan kulit.

    Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Prof Dr Sumiati mengaku penasaran dengan kokon ulat sutra yang bisa mempercantik kulit. "Saya juga penasaran dengan kokon ulat sutra ini, kok bisa membuat kita cantik. Mudah-mudahan dengan webinar ini kita bisa mengulik lebih dalam tentang manfaat kokon ulat sutra bagi kecantikan," paparnya ketika membuka Webinar Series 1 yang bertajuk "Tetap Cantik dengan Kokon Ulat Sutra di Masa Pandemik COVID-19",  Kamis (4/6).

    Terkait manfaatnya di bidang kosmetik, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Dr Yuni Cahya Endarwati menjelaskan kokon ulat sutra memiliki komponen protein serisin. Lebih lanjut ia menjelaskan, komponen serisin mempunyai senyawa antioksidan yang bagus baik untuk makanan maupun kosmetik.

    "Komponen serisin ini dikatakan hampir sama dengan kulit manusia. Kemampuannya seperti asam amino yang sama dengan presentase dan komposisi yang sama. Serisin ini juga membantu transepidermal water loss dari kulit, hampir sampai 85 persen sehingga dapat menjaga kelembaban kulit," imbuhnya.

    Selain itu, serisin juga memiliki kandungan nutrisi yang baik dan bersifat edibel sehingga bisa langsung bisa dimanfaatkan maupun sebagai bahan komposit. Komponen serisin juga bisa sebagai koagulan. Sifat koagulan tersebut dimanfaatkan sebagai purifikasi air dan bisa dimanfaatkan sebagai pembersih muka dari kotoran yang menempel. Di samping itu, kokon ulat sutra juga berfungsi sebagai pelindung ultraviolet maupun senyawa kimia lainnya.

    "Secara alamiah, kokon ini berfungsi sebagai pelindung pupa. Di alam bebas sana, stres dan cekamannya sangat banyak, mulai dari lingkungan maupun musuh yang dapat merusak kokon," papar Dr Yuni.  

    Secara khusus, kokon ulat sutra yang sudah diteliti dan bisa digunakan untuk kosmetik adalah kokon ulat sutra murbei (Bombix mori).

    Pemakaian kokon ulat sutra untuk perawatan kulit yang mudah yaitu dengan merendam kokon selama 5-10 menit di dalam air panas, lalu kokon diletakkan di ujung jari, kemudian digunakan untuk memijat area wajah secara lembut selama 10-15 menit.

    "Kalau perawatan, kita tidak bisa langsung mendapatkan hasilnya. Tidak bisa setelah pemakaian pertama kulitnya langsung kinclong, perlu waktu paling tidak tiga bulan, tergantung perawatan dan jenis kulitnya," jelas Dr Yuni.

    Pakar ulat sutra itu juga menjelaskan, untuk aplikasi optimal, ekstrak protein kokon dapat ditambahkan ke dalam cream, sabun, tonik, serum, masker maupun face mist.

    Sementara, dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Fitria Agustina, SpKK, FINSDV menjelaskan kulit yang sehat dicirikan dengan kulit yang tampak bercahaya, warna kulit merata, terasa kenyal dan halus ketika diraba, dan bebas flek hitam maupun jerawat.  

    "Kulit yang sehat dapat didapatkan dengan memakai kosmetik yang tepat untuk melindungi kulit, asupan nutrisi yang baik dan seimbang, aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin setiap hari sehingga nutrisi dapat terserap optimal ke dalam jaringan kulit,  dan tentunya harus bahagia karena bahagia dapat memicu hormon yang baik bagi kesehatan," pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Fapet IPB University Kembali Adakan Pelatihan Daring Manajemen Ternak

    Fakultas Peternakan IPB University kembali mengadakan pelatihan daring manajemen ternak. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari 14/5 ini bekerjasama dengan dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI). Pelatihan ini merupakan seri kedua yang digelar. Kali ini membahas tentang penanganan hewan ternak di Rumah Potong Hewan (RPH) modern.

    Hadir sebagai  pembicara, Mukhlas Agung Hidayat, SPt, praktisi di bidang manajemen ternak khususnya pemotongan hewan ternak dari FLPI. Ia juga merupakan Manager Produksi RPH PT. Cianjur Aria Makmur. Hari sebelumnya, pelatihan diisi oleh drh Helen Fadma, alumni Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University yang saat ini berprofesi sebagai Livestock Service Manager untuk Indonesia di perusahaan Meat and Livestock Australia.

    Kegiatan dibuka oleh Dr Rudy Afnan selaku Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan, IPB University. Ia mengatakan bahwa di tengah masa pandemi, Fapet IPB University akan terus produktif melakukan kegiatan. Salah satu agenda yang akan dilakukan secara rutin adalah pelatihan dan diskusi online. Dr Afnan juga sangat berterima kasih atas antusiasme dari pemateri yang berasal dari berbagai daerah dan institusi.

    “Saya sangat berterima kasih atas kehadiran dari peserta. Lengkap sekali dari Aceh sampai Papua, baik dari profesor, dosen dan akademisi lain hingga praktisi. Selamat berdiskusi dan belajar, semoga di tengah pandemi ini tidak menurunkan semangat kita untuk terus produktif di bidang kita,“ ungkapnya.

    Pelatihan dibagi menjadi dua sesi utama dengan metode pembahasan materi dan tanya jawab. Sesi pertama membahas tentang pemotongan hewan modern dan tradisional, good slaughter practice (GSP), dan teknis penerapan GSP di RPH modern. Sesi kedua, pembahasan materi fokus pada deboning dan meat parting serta pendalaman tentang pisau RPH dan perawatannya. Selama pelatihan berlangsung peserta sangat antusias untuk melakukan diskusi.

    Mukhlas mengatakan bahwa ada tiga klasifikasi utama RPH yaitu kelas satu hingga kelas tiga. RPH dikatakan modern apabila minimal sudah masuk dalam kategori kelas tiga. Perusahaan yang saat ini ditempatinya adalah RPH kelas dua yang harus menggunakan fasilitas dan  metode yang terstandar internasional. Namun, untuk melakukan ekspor, RPH harus masuk dalam standar RPH kelas satu. Kelas ini jumlahnya sangat sedikit di Indonesia, bahkan bisa dihitung jari.

    “Alur pemotongan dikategorikan menjadi tiga yaitu, pra pemotongan, pemotongan, dan pasca pemotongan. RPH modern menggunakan sedikit tenaga manusia dan lebih banyak menggunakan mesin. Jika pemotongan tradisional sampai melibatkan lima orang untuk menyembelih sapi, RPH modern hanya membutuhkan satu orang operator,” ujar Mukhlas.

    Menurutnya, perlunya RPH mengetahui dan menerapkan pedoman good slaughtering practice yang bisa disebut GSP. Hal ini akan meningkatkan kualitas dari produksi daging di Indonesia. RPH modern di Indonesia masih belum banyak, padahal potensi bangsa sangat besar di bidang peternakan.

    Acara ini dimoderatori oleh Dr Edit Lesa Adhitya. Dikatakannya bahwa kegiatan pelatihan akan dilakukan rutin dengan topik berbeda tiap minggunya(ipb.ac.id)

Page 1 of 4