Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan workshop sertifikasi pemuliabiakan ayam IPB D1 di Hotel Aston, Bogor. Acara ini berlangsung selama dua hari pada (5-6/8) dengan kegiatan workshop pada hari pertama dan penyusunan dokumen pada hari kedua.
Dekan Fapet IPB Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr menyampaikan beberapa harapan mengenai program breeding ini. “Harapannya bisa dikembangkan dan diterima oleh masyarakat dengan strategi di internal yaitu penyerapan sistem breedingdan renovasi kandang”ungkapnya. “Masyarakat lebih meningkatkan konsumsi ayam lokal karena ketergantungan ayam ras saat ini cukup tinggi, sehingga masyarakat bisa lebih mengkonsumsi protein hewani”lanjutnya.
Namun ada juga tantangan yang harus dihadapi, yaitu bagaimana produk bisa disebar luaskan di masyarakat, sehingga keberadaan ayam IPB D1 bisa dikenal luas. “Kedepannya bukan menyaingi ayam lokal yang ada tapi menyebarluaskan kepada masyarakat untuk memberikan informasi sehingga lebih dikenal. Akan lauching ke masyarakat dan diharapkan sesuai dengan standard sehingga diperlukan adanya sertifikasi ini”pungkasnya.
Workshop ini menghadirkan beberapa narasumber terkemuka yang berasal dari dalam IPB maupun luar IPB. Narasumber pertama yaitu Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Sc yang memamparkan awal mula pengembangan pemuliabiakan ayam lokal pedaging unggul IPB-D1 berbasis sumberdaya lokal. “Ayam IPB D-1 dikembangkan sejak 2010 dengan keunggulan yaitu pertumbuhan cepat, tahan penyakit salmonella dan tetelo/ND, Adaptip terhadap manajemen dan penggunaan pakan lokal hingga 40%, cita rasa daging empuk dan spesifik seperti ayam kampung”jelasnya.
Selanjutnya Firmansyah Budiyanto, S.Pt., M.Si dari Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak di Kementerian Pertanian hadir menyampaikan materi mengenai Standar Nasional Indonesia Ayam Lokal. “SNI ayam lokal merupakan dokumen standar teknis dan menjadi satu-satunya instumen yang memiliki kekuatan hukum”tuturnya. Firman juga menjelaskan manfaat SNI ayam lokal bagi produsen yaitu mendorong terciptanya produk dengan standar tertentu yang hanya bisa dihasilkan jika produksi memenuhi ketentuan tertentu. Namun untuk penerapan SNI bersifat sukarela kecuali keperluan melindungi kepentingan umum. Selain itu disampaikan beberapa tahapan perumusan, dokumen acuan serta beberapa persyaratan terkait SNI.
Dr. Ir. Tike Sartika, M.Si, Peneliti dari Pusat Riset Peternakan melanjutkan materi dengan tema pembentukan dan breeding ayam lokal Indonesia. Dr. Tike banyak menjelaskan mengenai spesies ayam lokal Indonesia dari mulai sejarahnya hingga saat ini. “Ayam lokal yang ada di Indonesia merupakan turunan ayam hutan merah indonesia yang sudah terkontaminasi dari ayam lokal Cina maupun India. Indonesia termasuk salah satu pusat domestikasi ayam di dunia”paparnya.
Pada sesi kedua, Rofii, S.Pt., M.Si selaku Ketua Kelompok Unggas dan Aneka Ternak, Direktorat Pembibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Kementerian Pertanian menyampaikan materi dengan tema ‘Kebijakan Pengembangan Pembibitan Ayam Lokal lalu dilanjutkan dengan pemateri terakhir yaitu Dr. Sri Subekti, S.Pt., M.Si dari R&D Charoen Phokphand yang membawakan tema Outlook Industri Pakan Ayam Lokal Indonesia’. (Iis Erlina).