News

  • Dr Maria Ulfah adalah dosen di Fakultas Peternakan IPB University. Selain sebagai dosen, ia juga merintis usaha di bidang fashion yang dikombinasikan dengan keilmuwanya. Ada 2 dua brand yang diproduksinya yaitu GALLINACEOUS (tas kulit asli, batik, hijab, sajadah) dan COPSYCHUS (tas non kulit) di bawah manajemen GALLINACEOUS INDONESIA yang didirikannya.  GALLINACEOUS INDONESIA adalah rumah produksi dengan konsep memberdayakan masyarakat lokal dan mendukung pelestarian sumberdaya unggas, burung dan biodiversitas Indonesia.

    Dalam kesempatan wawancara dengannya beberapa waktu lalu, ia menerangkan bahwa awal perintisan GALLINACEOUS INDONESIA bukanlah untuk tujuan komersial, melainkan untuk dapat mengenalkan burung dan unggas asli Indonesia serta habitatnya ke masyarakat.
    “GALLINACEOUS INDONESIA berdiri pada tahun 2017 dengan modal awal hanya 5 juta rupiah. Pada awal berdirinya, GALLINACEOUS INDONESIA tidak ditujukan untuk komersial. Tujuan utama pendiriannya adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di sekitar yang pengangguran dan yang tidak punya pekerjaan tetap,” ungkapnya. 

    GALLINACEOUS berasal dari nama Latin yang artinya segala sesuatu yang menyerupai ayam sehingga semua produk yang diproduksi oleh GALLINACEOUS INDONESIA bertema unggas dan burung asli Indonesia serta habitatnya. Hal ini mendukung gerakan nyata yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang biodiversitas Indonesia melalui fashion.  “Melalui pengenalan filosofi setiap produk yang bertema burung dan unggas Indonesia, GALLINACEOUS INDONESIA juga mengajak masyarakat untuk mendukung program konservasi biodiversitas di Indonesia,” ungkapnya. 

    Dalam lima tahun berdirinya, GALLINACEOUS INDONESIA telah mengikuti berbagai pameran dan menjual produknya hingga ke berbagai negara. Pada tahun 2020, GALLINACEOUS INDONESIA meraih Juara 1 Lomba Video Promosi Produk. Pada tahun yang sama, ia juga mendapatkan penghargaan sebagai Wanita Pengusaha Ter-Inovatif dari Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).  

    Brand lokal asli Bogor dengan tema biodiversitas Indonesia ini dapat diakses melalui media sosial serta web GALLINACEOUS INDONESIA.  Selain itu masyarakat dapat membelinya melalui berbagai platform e-commerce (ipb.ac.id)

  • Namanya Muhamad Arifin, alumnus IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet). Selama berkuliah, Arifin aktif sebagai anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Masjid Al Hurriyyah, anggota Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Peternakan dan berkesempatan mengikuti program pembinaan masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB University. Semasa kuliah, ia juga berkesempatan mendapatkan beasiswa Tanoto Foundation.

    Setelah menyelesaikan program Sarjana, Arifin meneruskan studi program Magister di IPB University dengan mengambil bidang studi Teknologi Hasil Ternak. Program Magister ia selesaikan dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.

    Setelah lulus, Arifin memutuskan bekerja di perusahaan selama dua tahun. Namun, ia memutuskan untuk menggeluti bisnis di bidang peternakan yaitu bisnis yogurt dengan nama brand Dairycious. Sebagai Co-founder, Arifin menjalankan usahanya bersama dua rekannya yaitu Edgina Borton, yang juga alumnus IPB University dari Departemen  Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) dan Tahfidz Syuriansyah.  

    Sejak usahanya berdiri pada tahun 2015 hingga kini pemasaran yogurt Dairycious telah menyebar di Jabodetabek, Banjarmasin dan Medan. Sementara, untuk reseller saat ini telah mencapai Lampung dan Yogyakarta. Sedikitnya ada 41 ritel yang sudah menjadi langganan penjualan yogurt Dairycious.

    “Secara rutin kami suplai ke modern market dan ritel di Jabodetabek, termasuk juga reseller-nya. Dalam satu bulan bisa mencapai delapan ribu bahkan sepuluh ribu cup terjual. Tergantung jumlah order dari marketnya,” terang Arifin.

    Dengan harga berkisar 12 ribu sampai 15 ribu per cup berukuran 140 gram, omset yang didapatkan sebesar 70 sampai 100 juta rupiah per bulan. Meskipun memiliki omset yang besar, Arifin dan rekannya menjalankan usaha dengan prinsip socio-entrepreneur. Dengan mengusung prinsip socio-entrepreneur itu, sedikitnya ada 10 peternak dan 6 warga setempat yang terlibat dalam mengembangkan usaha yogurt Dairycious.

    “Kami mengangkat tagline Fresh Milk from Local Farmer, maksudnya adalah susu yang kami pakai benar-benar bagus dan berkualitas. Dengan demikian, yogurt kami terbuat dari susu segar dan buahnya dari selai buah asli bukan flavour,” jelas Arifin.

    Lebih lanjut ia menerangkan, satu liter susu segar dibeli dari petani dengan harga Rp 7500 per liter. Harga ini lebih tinggi dari harga pembelian oleh koperasi maupun harga pasar.

    Ke depan, Arifin akan memberikan program pendampingan dan pelatihan bagi peternak sapi perah yang telah menjadi mitra. Upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian peternak terhadap produk susu yang dihasilkan supaya produk susu tersebut tetap berkualitas tinggi.

    Terkait socio-entrepreneur, Arifin berpesan kepada kaum milenial untuk terus meningkatkan kepedulian sosial diantaranya melalui aksi-aksi nyata socio-entrepreneur. “Bisnis memang bagus, tetapi jangan sampai hanya mementingkan diri sendiri. Alangkah baiknya apabila bisnis yang dijalankan bisa memberikan keuntungan dan manfaat bagi banyak orang,” tandasnya.

    Ia juga berpesan supaya generasi milenial dapat memperjuangkan cita-citanya dengan baik, karena cita-cita tanpa adanya realita hanya akan menjadi cerita dan mimpi-mimpi tanpa realisasi. 

  • Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) yang didukung oleh Fakultas Peternakan IPB University menyelenggarakan Online Training, dengan mengangkat tema "Satwa Harapan, Ulat Hongkong", (27/6) dengan menggunakan aplikasi Zoom.

    Ketua Umum FLPI yang juga dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Prof Dr Luki Abdullah mengatakan kegiatan pelatihan ini sebagai wadah untuk sharing informasi yang berkaitan dengan satwa harapan yaitu Ulat Hongkong. Kegiatan ini juga sebagai incoming commodity untuk bisa dikembangkan dan ditingkatkan oleh pelaku usaha Ulat Hongkong di Indonesia dengan baik.

    "Harapannya ke depan, dapat membangun jejaring satu dengan yang lain, karena pelaku usaha Ulat Hongkong di Indonesia belum begitu banyak. Selain dibutuhkan modal dan pangsa pasar yang optimal, juga diperlukan keuletan dalam budidaya Ulat Hongkong. Sehingga peningkatan pengembangan usaha Ulat Hongkong ini dapat meningkat dengan maksimal," katanya.

    Sebagai narasumber training, Prof Dr Asnath Maria Fuah, dosen IPB University yang merupakan Guru Besar di Fakultas Peternakan  membahas tentang “Satwa Harapan, Pilihan Usaha Menjanjikan yang Efisiens”. Ulat Hongkong merupakan larva dari proses metamorfosis kumbang kecil (yaitu telur, larva, kepompong, dan kumbang). Nah, larva itulah yang disebut dengan Ulat Hongkong. Ulat Hongkong banyak digunakan sebagai pakan burung, ikan dan binatang peliharaan lainnya.

    "Keunggulan usaha satwa harapan yakni Ulat Hongkong adalah nilai ekonomi tinggi, siklus hidup pendek, relatif tahan dari penyakit, mudah beradaptasi dan ramah lingkungan, efisiens modal dan efisiens lahan dan ruang," ujarnya.

    Prof Asnath menambahkan, strategi budidaya satwa harapan (Ulat Hongkong) yang berkelanjutan yaitu ketersediaan pakan dan bibit secara cukup dan sustainable, kemudian penguatan kapasitas organisasi, sumberdaya manusia (SDM) dan kemitraan (pentahelix), pembenahan infrastruktur, sistem distribusi dan tataniaga, penguatan teknologi budidaya dan pasca panen dan kebijakan menyangkut regulasi tata ruang dan kawasan budidaya.

    Hadir juga pemateri lain yang juga dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Dr Yuni Endrawati Cahya, juga alumni Fakultas Peternakan IPB University sekaligus Founder PT Sugeng Jaya Group yang bergerak di bisnis ulat hongkong yakni Koes Hendra Agus Setiawan, SPt (ipb.ac.id)

  • Manajemen logistik yang sembarangan bisa mengakibatkan buruknya kualitas pakan yang diterima peternak. Turunnya kualitas pakan yang diproduksi dapat terjadi misalnya karena adanya kontaminasi mikrobia merugikan seperti kontaminasi salmonella, escericia colli, clostridia, listeria dan camphylobacter yang bisa berefek pada kejadian penyakit pada manusia (food borne disease) yang mengonsumsi daging atau telur ayam yang pakannya terkontaminasi mikroba merugikan tersebut.

    Untuk meminimalkan risiko itu, General Manager PT Charoen Pokphand Indonesia Istiadi dalam sebuah pelatihan tentang manajemen logistik pakan yang diselenggarakan di Kampus IPB Darmaga Bogor menjelaskan ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam hal manajemen logistik pakan ini. Acara diselienggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) di Kampus IPB Darmaga, pada 26-27 Maret 2019.

    Beberapa upaya yang disarankan Istiadi antara lain kemasan pakan yang dipakai harus higienis, selalu menjaga kebersihan truk atau sarana transportasi pakan yang lain, penerapan biosekuriti yang ketat antar lokasi produksi dan pergudangan pakan, senantiasa menjaga higiene dan sanitasi gudang, serta penerapan prinsip first in first out (FIFO) pakan. Pakan yang dikeluarkan atau dikirim ke konsumen adalah yang paling awal masuk gudang, bukan malahan sebaliknya. Selain menjaga agar tidak terjadi banyak risiko kontaminasi mikrobia merugikan, penerapan FIFO juga dimaksudkan untuk menjaga kesegaran produk pakan yang diterima konsumen.

    Sumber-sumber risiko munculnya kontaminasi harus dapat diidentifikasi sehingga dapat diminimalkan kemunculannya. Hal ini disebabkan sumber-sumber kontaminasi bisa berasal dari mana saja, seperti dari bahan baku pakan itu sendiri, gudang yang tidak bersih, atau sumber daya manusia yang menangani bahan baku yang tidak menjaga higiene dan sanitasi.

    Proses distribusi bahan baku pakan ke pabrik atau dalam proses produksi pakan juga dapat terjadi kontaminasi mikrobia berbahaya, yang berasal dari debu yang bertebangan, tikus, serangga, burung-burung liar ataupun hewan peliharaan seperti anjing dan kucing. (livestockreview.com)

  • Ulat hongkong atau dalam bahasa lain dikenal dengan Meal Worm atau Yellow Meal Worm merupakan salah satu jenis satwa harapan yang saat ini mudah ditemukan di berbagai toko-toko pakan burung, reptil dan ikan. Ulat yang berasal dari wilayah Mediterania itu kini sudah menyebar hampir ke seluruh dunia, dan banyak digunakan sebagai suplemen pakan hewan-hewan tersebut.

    Melihat potensi besar pengembangan ulat hongkong tersebut, peluang tersebut segera ditangkap oleh Founder PT Sugeng Jaya Group Koes Hendra Agus Setiawan, S.Pt. Tantangan bisnis ulat hongkong saat ini yakni,”kebutuhan ulat tepung di Jabodetabek saat ini mencapai 80 Ton/ bulan, dengan sistem distribusi yang masih belum efisien, sehingga menyebabkan kurangnya stok di pasaran,” kata Koes dalam pelatihan online tentang satwa harapan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada 27 Juni 2020 lalu melalui aplikasi daring.

    Target pasar ulat hongkong yang ia kembangkan adalah kicau mania, penghobi hewan eksotik, penghobi ikan hias, pemancing, dan penghobi hewan reptil. Selama masa pandemi covid-19, Koes mengatakan permintaan produk ulat tepung meningkat 100%, dan harga ulat segar melonjak dari rata-rata harga Rp 45.000 ke Rp 85.000, dengan peningkatan permintaan didominiasi oleh pengguna akhir.

    Salah satu kunci bisnis ulat hongkong adalah dalam hal manajemen pembibitan, yang harus dijaga suhu optimal pada 27-30 derajat celcius. Empat hal utama dalam manajemen pembibitan ini yakni adanya pakan ransum komplit, kontinuitas asupan air terjaga, tersedia media hidup, dan ukuran ulat bibitan dalam kotak harus seragam.

    Pakan ulat bibitan dibedakan dengan pakan ulat komersial berdasarkan kebutuhan nutriennya, dan diberikan secara teratur dan tepat waktu. Adapun sumber air, harus selalu tersedia karena ulat bibitan memerlukan kadar air yang cukup untuk bekal selama pupasi. “Perlu dilakukan adanya penyortiran ukuran ulat agar tercipta keseragaman ukuran. Kesegaran ukuran meminimalisir terjadinya dominasi, dan keseragaman waktu pupasi bisa tercapai,” jelas Koes.

    Ia menandaskan tentang kunci penting dalam berbisnis ulat hongkong, yakni,”tekun dan ulet menangani hewan kecil, peka terhadap cuaca dan respon ternak dan tahan banting,” kata Koes Hendra Agus Setiawan (livestockreview.com)

  • Memasuk era industri 4.0, para pelaku usaha di bidang usaha pengolahan hasil ternak harus mencermati adanya berbagai perubahan paradigma yang ada. Tidak hanya dalam hal cara bekerja, keahlian, maupun cara konsumsi yang berubah, namun cara para pelaku industri dalam merancang, memproses, maupun memproduksi pun ikut berubah.

    Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian Iken Retnowulan dalam sebuah workshop tentang penerapan teknologi 4.0 pada rantai pasok industri olahan hasil ternak. Acara diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Baranangsiang Bogor pada 2 Mei 2019 lalu.

    Dalam pemaparannya, Iken menguraikan, hal-hal yang berubah itu yakni dari ‘merancang hanya untuk proses manufactur’ menjadi unconstrain design’ yang membawa konsekuensi pada optimasi desain algoritmik, co-creation bersama konsumen, material custom yang sesuai dengan permintaan, dan adanya kontrol simulasi.

    Perubahan berikutnya adalah dari ‘produksi massal’ berubah menjadi produksi yang bersifat fleksibel. Hal itu berdampak pada tahapan proses yang lebih sedikit, lead time lebih pendek, kebutuhan tooling dibatasi atau bahkan tidak perlu, pengurangan aset tidak bergeak, dan jumlah batch yang hanya satu buah.

    Perubahan lainnya yakni dari ‘rantai pasok global’ menjadi ‘supply unchained’ yang menyebabkan terjadinya rasio tinggi antara output produksi dengan ruang yang tak terpakai, serta produksi yang terdistribusi.

    Industri pengolahan hasil ternak yang menjadi salah satu penopang penting industri pangan harus pula berbenah dengan perubahan ini. Iken mengingatkan tentang lima teknologi kunci di industri 4.0 ini, yakni teknologi AR dan VR yang mudah digunakan, teknologi robot cerdas, pencetakan dimensi dimensi, teknologi kecerdasan buatan, dan internet of thing. Kelima teknologi itu harus disinergikan sehingga migrasi sebuah industri menuju 4.0 dapat berjalan dengan baik. (livestockreview.com)

     

     

  • Profesi butcher di Indonesia belum banyak jumlahnya. Di RPH ada banyak jagal tetapi mereka belum bisa dikatakan sebagai butcher. Pemerintah Indonesia saat ini sedang menggalakkan berbagai pelatihan dan sertifikasi profesi butcher untuk melahirkan butcher-butcher baru yang kompeten dan bersertifikat.

    Atas hal itu, Kementerian Pertanian telah menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor Pertanian untuk bidang Pemotongan Daging (Butcher). Penyusunan SKKNI bidang Pemotongan Daging (Butcher) bertujuan untuk memberikan acuan baku tentang kriteria standar kompetensi kerja tenaga ahli Pemotong Daging berdasarkan topografi karkas (Butcher) bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rangka mewujudkan Butcher yang profesional dan kompeten.

    ”Kompetensi Kerja mempunyai arti sebagai kemampuan kerja seseorang yang dapat terobservasi, serta mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja seseorang dalam menyelesaikan suatu fungsi dan tugas atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ditetapkan," kata Staf Pengajar Fakultas Peternakan IPB Dr Ir Henny Nuraini, MSi dalam Pelatihan Butcher dan Sertifikasi Kompetensi bidang pemotongan daging (butcher) level yunior (SKKNI) yang berlangsung pada tanggal 18- 22 November dan 25- 27 November 2019 di Fakultas Peternakan IPB. Acara yang dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan BBPKH Cinaragara tersebut dimulai dengan beberapa materi penting, antara lain tentang penerapan K3, jaminana keamanan dan mutu produk serta higiene, dan kemudian dilanjutkan dengan materi dan praktek mengoperasikan pisau dan kebijakan mutu dari tim BBPKH.

    Henny menjelaskan, berdasarkan peta fungsi, jabatan Butcher diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) level yaitu Junior, Senior, Master. Masing-masing level tersebut mempunyai keterampilan dengan kompetensi berbeda yang sifatnya berjenjang dan harus lulus uji kompetensi pada level sebelumnya.

    Dengan adanya para butcher yang tersertifikasi, maka dapat dihasilkan tenaga-tenaga butcher profesional yang berkompeten, sehingga dapat memiliki daya saing yang tinggi dengan tenaga asing -yang diharapkan peluang kerja untuk profesi Butcher profesional di Indonesia dapat diisi oleh SDM dalam negeri. (majalahinfovet.com)

  • Seorang praktisi di industri peternakan sapi potong yang dibutuhkan, tidak hanya sekadar menguasai keilmuan peternakan, namun juga harus memiliki jiwa kewirausahaan, memiliki ketrampilan dan wawasan seputar regulasi pternakan.

    Sekjen Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI), Didiek Purwanto, dalam sebuah workshopyang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia di Bogor, Jumat, 13 April 2018, mengatakan, kelemahan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang peternakan Indonesia adalah kurangnya praktek di lapangan dan pengetahuan dasar tentang kehidupan sehari-hari di bidang peternakan. 

    Oleh karena itu, seorang SDM peternakan harus memiliki kompetensi di bidangnya, seperti di bidang pembibitan dan pembiakan, penggemukan, pemotongan dan pendistribusian produk daging. Tuntutan kompetensi meliputi antara lain, mengerti dasar pembibitan dan breeding, pemahaman teknologi pembibitan dan pembiakan, serta familiar atau terbiasa dengan tingkah laku ternak sapi (majalahinfovet.com)
  • Dalam rangka program Dosen Mengabdi, tim dosen IPB University terdiri dari Dr Heri Ahmad Sukria, Sazli Tutur Risyahadi, STP, MT, MSi dan Suhendi Irawan ST, MSc memberikan pelatihan dan pendampingan formulasi pakan bagi para peternak kelinci di Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat (14/8). Program tersebut sebagai penerapan teknologi dari Fakultas Peternakan IPB University yang bertujuan meningkatkan produktivitas kelinci pedaging para peternak di salah satu desa lingkar kampus.
     
    Pelatihan dihadiri oleh 14 peternak kelinci pedaging yang dikoordinasikan oleh Indra Wiraguna, pemilik Kagoda Rabbit Farm. Dalam sambutannya, Indra menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan ransum sangat mendukung kemajuan peternakan kelinci. Pasalnya saat ini harga pakan cenderung semakin meningkat. Di sisi lain, terdapat banyak bahan pakan potensial di sekitar daerah tempat tinggal peternak.
     
    “Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (abdimas) ini bertujuan sebagai arena pembelajaran peternak untuk menjadikan kelincinya lebih produktif dan lebih menguntungkan dengan memformulasikan bahan-bahan pakan lokal yang berada di sekitar wilayah peternak,” jelas Dr Heri Ahmad Sukria. 

    Setelah pelatihan, dosen IPB University melakukan pendampingan pengujian pakan lokal hasil formulasi kepada ternak kelinci. Pendampingan dilakukan sejak adaptasi pakan, penimbangan berat badan kelinci, pengukuran konsumsi pakan hingga uji kualitas sampel pakan.

    Anggota tim dosen lainnya, Sazli menyampaikan mengenai teknik formulasi ransum dengan linear programming berbasis software excel. Menurutnya, biaya bahan baku pakan akan minimal sekaligus kebutuhan nutrisi kelinci akan terpenuhi dengan penerapan linear programming berbasis excel.

    “Usaha peternakan membutuhkan kolaborasi bersama antar peternak, misalnya dengan pembentukan koperasi peternakan kelinci. Sehingga pengadaan bahan baku akan lebih murah, biaya produksi akan lebih rendah dan potensi pemasaran yang lebih luas baik dagingnya maupun olahannya,” terang Sazli.

    Lebih lanjut, Suhendi menambahkan dalam tutorialnya bahwa excel merupakan software familiar bagi beberapa peternak kelinci, terutama peternak milenial sehingga mudah diterapkan.

    Salah satu peternak yang mengikuti pelatihan, Uu Sugema menuturkan, kegiatan ini menambah wawasannya. Uu mengaku, sebelumnya ia hanya mengetahui pakan yang dibeli toko. Namun sekarang dirinya sudah mengetahui jenis bahan-bahan pakan, kandungan nutrisi dan cara formulasi pakan.

    “Tidak hanya mendapat pengetahuan, namun saya juga merasa bersyukur karena pakan hasil produksinya diuji oleh Laboratorium Pakan IPB University. Juga berkesempatan untuk diproduksi dengan bantuan dari Divisi Industri Pakan IPB University, sehingga lebih termotivasi untuk terus melakukan formulasi bahan pakan,” ujar Uu, peternak yang kini memiliki sekitar 50 ekor kelinci pedaging (ipb.ac.id)

  • Prestasi ini ia raih karena ketekunannya dalam menulis artikel ilmiah. Ayah enam anak ini selalu konsisten dan fokus dalam menulis artikel ilmiah. Dalam menggeluti profesinya sebagai dosen dan juga peneliti, ia menjadikan menulis artikel ilmiah sebagai suatu kegiatan rutin harian.

    “Saya meluangkan waktu sekitar setengah jam atau satu jam setiap hari untuk aktivitas menulis. Yang penting rutin,” ucap dosen di Fakultas Peternakan IPB University ini.

    Prof Anuraga menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Peternakan IPB University pada Mei 2003. Setelah itu, ia mendapat gelar Master of Science (M.Sc) di Agricultural Sciences in the Tropics and Subtropics (Minor in Animal Nutrition), University of Hohenheim, Stuttgart, Jerman.

    Prof Anuraga juga pernah menjalani Postgraduate Diploma (PgDip) di Spanyol mengenai Modeling in Ecology and Natural Resource Management, Polytechnic University of Catalunya, Barcelona pada September 2011. Ia kemudian meraih gelar PhD di Swiss Federal Institute of Technology (ETH) Zurich, Switzerland. Dan pada Maret 2021, ia mulai mendalami ilmu agama dengan mengikuti Program Magister Pendidikan Agama Islam (kelas karyawan) di Universitas Muhammadiyah Tangerang.  

    Berkat perjuangannya ini, tidak heran Prof Anuraga memiliki sejumlah prestasi, di mana salah satunya adalah menjadi Dosen Berprestasi Nasional 2019 (peringkat 1) untuk kategori Sains dan Teknologi.

    “Untuk mendapatkan ini semua, perlu perjuangan. Baik dari segi ikhtiar maupun tawakkal. Hal penting lainnya adalah meminta doa orang tua, keluarga dan orang-orang soleh. Jangan pernah menyerah, terus persisten menghadapi ujian dan tantangan yang ada. Ini semua karena pertolongan dan kehendak dari Allah SWT,” ucapnya.

    Saat ini Prof Anuraga Jayanegara menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB University. Ia juga pernah menjadi Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan IPB University.

    Karena kepakarannya di bidang Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, ia pun turut serta menjadi Editorial Board berbagai jurnal nasional dan internasional. Diantaranya Asian Australasian Journal of Animal Sciences, South Korea (Internasional Q1), Frontiers in Veterinary Science, Switzerland (Internasional Q1), Jurnal Agripet, Universitas Syiah Kuala (Nasional S2), Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, Universitas Brawijaya (Nasional S2), Tropical Animal Science Journal, IPB University (Internasional Q2).

    Tidak jarang, ia juga berkesempatan menjadi Dosen Tamu di luar negeri, seperti di Hiroshima University dan Mie University (Jepang), di Ghent University (Belgium), Poznan University of Life Sciences (Polandia), dan di almamaternya sendiri yakni ETH Zurich - Switzerland (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University turut berpartisipasi pada kegiatan Jelajah IPB 2022 yang berlangsung di Gedung Graha Widya Wisuda pada (19-20/11). Selessonya Latif, perwakilan mahasiswa dari Departemen IPTP Fapet mengatakan pengunjung yang mendatangi stand booth  mencapai ratusan orang. Tercatat hari pertama pameran didatangi sekitar 700 pengunjung dan  400 pengunjung yang terdiri dari siswa dan orangtua yang mendampingi. Menurutnya,  ramainya pengunjung dikarenakan produk yang ditampilkan di Fapet bukan hanya display menarik seperti yogurt, olahan hasil ternak, ransum untuk pakan ternak saja. “Di stand booth Fapet, ada gamesnya berupa quiz seputar peternakan dengan bermacam hadiah menarik” jelasnya.

    Perwakilan mahasiswa Fapet dari Departemen INTP, Fikri Fatimah, yang juga banyak menjelaskan perihal Fapet ke pengunjung, mengungkapkan antusiasme siswa-siswi pengunjung yang banyak menemukan hal baru di Fapet, misalnya produk yogurt rosella, dan telur omega inovasi Prof. Asnath M Fuah, Guru Besar Fapet IPB diberikan sebagai hadiah pada saat pengunjung dapat menjawab pertanyaan quiz dengan benar. “Rasa telur tersebut yang tidak amis dan mudah ditelan (tidak seret di tenggorokan)” ujar Bara, salah satu siswa SMA di Bogor yang memenangkan quiz di stand booth Fapet.

    Selain produk, program studi (prodi) di Fapet juga menjadi daya tarik pengunjung kepada Fapet. Salah satu peserta, Fuji yang duduk di bangku kelas XII SMA Cibungbulang kabupaten Bogor mengaku tertarik dengan fakultas peternakan karena di dalamnya terdapat inovasi olahan hasil ternak yang sesuai dengan passionnya yaitu memasak. “Di fapet itu beda dari fakultas/kampus yang lain karena ada 3 prodi namun terikat. Kalau sudah masuk bisa kolaborasi bersama teman” ujarnya. Ia juga punya keinginan untuk mengajak temannya bergabung ke Fapet.

    Pengunjung lain, Fahem, mengatakan bahwa awalnya tidak pernah terpikirkan untuk tertarik pada peternakan, namun setelah mengunjungi booth Fapet, jadi sedikit tahu tentang peternakan, ternyata berbeda dari apa yang dipikirkannya selama ini. “Peternakan itu lebih kompleks, apalagi di IPB lebih khusus, tidak seperti peternakan pada umumnya. Jadi akan bisa sesuai dengan apa yang diinginkan” ungkapnya. Pada akhirnya siswa SMA yang berasal dari kota Bogor ini  mulai terpikirkan untuk masuk ke IPB karena setelah mendengar paparan dari pameran tersebut menjadi tertarik kuliah di Fapet khususnya prodi Teknologi Hasil Ternak (THT). (Femmy)

  • Penilaian mutu fisik daging dilakukan pada karkas setelah mengalami proses chilling selama 24 – 48 jam. Penilaian dilakukan dengan seksama pada irisan melintang rusuk ke 12 (musculus longissimmus dorsi) dari setiap karkas bagian kanan.

    Menurut penjelasan Dr Hennny Nuraini dari Departemen Ilmu Produksi & Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB dalam sebuah pelatihan tentang penanganan daging yang berkualitas, karkas yang diperiksa tidak boleh ditemukan adanya penyimpangan kualitas daging yang telah distandarkan.

    Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus IPB Darmaga tersebut dilaksanakan di Bogor pada 29-30 April 2019 lalu, dan dilanjutkan dengan kunjungan dan demo praktek pengolahan daging yang sehat dan berkualitas di toko daging di kawasan Kalimalang, Jakarta.

    Lebih jauh Henny menjelaskan, dalam hal penilaian warna daging dapat dilakukan dengan melihat warna permukaan otot mata rusuk dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar warna. Nilai skor warna ditentukan berdasarkan skor standar warna yang paling sesuai dengan warna daging. “Standar warna daging terdiri atas 9 skor mulai dari warna merah muda hingga merah tua,” katanya.

    Adapun untuk penilaian warna lemak dapat dilakukan dengan melihat warna lemak subkutis dengan bantuan cahaya senter, dan mencocokkannya dengan standar warna lemak. Nilai skor warna ditentukan berdasarkan skor standar warna yang paling sesuai dengan warna lemak. “Standar warna lemak mulai dari warna putih hingga kuning,” jelas Henny.

    Sedangkan untuk penilaian marbling atau lemak intramusculer, dilakukan dengan melihat intensitas marbling pada permukaan otot mata rusuk dengan bantuan cahaya senter dan mencocokannya dengan standar nilai marbling. Nilai skor marbling ditentukan berdasarkan skor standar marbling yang paling sesuai dengan intensitas marbling otot mata rusuk. “Standar marbling terdiri mulai dari yang praktis tidak ada marbling, hingga yang banyak marbling,” kata Henny.(livestockreview.com)

  • Untuk menjaga keamanan pangan produk daging, maka program persyaratan dasar keamanan pangan harus selalu diterapkan. Program tersebut dijabarkan dalam Standard Operating Procedures (SOP) atau Prosedur Operasional Baku (POB). Program persyaratan dasar keamanan pangan tersebut pada prinsipnya yakni praktik-praktik dan kondisi yang diperlukan sebelum dan selama pelaksanaan jaminan keamanan pangan yang sangat esensial untuk produksi pangan yang aman.

    Menurut Pengajar FKH IPB Dr Denny W Lukman dalam sebuah pelatihan tentang penanganan daging yang berkualitas, program persyaratan dasar tersebut bersifat wajib dan secara konsisten dijalankan sebelum penerapan sistem jaminan keamanan pangan di unit usaha produksi pangan. Acara yang dilangsungkan di Bogor pada 29 April 2019 tersebut diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus IPB Darmaga, dan dilanjutkan dengan kunjungan dan demo praktek pengolahan daging yang sehat dan berkualitas di toko daging di kawasan Kalimalang, Jakarta.

    Lebih lanjut Denny memaparkan, dalam sebuah rantai pangan, setiap tahapan dalam rantai mesti menerapkan good practices atau praktik yang baik dalam rangka penjaminan keamanan pangan dalam sistem rantai pangan. Secara umum, "Good Practices adalah aktivitas jaminan mutu yang menjamin produk pangan dan proses pengolahannya konsisten dan terkendali," tandas Denny.(kulinologi.co.id)

  • Pisau merupakan alat untuk memotong suatu benda, yang terdiri dari dua bagian utama, yakni bilah pisau dan gagang atau pegangan pisau. Pisau-pisau yang khas untuk memotong atau memproses daging haruslah merupakan pisau yang bermutu tinggi yang mempunyai kekerasan bilah melebihi HRC 53 ke atas.

    "Seorang butcher wajib untuk memiliki pisau bermutu tinggi. Pisau-pisau yang bermutu tinggi tidak murah, tetapi dapat tahan seumur hidup, dan pisau-pisau tersebut berharga untuk diinvestasikan,” kata Elies Lasmini, S.Pt,M.Si, Widyaiswara Ahli Madya Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian RI dalam Pelatihan Butcher dan Sertifikasi Kompetensi bidang pemotongan daging (butcher) level yunior (SKKNI) yang berlangsung pada 18-22 November dan 25- 27 November 2019 di Fakultas Peternakan IPB Bogor. Pelatihan diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) IPB bekerjasama dengan BBPKH Cinaragara.

    Karena pisau merupakan senjata penting bagi seorang butcher, maka perawatan rutin pisau mutlak harus dilakukan. Elies menandaskan, pada dasarnya perawatan dan pemeliharaan pisau meliputi pencucian atau sanitasi, dan pengasahan pisau untuk mempertahankan ketajamannya.

    Lebih jauh Elies memberi beberapa saran perawatan pisau, yakni setelah dipakai, pisau harus dibersihkan, dikeringkan, dan kemudian dilapisi pelumas untuk selanjutnya disimpan di tempat kering. Demikian juga jika sudah dipegang blade-nya juga harus dibersihkan, karena garam dari keringat dapat menyebabkan pisau berkarat. “Cuci segera pisau setelah digunakan untuk memotong bahan yang mengandung asam. Hal ini bertujuan untuk menjaga wana pisau agar tidak cepat berubah dan berkarat,” kata Elies.

    Pisau juga jangan digunakan untuk mengorek-ngorek bara api, karena bisa mengakibatkan proses tempering atau penurunan dari kekerasan baja pisau, sehingga mudah tumpul. Demikian juga dengan penggunaannya, harus tepat sesuai dengan jenis dan fungsinya. Misalnya pisau tebat untuk menebas, pisau skinner untuk menguliti atau mengupas -tidak untuk dibacokkan ke tulang. “Jadi, gunakan pisau sesuai dengan bentuk, ukuran, ketebalan serta sudut ketajaman pisaunya,” kata Elies sembari menambahkan, jika pisau tidak dipakai dalam jangka waktu lama, setelah dicuci dan dilap kering, oleskan minyak goreng pada pisau tipis-tipis saja, kemudian lap dengan tisu.

    Pada saat disimpan, sebaiknya pisau dibungkus dengan kertas tisu, dan sebelum menggunakan pisau yang telah lama disimpan, bersihkan dulu dengan lap bersih untuk menghindari kontaminasi bakteri dari pisau (livestockreview.com)

  • Proses transportasi ternak menjadi aktivitas yang rentan terhadap tekanan atau stres pada ternak yang diangkut. Faktor-faktor yang berkontribusi pada stres ternak saat transportasi diantaranaya yakni usia ternak, jenis kelamin, jenis ternak, status fisiologi dan adanya pengalaman sebelumnya.

    “Stres pada ternak selama transportasi terbagi dalam dua kategori, yakni stres fisiologi dan stres fisik. Stres fisiologi misalnya kekangan, handling atau penanganan dan lingkungan baru. Sedangkan stres fisik antara lain lapar, haus, lelah, cedera dan panas,” kata Muhamad Baihaqi selaku pakar bidang produksi ternak ruminansia kecil, Fakultas Peternakan IPB, dalam Online Training bertema “Logistik Ruminansia Kecil (Domba/Kambing)” pada 19-20 Juni 2020.

    Acara yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB tersebut juga menghadirkan narasumber penting lain, yakni Business Owner Mitra Tani Farm, Budi Susilo.

    Untuk meminimalkan stres pada saat transportasi ternak, maka sangat dibutuhkan penerapan kesejahteraan hewan (Kesrawan/animal welfare). Baihaqi menjelaskan, yang dimaksud dengan Kesrawan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

    Ia menandaskan, prinsip kebebasan hewan pada pengangkutan atau transportasi dilaksanakan sesuai dengan regulasi pemerintah, yakni PP No. 95/2012, harus dilakukan dengan cara yang tidak menyakiti, melukai dan/atau mengakibatkan stres, menggunakan alat angkut yang layak, bersih, sesuai dengan kapasitas alat angkut. Kemudian tidak menyakiti, tidak melukai, dan/atau tidak mengakibatkan stres, serta memberikan pakan dan minum yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis ternak (majalahinfovet.com)

  • Dr. Ir. Mohamad Yamin, M.Agr.Sc  telah resmi dilantik menjadi dekan baru Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, menggantikan pejabat lama Prof Dr. Ir. Luki Abdullah, M.ScAgr  periode 2015 hingga 2020. Pelantikan dilaksanakan pada hari Rabu, 2-12-2015 pukul 10-12 WIB di Gedung Andi Hakim Nasution, IPB Darmaga Bogor.

    Dr. Yamin menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pendidikan S2 di Univ. of Queensland, St. Lucia Australia dan S3-nya beliau selesaikan di Adelaide University, Australia pada tahun 2006.  Beliau memiliki keahlian di bidang Teknologi Budidaya Domba dan Kambing, Pemuliaan Domba dan Kambing,  Sistem/Model Usaha Domba Kambing.  Dengan keahlian tersebut, beliau memiliki peran penting bagi kemajuan bidang peternakan di Indonesia.
     
    Beliau juga memiliki banyak  pengalaman pada bidang manajemen perguruan tinggi dan organisasi, diantaranya: Sekretaris Program Studi THT (2000-2001), Ketua PS THT (2002-2003), Direktur SDM IPB (2003-2007), Wadek Periode 2007-2011, Wadek Periode 2011-2015, dan Wadek Bidang Akademik (2015). Selain itu,  beliau juga pernah menjadi President PPIA Waite Campus, President OSA Waite Campus dan Ketua MIAAS semasa kuliah di Australia.
     
    Rencana Program kerja yang akan dijalankan diantaranya adalah Peningkatan Mutu Tridharma Perguruan Tinggi, Peningkatan Kapasitas manajemen Internal, pengembangan edupreneur centre, dinamisasi perluasan jejaring fakultas melalui Program kerjasama berbasis kepakaran.

    Selamat menjalankan tugas Pak Yamin, Semoga Amanah !
  • Rangkaian acara MPKMB (Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru) IPB angkatan 58 untuk Mahasiswa Fakultas Peternakan telah digelar pada Selasa (10/8). Kegiatan yang bertajuk Faculty Time Fakultas Peternakan ini menghadirkan jajaran Pimpinan Fakultas Peternakan, Pengajar, serta seorang Alumni yang sukses di bidangnya.

    Acara dipandu dengan apik dan ceria oleh Ketua BEM D Makka Ibnu Ahmed dengan moderator dari Komisi Kemahasiswaan Fapet Iyep Komala, S.Pt, M.Sc. Pengenalan seputar kampus diawali oleh Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, M. Sc.Agr. Dekan Fapet menyampaikan kebanggaan dan sambutan yang luar biasa bagi mahasiswa baru angkatan 58 yang juga disebut Mahardika Cakrabinaya.  “Fakultas Peternakan IPB merupakan yang tertua di Indonesia dan termasuk satu dari lima Fakultas yang pertama kali dibangun di IPB” ujarnya saat menceritakan sejarah Fapet yang dilanjutkan dengan pemaparan visi misi dari Fakultas Peternakan IPB. Selanjutnya, Dekan juga memperkenalkan segenap jajaran dan menyapa para peserta kegiatan, mereka adalah Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Dr. Sri Suharti, S.Pt., M.Si.

    Hadir pula para Ketua Departemen yang ada di Fakultas Peternakan yaitu Dr. Tuti Suryati, S.Pt, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) dan Ketua Departemen Ilmu Nutrisi  dan Teknologi Peternakan (INTP) Prof. Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt., M.Sc. Para Kadep memberikan sambutan serta mengenalkan Prodi masing-masing serta staf pendidik maupun pengajar yang ada di Departemen tersebut.Pesan mendalam disampaikan oleh Kadep INTP yang mengatakan bahwa IPB menginginkan agar lulusannya menjadi pembelajar sejati “Sampai nanti kita diharapkan terus menjadi pembelajar sejati, tidak ada kata berhenti dalam belajar” ujar guru besar termuda se-Indonesia itu di sela-sela sambutannya.

    Selain dari dalam kampus, terdapat sosok istimewa dan dibanggakan oleh segenap civitas Fapet. Beliau adalah Wakil Gubernur Sumatera Barat Ir. Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN.Eng. Sambutan dan cerita seputar kuliah sampai pengalaman serta pencapaian saat ini beliau sampaikan secara hangat, bahkan tidak segan menyapa para mahasiswa yang berasal dari daerah Sumbar. Beliau juga menyemangati para mahasiswa dan memberikan motivasi seputar kuliah di Fakultas Peternakan “Fapet adalah Fakultas yang luar biasa, nilai ekonomis yang tinggi dengan konsumsi protein hewani yang masih renah di Indonesia menjadikan potensi bisnis sangat terbuka” jelasnya. (Femmy)

  • Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA dilantik sebagai Dirjen Peternakan, pada tanggal 1 Juni 2015 menggantikan Ir. Syukur Iwantoro MM, Dirjen PKH yang menjabat sejak 2010. Muladno dilahirkan di Kediri tanggal 24 Agustus 1961 dan merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara hasil perkawinan seorang ayah bernama Basar (almarhum) dan seorang ibu bernama Asyiati. Saat ini tinggal di Bogor bersama seorang istri bernama Sri Sulandari, PhD (peneliti LIPI dan lahir 23 Desember 1961) dan dua anak laki-laki bernama Aussie Andry Venmarchanto (lahir 11 Maret 1990) dan Endyea Mendelian Lecturariseta (lahir 18 November 1997).

    Pendidikan dasar dan menengah diselesaikan di SDN Ringinsirah II Kediri, SMPN I Kediri, dan SMAN II Kediri; sedangkan pendidikan tinggi diselesaikan di Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta (sarjana, 1985), di University of New England, Armidale, Australia (master of science in agriculture, 1990) dan di University of Sydney, Australia (Doctor of Phylosophi, 1995).

    Pascapendidikan formal, memperoleh kesempatan mengikuti program post-doctoral dari Science and Technology Agency of Japan (1995-1996) di National Institute of Animal Industry, Tsukuba, Japan; kemudian dari Society for Agriculture, Forestry and Fisheries (STAFF) Institute (1996-1997) di Tsukuba, Japan; serta dari Japan Society for Promotion of Science (JSPS) tahun 1998 di Nagoya University, Japan; dan terakhir dari Program Kerjasama Indonesia-Australia tentang Specialized Training on Intellectual Property Rights di University of Technology, Sydney, Australia tahun 2000.

  • Dewan Perwakilan Mahasiswa  Fakultas Peternakan IPB menggelar Musyawarah Kerja DPM Fapet IPB 2017, yang dilaksanakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB (Jumat, 29/12/2016).


    Acara dibuka pada pukul 08.30 WIB, dilanjutkan dengan pembacaan tilawah, melantunkan lagu (Indonesia Raya, Hymne IPB, dan Mars Fapet). Acara  dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan fapet IPB dan Direktur Kemahasiswaan IPB.  Pada musyawarah kerja tersebut, setiap  Organisasi kemahasiswaan memaparkan RKAT untuk tiap tiap bagiannya.  Pemaparan pertama dilakukan oleh DPM Fapet IPB, dilanjutkan oleh pemaparan dari BEM Fapet IPB, Famm Al An'am, dan Kepal-D. Setelah pemaparan, dibuka sesi diskusi dan tanggapan dengan jajaran Dekanat Fapet IPB yang di pandu oleh moderator. Selain itu, dilaksanakan pula kegiatan pembuatan matrix program kerja periode 2016-2017


    Musyawarah Kerja DPM fapet IPB ini dihadiri oleh Direktur Kemahasiswaan IPB, Dekan, Wakil Dekan SKP dan AK, Ketua Departemen INTP dan  IPTP, Sekretaris Departemen INTP dan IPTP,  Komisi Kemahasiswaan IPTP dan INTP, perwakilan DPM KM, serta seluruh Ketua Ormawa-D, BPH, dan Kadiv/Kadept/Kabir.

    Diharapkan dengan diadakannya Musyawarah Kerja ini, dapat membawa Organisasi Kemahasiswaan Fapet IPB menjadi lebih baik lagi dengan kesinergisan antar Organisasi Kemahasiswaan. Semoga Organisasi Kemahasiswaan Fapet IPB dapat menjalani program kerjanya dengan amanah dan bijaksana (Source DPM Fapet IPB).

  • Oleh Epi Taufik, SPt, MVPH, M.Si, Ph.D Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak,
    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, 
    Fakultas Peternakan, IPB University  

    Akhir abad ke-19 di Eropa, tingkat mortalitas bayi dalam tahun pertama kehidupannya sangat tinggi hingga mencapai 30%. Saat itu, pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak terlalu dianggap penting hingga didapatkan data bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI angka kematiannya tujuh kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendapat ASI. Hingga pada akhirnya para ilmuwan di Eropa, terutama di Jerman, menyadari bahwa adanya hubungan komposisi ASI terutama karbohidratnya dengan ketahanan tubuh bayi.

    Theodor Escherich (yang namanya diabadikan dalam bakteri Escherichia coli) adalah salah satu ilmuwan yang menemukan fakta bahwa terdapat perbedaan komposisi mikroorganisme dalam feses bayi yang diberi ASI dengan yang tidak. Dibantu oleh ilmuwan lain seperti Justus Liebig (yang namanya diabadikan menjadi nama Justus Liebig Universitaet Giessen, Jerman) menemukan indikasi bahwa perbedaan komposisi mikroorganisme dalam feses tersebut terkait dengan komposisi susu (ASI).

    Persentase karbohidrat dalam kolostrum/susu mamalia berkisar dari jumlah yang sangat kecil (trace) sampai sekitar 10%, dalam hal ini laktosa (disakarida) biasanya menjadi bagian terbesar. Selain laktosa, komponen karbohidrat lainnya terdiri atas berbagai jenis gula yang biasanya disebut oligosakarida (OS).