News

  • Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) meneliti minyak asal larva Black Soldier Fly sebagai sabun kalsium yang digunakan sebagai campuran pakan ternak ruminansia. Larva Black Soldier Fly atau larva tentara hitam ini memiliki kandungan protein tinggi. Tiga mahasiswa Fakultas Peternakan IPB, Neng Sri Haryanti Lestari, Desi Maria Sinaga, dan Dwitami Anzhany di bawah bimbingan dosen, Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt, M.Sc mengadakan penelitian terhadap hewan uji (ruminasia besar seperti sapi) untuk menangani peningkatan gas metana yang dihasilkan oleh eruktasi (hembusan nafas hewan) dan feses melalui pembuatan sabun kalsium dari minyak asal larva Black Soldier Fly.

    Penelitian tersebut dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) yang berjudul “Mitigasi Gas Metana Ternak Ruminansia Melalui Inovasi Sabun Kalsium dari Minyak Asal Larva Black Soldier Fly”.

    Salah satu isu lingkungan yang menjadi sorotan publik hingga saat ini adalah global warming. Fenomena efek rumah kaca merupakan salah satu bentuk nyata terjadinya global warmingyang ditandai dengan meningkatnya polutan gas metana. Ternak ruminansia juga dipercaya sebagai penghasil gas metana terbesar di dunia, yaitu 90 persen dihasilkan di dalam rumen. Gas ini dirotasikan melalui pembuluh darah dan paru-paru dan berakhir pada pelepasan metan melalui mulut dan hidung, yang disebut dengan eruktasi. Sisanya, 10 persen metan dibuang melalui anus. Inovasi ini diharapkan mampu menjadi alternatif dalam upaya penurunan polutan gas metana tersebut.

  • Penggunaan energi terbarukan menjadi isu penting dan mendesak terkait kelangkaan bahan bakar fosil di masa depan. Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) memberikan solusi berupa energi terbarukan yang ekonomis, ramah lingkungan, dan berpotensi besar, yaitu biogas dengan menggunakan limbah isi rumen dan tambahan darah sapi potong sebagai substrat utamanya.

    Ketiga mahasiswa tersebut adalah Erik Kurniawan dan Annisa Rosmalia dari Fakultas Peternakan IPB, dan Vegoma Fazatha dari Fakultas Kehutanan IPB. Mereka mendapat bimbingan dari Iyep Komala, S.Pt, M.Si, dosen Fakultas Peternakan. Penelitian ini menjadi salah satu finalis PKM bidang Penelitian 2018.

    "Ide ini berawal dari keprihatinan kami terhadap limbah yang dihasilkan oleh Rumah Potong Hewan (RPH) yang belum dimanfaatkan dengan maksimal, yaitu limbah isi rumen (perut sapi) dan darah sapi potong yang dapat mencemari tanah dan air, serta baunya juga cukup menyengat. Sementara itu, isi rumen dapat digunakan sebagai inovasi substrat dalam pembuatan biogas. Selama ini, pembuatan biogas biasanya hanya menggunakan kotoran hewan dan daun kering sebagai subtrat utamanya,” jelas Annisa.

    Fazatha menyampaikan bahwa komponen isi rumen memiliki kelebihan khusus daripada komponen substrat yang digunakan pada pembuatan biogas pada umumnya.

    “Isi rumen merupakan hasil pencernaan setengah jadi dari keseluruhan proses pencernaan pakan pada perut sapi, jadi limbah isi rumen ini berbentuk jerami yang belum sepenuhnya tercerna menjadi kotoran. Isi rumen memiliki komponen selulosa dan hemiselulosa yang baik untuk pembuatan biogas, namun komponen ligninnya yang tinggi dapat menghambat proses fermentasi untuk menghasil biogas nantinya. Maka dari itu, kami melakukan alkali pretreatment, yaitu perlakuan dengan pemberian basa NaOH konsentrasi dua persen untuk menekan lignin tersebut. Kenapa menggunakan penambahan darah? Karena apabila ditambahkan dengan darah konsentrasi lima persen dapat meningkatkan volume biogas dan kadar metana sebesar 52 persen, lebih besar dari cara konvensional,” jelas Fazatha.

    Erik dan tim berharap formulasi biogas ini dapat diterapkan pada seluruh RPH di Indonesia, sebagai salah satu solusi pemanfaatan limbah isi rumen dan darah sapi potong.

    “Harapannya formulasi pembuatan biogas dengan menggunakan limbah isi rumen dan darah sebagai substratnya ini dapat diaplikasikan pada RPH untuk mengurangi limbah isi rumen dan darah sapi potong serta menekan dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan. Semoga biogas ini juga dapat menjadi energi terbarukan yang ekonomis, karena menerapkan konsep zero waste dan bersifat ramah lingkungan,” harap Erik (ipb.ac.id)

  • Pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dibutuhkan untuk menghasilkan produk telur puyuh dengan kualitas yang baik. Kebutuhan nutrisi juga dapat dipenuhi melalui penambahan suplemen cair untuk mengurangi stress panas dan meningkatkan produktivitas. Belimbing wuluh memiliki berbagai kandungan nutrisi, antara lain flavonoid, triterpenoid atau steroid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C. Vitamin C merupakan antioksidan yang telah terbukti dapat menangkal stress pada ayam yang dipelihara pada suhu tinggi.

    Kandungan vitamin C pada belimbing wuluh cukup tinggi yaitu sebanyak 25 ml dalam 100 g belimbing wuluh segar. Kandungan asam sitrat dalam buah ini mencapai 92-133 meq asam/100 g total padatan. Asam sitrat tersebut berperan sebagai acidifier. Acidifier secara umum dapat menggantikan peranan antibiotik, meningkatkan kualitas telur, menyeimbangkan mikroflora saluran pencernaan, meningkatkan absorbsi sari makanan dalam usus halus dan meningkatkan keuntungan.

    Melihat potensi itu, Muhammad Rizqi Ramdhani mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Ketua PKMPE (Program Kreatifitas Mahasiswa, Penelitian) beserta anggotanya yaitu Nola Okivita Imama, Lylya Wahyuni, Vitya Lana Larasati dan Ahmad Rafli Fahmi melakukan percobaan tentang pemanfaatan belimbing wuluh dalam budidaya burung puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian sari belimbing wuluh sebagai air minum puyuh terhadap produktivitas telur puyuh. Dan menentukan dosis yang tepat dalam pemberian air minum sari belimbing wuluh pada puyuh.

    ”Kami ingin mengangkat belimbing wuluh yang melimpah buahnya. Kami memilih bahan baku tersebut sebagai antibiotik alami dan salah satu alternatif pengganti antibiotik komersial. Selain itu kandungan vitamin C belimbing wuluh cukup banyak. Asupan vitamin C pada ternak dapat menurunkan tingkat stress. Stress yang berlebih akan mempengaruhi kualitas telurnya seperti tidak memiliki kerabang dan lain-lain. Selain itu vitamin C ini dapat memperbaiki kualitas kerabang telur,”tutur Rizqi.

    Percobaan ini dilaksanakan selama 30 hari pemeliharaan di peternakan Slamet Quail Farm (SQF) dan 30 hari di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB. Pembuatan sari belimbing wuluh dilakukan dengan mencuci buah belimbing wuluh kemudian dihaluskan dengan menambahkan air dan diblender secara bersamaan. Hasil dari belimbing wuluh yang sudah halus disaring dan diambil sarinya saja. Sari belimbing wuluh yang sudah jadi ditambahkan dalam air minum ternak.

    ”Metode penelitian ini cukup simpel, belimbing wuluh hanya di blender dan disaring menggunakan kain, hal ini bertujuan untuk memudahkan peternakan rakyat mengimplementasikan penelitian ini, pemberian pada puyuh menyesuaikan dengan uji daya hambat bakteri sehingga memakai konsentrasi  2,5% dan 5%,” jelasnya Rizqi.

    Pengujian dilakukan selama 42 hari dengan menggunakan sebanyak 240 ekor burung puyuh (siap bertelur) dengan empat perlakuan dan empat kali ulangan. Tiap ulangan dipelihara sebanyak 15 ekor burung puyuh. Perlakuan yang diberikan yaitu P1 (air minum + Vitachick), P2 (air minum + 15% Sari Belimbing Wuluh), P3 (air minum + 30% Sari Belimbing Wuluh), dan P4 (air minum + 45% Sari Belimbing Wuluh). Tim ini mengamati performa burung puyuh yang terdiri atas konsumsi pakan, produksi telur dan massa telur.

    ”Perkembangan parameternya hampir sama seperti kontrol. Artinya sejauh ini perlakuan yang diberikan bisa diimplementasikan dalam dunia peternakan. Produktifitas yang kami maksud bukan dari peningkatan jumlah telurnya (burung puyuh sehari hanya bertelur 1 butir, bahkan ada yang dua hari sekali). Produktifitas disini adalah kualitas telurnya, seperti kualitas fisik maupun kimia” pungkas Rizqi.(ipb.ac.id)

  • Fani Karina Astrini, mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) di bawah bimbingan Dr. Ir. Rita Mutia, MAgr dan Dr. Ir. Widya Hermana, MSi melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana efektivitas pemberian tepung kayu manis dengan level berbeda terhadap status kesehatan yang meliputi eritrosit, leukosit dan nilai hematokrit, kadar hemoglobin dan diferensiasi leukosit serta organ imunitas ayam broiler. 

    Penelitian yang dilakukan  Fani berawal dari cara yang digunakan oleh peternak untuk dapat meningkatkan performa ayam broiler adalah dengan cara pemberian antibiotik. Antibiotik adalah obat-obatan atau zat kimia yang pada umumnya dibuat secara sintetik. Namun terdapat permasalahan pada antibiotik sintetis yaitu residu. Padahal jika merujuk pada UU Peternakan dan Kesehatan Hewan No.18 tahun 2009 pasal 22 ayat 4c yang berbunyi “Setiap orang dilarang menggunakan pakan yang dicampur hormon tertentu dan atau antibiotik imbuhan pakan”.

    Oleh sebab itu dibutuhkan alternatif imbuhan pakan yang memiliki peran sama dengan antibiotik, tetapi lebih ramah terhadap kesejahteraan manusia dan ternak serta lingkungan. “Pada penelitian ini bahan yang akan saya uji sebagai bahan alternatif adalah kayu manis, karena mempunyai kandungan senyawa yang berfungsi sebagai antibiotik seperti sinamaldehid, flavonoid, dan tanin yang dapat berguna sebagai antibakteri,” terang Fani.

    Antibiotik dapat mengurangi populasi bakteri di dalam saluran pencernaan sehingga meningkatkan ketersediaan zat gizi ransum untuk diserap oleh tubuh ternak yang akan digunakan sebagai pertumbuhan ternak. Fani menambahkan, “Antibiotik alami dapat meningkatkan kekebalan tubuh ternak dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga tidak membahayakan manusia yang mengkonsumsi hasil ternak tersebut,” tambahnya. 

    Untuk membuktikan apakah kayu manis dapat menjadi antibiotik alami, Fani menggunakan 160 ekor ayam broiler yang masih berumur satu hari. Kandang yang digunakan adalah 16 petak dengan sepuluh ekor ayam pada setiap kandang. Setiap kandang ini akan diberikan perlakuan yang berbeda bergantung pada konsentrasi tepung kayu manis.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fani, terdapat tiga konsentrasi tepung kayu manis dalam ransum yang jika diberikan kepada ayam broiler maka akan menghasilkan ayam broiler yang sehat dan organ imunitas yang normal yakni pada konsentrasi dua persen, empat persen, dan enam persen. (ipb.ac.id) 

  • Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang masih memiliki produktivitas relatif rendah dibandingkan dengan ayam ras. Ayam kampung memiliki keunggulan pada tingkat adaptasi, ketahanan terhadap panas, dan ketahanan terhadap penyakit yang tinggi. Ayam kampung juga memiliki rasa yang enak dan aroma khas yang berkaitan dengan kandungan lemak di daging. Akan tetapi, rendahnya produktivitas ayam kampung berbanding terbalik dengan permintaan konsumsi daging ayam kampung di masyarakat. Karena itu, perlu dilakukan peningkatan produktivitas ayam kampung melalui seleksi.

    Produksi daging ayam kampung hanya menyumbang 15.13 persen dari total produksi daging unggas dan 10.26 persen dari total produksi daging ternak Indonesia. Dengan demikian, ayam kampung mempunyai potensi untuk dapat ditingkatkan sebagai pemenuhan program ketahan pangan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ayam kampung adalah melalui seleksi berbasis marka genetik (sifat pertumbuhan dan kualitas daging).

    Terdapat dua gen yang mengontrol yaitu gen IGF2 (Insuline-like Growth Factor 2) dan FMO3 (Flavincontaining monooxygenases 3) sebagai gen pengontrol pertumbuhan dan kualitas karkas dapat digunakan sebagai gen potensial dalam seleksi berbasis marka genetik untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung.

    Mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) Rindang Laras Suhita melakukan penelitian berjudul “Keragaman Gen IGF2 dan FMO3 serta Asosiasinya terhadap Bobot Potong dan Sifat Fisik Daging pada Ayam Kampung”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. agr Asep Gunawan, Prof. Dr. Cece Sumatri dan Dr. Niken Ulupi. 

    Penelitian terdiri atas dua tahap yaitu analisis keragaman gen IGF2 dan FMO3 pada dua populasi ayam kampung serta beberapa ayam lokal sebagai pembanding. Sampel yang digunakan sebanyak 118 sampel ayam kampung untuk gen IGF2 yang terdiri atas kampung populasi 12 minggu, dan kampung populasi 26 minggu. Sebanyak 129 sampel darah ayam kampung yang digunakan untuk gen FMO3 terdiri atas 6 populasi yaitu broiler, kampung, sentul, merawang, pelung, dan nunukan.

    Ayam kampung yang digunakan untuk asosiasi sebanyak 118 ekor untuk bobot karkas dan potongan komersial serta 56  ekor untuk sifat fisik karkas. Genotyping dilakukan menggunakan metode PCR-RFLP (Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism). Analisis data yang dilakukan yaitu frekuensi genotipe, frekuensi alel, heterozigositas, keseimbangan Hardy-Weinberg dan asosiasi data genotipe dengan fenotipe menggunakan General Linear Model (GLM).

    Hasil menunjukkan gen IGF2 pada dua populasi ayam kampung bersifat polimorfik dan gen FMO3 pada semua populasi bersifat monomorfik. Gen IGF2 pada populasi ayam kampung 12 minggu memiliki keragaman yang rendah dan pada populasi 26 minggu memiliki keragaman yang tinggi sedangkan pada gen FMO3 tidak ditemukan keragaman. Ditemukan asosiasi secara suggestive gen IGF2 dengan bobot paha bawah pada ayam kampung 26 minggu. Tidak ditemukan asosiasi antara keragaman gen IGF2 dan FMO3 terhadap bobot potong dan sifat fisik karkas pada ayam kampung.(ipb.ac.id)

  • Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Ika Jenri Ramadayanti, Adyesta Prema Oktadilian, dan Agustin Nazillatun Nikmah dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan  didampingi oleh dosen pendamping Arif Darmawan, S.Pt, M.Si melakukan penelitian tentang potensi teh pandan wangi dalam mengobati penyakit diabetes mellitus. Penelitian ini masuk ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM PE) tahun 2018.

    Menurut Ika, diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang menjadi pembunuh utama terbesar ketiga di Indonesia. Persentase Jumlah penderita terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit ini merupakan penyakit dengan gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin. Penyakit ini dapat disebabkan karena gaya hidup dan pola makan yang tidak tepat.

    Hal yang paling mengerikan dari penyakit ini adalah dapat menurunkan fungsi penglihatan mata, meningkatkan risiko gangguan ginjal, jantung, paru-paru, saraf, dapat menyebabkan stroke, luka sulit sembuh bahkan dapat membusuk.

    “Selama ini, pengobatan penyakit diabetes mellitus banyak menggunakan obat dari bahan kimia yang tak jarang menyebabkan dampak pada organ tubuh lainnya. Oleh karena itu, kami mencoba meneliti teh daun pandan wangi untuk alternatif penyembuhan diabetes mellitus ini,” ujarnya.

    Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan tanaman daun pandan wangi dengan dibuat menjadi teh sebagai obat herbal untuk diabetes mellitus. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif yang terkandung di dalam daun pandan wangi sebagai alternatif obat dalam penurunan glukosa.

    Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu kadar glukosa darah hewan uji (tikus) sebelum diberi perlakuan teh pandan wangi berada di atas kisaran normal, setelah mengkonsumsi teh pandan wangi dalam rentang waktu 3-4 minggu, kadar glukosa darah tikus mengalami penurunan dan berada pada kisaran normal.

    “Yang membedakan teh ini dengan teh lainnya yaitu aroma pandannya yang sangat kuat, namun dari segi rasa sama seperti teh pada umumnya. Ketersedian bahan bakunya juga melimpah, karena umumnya masyarakat banyak yang menanam tanaman ini,” ujar Ika.

    Kandungan senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun pandan wangi ini menjadi indikasi dalam pengobatan diabetes mellitus yaitu kandungan flavonoid, alkaloid, tanin, dan polifenol. Khususnya kandungan alkaloid dan flavonoid yang sangat berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang terlalu meningkat (hiperglikemia), mencegah komplikasi diabetes mellitus dan mampu membersihkan radikal bebas yang berlebih dalam tubuh.

    “Kami berharap penelitian ini dapat menjadi terobosan baru dalam dunia kesehatan, dan menjadi solusi dari penyakit diabetes mellitus bagi masyarakat Indonesia khususnya atau bahkan dunia nantinya. Selain itu, saya harap temuan ini mampu menekan jumlah penderita dan kematian yang disebabkan penyakit ini dan masyarakat menjadi tahu khasiat dari pandan wangi  dan tertarik pada produk herbal teh pandan wangi ini,” ujar Ika. (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa IPB University yang mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2021 di Desa Setu Udik Bogor mengajarkan proses budidaya maggot pada pemuda Kampung Ramah Lingkungan (KRL) Harapan Bersih. Tim mahasiswa yang diketuai oleh Reza Maulana ini dibimbing oleh Dr Iwan Prihantoro, SPt, MSi.

    Salah satu program kerja yang menarik adalah budidaya maggot. Maggot merupakan larva yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas dan ikan yang memiliki nilai gizi tinggi. Maggot yang umum dibudidayakan pun merupakan tahap larva dari lalat tentara hitam atau yang dikenal dengan lalat black soldier fly/BSF (Hermetia illucens).

    “Tahap persiapan pembudidayaan maggot adalah pembuatan kandang maggot yang meliputi kandang budidaya dan kandang kawin. Bahan pembuatan kandang maggot adalah bambu yang didapatkan dari hutan bambu terdekat di desa. Kemudian ditata dan dihias sedemikian rupa. Setelah kandang selesai dibangun, larva-larva maggot ditempatkan di kandang budidaya,” terang Reza.

    Menurut Reza, makanan maggot adalah sampah organik atau sampah dapur yang didapatkan dari rumah-rumah warga di Rukun Warga 2, kemudian seluruh sampah yang dikumpulkan dicacah hingga halus untuk mempermudah maggot mencerna makanannya.

    “Selama fase maggot, makanan harus disediakan setiap hari. Pada fase pertumbuhannya, larva akan berubah menjadi pupa. Pupa ini dikumpulkan dan diletakkan pada kandang kawin yang telah disediakan hingga pupa menetas menjadi lalat BSF yang kemudian akan kawin dan bertelur. Telur-telur lalat dikumpulkan di kandang budidaya hingga menetas menjadi maggot dan kemudian diproses seperti tahap awal pembudidayaan,” terangnya.

    Pembudidayaan maggot diharapkan dapat berkembang menjadi sebuah usaha yang kemudian akan dikelola oleh pemuda-pemuda KRL Harapan Bersih di kemudian hari. Karena selain mendapatkan ilmu baru mengenai pembudidayaan maggot, pemuda-pemuda KRL Harapan bersih dapat belajar untuk mengelola sebuah kewirausahaan dengan lebih baik.

    Selain budidaya maggot, mahasiswa juga melakukan berbagai program seperti pembibitan jahe merah, pelatihan pembuatan produk jahe merah, sosialisasi kewirausahaan, pembibitan tanaman buah dan sayur, hidroponik bambu, penataan KRL, pembuatan tempat sampah dan sosialisasi COVID-19 (ipb.ac.id)

  • Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Peternakan (BEM FAPET) IPB University menghadirkan pakar peternakan pada diskusi daring, Sabtu (16/5). Diskusi ini juga berkolaborasi dengan Kementerian Kebijakan Agrikompleks BEM KM IPB University.

    Dalam sambutannya, Dr Idat Galih Permana, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiwaan, Fapet IPB University menyampaikan pada bulan puasa, komoditas peternakan biasanya mendapat keuntungan yang cukup baik. Namun, tahun ini sektor peternakan produksinya menurun karena rendahnya permintaan terhadap komoditas peternakan.

    “Dalam kondisi seperti ini harusnya pemerintah membuat interevensi. Bukan hanya menstabilkan harga tapi juga mensejahterakan peternak. Hari ini kita ditemani para pakar untuk mendiskusikan hal tersebut dan mencari solusinya,” ujar Dr Idat.

    Hadir sebagai pemateri Dr Suswono (mantan Menteri Pertanian RI periode 2009-2014), Dr Audy Joinaldy (Ketua Umum Himpunan Alumni Peternakan IPB University) dan Dr Rochadi Tawaf (Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternakan Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI). Kegiatan diksusi ini dipandu oleh Ahlun Najam Ketua BEM FAPET IPB University.

    Menurut Dr Suswono ketahanan pangan terutama daging sangat tergantung dari kebijakan pemerintah. Situasi wabah seperti ini menjadikan daerah dengan komoditas utama ternak harus dilindungi harganya. Hal ini dilakukan agar sektor peternakan lebih bergairah. Tidak hanya itu, peternak juga harus dibantu dan dikuatkan dengan insentif.

    “Jangan sampai peternak dipusingkan dengan masalah penjualan dan tidak tersedianya pasar. Jika hal ini tidak dilakukan, harga di tingkat peternak akan jatuh dan kapok untuk beternak. Hal ini akan menyebabkan ketersediaan daging menurun dan memunculkan opsi impor lebih banyak agar kebutuhan tercukupi,” lanjut Suswono.

    Sementara Dr Audy memaparkan bahwa industri peternakan memiliki banyak kesempatan di masa pandemi. Namun, kondisi pandemi juga membuat masyarakat kehilangan pekerjaan yang menyebabkan daya beli menurun. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap daging.

    “Harga ayam turun karena industri rumah makan kecil menurun. Semenjak kegiatan pengajian, kawinan maupun pertemuan dilarang, maka permintaan ayam turun. Dampak menurunnya permintaan daging menyebabkan banyak perusahaan menurunkan produksinya. Bahkan semua industri peternakan mengalami kerugian sekitar 50 sampai 60 persen,” ujar Audy.

    Menurutnya, solusi utama fenomena ini adalah peran pemerintah dan inovasi dari para pengusaha. Pemerintah harus bisa menjadi leader untuk mencapai target yang telah ditentukan. Selian itu, diperlukan juga insentif untuk peternakan rakyat. Keseriusan dalam membuat database juga menjadi prasyarat untuk mengatasi krisis di sektor peternakan yang saat ini terjadi.

    Dr Rochadi menyebutkan bahwa inovasi dari perguruan tinggi harus dihadirkan untuk membantu peternak. “Banyak sekali inovasi yang sudah dibuat oleh mahasiswa dan dosen sehingga bisa dijadikan sebagai solusi bagi peternak. Di samping itu, pemerintah harus serius dan konsisten dengan kebijkan berbasis riset dan dan data.(ipb.ac.id)

  • Sejumlah mahasiswa IPB University berhasil membuat inovasi bernama Spartac. Sebuah Smart Apartement yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan cacing. Inovasi ini berawal dari penumpukan kotoran sapi yang terjadi di sekitar peternakan. 

    Inovasi Spartac dibuat melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Iptek (PKM-PI) IPB University dan dibimbing oleh dosen pendamping Verika Armansyah Mendrofa, SPt, MSi. Tim ini diketuai oleh Albert Setya Purcahya dari mahasiswa Fakultas Peternakan dan didampingi oleh empat anggota yaitu Agustin Marlili Artika,Salma Nur Aeni, Restina Kutyaningrum dan Achmad David. 

    Berdasarkan penelitian yang ada, satu ekor sapi dapat menghasilkan limbah berupa feses lebih kurang lima kilogram setiap harinya. Dengan demikian, penumpukan kotoran pada kawasan peternakan sering terjadi. 

    Albert Setya Purcahya, selaku ketua tim menerangkan, dirinya bersama empat temannya menggagas inovasi Spartac. Ia menjelaskan, Spartac atau Strategi Pengolahan Kotoran Sapi Berbasis Smart Apartment dibuat secara bertingkat yang dapat dibongkar pasang (knock down) dan setiap rak dapat ditarik seperti konsep lemari laci.

    Dikatakannya, konsep ini bertujuan untuk memudahkan mitra dalam pemeliharaan dan efisiensi tempat produksi di sekitar kawasan peternakan. Selain itu, apartment ini dibuat dengan semua sisi tertutup dan terdapat sirkulasi udara pada beberapa sisi. 

    “Konsep ini dilakukan karena dalam pemeliharaan cacing membutuhkan tempat yang lembab dan tidak terlalu terang. Masing masing tingkat dilengkapi dengan sensor suhu dan kelembaban lampu kipas dan sprinkle,” kata Albert. 

    Mahasiswa IPB University itu menjelaskan sistem pengaturan suhu dan kelembaban secara otomatis ini ditentukan oleh suhu dan kelembaban media. Menurutnya, apabila kelembaban media sudah mencapai batas minimum, maka sistem akan mengirimkan sinyal ke pompa dan air pun akan dialiri melalui sprinkle.

    “Jika kelembaban media sudah sesuai, maka pompa akan berhenti secara otomatis begitu juga dengan suhu. Sistem ini tentu akan membantu permasalah yang dialami mitra selama ini,” tambah Albert, mahasiswa IPB University dari Fakultas Peternakan.

    Ia mengaku, alat ini sudah diimplementasikan pada mitra yaitu pada kelompok peternak di Kawasan Usaha Peternakan Bogor. Salah satu peternak, Uci menyebutkan alat ini sangat membantu dan sesuai dengan kebutuhan serta mengatasi permasalah yang selama ini terjadi (ipb.ac.id)

  • Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) IPB University melaksanakan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) di Desa Situ Udik, Cibungbalang, Bogor. Program ini berupa pembinaan dan pemberdayaan peternak ayam petelur. Kegiatan PHP2D mendapat pendanaan dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

    Chemistry Melika, Ketua Tim menjelaskan, pada program ini timnya menyiapkan pakan alternatif untuk ayam petelur dari maggot. Ia menyebut, maggot merupakan potensi sumber daya alam yang ada di desa. 

    “Maggot dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak, selain itu maggot juga memiliki manfaat lain yaitu sebagai pengurai sampah organik, dalam artian pakan maggot dapat diberikan berupa sampah organik hal ini akan menciptakan lingkungan yang bersih,” kata Chemistry Melika, mahasiswa IPB University dari Fakultas Peternakan.

    Lebih lanjut ia menerangkan, bekas pakan yang telah terurai dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Tidak hanya itu, budidaya maggot memberikan manfaat untuk peternak dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. 

    Chemistry Melika berharap timnya dapat berkolaborasi dengan baik terkait pengembangan konsep kandang ayam petelur dan pakan maggot. “Kami dan warga desa siap untuk mengembangkan pemeliharaan ayam petelur yang telah dirancang. Semakin banyak kolaborasi mitra berbagai pihak, semakin banyak juga manfaat yang didapatkan oleh masyarakat setempat,” ungkap Chemistry. 

    Tidak hanya membantu menyiapkan pakan alternatif, Chemistry dan rekan-rekannya juga membantu peternak menyiapkan kandang ayam. Ia mengaku, konsep kandang ayam petelur  terintegrasi dengan kolam ikan lele. 

    "Kandang yang digunakan yaitu kandang baterai dengan cage. Satu cage terdapat empat kotak, dalam satu kotak berisi dua ayam," kata Chemistry.

    Ia juga menjelaskan, pemeliharaan ayam petelur sebanyak 192 ekor. Sementara itu, bibit ikan lele yang akan dibudidayakan sebanyak 1000 ekor.

    Sementara itu, Jidan Ramadani anggota tim mengatakan dengan adanya pembuatan pakan dari maggot diharapkan dapat membantu peternak ayam petelur. “Kami berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa, dengan adanya kegiatan ini masyarakat diharapkan dapat ikut berpartisipasi supaya menjadi inovatif dan desa akan maju,” kata Jidan Ramadani, mahasiswa IPB University.
     
    Lebih lanjut ia menerangkan, selain dapat mengoptimalkan sumber daya alam, dengan diadakannya program ini menciptakan masyarakat yang inovatif dan mengefisiensikan ekonomi pada usaha peternakan ayam petelur. “Selain diadakannya pembuatan pakan, kami akan mengadakan sosialisasi ke masyarakat dengan pembelajaran formulasi ransum, dengan formulasi ransum harapannya masyarakat menjadi inovatif dalam mengoptimalkan sumber daya alam, serta membuat pakan menjadi ekonomis,” ungkap Jidan (ipb.ac.id)

  • Dua Himpunan Profesi Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB University yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Himaproter) dan Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) menyelenggarakan Seminar and Competition Animal Science (SCAS) 2020, (26-27/9). Kegiatan ini mengangkat tema Respon Konkret Generasi Milenial terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 di Sektor Peternakan

    Kegiatan ini menghadirkan Prof Dr Luki Abdullah, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University dan Dr Drh Desianto B Utomo, M.Sc selaku Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).

    Dalam paparannya, Prof Luki mengatakan bahwa ada beberapa hal yang dapat kita dilakukan terhadap SDGs pada 2030 terkait peternakan. Yaitu menyediakan pangan yang aman, sehat, utuh dan halal, menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dari sektor peternakan dari hulu dan hilir, melakukan diversifikasi energi melalui energi bersih menggunakan biogas, efisiensi dalam penggunaan sumberdaya produksi, menjalankan Good Faring Practices (GFP), Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP), serta menciptakan sistem produksi berwawasan lingkungan dan kesejahteraan manusia serta melakukan penjaminan mutu produk.

    Sebelumnya, telah digelar juga lomba Business Plan Competition (BPC) dan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Lomba ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. Seperti Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas, Universitas Jember, Polbangtan Bogor, UPN Veteran Yogyakarta dan lainnya (ipb.ac.id)

  • Alwi Salam Makarim, mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University berhasil terpilih menjadi salah satu peserta program NTCA Indonesia-Australia Pastoral Program (NIAPP) 2019. Ia beserta 19 orang mahasiswa yang terseleksi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia akan berangkat ke Australia untuk belajar tentang peternakan sapi modern. 

    Program yang telah berjalan sejak 2012 ini berlangsung selama 10 minggu. Peserta akan belajar pelatihan penggembalaan secara intensif meliputi aspek kesejahteraan dan penanganan hewan ternak, juga belajar langsung di industri peternakan yang telah dijalankan secara modern.

    “Harapan saya dengan mengikuti program ini, semakin banyak pengalaman yang riil di lapangan yang bisa saya ambil dan bisa diaplikasikan untuk mengembangkan bisnis pribadi di masa yang akan datang,” ujar Alwi Salam saat acara pelepasan mahasiswa di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Jakarta (16/8).

    Program NIAPP merupakan hasil kerja sama antara Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Northern Territory Cattlemens Association (NTCA) Australia dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Program ini merupakan bagian dari kerjasama dan dukungan dari Red Meat and Cattle Partnership yang diinisiasi pemerintah Australia. Hingga saat ini, program NIAPP telah mengirim 89 mahasiswa Indonesia ke Australia Utara.

  • Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan kegiatan Agroedutourism bagi siswa-siswi sekolah dasar (SD). Kegiatan agroedutourism ini bertujuan mengenalkan hewan ternak kepada siswa-siswi SD sejak dini.

    Kegiatan ini dilaksanakan di Jl. Bukit Asam Ujung 1 No 31, Komplek Laladon Indah, Bogor, tepatnya di kediaman salah satu dosen Fakultas Peternakan IPB University, Prof Dr Ir Nahrowi MSi, pada Sabtu (22/2). Kegiatan ini sedikitnya diikuti oleh 60 siswa dari SDN Situ Udik.

    Pada kesempatan ini, para siswa dan siswi dikenalkan hewan ternak seperti ternak ruminansia dan unggas. Para siswa juga berkesempatan memberi pakan hewan ternak, bermain game serta belajar membuat adonan bakso daging.

    Ternak yang dikenalkan kepada para siswa terdiri dari kelompok ruminansia dan unggas. Ternak ruminansia terdiri dari sapi, domba, dan kambing. Ternak unggas lebih bermacam-macam, diantaranya burung merpati, merpati pos, burung tekukur, kalkun, ayam ras, ayam kate, angsa, dan entog.

    Pelaksanaan kegiatan disertai adanya games seru guna meningkatkan antusiasme peserta. Pembuatan bakso juga diadakan sebagai sarana edukasi kepada peserta mengenai produk olahan ternak. (ipb.ac.id)

  • Biasanya ulat hongkong dikenal para pecinta burung kicauan. Ulat hongkong banyak dimanfaatkan sebagai pakan burung yang konon bisa meningkatkan stamina burung kicau agar kuat dalam mengikuti kontes berkicau.

    Namun hal berbeda dilakukan Irfan Nugraha. Mahasiswa IPB University ini justru memiliki ide memanfaatkan ulat hongkong menjadi isolat protein yang digunakan sebagai penambah bahan campuran susu bubuk. Bersama dua rekannya, Ernawa Sindu Sutowo dan Rahmadi Gawana Putra, Irfan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2019 untuk merealisasikan idenya.

    “Penelitian yang kami lakukan yaitu mengisolasi protein ulat hongkong (Tenebrio molitor) kemudian isolat tersebut ditambahkan kepada susu bubuk. Tujuannya agar memperkaya kandungan protein susu bubuk,” ujar Irfan.

    Berbekal dari hasil penelitian sebelumnya, Irfan mengungkapkan bahwa ulat hongkong memiliki kandungan protein yang tinggi yang sangat cocok untuk fortifikasi susu bubuk. Menurutnya, hadirnya isolat protein dari ulat hongkong ini diharapkan dapat menggantikan whey protein yang selama ini menjadi tambahan protein pada susu bubuk. Karena sebagian besarnya whey protein diperoleh dengan impor.

    “Berdasarkan penelitian, ulat hongkong memiliki kandungan nutrisi diantaranya 48 persen protein kasar, 40 persen lemak kasar, 3 persen kadar abu, 57 persen kadar air. Selain memiliki protein yang tinggi, ulat hongkong juga dari segi pemeliharaan tidak membutuhkan tempat yang luas dan itu sangat bermanfaat di masa depan dimana lahan peternakan akan semakin berkurang,” tutur Irfan.

    Penerapan fortifikasi pada susu bubuk dapat menjadi solusi untuk memenuhi asupan protein masyarakat. Karena pada dasarnya, susu bubuk kini tidak sulit untuk didapatkan. Selain itu, dengan memanfaatkan bahan lokal seperti ulat hongkong, masyarakat mudah mendapatkan protein.
     
    “Satu hal yang menjadi tantangan kami adalah menghilangkan pigmen warna coklat pada isolat protein ulat hongkong ini. Selain itu dari segi flavor diharapkan dapat berbeda daripada susu bubuk komersil karena kandungan asam amino glutamat yang cukup tinggi dari ulat hongkong yaitu 45143.50 miligram/kilogram sehingga harapannya dapat memberikan cita rasa khas gurih,” ucap Irfan (ipb.ac.id)

  • Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan (Fapet), IPB University menyelenggarakan pelatihan peningkatan softskill bagi mahasiswa untuk produksi pakan inovatif yang berkualitas, 1/10. Kegiatan yang diadakan secara daring dan luring ini merupakan rangkaian dalam kegiatan magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
     
    Dr Idat Galih Permana, selaku Dekan Fapet IPB University menyampaikan dukungan Fakultas Peternakan dalam upaya scale up inovasi berbentuk wafer sebagai pakan ternak. Menurutnya, teknologi pakan hasil riset dan inovasi unggulan ini juga telah banyak diimplementasikan di berbagai lokasi. Diantaranya ialah wafer pakan ternak yang dikembangkan oleh Prof Yuli Retnani bersama tim.
     
    Menurut Dr Idat, wafer pakan ternak ini memiliki berbagai keuntungan, diantaranya formulasi nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ternak. "Selain itu, pemilihan bahan pakan yang digunakan tidak hanya berbahan konvensional dan legum tapi juga memanfaatkan limbah," ujarnya.
     
    Ia menambahkan, pakan wafer juga dikemas secara praktis dan tahan lama untuk disimpan. "Jadi selain bisa sebagai regular feed bisa juga jadi pakan tambahan pada kondisi-kondisi tertentu, misal pada kondisi bencana," imbuhnya.
     
    Prof Yuli Retnani, inovator wafer pakan ternak, menjelaskan bahwa bahan baku pakan ternak tidak selalu tersedia di semua wilayah Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan optimalisasi teknologi pengolahan pakan ternak. Ia pun melihat potensi bahan baku yang melimpah berasal dari limbah pasar, pertanian dan industri pangan.
     
    "Dengan teknologi pengolahan, pakan dapat awet dan mudah disimpan, serta mudah diberikan pada ternak. Pakan yang kering juga tidak mencemari lingkungan terutama untuk peternakan di kawasan perkotaan," jelasnya.
     
    Menurutnya, wafer pakan ternak mampu menjaga ketersediaan hijauan pakan dengan kualitas nutrisi yang baik serta penyimpanan jangka panjang. Ia menyebut, wafer dari limbah sayuran memiliki protein kasar sebesar 15,58 persen, serat kasar 31,55 persen dan lemak kasar 0,96 persen. 
     
    Berdasarkan hasil riset yang dilakukannya bersama tim, aplikasi wafer daun lamtoro dengan kadar protein 32,24 persen dan lemak kasar 4,52 persen mampu meningkatkan pertambahan bobot harian ternak.  "Pemberian 10 persen wafer daun lamtoro mampu meningkatkan konsumsi pakan dan bobot badan akhir 28,22 persen lebih tinggi dibandingkan tanpa wafer," ungkapnya.  Saat ini, inovasi wafer pakan ternak diikutkan pada program matching fund Kedeireka agar produksi wafer dapat ditingkatkan dan dapat menjangkau peternak yang lebih luas.
     
    Sementara itu Dr Burhanuddin, dosen dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University memotivasi agar mahasiswa tidak sekedar menjadi pebisnis namun menjadi seorang wirausaha. Dengan pola pikir bertumbuh serta mampu melihat peluang, inovasi dan nilai baru.
     
    "Wirausaha berasal dari kata Wira yang berarti gagah, ksatria, pejuang dan luhur serta usaha yaitu penciptaan kegiatan aktivitas bisnis," ujarnya.  Ia menyampaikan bahwa seorang wirausaha harus mengenali empat hal yaitu, kenal diri, kenal pasar, kenal bisnis serta kenal investor. "Seorang wirausaha adalah pembelajar seumur hidup yang memahami dan beradaptasi serta berkembang dengan lanskap teknologi yang berdampak pada bisnis," tegasnya.
     
    Kegiatan ini juga dihadiri oleh praktisi diantaranya Dr Wira Wisnu Wardana dari PT Nutricell serta Rama Rahardian selaku owner dari ST Farm Bogor (ipb.ac.id)

  • Sejumlah mahasiswa IPB University berhasil mengubah keresahan menjadi peluang dan inovasi. Melihat banyaknya limbah sayuran, terutama yang ada di pasar tradisional, mahasiswa IPB University berinisiatif mengolah bahan tak bernilai itu menjadi pakan kelinci berprotein tinggi. 

    Proposal berjudul ‘Rabbel: Pemanfaatan Limbah Sayuran dengan Campuran Daun Lamtoro dan Daun Mengkudu untuk Meningkatkan Palatabilitas dan Efisiensi Pakan Kelinci’ sukses mengantarkan mereka memperoleh pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K).

    Tim tersebut beranggotakan Akhmad Khoirus Syahrie, Sidik Ullul Albab, Reifarhan Ceca Nurinda, dan Nazwa Muthia Nadhira. Keempatnya dibimbing oleh Dr Indah Wijayanti, dosen Fakultas Peternakan IPB University.

    Ketua tim, Akhmad Khoirus Syahrie, mahasiswa IPB University dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem menuturkan, selama ini pemanfaatan limbah sayur yang terbuang di pasar masih sedikit. Kondisi ini tentunya dapat mengganggu kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Padahal, limbah sayuran tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat.

    “Ide ini berasal dari keresahan kami melihat banyaknya limbah sayuran yang ada di pasar. Di sisi lain, harga pakan kelinci masih terbilang cukup mahal. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk menciptakan produk pelet kelinci dari bahan alami, salah satunya memanfaatkan limbah sayur,” ungkap Khoirus.

    Setelah melalui riset, tim mahasiswa IPB University memutuskan untuk menggunakan dua bahan: daun mengkudu dan daun lamtoro. Khoirus menemukan bahwa selain sebagai antioksidan, daun mengkudu memiliki kandungan protein kasar yang cukup tinggi. Sementara daun lamtoro kaya akan protein, fosfor dan mineral.

    Menurut Khoirus, Rabbel dapat menjadi peluang besar, sebab belum ada pelet kelinci yang kaya akan nutrisi dengan harga ekonomis seperti yang timnya temukan. Penggunaan limbah sayuran pun dinilai sebagai upaya menerapkan zero waste.

    “Belum ada produk pelet kelinci dari olahan limbah sayur dan berbahan dasar alami, khususnya daun mengkudu dan daun lamtoro. Jadi, kami memutuskan untuk mengambil peluang tersebut dan membuat market baru,” imbuh Khoirus. 

    Keunggulan produk Rabbel yang ditawarkannya beragam. Antara lain dapat meningkatkan palatabilitas (kesukaan hewan ternak terhadap pakan), tinggi protein dan fosfor, mampu meningkatkan bobot massa ternak, serta mengurangi kerontokan bulu.  

    “Inovasi ini merupakan usaha yang menguntungkan dari segi ekonomi dan lingkungan secara berkelanjutan. Selain itu, upaya ini mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dengan Rabbel, kita ingin mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, dengan pakan berkualitas harga ekonomis untuk meningkatkan pendapatan peternak kelinci,” tutup Khoirus (ipb.ac.id)

  • Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan IPB kembali mengukir prestasi di ajang 3rd International Young Inventors Award (IYIA 2016) yang bertempat di Surabaya Convention Hall pada tanggal 6-8 September 2016. Tim ini terdiri dari Yuni Nur Raifah, mahasiswa IPTP angkatan 50, selaku ketua, beserta Laeli Nur Hasanah, mahasiswa S2 program Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, selaku anggota, dan didampingi oleh Tim Dosen Pembimbing dari Departemen IPTP Fakutas Peternakan IPB, yaitu Dr. Irma Isnafia Arief dan Iyep Komala, MSi. Mereka berhasil meraih 2 penghargaan sekaligus, yaitu penghargaan Gold Prizepada bidang Biotechnology andHealth dan penghargaan sebagai The Best Women Inventor Award.

    Adapun inovasi yang dibuat oleh perwakilan dari IPB ini adalah masker yang terbuat dari whey yang berasal dari limbah keju mozarella dan dikombinasikan dengan bakteri Streptococcus thermophillus, Lactobacilus bulgaricus, dan tepung beras.

    IYIA 2016 merupakan kompetisi yang dilaksanakan dibawah naungan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA), dan didukung oleh International Federation of Inventors’ Association (IFIA) serta World Invention Intellectual Property Associations (WIIPA). Acara ini diikuti oleh 205 kelompok yang berasal dari beberapa negara seperti Thailand, Korea Selatan, Kroasia, Palestina, Indonesia, Taiwan, Malaysia, Myanmar, India, dan lain sebagainya. Rangkaian kegiatan pada acara ini meliputi presentasi poster, pameran, dan juga pengenalan produk inovasi yang telah diciptakan (AAS).

  • Sepuluh mahasiswa IPB University peserta Kuliah Kerja Nyata-Tematik (KKN-T) 2020 melatih ibu-ibu anggota PKH Desa Cikarawang Kabupaten Bogor membuat Yoghurt, (27/7). Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi dari susu sapi murni dengan menggunakan kultur bakteri asam laktat atau yoghurt starter. 

    Salah satu khasiat dari yoghurt adalah untuk memperkuat sistem imun. Di masa pandemi ini, sistem imun tubuh penting untuk terus terjaga. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir dampak dari virus COVID-19. 

    “Pelatihan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, baik dari cara membuat, pengemasan, maupun sebagai pengetahuan mengenai manfaat yoghurt. Salah satunya adalah dalam meningkatkan imunitas terlebih di masa pandemi ini. Selain itu, pelatihan produk hasil fermentasi susu ini diharapkan mampu menjadi salah satu upaya pengembangan ekonomi masyarakat dengan bahan yang mudah didapat,” ujar Kevin Erlangga sebagai Ketua Kelompok KKN-T Desa Cikarawang. 

    Pelatihan ini dilakukan pada masa pandemi, sehingga tetap memperhatikan protokol kesehatan. “Tetap utamakan kesehatan, mematuhi protokol yang berlaku, jumlah peserta yang hadir juga diberi jarak, serta diusahakan tetap memperhatikan durasi waktu pelatihan walaupun berada di zona hijau,” ujar Dr Sri Darwati sebagai Dosen Pembimbing Lapang (DPL) tim KKN-T IPB University Desa Cikarawang (ipb.ac.id)

  • Peternak kambing dan sapi serta masyarakat Desa Kelubir, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara mengikuti kegiatan Penyuluhan Peternakan 2 yang diadakan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Tematik (KKN-T) IPB University. Kegiatan dilakukan di salah satu rumah warga, Warsiman, yang juga peternak kambing, (16/7).

    Mahasiswa KKN-T IPB University, Hylda Aprillia mengatakan, kegiatan penyuluhan ini mengusung materi tentang sistem perkandangan dan pengolahan limbah ternak baik kambing maupun sapi. Hal ini merupakan kegiatan penyuluhan lanjutan dari kegiatan penyuluhan peternakan sebelumnya, yaitu terkait edukasi manajemen sanitasi kandang, penyediaan dan pemberian pakan ternak di Desa Kelubir, awal Juli lalu.

    Materi disampaikan oleh dua mahasiswa KKN-T, Rizki Maulana Fadhila dan Zainul Arifin. Keduanya merupakan mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University. Dalam kesempatan itu, Rizki menjelaskan terkait pengenalan sistem perkandangan.

    “Materi edukasi pengenalan sistem perkandangan yang diberikan meliputi fungsi kandang, syarat mendirikan kandang, model kandang, tipe atap kandang, bahan kandang, luasan kandang, dan konstruksi kandang,” terang Rizki, Mahasiswa IPB University dari Departemen Teknologi Produksi Ternak, Fapet IPB University.

    Sementara Zainul Arifin, mahasiswa IPB University dari Departemen Teknologi Hasil Ternak, Fapet memaparkan terkait pengolahan limbah ternak. Ia menerangkan pengertian pupuk kandang, bentuk saluran limbah ternak, proses instalasi saluran limbah, tempat pengolahan pupuk, peralatan pengolahan limbah dan cara pengolahan limbah ternak menjadi pupuk kandang.

    Pelaksanaan Penyuluhan Peternakan 2 diiringi dengan praktik pembuatan pupuk kandang bersama para peserta di pekarangan rumah Warsiman. Peserta terlihat sangat antusias dalam pelaksanaan kegiatannya.

    “Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat, terutama peternak kambing dan sapi dapat mengetahui dan mempraktikkan sistem perkandangan ternak yang ideal serta pengolahan limbah ternak. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak, mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan pendapatan dari pupuk kandang yang dihasilkan,” ungkap Zainul Arifin.

    Perwakilan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKN), Danang Kisowo Jenar yang turut hadir berharap kegiatan ini dapat berlanjut dan dipraktikkan oleh para peternak di Desa Kelubir (ipb.ac.id)

  • Demo pengolahan hasil ternak di Desa Sudajaya Girang diselenggarakan di Poktan Alamanda, Kampung Flori, Selabintana, Sukabumi  pada hari Selasa, 11 Agustus 2020. Acara yang dihadiri oleh perwakilan Ibu-Ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), KWT (Kelompok Wanita Tani), dan Posyandu ini berjalan dengan sangat lancar sesuai dengan protokol Covid-19 . Meskipun peserta dibatasi maksimal 20 orang, tetapi peserta sangat antusias karena demo mengenai pengolahan hasil ternak ini merupakan acara pertama yang diselenggarakan di desa ini.

    Demo yang dilakukan berupa pengolahan susu menjadi susu pasteurisasi dengan berbagai varian rasa, pembuatan lotion dan masker wajah, dan pembuatan bantal dari bulu domba. Selain cara pengolahan, demo juga membahas mengenai cara penyimpanan, packaging,dan cara pemasaran produk. Menariknya,  peserta secara sukarela mengajukan diri untuk menjadi volunteeruntuk membantu pelaksanaan demo tanpa harus ditunjuk. Peserta yang lain ikut memerhatikan dengan seksama dan mencatat semua prosedur yang dilakukan. Acara berjalan dengan sangat kondusif meskipun cuaca saat itu sedang turun hujan.

    Selain demo, tim KKNT IPB 2020 membagikan susu pasteurisasi hasil olahan gratis kepada seluruh peserta, sehingga peserta dapat langsung mencicipinya. Selain itu, dibagikan juga flyersanitasi, handsanitizer, dan masker kepada seluruh peserta. Acara ini disponsori oleh Fresh Millack yang pemiliknya sendiri merupakan salah satu anggota KKNT IPB, yaitu saudara Radja Panutan. Acara ini berlangsung sekitar 3 jam lamanya.

    “Terima kasih kepada mahasiswa KKNT IPB 2020 telah menyelenggarakan acara ini, semoga ilmunya bisa bermanfaat bagi kita, apalagi untuk tim PKK, KWT, bisa jadi peluang bisnis untuk memajukan desa kita, semoga tahun depan acaranya bisa diadakan lagi oleh tim KKN selanjutnya” tutur Ibu Erni selaku tim penggerak Ibu-ibu PKK Desa Sudajaya Girang.  Acara diakhiri dengan foto bersama dan hiburan.