IPBSDG4

  • Peresmian Teaching Industry Broiler Closed House hibah dari PT. Charoen Phokpand Indonesia untuk Fakultas Peternakan IPB University

    Pada hari Rabu tanggal 29 September 2021 bertempat di Laboratorium Lapang Blok B Fakultas Peternakan IPB diselenggarakan acara Peresmian Teaching Industry Broiler Closed House yang merupakan hibah dari PT. Charoen Pokphand Indonesia (PT CPI).

    Acara ini diresmikan Presiden Komisaris PT CPI, Bpk Hadi Gunawan Tjoe, Presiden Direktur PT CPI, Bpk. Tjiu Thomas Effendy, Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi. Kegiatan tersebut juga dihadiri para Wakil Rektor, Sekretaris Institut, Dekan, Direktur Kerjasama dan Hubungan Alumni, Direktur Sarana, Prasarana dan pengamanan Lingkungan IPB, serta Ketua Senat fakultas, Wakil Dekan, Ketua dan Sekretaris Departemen di lingkungan Fakultas Peternakan IPB. Selain itu, jajaran pimpinan dari PT. Charoen Pokphand dan Charoen Pokphand Foundation Indonesia serta PT Multi Sarana Pakanindo juga hadir pada acara tersebut.

    Pada acara peresmian ini diawali dengan Penandatanganan Berita Acara Serah Terima Hibah Closed House oleh Direktur CPI, p. Eddy Dharmawan dan Dekan Fakultas Peternakan IPB, Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.ScAgr. Setelah itu dilanjutkan dengan Penanda tanganan Prasasti Peresmian Closed House oleh Presiden Komisaris PT. CPI dan Rektor IPB University

    Pada kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Peternakan, Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc menyampaikan laporan perihal pembangunan closed house yang merupakan hibah ke-2 dari Charoend Pokphand ini. “Closed House ini telah menerapkan teknologi terkini dengan kapasitas 20.000 ekor dan dilengkapi dengan berbagai macam sistem” jelasnya. Ke depannya closed house ini akan menerapkan IOT dan membangun riset khusus yaitu closed house station yang posisinya berada di sebelah closed house sehingga tidak mengganggu dalam proses produksi. Beliau juga menambahkan bahwa kemendikbud melaunching program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang berkorelasi dengan pembangunan closed house “Mahasiswa bisa magang di teaching farm ini, bukan hanya mahasiswa IPB tapi untuk mahasiswa lain, untuk meningkatkan pembelajaran ternak unggas dan nutrisi unggas”

    Pada sambutannya, Presiden Komisaris PT CPI, Bapak Hadi Gunawan juga menyampaikan awal mula kerjasama antara CPI dan Fakultas Peternakan yang  sudah terjalin lebih dari 19 tahun dan hari ini diresmikan pengoperasian closed house teaching farm ke dua di IPB. Beliau berharap dengan bertambahnya closed house di IPB dapat menambah manfaat yang lebih baik untuk IPB, juga semakin menambah kesempatan mahasiswa Fakultas Peternakan dalam pembelajaran dan praktik hingga bermanfaat dan menguntungkan sehingga IPB dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang handal, berkarakter dan bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan negara. “Dengan adanya teching farm ini memungkinkan adanya transfer pengetahuan. Dengan teknologi closed house yang sedang dibutuhkan oleh industri, mahasiswa akan mendapat keilmuan budidaya, dengan teknologi yang diharapkan meningkatkan optimasi budidaya, closed house bertujuan agar budidaya dilakukan lebih efisien, produktif, lebih aman, serta memberikan kualitas hasil yang lebih baik” jelasnya.

    Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria, SP, M.Si juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada PT. Charoen Pokphand Indonesia atas hibah kandang closed house ini.  Keberadaan kandang broiler closed house diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam budidaya ayam broiler modern. “Kami berharap kerjasama ini berjalan dengan baik, berjalan dengan lancar dan saling memperkuat karena sekarang yang kita hadapi adalah era dimana kolaborasi menjadi keniscayaan” ujarnya membuka sambutan. Beliau juga mengungkapkan mengenai peternakan in corporated, yaitu peternakan yang tidak bisa sendiri namun sinergi antara Perguruan Tinggi, Industri Peternakan, dan Pemerintah. (Femmy/SSI)

  • 4.200 Tahun Domestikasi Kuda Yang Mengubah Peradaban Manusia

    Kuda merupakan ternak yang elegan dan berperan besar dalam perkembangan sejarah sosial serta budaya manusia.  Menurut Prof Ronny Rachman Noor, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, perjalanan sejarah manusia tidak pernah terlepas dari ternak yang satu ini.  Sebut saja bagaimana Genghis Khan berhasil menaklukkan dunia dengan kuda Mongol yang sangat tersohor.

    Pertanyaan yang muncul sekarang adalah kapan sebenarnya kuda mulai didomestikasi oleh manusia dan mulai dimanfaatkan oleh manusia, baik untuk tenaga mapun produksinya seperti susu dan dagingnya?

    “Selama ini, asal usul kuda dan juga kapan mulai didomestikasi masih menjadi tanda tanya besar, walaupun serangkaian penelitian telah dilakukan,” ujarnya.
    Namun menurut Prof Ronny misteri terbesar terkait kuda ini mulai terungkap ketika para peneliti gabungan beberapa negara berhasil menganalisa DNA dan juga menentukan usia tulang serta fosil kuda yang ditemukan dari berbagai wilayah di dunia.

    Berdasarkan hasil penelusuran DNA kuda modern yang hidup saat ini, para peneliti berhasil menyimpulkan bahwa kuda yang hidup 4.200 tahun lalu di padang Stepa, di wilayah Volga dan sungai Don di Rusia merupakan nenek moyang kuda modern yang ada saat ini.

    Menurut Prof Ronny, hasil penelitian ini sangat signifikan karena berhasil menentukan titik awal domestikasi kuda. Riset ini juga berhasil mengungkap asal usulnya yang mengubah teori domestikasi kuda yang ada saat ini.
    Ia menambahkan bahwa dari wilayah Rusia inilah kuda selanjutnya berkembang dan menyebar dengan sangat cepat ke wilayah Eropa lainnya dan juga Asia.

    “Hasil penelitian yang dianggap sangat penting sekaligus mengakhiri spekulasi tentang asal usul kuda ini dipublikasikan minggu ini di jurnal bergengsi dunia Nature. Judulnya "The origins and spread of domestic horses from the Western Eurasian steppes" oleh tim peneliti internasional,” ujarnya.

    Menurutnya, hasil penelitian ini tidak saja terkait dengan asal usul dan sejarah domestikasi kuda saja. Namun para peneliti juga berhasil menghubungkannya dengan sejarah peradaban dan pergerakan manusia. 

    “Sebelumnya, berdasarkan bukti arkeologi, para peneliti menduga bahwa kuda modern yang ada saat ini merupakan keturunan dari kuda yang didomestikasikan di wilayah Asia Tengah, sekitar 3.400 tahun sebelum masehi,” lanjut Prof Ronny.

    Para peneliti menduga bahwa kuda didomestikasi untuk keperluan daging dan susu oleh kelompok Botai yang hidup di wilayah timur Kazakhstan sekitar 5.500 tahun yang lalu. Namun ternyata hasil penelitian terbaru berhasil mematahkan teori tersebut.

    Menurut Prof Ronny, hasil penelitian terbaru menentukan titik awal domestikasi kuda yaitu di wilayah Volga-Don di Eurasia Barat. Hal ini berdasarkan hasil analisa pada 273 genom kuda purba dan membandingkannya dengan genom kuda modern.

    “Dari hasil penelitian inilah kapan dan di wilayah mana kuda pertama kali didomestikasi berhasil diungkap. Yaitu sekitar 4.200 tahun yang lalu di wilayah barat Rusia,” ujarnya.

    Teori domestikasi kuda yang dianut selama ini menurut Prof Ronny berasal dari wilayah Siberia. Namun para peneliti berhasil mengungkapkan bahwa nenek moyang kuda modern saat ini memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan kuda yang berasal dari wilayah Don Volga, di wilayah utara laut hitam dan laut Kaspia.

    “Hasil penelitan terbaru ini memang sangat menarik karena juga dikaitkan dengan sejarah manusia yang mencatat bahwa sekitar 5.000 tahun yang lalu terjadi migrasi suku nomaden Yamnaya dari wilayah stepa barat ini ke wilayah Eropa,” ujarnya.

    Menurutnya, para peneliti memiliki argumentasi bahwa walaupun suku Yamnaya bermigrasi membawa kuda ke Eropa untuk keperluan susu dan daging, namun berdasarkan hasil pemetaan genetik, ternyata kuda yang dibawanya ini bukanlah  merupakan nenek moyang kuda modern yang kita temui saat ini.

    “Selanjutnya para peneliti mengaitkan sejarah domestikasi kuda ini dengan mengamati penyebarannya ke wilayah Asia. Ini tentunya tidak terlepas dari perkembangan peradaban manusia yang dikenal sebagai Sintashta yang sangat erat dengan budaya perang,” imbuhnya.

    Dari hasil analisa genetik yang dilakukan oleh para peneliti ini, katanya, dapat dibuktikan bahwa orang Sintashta-lah yang secara khusus mengembangkan dan membiakkan kudanya untuk tujuan menempuh jarak jauh dan untuk diikutsertakan dalam perang.

    “Catatan arkeologi juga mendukung hal ini karena beberapa abad setelah orang Sintashta berhasil menjinakkan kuda-kuda mereka. Mereka juga berhasil mengembangkan perlengkapan perang canggih lainnya yaitu kereta dengan roda berjari-jari,” ujarnya.

    Menurutnya, kendaraan perang ini jauh lebih ringan dan lebih cepat daripada roda-roda padat yang digunakan oleh peradaban lain seperti Yamnaya.

    “Catatan sejarah juga menunjukkan dengan kuda dan kereta perang inilah akhirnya Sintashta berhasil menaklukan Asia Tengah yang merubah sejarah peradaban manusia dan juga sejarah domestikasi kuda,” jelasnya.

    Hasil domestikasi inilah, katanya, yang selanjutnya menghasilkan kuda Eropa yang memiliki daya tahan tinggi dan juga temperamen yang lebih cocok dengan manusia.
    “Peneletian terbaru ini berhasil mengungkap bahwa di Eropa, kuda-kuda ini dapat berkembang dengan baik dan beradaptasi dengan lingkungan setempat. Yang akhirnya menggantikan kuda-kuda lokal yang ada di wilayah tersebut,” ujar Prof Ronny.

    Menurut Prof Ronny, keberhasilan para peneliti dalam mengungkap asal mula kuda didomestikasi ini tentunya sangat penting. Tidak saja bagi sejarah evolusi kuda modern namun juga kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia (ipb.ac.id)

  • 58 Mahasiswa Fapet KKNT di Kabupaten Brebes

     Sebanyak 58 mahasiswa Fakultas Peternakan IPB melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. KKN yang dimulai pada tanggal 17 Juli hingga 29 juli 2019 tersebut dilakukan di  enam Desa  se-Kecamatan Ketanggungan. Yakni Desa Karangbandung, Buara, Kubangsari, Ciseureuh Lor dan Cikeusal Kidul.

    Rombongan  KKN Mahasiswa Fapet IPB tersebut diterima oleh Wakil Bupati Brebes Narjo, SH, MH di Aula Balai Desa Karangbandung, Kecamatan Ketanggungan, Selasa (18/6). Turut hadir dalam penerimaan KKN Mahasiswa tersebut, Perwakilan Baperlitbangda  Kabupaten Brebes, Perwakilan Kepala SKPD Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Brebes dan Kepala Desa lokasi tempat KKN.

    Dalam sambutannya, Narjo mengatakan, kemampuan menguasai teori selama menempuh pendidikan di kampus sangat penting karena menjadikan mahasiswa tampil sebagai sosok intelektual. Namun, menguasai praktek dilapangan jauh lebih penting, karena kadang teori dan praktek jauh berbeda dan perbedaan itu, bisa mencapai 180 derajat.

    “Teori yang kita dapatkan di Kampus, ketika terjun di masyarakat terdapat perbedaan dan itu yang menjadikan kita untuk terus berfikir dalam menjawab tantangan dari disiplin ilmu yang kita pelajar,” ujar Narjo. Narjo Menyebutkan bahwa dengan satu harapan ketika kenyataan lebih buruk dari teori maka Mahasiswa harus dapat mengarahkan masyarakat agar menjalankan sesuai teori yang ada. Namun demikian, jika ternyata kondisi yang ada jauh lebih baik dan lebih bermanfaat dari teorinya, maka mahasiswa dapat menarik kesimpulan tentang definisi baru dari sebuah teori yang ada tersebut.
     
    Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fapet IPB, Prof. Sumiati mengucapkan Banyak terima kasih kepada Kabupaten Brebes yang selalu menyambut baik Mahasiswanya yang melakukan KKN di Brebes. “Jalinan kerja sama ini, jangan sampai putus dan akan terus berlanjut kerja samanya di berbagai bidang” lanjutnya. 
  • Alumni IPB University Raih Rekor MURI sebagai Wakil Gubernur dengan Gelar Akademik Terbanyak

    Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada Wakil Gubernur Sumatera Barat, Dr Ir Audy Joinaldy, SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN, Eng sebagai Wakil Gubernur dengan Gelar Akademik Terbanyak. Penyerahan penghargaan MURI dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga, Bogor (16/3). Dr Audy adalah alumni IPB University dari Fakultas Peternakan.

    Dalam sambutannya, Wakil Rektor bidang Internasionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni IPB University, Prof Dodik Ridho Nurrochmat mengucapkan selamat dan mengapresiasi atas penghargaan rekor MURI yang diraih Dr Audy. Ia mengatakan menempuh ilmu itu adalah sesuatu yang baik dan menjadi seorang praktisi bisnis, birokrat sekaligus ilmuwan secara bersamaan itu tidak mudah.

    “Birokrat itu karakternya konservatif, akademisi berkarakter rasional komprehensif dan praktisi mempunyai karakter pembaharu. Sehingga ini adalah suatu yang sulit dalam satu waktu. Untuk mendapatkan gelar terbanyak, harus dengan sekolah yang betul dan proven sehingga juri harus melihat bukan hanya banyak tapi juga dengan kualitas sehingga dapat menjadi sebuah penghargaan,” ujarnya.

    Direktur Operasional MURI, Jusuf Ngadri mengatakan bahwa MURI adalah lembaga yang mencatat karya, karsa dan prestasi yang luar biasa dengan kategori yang pertama inovator. Menurutnya, Gubernur Sumatera Barat adalah seorang anak muda yang multi talenta mulai dari pengusaha, akademisi, politikus dan tokoh milenial.  "Beliau adalah seorang wakil gubernur dengan gelar terbanyak dan tidak kurang dari lima gelar akademik serta dua gelar non akademik,” ucapnya.

    Wakil Gubernur Sumatera Barat, Dr Audy Joinaldy mengatakan bahwa dengan banyaknya gelar ini adalah sebuah amanah sekaligus tantangan terutama untuk Sumatera Barat dan Indonesia.  "Semoga bisa memberi inspirasi para milenial dimanapun berada untuk selalu berkarya dan melakukan yang terbaik. Jangan menjadi generasi muda yang taker, jadilah generasi yang giver dalam hal materi, ide, waktu, tenaga dan pikiran” ucapnya (ipb.ac.id)

  • Alumni Peternakan IPB University Ini Ungkap Potensi Besar Hewan Ternak Indonesia yang Dilirik Malaysia Hingga Australia

    Budi Susilo Setiawan, SPt, Owner Mitra Tani Farm (Peternakan Domba Terpadu) berkesempatan membagi pengalamannya dalam bidang usaha peternakan kepada Mahasiswa IPB University angkatan 57 pada (11/11). 

    Budi Susilo telah memulai bisnis peternakannya sejak tahun 2002, ketika ia masih berada di tahun kedua perkuliahan. 

    “Mengapa peternakan? Alasan pertama karena ada potensi. Negara Indonesia adalah negara agraris, seharusnya bisa mengekspor produk pertanian. Tapi faktanya sampai dengan hari ini kita masih impor. Kalau pun tidak impor setidaknya swasembada. Tidak ada yang salah dengan impor, yang salah adalah jika kita keasikan impor dan lupa membangkitkan potensi kita sendiri,” kata Budi Susilo mengawali paparannya.

    Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan angkatan 37 ini memaparkan berbagai potensi besar dari hewan ternak Indonesia. 
    “Alasan kedua, kita memiliki sumber plasma nutfah. Ayam kampung kita dikenal dunia dengan daya adaptasi yang tinggi, gennya sering dimanfaatkan. Tapi terkadang kita tidak sadar. Jepang sedang melakukan penelitian terhadap ayam kampung kita. Jangan kaget jika nanti muncul ayam khas Jepang yang tetuanya adalah ayam kampung kita,” lanjut Budi Susilo.

    Potensi lainnya adalah kambing Etawa. Budi Susilo menyampaikan bahwa ia mendapati pengusaha asal Malaysia datang ke Kali Gesing, Purworejo, Jawa Tengah untuk mengumpulkan kambing Etawa berkualitas tinggi yang kemudian dikirim langsung ke Malaysia dengan pesawat khusus. Kemudian Malaysia memproduksi berbagai produk turunan dari susu kambing Etawa, seperti lulur susu kambing, sabun susu kambing serta susu kambing bubuk. Produk-produk tersebut akhirnya dipasarkan kembali ke negara-negara tetangga termasuk Indonesia.

    “Terkait domba, salah satu potensi kita adalah Domba Garut. Peneliti dari Australia mencoba menyilangkan bibit unggul Domba Garut dengan domba lokal mereka untuk kembali dipasarkan di Indonesia. Karena jika mereka memasarkan domba dari Australia, di Indonesia kurang diminati. Domba yang diminati Indonesia berkisar antara 20-30 kilogram saja,” imbuhnya.

    Potensi peternakan Indonesia juga pada hewan ternak sapi, salah satunya Sapi Bali. Seperti yang Budi Susilo sampaikan, lagi-lagi negara Malaysia selangkah di depan. Malaysia mengimpor Sapi Bali dan mengembangkan genetikanya, sehingga populasi Sapi Bali di sana bahkan lebih besar dibanding yang ada di Indonesia. Budi Susilo mewanti-wanti jika kita tidak kunjung menyadari potensi-potensi ini, maka jangan heran jika suatu saat kita harus impor Sapi Bali dari Malaysia, Domba Garut dari Australia, atau ayam dari Jepang.

    “Kekurangan kita adalah masih kurangnya perhatian kita pada sektor pertanian terpadu. Sehingga banyak peternak yang masih menerapkan sistem peternakan konvensional. Di sinilah perlu transfer ilmu dan teknologi pada petani-petani kita. Jika mereka dibiarkan menjadi single fighter dengan teknologi sederhana, akan kasihan. Jadi bagusnya kita serius membangun desa. Dari desa yang maju, maka kota akan maju,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Alumnus Fakultas Peternakan IPB University Berbagi Kisah Bisnis di Masa Pandemi

    Peternakan menjadi salah satu sektor menjanjikan yang dapat ditekuni. Kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan gizi menjadikan sektor peternakan dengan fluktuasi harga tetap mampu bertahan pada saat pandemi. Hal ini kemudian diulas lebih lengkap dalam Billenialic: Bisnis Inovatif Era Milenial di Kala Pandemic bersama dengan Aif Arifin Sidhik, CEO AS Putra Group sekaligus Bendahara Pusat Hanter IPB University, (1/8).

    AS Putra Group terdiri atas PT AS Putra, PT Andeff Transportasi, PT ASP Land, AS Putra Motor, ASP (Breeding Farm), Hotel Grand Purnama, Putra Erina Sejahtera, dan PT AS Putra Perkasa Makmur.

    “Minat mahasiswa dan alumni IPB University terhadap bidang peternakan memang tinggi. Berdasarkan tracer study yang telah dilakukan, ternyata lulusan Fakultas Peternakan IPB University itu termasuk yang paling banyak memiliki bisnis di bidang wirausaha," ujar Dr Idat Galih Permana, Dekan Fakultas Peternakan IPB University.

    Dr Idat menjelaskan, 14,23 persen lulusan Fakultas Peternakan IPB University menekuni bisnis peternakan. "Hal ini menunjukkan bahwa memang minat mahasiswa dan alumni untuk terjun ke bisnis peternakan itu tinggi, ini merupakan satu nilai tambah untuk kita,” ujar dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.

    Aif Arifin dalam pemaparannya menjelaskan tentang prosesnya dalam menekuni bisnis peternakan yang dimulai dari perjuangan orang tuanya sebagai wirausaha. Perusahaan yang Aif miliki setiap harinya memiliki kapasitas produksi sekitar 400 ton ayam hidup dan 100 ton telur. Bisnis keluarganya ini kemudian dilanjutkan dengan bisnis lain seperti bisnis properti, bisnis transportasi, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), hingga dealer motor.

    “Meskipun kami sudah mengembangkan sana-sini, namun tetap bisnis unggas ayam menjadi core bisnis kami, yang lainnya hanya sebatas pelengkap kami saja,” terangnya.

    Lebih lanjut, alumnus IPB University ini menerangkan, internet saat ini mendemokratisasi ekonomi. Dengan adanya internet, pebisnis memiliki kesempatan yang relatif sama dalam berbisnis, baik mereka dari desa maupun kota.

    "Adapun bisnis di era pandemi ini kita hanya perlu untuk melihat problematika yang ada di sekitar, karena rata-rata peluang-peluang bisnis itu muncul dari kendala sehari-hari. Kita harus menjadi bagian dari solusi ketimbang kita terus-menerus complain dan tidak melakukan apa-apa,” ujar Aif Arifin, alumnus IPB University.

    Kisah perjalanan dalam mempertahankan bisnisnya di masa pandemi dengan menutup beberapa cabang perusahaannya membuat Aif mempelajari banyak hal. “Hikmah yang dapat diambil dari kisah saya adalah pentingnya cashing terutama pada masa krisis, manajemen dalam pengelolaan finansial perusahaan. Pandemi ini juga mengajarkan kita agar siap dengan perubahan apapun. Bisnis pangan ini adalah bisnis yang rebornnya sangat cepat dibandingkan dengan bisnis-bisnis yang lain, karena orang tetap membutuhkan makan,” tutupnya

  • Alumnus Muda IPB University Berbagi Kisah Cara Berwirausaha Sambil Kuliah

    Direktorat Kerjasama dan Hubungan Alumni (DKHA) bekerjasama dengan Himpunan Alumni IPB University kembali menggelar webinar Alumni Insight bertajuk “Break Your Limit” secara daring, 28/11. Kali ini, narasumber yang dihadirkan adalah Tekad Urip P Sujarnoko selaku CEO PT Agro Apis Palacio.  Alumnus IPB University dari Fakultas Peternakan ini berbagi tentang cara harmonisasi antara kuliah dan kegiatan entrepreneur.

    Dalam penjelasannya, Ia berkisah mengenai pengalamannya selama berkecimpung di perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak, pengolahan limbah non B3 (bahan berbahaya dan beracun), dan domba. Ia memulai bisnisnya tersebut amat dini, yaitu ketika ia masih berkuliah pada semester lima di tahun 2010.  Semangat berwirausaha tersebut ia dapatkan atas kecintaannya di bidang peternakan.

    “Masih  banyak mahasiswa yang membenturkan antara kuliah dengan wirausaha. Di samping itu, banyak juga mahasiswa yang mempermasalahkan modal uang dan keahlian,” terangnya.  Ia menyebutkan bahwa hal tersebut bukanlah permasalahan utama, namun ketidakpunyaan visi dan misi yang paling berperan. Menurutnya, keberanian juga modal penting dalam berwirausaha. Tentunya dengan didampingi dengan perhitungan yang tepat.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, menjadi wirausahawan harus  memiliki latar belakang pendidikan yang baik karena di dalamnya terdapat sistem yang berbeda dengan pedagang. Mahasiswa pun telah terdidik untuk berpikir sistematis, dari membuat produk berbasis riset hingga  menjadi produk akhir.  Berpikir sistematis ini, katanya,  amat  penting agar dalam menjalani usaha tidak serampangan.

    “Banyak perusahaan yang gagal dan mengalami kebangkrutan maupun stagnansi karena kurang berpikir sistematis. Pengusaha juga tidak boleh mengikuti aliran angin, namun harus memiliki arah dan tujuan yang jelas,” tambahnya.

    Ia juga menyebutkan, sebagai pengusaha harus siap bekerja lebih keras  bila ingin mencapai cita-cita. Modalnya bukan hanya uang, namun juga pemikiran kreatif terutama di era digital seperti saat ini. Tidak hanya itu, memiliki pertemanan yang  luas juga penting untuk menggali informasi dan data yang berguna dalam pengambilan kesimpulan.

    “Kita harus mulai memiliki mimpi yang besar, visi yang besar, dan harus diimbangi dengan kerja keras. Karena banyak dari kita hanya bermimpi, namun malas untuk melakukan,” ungkapnya.

    Ia mengatakan bila usaha keras tidak akan mengkhianati hasil. Calon pengusaha harus yakin dan bersikap optimis, walaupun kadang terjadi kegagalan. Di dalam dunia wirausaha, pengetahuan akan lebih bermakna  bila  diterapkan dalam berwirausaha. Ilmu yang didapat semasa kuliah akan berkontribusi besar dalam berwirausaha. Sehingga berkuliah tidaklah hanya untuk mendapatkan sekedar ijazah ataupun gelar (ipb.ac.id)

  • Bagaimana Cara Pemotongan Hewan Kurban di Masa Pandemi Corona?

    Bagaimana cara memotong hewan kurban di masa pandemi corona yang aman? Pertanyaan itu beberapa hari ke depan mungkin akan mengemuka.

    Saat ini protokol kesehatan memang dikedepankan dalam berbagai tindakan. Termasuk tentunya dalam penyembelihan hewan kurban saat Idul Adha yang akan dirayakan beberapa hari lagi.
     
    Ahli dari IPB punya pandangan bagaimana cara memotong hewan kurban di masa pandemi corona. Ada beberapa protokol kesehatan yang mesti dilakukan.
     
    "Pemotongan hewan kurban di masa pandemi harus tetap mempertimbangkan pemotongan secara syar’i, menghasilkan daging yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas. Kita sudah masuk dalam masa new normal di mana kita dituntut untuk tetap beraktivitas, termasuk tetap melakukan ibadah pemotongan hewan kurban,” ungkap Dr Tuti Suryati, Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University dalam siaran pers IPB, Sabtu (4/7).
     
    Tuti menyampaikan itu dalam sambutannya pada kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Departemen INTP bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Halal Science Center (HSC) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University. Kegiatan ini dikhususkan untuk panitia kurban dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Seluruh Indonesia.
     
    Sementara menurut Prof Dr Khaswar Syamsu, Kepala HSC, dalam praktik penyembelihan hewan masih banyak ditemukan hal-hal yang tidak sesuai prosedur penyembelihan dan syariat. Padahal Islam sudah mengatur tata cara kurban dengan rinci. Selain itu juga ada poin-poin kesejahteraan hewan yang harus dipenuhi saat proses pemotongan hewan.
     
    “Beberapa hal dasar dalam pemotongan kurban yang belum diketahui seluruh panitia kurban di antaranya adalah penyembelihan harus memotong tiga saluran. Yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran darah. Selain itu harus menggunakan pisau yang tajam dan tidak boleh menyembelih di hadapan hewan lain yang akan disembelih,” ujar Prof Dr Khaswar.
     
    Sementara itu, anggota Komisi Fatwa sekaligus Direktur Bidang Ekonomi Syariah di MUI, H. Amirudin Yakub, menyebutkan, bahwa ada peraturan khusus pemotongan hewan kurban selama masa pandemi.
    Saat proses jual beli harus memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu pemotongan direkomendasikan hanya dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) dengan jumlah panitia terbatas.
     
    “Panitia menyediakan fasilitas cuci tangan karena darah adalah tempat yang subur untuk pengembangbiakan bakteri dan virus. Lalu, pendistribusian daging juga hanya boleh dilakukan oleh panitia atau pengurus masjid. Setiap DKM dan panitia kurban harus memperhatikan hal ini,” ungkap Amirudin.
     
    Dan pandangan dari drh Supratikno, MSi, PAVet, dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan selaku Ketua Tim Penyembelihan Halal HSC IPB University mengungkapkan bahwa ada beberapa proses yang menyebabkan hewan stres dan cacat.
     
    Oleh karena itu perlu adanya upaya khusus saat proses pengangkutan, penempatan di kandang dan penyembelihan. Hal ini untuk menjaga kesehatan hewan dan kualitas daging hewan kurban.
     
    “Hewan kurban juga harus memenuhi syarat utama, yaitu sehat dan tidak cacat. Selain itu harus cukup umur, minimal hewan telah berumur lebih dari 24 bulan untuk sapi dan lebih dari 12 bulan untuk kambing dan domba. Selain itu persyaratan terakhir adalah tidak kurus yang dapat dilihat dari penonjolan tulang rusuk, bagian pinggang dan pinggul,” tutup Supratikno. (kumparan.com)
  • Bahas Sorgum di Rembug Online Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB University

    Nama sorgum sudah tak asing bagi sebagian kalangan, namun secara umum tanaman ini masih belum banyak dimanfaatkan sebagai komoditas industri pakan Indonesia. Dalam ketahanan pangan, pakan merupakan komponen penting yang tidak bisa dihindari. Inefisiensi sistem produksi peternakan dalam negeri salah satunya disebabkan ketidakmampuan pengendalian biaya pakan.

    Hal tersebut disampaikan Prof Dr Luki Abdullah, dosen IPB University dalam Rembug Online 5 yang diselenggarakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB University, (23/9).
    Prof Soeranto Human, peneliti Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dalam paparannya mengatakan, mewujudkan ketahanan pangan tidak bisa dilakukan hanya mengandalkan satu komoditas saja. Untuk meningkatkan kualitas pangan, ke depan perlu mengarah ke konsep pangan fungsional, yakni beragam, berimbang dan bergizi.  Sudah menjadi rahasia umum, bahwa ketergantungan terhadap padi sangat tinggi. Masyarakat mayoritas mengkonsumsi beras atau nasi. Indonesia menjadi negara kedua setelah Vietnam dengan rata-rata konsumsi 111,58 kg per kapita per tahun.

    Tak mudah memang menggantikan ketergantungan tersebut. Sehingga menurut Prof Soeranto, strategi diversifikasi pangan dilakukan dengan mempertahankan produksi padi, namun sebagian untuk ekspor. Bersamaan dengan itu, pangan pokok lokal harus mulai dipromosikan. Produksi peternakan, perikanan, buah dan sayuran juga perlu ditingkatkan.
    “Terkait dengan peternakan ini, tidak bisa dipungkiri bahwa ternak butuh pakan. Karena itu kita perlu pikirkan agar sorgum bisa diintegrasikan selain untuk pangan juga untuk pakan. Banyak sekali keragaman genetik yang kita punya. Mulai yang berbentuk umbi-umbian, pati dan bijian seperti sorgum ini,” ujar Prof Soeranto.

    Sorgum memiliki keunggulan dengan daya adaptasi luas pada kondisi lahan pertanian Indonesia. Tanaman ini tahan terhadap kondisi lahan sub-optimal atau kekeringan, tanah masam dan tanah salin. Sehingga sangat berpotensi meningkatkan produktivitas lahan kering dan mitigasi perubahan iklim.
    Di berbagai negara, terang Prof Soeranto, sorgum sudah banyak diaplikasikan sebagai pangan fungsional sebab kandungan nutrisinya cukup baik. Dalam 100 gram sorgum, memiliki 332 gram kalori, 11.0 gram protein dan 73 gram karbohidrat. Sorgum juga bebas gluten, glikemik rendah, kaya kalsium, antioksidan dan tinggi serat.

    Sementara itu, Rahardi Gautama, CEO PT Sedana Peternak Sentosa mengatakan bahwa sorgum telah menjadi bahan makanan yang konon sudah dikonsumsi masyarakat Jawa pada abad 9-10, jauh sebelum masyarakat mengenal padi di abad 12-14 masehi. Hal itu tertuang dalam buku Eating and Drinking in Ancient Central Java 9th-10th Century dimana sorgum telah ada pada ukiran-ukiran dalam candi Borobudur dan Prambanan.

    “Yang kami lakukan di Sedana, bijinya untuk pengganti beras atau tepung. Jika jenisnya sweet sorgum, tangkainya juga bisa menghasilkan bahan pemanis seperti gula atau sirup. Sementara seluruh tanamannya bisa digunakan sebagai pakan ruminansia,” kata pria yang juga lulusan Departemen Meteorologi dan Geofisika IPB University ini.

    Melihat potensi yang dimilikinya, BATAN telah melakukan riset perbaikan varietas sorgum menggunakan mutasi radiasi sinar gamma dan bioteknologi terkait. BATAN juga mengusulkan pelepasan varietas unggul sorgum, menyediakan benih dan diseminasi ke masyarakat serta bekerjasama melakukan pengembangan sorgum sebagai sumber pangan, pakan dan energi (ipb.ac.id)

  • Begini Sistem Logistik Pakan yang Efisien serta Strategi Saat Pandemi

    Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB University bersama Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) adakan training online dengan tema Sistem Logistik Pakan yang Efisien, (4-5/6). Pada hari pertama, hadir Istiadi SPt, MM General Manager PT Charoen Pokphand Indonesia selaku pembicara utama. Acara ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai daerah dan latar belakang.

    Pada pemaparannya Istiadi menyampaikan bahwa logistik meliputi perencanaan, penerapan, dan pengendalian aliran fisik material dan barang jadi dari titik asal ke titik penggunaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan profit. Karena itu logistik harus dilakukan secara efektif dan efisien supaya mendapatkan profit yang diinginkan.

    "Logistik pakan di Indonesia khususnya logistik pakan ruminansia terbagi tiga aspek mulai dari raw material, work in process dan finished good. Setiap alur harus dilaksanakan perencanaan dan pengendalian,” jelasnya.

    Pada aspek raw material, berkaitan dengan sumber bahan baku yaitu impor dan lokal. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pemakaian bahan baku lokal.

    “Ini menjadi pertimbangan apakah bahan baku tertentu akan kita stok banyak atau tidak. Pada bahan baku lokal, ketika pemasok bisa melakukan one day delivery maka kita tidak perlu stok banyak. Untuk bahan baku impor kita harus bayar dulu. Disamping itu, waktu pengiriman juga lama sekitar 40-45 hari. Moda transportasi juga menjadi pertimbangan," tuturnya

    Ia menambahkan dalam pengadaan logistik pakan dilakukan proses konfirmasi dan ini membedakannnya dengan pengadaan  tradisional. Misal kapan waktu kapal akan jalan, sudah sampai dimana sehingga ada monitoring hal ini untuk mengurangi masalah biaya selama transportasi. Bahkan jika dapat data yang akurat kita bisa lakukan timing kapan untuk membeli bahan tersebut.

    Menurutnya pada masa pandemi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu meliputi inventory manajemen, collaborative supply yaitu menjaga hubungan baik dengan pemasok, lowest possible cost yaitu memperhatikan hukum permintaan dan penawaran serta moda transportasi, ensure quality raw material yaitu memperhatikan waktu penyimpanan serta kualitas bahan baku, serta financial strategy yaitu strategi keuangan.

    Pada production planing meliputi forecasting, produk jadi serta machinary part. Pada masa pandemi harus memperhatikan jumlah bahan baku yang diperlukan serta yang harus di-stok. Selain forecasting juga harus dilakukan production schedule.

    "Production schedule memperhatikan dua hal yaitu make to order dan make to stock. Make to order yaitu produk diproduksi berdasarkan pesanan customer, make to stock itu produk diproduksi berdasarkan inventory level,” ungkapnya.

    Ia menjelaskan bahwa pada masa pandemi tidak banyak yang bisa diperbaiki untuk gudang dan tata letak produksi dalam waktu singkat. Namun kita bisa melakukan review dengan kondisi aktual.
    “Contoh kasus pintu akses untuk pakan, orang dan bahan baku. Hal utama dalam pandemi ini adalah kesulitan perencanaan produksi dan juga kapasitas gudang. Aerasi dan perawatan khusus dapat  memperpanjang umur simpan bahan baku,” jelasnya.

    Kondisi pandemi serta kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdampak pada penurunan permintaan pakan ternak.
    Ia pun memaparkan strategi yang harus dilakukan dalam kondisi penurunan permintaan pakan. Strategi itu meliputi review marketing forecast terkait jenis pakan yang terganggu penjualannya (broiler, layer, breeder, pig, dan lain-lain), review tingkat persediaan (inventory level) produk agar tidak terganggu atau berlebih, review kerja logistik produk terkait gangguan pengiriman ada atau tidak, dan terakhir maintain kualitas produk untuk menjaga kepuasan pelanggan.

    Di akhir acara, Istiadi memberikan simpulan bahwa logistik yang baik mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan sehingga meningkatkan daya saing bahan baku lokal. Sistem manajemen logistik yang efisien mampu meningkatkan profitabilitas industri, dengan mengurangi semua lini kegiatan dan mengurangi loss/susut yang terjadi karena kerusakan barang.

    "Sistem logistik yang efektif adalah yang mampu menghadapi segala situasi dan kondisi yang terjadi, sehingga mampu meningkatkan strategi manajemen dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan", tandasnya (ipb.ac.id)

  • BEM Fakultas Peternakan IPB University Gelar Diskusi Kandang Chapter 1

    Departemen Kajian, Aksi Strategis dan Advokasi (Kastrad) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan IPB University menggelar acara Diskusi Kandang Chapter 1 denganTema "Mengungkap Permasalahan Komoditas Susu di Indonesia" (21/3). Diskusi Kandang merupakan forum diskusi dalam bentuk symposium dengan narasumber dari berbagai pihak yaitu akademisi, pemerintahan, dan pelaku peternakan. Tujuan acara ini  adalah untuk mengungkap permasalahan susu nasional yang terjadi di dalam  negeri dengan mensinkronkan kejadian dilapang  antara  di pemerintah, peternak  dan data akademisi. Oleh karena itu acara webinar Diskusi Kandang kali ini dihadiri oleh para narasumber yang sesuai bidangnya.

    “Ada banyak hal yang harus kita selesaikan dalam bidang persusuan, di sisi lain kalau kita lihat populasi dan juga produktivitas sapi perah di Indonesia juga relatif masih tetap, kalau kita lihat di data BPS saat ini angka populasi sapi perah ada sekitar 580.000 ekor dengan rata-rata kepemilikan sekitar 4 atau 5 ekor per peternak, hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi di persusuan ini belum begitu menarik di mata para investor” ujar  Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih. Permana, M. Sc.Agr di hadapan sekitar 110 peserta diskusi. Lebih lanjut, Dr. Idat menambahkan bahwa kunci yang bisa memicu investasi adalah masalah harga. Insentif harga ini sangat penting bagi para peternak, sehingga menumbuhkan gairah untuk kembali bekerja atau kembali menekuni bisnis peternakan ini, khususnya sapi perah.

    Beberapa Narasumber pengisi  acara Diskusi Kandang  yaitu Dr. Epi Taufik, S.Pt., MVPH., M.Si (Dosen Fakultas Peternakan IPB University) yang pertama kali memaparkan materi dan menjelaskan tentang persusuan dalam negeri dari data yang  ada sesuai dengan segi akademisi. Selanjutnya ada Ir. Cisilia Esti Sariasih (Koordinator Bidang Substansi Ruminansia Perah) mewakili Ir. Sugiono, M.P (Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Kementan RI). Dalam pemaparannya, Ir. Cisilia Esti Sariasih menjelaskan  tentang strategi pemerintah dalam  peningkatan  dan pemenuhan  kebutuhan sapi perah dengan berbagai  kebijakan dan peraturan serta data-data yang ada tentang produksi susu perah dalam negeri segi pemerintah. Hadir pula pemateri dari Dewan Persusuan Nasional Teguh Budiayana memberi informasi  yang  ada terkait permasalahan persusuan dengan data di lapangan.

  • Bincang Kesejahteraan Hewan Bersama Dr Rudi Afnan

    Fakultas Peternakan IPB University bersama Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) menghadirkan Dr Rudi Afnan, SPt, MScAgr dalam pelatihan online mengenai Logistik Perunggasan yang bertajuk Kesejahteraan Hewan pada Transportasi Unggas, (9/6).  

    Transportasi hewan ternak atau unggas merupakan usaha pemindahan binatang hidup baik menggunakan transportasi darat maupun laut.  Transportasi unggas sudah ada sejak abad ke-17 dan hewan ternak perlu diperlakukan selayaknya manusia”, ujar Rudi Afnan, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Perternakan (IPTP) sekaligus Wakil Dekan Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan IPB University.

    Transportasi unggas merupakan proses yang dimulai dari persiapan, pemuatan, perjalanan, penurunan dan penangangan. Penurunan kualitas dan kuantitas umumnya karena terjadi kesalahan sejak di persiapan transportasi. Pada umumnya masyarakat belum mengerti hal ini makanya perlu adanya edukasi kepada masyarakat,” ujarnya.

    Dalam pelatihan tersebut, Dr Rudi juga mengungkapkan bahwa sudah ada kesepakatan mengenai indikator dari kesejahteraan hewan. Ada lima aspek kesejahteraan hewan diantaranya adalah bebas dari haus dan lapar, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, bebas untuk mengekspresikan perilaku normal dan bebas dari rasa takut dan stress.

    “Tujuan transportasi ternak diantaranya untuk disembelih, diperdagangkan, kegiatan olahraga, dipamerkan, budaya dan keagamaan atau rumah sakit hewan,” tutur Dr Rudi.

    Ia juga mengungkapkan efek lain dari adanya transportasi ternak, seperti adanya penurunan kualitas kesehatan ternak dalam jangka panjang, adanya susut dan kematian.
    Susut artinya bukan hanya penurunan berat badan ternak tetapi juga kecacatan akibat dari adanya transportasi tersebut yang mana dapat mengurangi nilai jual atau kualitas ternak itu sendiri. Kemudian kematian unggas dalam kegiatan tersebut tidak selalu karena adanya perjalanan melainkan juga karena penanganan yang dilakukan tidak semestinya baik saat persiapan transportasi atau saat penurunan setelah dilakukannya perjalanan.
    “Standar susut dan mati berbeda tergantung dengan perusahaan. Umumnya 2-3 persen. Dan kejadian mati jarang terjadi kecuali ada kecelakaan tertentu. Kemudian untuk mati disebabkan karena penanganan bukan saat di perjalanan,” tambahnya.

    Salah satu kendala dalam transportasi unggas adalah cekaman panas dan cekaman kepadatan dalam kandang angkut saat di perjalanan. Efek dari cekaman tersebut selain berpengaruh kepada kesejahteraan ternak, juga pada kualitas unggas seperti meningkatnya radikal bebas dan reactive oxygen species, yang secara kasat mata tidak tampak dari luar berbeda dengan memar, patah tulang dan sebagainya.

    “Radikal bebas mempengaruhi tingkat stres unggas. Pemberian vitamin jauh hari sebelum kegiatan transportasi dapat mengurangi kadar kesusutan. Radikal bebas juga dapat dikurangi dengan pemberian vitamin dan mineral yang baik dan benar pada unggas,” pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Cara Menyimpan Pakan Diungkap dalam Training Sistem Logistik Pakan

    Penyimpanan dan pergudangan merupakan salah satu faktor penting dalam sistem logistik pakan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga karakteristik, baik fisik maupun kimia, yang dimiliki bahan pakan selama waktu penyimpanan setelah proses pemanenan dan pengeringan.

    “Untuk menjaga karakteristik produk pakan, segera lakukan penyimpanan setelah penanganan pasca panen dan pengeringan,” ujar Dr Ir Heri Ahmad Sukria, MScAgr, dalam acara Online Training Sistem Logistik Pakan yang Efektif dan Efisien yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI), IPB University, (5/6).

    “Banyak faktor penyebab terjadinya kehilangan kualitas dan kuantitas bahan selama penyimpanan. Faktor yang dimaksud diantaranya jamur, serangga, rodent, respirasi dan migrasi uap air. Pertumbuhan jamur dipengaruhi oleh kadar air, temperatur bahan, kondisi bijian, jumlah bahan asing dan keberadaan organisme lain,” tutur dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan ini.

    Pengendalian jamur dapat dilakukan secara kimia ataupun fisik. Cara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan asam propionate dan asam asetat, sedangkan cara fisik selain mengontrol suhu dan kelembaban, juga dapat dilakukan dengan melepas gas tertentu ke dalam gudang.  

    “Tips agar terhindar dari tumbuhnya jamur, maka suhu optimum dalam gudang penyimpanan sebaiknya berkisar 25-30 derajat celcius dengan kelembaban RH 65- 93 persen. Dalam mengoperasikan penyimpanan pada sistem pergudangan, perlu memperhatikan beberapa aspek diantaranya sanitasi, muatan, aerasi dan monitoring. Sanitasi di sini artinya membersihkan sisa bijian lama dan bijian yang tercecer, menjalankan prinsip first in first out yakni mengeluarkan barang yang paling pertama masuk.
    Aspek muatan yang perlu diperhatikan adalah dengan tidak mencampur bahan lama dengan bahan baru serta tidak menyimpan dengan muatan berlebih.
    “Aspek aerasi perlu diperhatikan agar migrasi uap air tidak terjadi sementara monitoring yang dimaksud adalah memantau secara kontinu terhadap aspek lainnya,” tuturnya dalam pelatihan yang dilakukan secara virtual tersebut (ipb.ac.id)

  • COVID-19 Tak Halangi Pelatihan Penanganan Daging

    Masa pandemi COVID-19 tak menghalagi kegiatan pelatihan dilakukan.  Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University bersama Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) menggelar pelatihan penanganan daging.  Pelatihan dilakukan secara daring pada 4/5. Pelatihan ini menghadirkan Dr drh Denny Widaya Lukman, MSi, dosen IPB University dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH).

    Pada kesempatan ini, Pakar Higiene Pangan dan Kesmavet ini menjelaskan dalam penanganan daging, perlu memperhatikan penerapan good hygiene practices (GHP) atau prinsip higienis, penerapan sistem rantai dinging dan penerapan jaminan keamanan pangan seperti Nomor Kontrol Veteriner (NKV), sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan ISO 22000:2018.

    Lebih lanjut Dr Denny menjelaskan prinsip higienis pada keamanan pangan meliputi bangunan, peralatan, personal dan proses produksi yang dilakukan. Prinsip ini sangat perlu diterapkan dalam rangka mencegah kontaminasi langsung maupun kontaminasi silang pada olahan pangan terutama daging. Sementara itu, sertifikat NKV diperlukan oleh institusi pengolahan pangan karena di dalamnya memiliki komponen praktik veteriner, higiene sanitasi, status halal, biosecurity, dan kesejahteraan hewan.

    “Di samping persyaratan yang sudah ditentukan, dalam penanganan daging di masa pandemi COVID-19 ini, orang yang menangani daging harus memakai masker, memakai sarung tangan dan sangat dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum maupun sesudah memakai sarung tangan, menerapkan physical distancing dan menerapkan hygiene personal,” papar Dr Denny.

    Dr Denny menjelaskan, yang dimaksud hygiene personal adalah melepas perhiasan seperti jam tangan maupun cincin ketika menangani daging. Tidak hanya itu, ketika sedang menangani daging, ia juga menghimbau supaya tidak merokok, tidak memegang rambut, telinga, mata maupun hidung, tidak bersin atau batuk ke arah makanan dan tidak membuang ludah sembarangan.

  • Departemen Ilmu Nutrisi & Teknologi Pakan & GrainPro Gelar Guest Lecture

    Departemen Ilmu Nutrisi & Teknologi Pakan (INTP) berkerja sama dengan GrainPro menggelar acara Guest Lecture: Strategies to Maintain the Rice Bran Quality During Storage (19/08) secara daring di platform Zoom dengan menghadirkan pembicara utama Melanie Blanca-Ocreto, PhD selaku Manager for Customer Support DepartmentGrainPro Filipina, dosen, mahasiswa sarjana & pascasarjana. Acara ini diselenggarakan untuk menambah wawasan civitas Departemen INTP mengenai hermetic technology.

    Pada kesempatan tersebut, Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Dr. Allan Quintos selaku Regional Manager GrainPro membuka acara tersebut. Dr. Idat menyatakan bahwa materi yang dipaparkan oleh Dr. Melanie merupakan salah satu teknologi kekinian di bidang penyimpanan pakan. Hal ini juga sangat diperlukan untuk bahan pakan lokal, seperti dedak padi yang sangat melimpah pasca panen padi, untuk dilakukan penyimpanan dalam jangka panjang. Dr. Allan juga menambahkan bahwa hermetic technology sangat membantu dalam penyimpanan produk utama maupun sampingan dari pertanian.

    Kegiatan inti, Guest Lecture, kemudian dipandu oleh Prof. Dr. Anuraga Jayanegara, S.Pt, M.Sc selaku moderator dan juga Ketua Departemen INTP. Dr. Melanie membawakan materi berupa controlling rice bran deterioration using hermetic technology. Ia menjelaskan bahwa hermetic technology merupakan metode penyimpanan dengan memodifikasi atmosfer dalam bentuk kedap udara sehingga penyimpanan dapat dilakukan lebih lama dan tanpa terkontaminasi mikroorganisme atau pun kontaminan lainnya yang dapat menurunkan kualitas bahan pakan, terutama pada dedak padi.

    Selain itu, pada kegiatan tersebut juga dilakukan diskusi antar pembicara dan peserta Guest Lecture. Peserta sangat antusias dengan materi yang dipaparakan sehingga banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan hingga akhir acara. Para peserta pun sangat berharap acara seperti ini pun dapat dilaksanakan kembali guna meningkatkan wawasan peserta (Rima SH Martin)

  • Departemen IPTP Bekali Mahasiswa Strategi Bisnis Unggas Pedaging di Masa Pandemi

    Kuliah tamu Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB University menghadirkan Febroni Purba, SPt dari PT Sumber Unggas Indonesia (PT SUI). Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa IPTP ini mengangkat tema “Strategi Bisnis Unggas Pedaging di Masa Pandemi COVID-19.

    Selain pengenalan tentang sumber daya genetik ayam Indonesia yang dikembangkan oleh PT SUI,  Febroni juga memberikan tips-tips praktis dalam manajemen budidaya unggas lokal pedaging yang beradaptasi dengan kondisi pandemi dan juga strategi bisnis unggas lokal pedaging di masa pandemi dan pasca pandemi.

    “PT Sumber Unggas Indonesia merupakan breeder (pembibit) unggas lokal terbesar di Indonesia, terutama ayam lokal. Sampai saat ini, cakupan bisnis PT SUI meliputi penjualan anak ayam, penjualan live bird, penjualan karkas, penjualan ayam olahan yang tersebar di 150 mitra outlet dan bisnis resto ayam kampung olahan di Jakarta dan Bogor. PT SUI juga memiliki sarana Rumah Pemotongan Hewan-Unggas (RPHU) modern berkapasitas 6.000 ekor per hari,” ujarnya

    Selain bisnis, menurut Ketua Departemen IPTP, Prof Dr Irma Isnafia Arief, PT Sumber Unggas Indonesia juga menjadi pusat pelestarian dan peternakan terpadu unggas Indonesia. Sehingga dengan adanya kuliah tamu ini, harapannya mahasiswa tidak hanya belajar tentang peluang bisnis unggas lokal pedaging namun juga belajar tentang pentingnya pelestarian unggas Indonesia bagi pemanfaatannya yang berkelanjutan.

    “Kuliah tamu ini merupakan program awal untuk mengisi kerjasama Fapet IPB University dengan PT SUI yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Bidang kerjasama yang dilakukan bukan hanya di bidang perkuliahan dan praktikum namun juga meliputi pendidikan, penelitian, publikasi, diseminasi hasil penelitian, pertemuan ilmiah (seminar, kuliah umum, workshop, konferensi dan lain-lain), praktik lapang, magang profesi, pelatihan, Kuliah Kerja Nyata (KKN), sharing fasilitas, sharing tenaga ahli, sharing inovasi dan kegiatan akademik lainnya,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Departemen IPTP Fapet IPB University Gelar Kuliah Umum Bahas Manajemen Kandang dan Kesehatan Unggas Pedaging

    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar Studium Generale mata kuliah Produksi Unggas Komersial tentang manajemen perkandangan dan kesehatan unggas pedaging di masa pandemi COVID-19, (12/12). Kegiatan ini digelar berdasarkan kasus riil keberhasilan budidaya unggas pedaging di lapangan. Penyelenggaraan Studium Generale ini merupakan salah satu bentuk  kerjasama Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fapet IPB University dengan PT Aretha Nusantara Farm. Kerjasama ini juga diwujudkan dalam praktik lapang dan magang profesi bagi mahasiswa.

    Materi yang disampaikan pada Studium Generale tersebut antara lain diagnosis penyakit dan vaksinasi pada unggas pedaging yang disampaikan oleh drh Titis Wahyudianto (PT Bohringer Ingelheim) dan closed house untuk unggas pedaging yang disampaikan oleh Ading Nurjaman, SE (PT Aretha Nusantara Farm/AS Putra Goup).  

    Pada kesempatan ini, drh Titis mengenalkan jenis penyakit yang sering ditemui di peternakan unggas pedaging di Indonesia beserta faktor penyebabnya. Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan tentang tahapan diagnosa penyakit dan penerapan program vaksinasi yang benar pada unggas, termasuk tindakan biosekuritas dan alternatif pencegahan penyakit di masa pandemi COVID-19.

    Drh Titis Wahyudianto juga menjelaskan tentang teknologi terbaru di bidang peralatan vaksinasi dan produk vaksin untuk unggas pedaging yang diproduksi oleh PT Boehringer Ingelheim. Menurutnya, teknologi tersebut sudah banyak diadopsi dan diaplikasikan oleh peternak unggas pedaging di Indonesia.

    Sementara, untuk mendukung kesehatan dan performa unggas pedaging yang optimal sesuai dengan target bisnis, Ading Nurjaman menjelaskan kandang sistem tertutup (closed house) merupakan tipe kandang yang tepat bagi peternak dan terbukti sudah banyak diadopsi oleh peternak.

    Ia pun menyampaikan materi tentang manfaat, teknis operasional dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada manajemen closed house. PT Aretha Nusantara Farm  merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan ayam yang berlokasi di Bandung yang saat ini memiliki 9 cabang perusahaan yang tersebar di wilayah Kuningan, Majalengka, Bandung Timur, Bandung Barat, Garut, Cirebon, Subang, Sumedang dan Tasikmalaya (ipb.ac.id)

  • Diskusi Ekonomi Hijau dan Pembangunan Berkelanjutan di Departemen IPTP

    Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB University mengadakan Kuliah Umum Bagi Mahasiswa tentang “Climate Change, Sustainable Development Goals (SDGs) and Green Production Industry, akhir pekan lalu.

    Kuliah umum ini dihadiri oleh 400 mahasiswa dari berbagai program studi peternakan. Kuliah umum kali ini menghadirkan narasumber dari lintas bidang ilmu yang berbeda yaitu Hizbullah Arief, SIP Climate Leader, founder Hijauku.com dan Dr Eng M Donny Koerniawan, Dosen Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. 

    Ketua Departemen IPTP, Prof Irma Isnafia Arief mengatakan kuliah umum tersebut diadakan untuk membahas konsep umum agrikultur dan peternakan yang mempengaruhi SDGs 2030 dan perlunya perhatian atas kontribusi sektor peternakan dari hulu sampai hilir bagi perkembangan SDGs. 

    Sementara, Hizbullah Arief memaparkan materi mengenai perubahan iklim dan dampaknya terhadap SDGs. Dalam paparannya ia mengatakan terdapat dua isu utama yaitu ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan. Kedua isu ini merupakan isu yang masih memiliki kesenjangan pengetahuan di tengah masyarakat.  

    Lebih lanjut ia menerangkan, kedua isu tersebut sangat berkaitan erat dengan perubahan iklim. Pasalnya perubahan iklim dan cuaca di Indonesia terbilang ekstrim dalam beberapa dekade terakhir. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 13 November 2020, bencana yang terjadi di Indonesia mencapai angka 2.524 bencana. Bencana ini didominasi oleh bencana hidrometeorologis seperti banjir, longsor, dan puting beliung dan terkait pula dengan kekeringan.

    Adapun Donny Koerniawan, memaparkan materi mengenai industri arsitektur dan kota hijau dalam pola produksi hijau.  Ia mengatakan, pembangunan kawasan industri, kota maupun perumahan yang ramah lingkungan memerlukan arsitek yang paham terhadap pembangunan hijau. “Kalau social contribution terhadap environment itu seimbang, pembangunan  kota kita akan menjadi livable, ekonomi dan environment seimbang maka akan menjadi feasible. Nah kita harus mencari di tengah-tengah ini,” jelasnya.

    Peran arsitek dan urban designer dalam mengurangi emisi energi menurutnya juga harus menerapkan empat teori utama yaitu master planning, community system planning, building design dan transport system. "Arsitek harus mengatur keselarasan konsep tersebut agar pembangunan kota sesuai dengan prinsip keberlanjutan melalui smart building, energy independent arsitektur, ataupun green building, " ungkapnya.

    Di penghujung acara, Dosen IPB University dari Departemen IPTP, Iyep Komala, SPt, MSi selaku moderator kuliah umum tersebut menyampaikan perlu ada kolaborasi penelitian dan kegiatan aksi antara Fakultas Peternakan IPB University dengan Sekolah Arsitektur ITB dan Hijauku.com agar menciptakan peternakan di perkotaan dengan pola produksi hijau dengan tetap memperhatikan iklim melalui penerapan arsitektur dan Kota Hijau (ipb.ac.id)

  • Dosen IPB Univeristy: Sistem Traceability Rantai Pasok Bisa Atasi Mafia Sapi dari Hulu hingga Hilir

    IPB University bekerja sama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) mengadakan training secara daring tentang ketelusuran (traceability) pada rantai pasok sapi potong, (19/9). Training ini digelar untuk menindaklanjuti kondisi konsumsi pangan daging yang semakin meningkat di negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, kurangnya pengetahuan konsumen terhadap asal pangan tersebut, kelayakannya untuk dikonsumsi, serta kurangnya sistem yang menggaransi membuat bahasan pada training ini penting. Terlebih lagi sistem ketelusuran untuk sapi lokal belum ada.

    Menurut Prof Kudang Boro Seminar, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB University dan Pakar Komputasi Pertanian, konsep traceability berbasis teknologi informasi merupakan sistem yang harus segera diimplementasikan di Indonesia . Dengan adanya sistem tersebut, perjalanan suatu produk agroindustri mulai dari awal penemuan bibit unggul sampai ke tangan konsumen beserta pihak yang terlibat di dalamnya akan lebih mudah diidentifikasi dan diawasi.

    Ia juga menerangkan, pemegang kewenangan dan hukum perlu mengetahui bila produsen telah mengikuti praktek pemotongan hewan yang baik untuk memenuhi rantai nilai dan produksi daging sapi. Kasus pengoplosan daging serta permainan harga yang diakibatkan oleh mafia sapi dari hulu ke hilir masih sering ditemukan, sehingga sistem traceability merupakan salah satu solusi untuk mengatasinya.

    Penggunaan E-traceability ini tidak terbatas ruang dan waktu serta kemampuan mengakses informasi lebih cepat dengan bantuan satelit. Perubahan sistem pelacakan sapi digital menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) menjadikan pengawasan terhadap pelaku usaha sapi potong lebih terpadu, memenuhi prinsip animal welfare dan penjaminan kehalalan.

    “Jadi pada dasarnya kita dapat mengusung food protection, food defense, sustainability dan security,” terang Prof Kudang.

    Dalam sejarahnya, Tri Nugrahwanto, Supply Chain Manager PT Tanjung Unggul Mandiri, mengatakan bahwa praktik traceability mulai diterapkan pasca penghentian ekspor sapi Australia pada tahun 2011. Penghentian ekspor sapi ini diketahui karena pelaku usahanya melakukan pelanggaran animal welfare. Sistem pelacakan feedlot dilakukan mulai dari unloading sapi di pelabuhan hingga rumah pemotongan hewan (RPH) maupun pedagang. Sistem tersebut juga dipraktikkan untuk memenuhi rantai pasok dengan adanya audit pada setiap lini.

    Ia juga menyebutkan bila Australia sendiri memiliki lembaga National Livestock Identification System yang mengelola traceability dan mencakup segala hal dalam lini peternakan sapi dan domba. Adapun manfaat lain dari sistem e-traceability ini ditujukan untuk meningkatkan potensi ekonomi peternak melalui keterlacakan data sapi hingga penentuan kisaran harga pasar dapat tercipta lebih baik (ipb.ac.id)

  • Dosen IPB University Melakukan Program Pelatihan Manajemen Pembiakan Sapi Potong di Nanggung, Bogor

    Dosen muda IPB University melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui program Dosen Mengabdi. Program Dosen Mengabdi kali ini mengenai peningkatan keterampilan pembiakan sapi potong di Yayasan Arriyadl Bogor, di Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Bogor (20/10). Tim IPB yang terdiri dari M Baihaqi, MSc, Edit Lesa Aditia MSc dan Prof Asep Gunawan yang merupakan dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, serta Dr Iwan Prihantoro dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB University.

    Baihaqi mengatakan, “Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan respon IPB University atas permintaan langsung dari masyarakat setempat yang mempunyai permasalahan pada usaha peternakan yang telah dijalankan.” 

    Ia juga menjelaskan, program ini bertujuan meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pembiakan ternak sapi potong. Selain itu, kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kondisi saluran reproduksi sapi calon induk yang ada di lokasi pengabdian serta pemberian bantuan pakan, bibit pakan dan sarana produksi sapi.

    Terdapat tiga kegiatan utama yaitu pelatihan budidaya sapi potong untuk pembiakan; pemeriksaaan dan evaluasi performa dan saluran reproduksi sapi dan diskusi identifikasi sumberdaya pakan dan evaluasi ketercukupan pakan. 

    Menurut Iwan Prihantoro, sumberdaya pakan merupakan hal yang penting karena merupakan pondasi pada peternakan khususnya pembiakan. “Beberapa potensi pakan yang sudah ada merupakan basis by product pertanian padi dan jagung serta hijauan pakan. Potensi yang memungkinkan dikembangkan adalah kebun pakan potongan seperti odot, rumput gajah dan indigofera,” ujarnya. 

    Pada kegiatan ini juga, diserahkan bantuan bibit tanaman pakan odot dan Indigofera sp. sebagai upaya untuk peningkatan ketersediaan pakan. Masyarakat pada umumnya belum memahami tentang kebutuhan nutrisi pakan program pembiakan. Sehingga kegiatan ini sangat tepat dilakukan.

    Selain itu, tim kegiatan melakukan identifikasi kondisi tubuh (body condition score) serta pemeriksaan saluran reproduksi yang dilakukan melalui palpasi (perabaan). Kegiatan ini juga melibatkan Gatot Muslim, MSi dan Winarno, S.P yang merupakan mahasiswa S3 dan S2 Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Ternak, IPB University.

    “Rata-rata kondisi reproduksi sapi-sapi yang ada di desa tersebut masih mempunyai kemampuan untuk bereproduksi dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi BCS dan organ reproduksi yang kami identifikasi melalui palpasi yang dilakukan. Meskipun ada beberapa ekor perlu dilakukan peningkatan skor BCS nya,” ujar Edit Lesa Aditia. 

    Ketua Yayasan Arriyadl Ust. Saminan Al Ghiffary menyampaikan rasa terima kasih yang dalam atas respon cepat dari IPB University melalui program dosen mengabdi LPPM IPB University. Ia berharap kerjasama terus terjalin dengan pihak IPB University untuk membimbing peternakan (ipb.ac.id)