IPBSDG2

  • Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar Studium Generale mata kuliah Produksi Unggas Komersial tentang manajemen perkandangan dan kesehatan unggas pedaging di masa pandemi COVID-19, (12/12). Kegiatan ini digelar berdasarkan kasus riil keberhasilan budidaya unggas pedaging di lapangan. Penyelenggaraan Studium Generale ini merupakan salah satu bentuk  kerjasama Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fapet IPB University dengan PT Aretha Nusantara Farm. Kerjasama ini juga diwujudkan dalam praktik lapang dan magang profesi bagi mahasiswa.

    Materi yang disampaikan pada Studium Generale tersebut antara lain diagnosis penyakit dan vaksinasi pada unggas pedaging yang disampaikan oleh drh Titis Wahyudianto (PT Bohringer Ingelheim) dan closed house untuk unggas pedaging yang disampaikan oleh Ading Nurjaman, SE (PT Aretha Nusantara Farm/AS Putra Goup).  

    Pada kesempatan ini, drh Titis mengenalkan jenis penyakit yang sering ditemui di peternakan unggas pedaging di Indonesia beserta faktor penyebabnya. Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan tentang tahapan diagnosa penyakit dan penerapan program vaksinasi yang benar pada unggas, termasuk tindakan biosekuritas dan alternatif pencegahan penyakit di masa pandemi COVID-19.

    Drh Titis Wahyudianto juga menjelaskan tentang teknologi terbaru di bidang peralatan vaksinasi dan produk vaksin untuk unggas pedaging yang diproduksi oleh PT Boehringer Ingelheim. Menurutnya, teknologi tersebut sudah banyak diadopsi dan diaplikasikan oleh peternak unggas pedaging di Indonesia.

    Sementara, untuk mendukung kesehatan dan performa unggas pedaging yang optimal sesuai dengan target bisnis, Ading Nurjaman menjelaskan kandang sistem tertutup (closed house) merupakan tipe kandang yang tepat bagi peternak dan terbukti sudah banyak diadopsi oleh peternak.

    Ia pun menyampaikan materi tentang manfaat, teknis operasional dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada manajemen closed house. PT Aretha Nusantara Farm  merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan ayam yang berlokasi di Bandung yang saat ini memiliki 9 cabang perusahaan yang tersebar di wilayah Kuningan, Majalengka, Bandung Timur, Bandung Barat, Garut, Cirebon, Subang, Sumedang dan Tasikmalaya (ipb.ac.id)

  • Puluhan peternak sapi potong yang tergabung dalam tiga kelompok dari Kecamatan Pegajahan, Dolokmasihul dan Sipispis tampak antusias mengikuti program Sekolah Peternakan Rakyat (SPR), Sabtu (7/9) di Aula Pondok Bali Lestari, Jalan Deblod Sundoro, Kota Tebingtinggi.

    SPR merupakan program unggulan dari Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) hasil kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University sejak 2016 lalu. Tujuannya adalah untuk melahirkan peternak sapi yang profesional, mandiri, dan berdaulat.

    Kadis Ketapang Sergai, M. Aliyuddin SP, MP di hadapan kelompok peternak saat membuka SPR 2019 mengatakan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan ini juga bertujuan untuk menggenjot populasi sapi potong yang akhir-akhir ini sangat dibutuhkan masyarakat karena harga jualnya cukup tinggi. Hal ini sesuai  dengan visi dan misi Kabupaten Sergai agar tercipta peternak-peternak yang inovatif dan berkelanjutan.

    "Dengan adanya program SPR, populasi ternak di Sergai telah membuahkan hasil cukup memuaskan. Saat ini Kabupaten Sergai berada di peringkat keempat populasi ternak terbanyak se-Sumatera Utara (Sumut)," ujarnya.

    Harapannya  para kelompok yang sudah mengikuti program SPR dapat mengembangkan ternak sapi dan menampilkan ternak-ternak terbaiknya.

    Sedangkan Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketapang Sergai, drh Andarias Ginting MSi menjelaskan kepada para kelompok peternak terkait permohonan bantuan ke pemerintah guna peningkatan kualitas maupun kuantitas hewan, harus melalui Standard Operating Procedure (SOP) dan pedoman-pedoman yang ada.

    "Kami akan melakukan penilaian dan monitoring sesuai dengan pedoman dan SOP yang dalam waktu dekat akan dibakukan menjadi Peraturan Bupati Sergai," jelasnya.

    Sementara itu, dari LPPM IPB University, Dr Ir Afton Atabany, MSi menyampaikan bahwa pihaknya dalam SPR ini lebih menekankan bagaimana caranya menyemangati peternak untuk giat dalam mengurus hewan ternaknya. Dia menilai, setiap peternak minimal harus menjadi manager dengan kategori 25 ekor ternak per keluarga.

    Menurutnya, dalam SPR ini para peternak diajarkan bagaimana cara pemasaran hewan ternak, pengenalan berbagai penyakit dan pencadangan makanan yang bernutrisi tinggi bagi hewan ternak."Intinya, kami menginginkan para peternak yang mengikuti SPR dapat menjadikan pola beternak masyarakat menjadi lebih baik dan dapat ditularkan ke peternak-peternak yang lainnya,” imbuhnya.

    Dalam kesempatan itu, perwakilan kelompok ternak dari Kecamatan Pegajahan, Srianto mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Dinas Ketapang Sergai maupun LPPM IPB University yang mengajarkan tata cara beternak yang baik. Srianto berharap, Dinas Ketapang Sergai terus berkelanjutan untuk membimbing para peternak dalam hal kemajuan serta pengembangan usaha peternakan (ipb.ac.id)

  • Tiga organisasi kemahasiswaan (Ormawa) Fakultas Peternakan IPB University yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan, Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (Himaproter), Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) berkolaborasi mengadakan kegiatan Webinar Nasional mengenai Pengoptimalan Protein Hewani sebagai Sumber Nutrisi Pangan di Masa Pandemi, (7/9). Webinar ini menghadirkan Dr Epi Taufik, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan dengan kepakaran di bidang susu sapi dan Tika Kartika, SP, perwakilan dari Kementerian Pertanian RI.

    Dalam paparannya, Dr Epi menjelaskan tentang pentingnya mengkonsumsi protein hewani untuk tubuh di masa pandemi. Khususnya mengenai fungsi dan peran susu sebagai protein hewani. Menurutnya, dengan mengkonsumsi susu akan menjadikan tubuh sehat dan seimbang. Ini karena susu mengandung beberapa zat gizi yang tentunya dibutuhkan oleh tubuh manusia.

    “Dengan mengkonsumsi susu rutin setiap hari pada anak kecil atau ibu hamil maka ini akan dapat mengurangi atau menghindari resiko stunting pada anak. Mengkonsumi susu juga dapat meningkatkan imunitas pada tubuh, sehingga dengan minum susu setiap hari di masa pandemi akan membantu meningkatkan imun kita,” ujarnya.

    Webinar Nasional ini merupakan rangkaian acara dari Gerakan Protein Sehat 2020. Sebelumnya sudah dilakukan kegiatan bagi-bagi telur dan susu di Car Free Day (CFD) Kopasus Cijantung Jakarta, Desa Situ Udik Bogor, Desa Kedungbadak Bogor, Desa Cikarawang dan Desa Loji Bogor. Pembagian telur dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang mengikuti Program KKN-T IPB University dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku (ipb.ac.id)

  • Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University kembali menugaskan tim dosen dari Fakultas Peternakan dan peneliti dari Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) untuk melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat pada Minggu, (24/11). Melalui program Dosen Mengabdi, LPPM menugaskan Ir M Agus Setiana, MS (Dosen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan), Muhammad Baihaqi, SPt, MSc (Dosen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan), Ir M Yannefri Bakhtiar, MSi dan fasilitator LPPM, Tika Mazda untuk mengabdi di Desa Neglasari, Bogor.

    Menurut Tika, potensi lain dari Desa Neglasari adalah banyaknya masyarakat desa yang melakukan kegiatan ternak domba. Pada minggu pertama penempatan di desa, telah dilakukan kegiatan pemetaan sosial dan ditemukan bahwa terdapat beberapa warga desa yang memiliki usaha ternak domba, sehingga perlu adanya kegiatan sosialisasi dan pemberian edukasi oleh dosen IPB University kepada masyarakat agar perekonomian masyarakat desa Neglasari dapat meningkat.

    Kegiatan pengabdian masyarakat kali ini terdiri dari tiga sesi penyampaian materi dan dilanjutkan sesi focus group discussion (FGD) serta tanya jawab. Materi pertama disampaikan oleh salah satu penggagas Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di desa lingkar kampus yang juga merupakan peneliti di P2SDM IPB University, Yanefri Bakhtiar.

    Yannefri menyampaikan tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui program Kampus Desa.  “Kampus Desa hampir mirip dengan kegiatan Dosen Mengabdi LPPM IPB University, yaitu program pemberdayaan masyarakat dengan prinsip sharing sumberdaya dari para stakeholder yang terlibat (IPB University, masyarakat, pemerintah, dan swasta) dengan tujuan memberikan solusi permasalahan pertanian secara umum,” ujarnya.

    Melalui kelembagaan seperti Posdaya, Yannefri menghimbau agar masyarakat dapat ikut terlibat aktif dan partisipatif sehingga mampu mendapatkan informasi dan akses dengan lebih mudah.

  • Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia, permintaan konsumsi daging turut meningkat. Para ilmuwan ‘memutar otak’ dengan cara membuat daging sintetis sebagai alternatifnya. Terlebih lagi dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan berkelanjutan dan aspek kesejahteraan hewan.
    Terkait dengan daging síntesis ini, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menggelar kajian kauniyah Teropong Cercah Kauniyah (TerCerahKan) dengan topik “Daging Sintetis”, Selasa (05/04). Terutama untuk mengupas daging síntetis dari perspektif Islam.

    Prof Nahrowi, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan menilai bahwa produksi daging sintetis bisa menjadi peluang baik untuk industri peternakan. Terdapat kelebihan dan kekurangan terutama terkait aspek nutrisi. Daging sintetis biasa terbuat dari protein nabati hingga yang berbasis sel.

    “Daging sintetis ini merupakan hal yang tidak boleh dielakkan karena teknologi akan terus berkembang menurut pemikiran manusia agar lebih efisien,”ungkapnya.
    Menurutnya, alasan rasional lain ilmuwan mengembangkan daging sintetis ini terkait persoalan lingkungan. Umat muslim juga telah diajarkan untuk tidak merusak lingkungan. Selain itu, aspek kesejahteraan hewan (animal welfare) juga tidak kalah penting. Alasan lainnya yakni terkait penyusutan dan konversi lahan, penyakit menular dan meningkatnya tren hidup ala vegan. 

    “Maka saya katakan ini merupakan peluang industri peternakan untuk memperbaiki cara-caranya (industri peternakan) dalam mengelola industri. Agar lingkungan tidak rusak serta mengikuti animal welfare. Bila industri peternakan menjalankan syariat maka animal welfare ini seharusnya sudah dijalankan,” tambahnya.  

    Ia menambahkan, produksi daging síntetis masih terbilang mahal. Industri peternakan harus bersikap bijak untuk menganalisis produksi daging sintetis ini. Daging sintetis dinilai lebih cocok untuk olahan makanan. Namun ada kekhawatiran daging ini dioplos.

    Dari segi nutrisi, tambahnya, nutrisi makronya terbilang cukup baik. Namun nutrisi mikronya belum bisa disejajarkan dengan daging alami. Daging asli dan daging síntetis tidak dapat dipertukarkan secara nutrisi. Persepsi negatif terhadap daging alami juga kecil kemungkinan untuk berubah.  “Kekurangan dari industri peternakan ini menjadi peluang untuk berproduksi secara eco-friendly,” imbuhnya.

    Sementara itu, Prof Hamim, Dosen IPB University dari Departemen Biologi FMIPA menambahkan bahwa dalam perspektif ajaran Islam, binatang ternak telah dianjurkan untuk dipergunakan menjadi baju hingga dikonsumsi. Dagingnya memiliki berbagai manfaat, untuk memenuhi kebutuhan protein dan asam amino esensial. Islam dan Al-Qu’ran memandang daging penting sebagai sumber pangan.

    Menurut, Allah hanya membatasi konsumsi dan penggunaan beberapa jenis daging serta aturannya tidak menyulitkan umatnya. Al-Qu’ran lebih menekankan pada aspek kehalalannya. Selain itu, Islam menekankan agar daging tidak hanya dikonsumsi oleh orang kaya. Oleh karena itu, penyembelihan hewan kurban sejatinya dianjurkan agar daging dapat terdistribusi kepada fakir miskin.

    “Saya dorong bagi Bapak Ibu yang bergiat di industri peternakan bagaimana membuat industri yang baik. Karena Allah menekankan pentingnya ini (daging) menjadi barang yang tidak terlalu mahal dan bisa terjangkau bagi seluruh umat manusia,” sebutnya.

    Ia menambahkan, daging disebut sebagai salah satu hidangan surga. Dalam memenuhi permintaan daging ini, adanya daging sintetis masih diperdebatkan aspek kehalalannya. Paling tidak, unsur, proses, dan komponennya harus terbebas dari bahan haram.

    “Daging sintetis juga memiliki perbedaan dengan daging sembelih terutama harus bebas dari ghoror (penipuan). Terlebih industri daging ini termasuk ke dalam sistem yang kompleks dan mekanismenya panjang. Selain itu, dagingnya juga harus memenuhi kualitas yang baik yakni bergizi dan bebas dari unsur yang membahayakan. Aspek-aspek ini harus menjadi bagian yang harus diperhatikan dan menjadi PR bersama (ipb.ac.id)

  • Meningkatnya permintaan pangan produk ternak mengakibatkan perbesaran skala usaha dan perubahan dari sistem ekstensif menjadi intensif. Hal ini menyebabkan meningkatnya akumulasi jumlah kotoran dan dapat menyebabkan masalah lingkungan apabila limbah tidak dikelola dengan baik.

    Dr Salundik, dosen IPB University dari Departemen Imu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP)  menjelaskan pengelolaan dan pengolahan  limbah peternakan harus memperhatikan sifat dan karakteristik limbah. Sifat dan karakteristik limbah perlu diketahui untuk perencanaan pengolahan limbah ke depannya.

    Menurutnya, limbah ternak dapat dikategorikan menjadi limbah cair (5 persen padatan), lumpur atau semi padat (5-25 persen padatan), padat (lebih dari 25 persen padatan) dan gas. Jumlah, sifat dan karakteristik limbah tersebut dipengaruhi oleh identitas ternak (spesies, umur, ukuran dan kondisi fisiologis), sistem perkandangan, sistem pembersih kandang dan penanganan limbah, jenis ransum yang diberikan, industri ternak dan lingkungan.

    Perencanaan pengelolaan dan pengolahan limbah yang perlu diperhatikan antara lain: penentuan sistem dan tipe pengolahan limbah, penentuan skala pengolahan, lokasi pengolahan, fasilitas pengolahan, biaya instalasi dan manajemen proses pengolahan.

    “Pengelolaan dan pengolahan limbah ternak berfungsi mengurangi potensi pencemaran baik fisik, biologi maupun kimia. Pengelolaan dan pengolahan limbah ini juga dapat meningkatkan atau menambah nilai guna limbah tersebut,” jelas Dr Salundik pada sebuah Online Training yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan IPB University bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) beberapa waktu lalu.

    Limbah padat, lanjutnya, dapat diolah secara composting, vermicomposting, penguburan atau penimbunan, penggunaan black soldier fly, anaerobik, pembakaran maupun penekanan. Sementara limbah cair dapat diolah melalui pengendapan, flotasi, penyaringan, riverse osmosa, maupun menggunakan bahan kimia seperti ion exchange.

    “Limbah ternak ini terutama limbah kotoran juga dapat dimanfaatkan sebagai biogas maupun pupuk organik. Dengan demikian pengolahan limbah ternak dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi peternak,” pungkas  Dr Salundik (ipb.ac.id)

  • Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang menjadi favorit keluarga Indonesia. Mayoritas keluarga di Indonesia akan menyimpan telur di dapur sebagai cadangan makanan. Hal tersebut karena selain harganya yang relatif murah, telur juga merupakan bahan makanan yang mudah diolah menjadi berbagai macam hidangan.

    Sebagai upaya menjaga nilai gizi telur, perlu memastikan telur yang dimasak merupakan telur yang masih berkualitas baik. Oleh karena itu, Dr Zakiah Wulandari, Dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan IPB University, membagikan tips untuk menentukan kualitas telur sebelum diolah.

    Telur dilapisi oleh cangkang yang melindungi bagian dalam telur dari kontaminasi lingkungan. Oleh karenanya, sangat penting memastikan cangkang telur dalam keadaan utuh tanpa adanya keretakan. Selain itu, cangkang telur yang baik akan berwarna cerah dan bertekstur halus tanpa bintik. Selain dari kondisi cangkang, kualitas telur juga dapat diuji dengan tes apung.

    “Telur yang berumur masih baru dan berkualitas baik akan tenggelam dalam air. Sedangkan telur yang berkualitas rendah akan mengapung,” ujarnya.  Dosen IPB University itu melanjutkan, telur yang tenggelam ke dasar dan terletak menyamping (horizontal), menunjukkan bahwa telur sangat segar. Apabila telur tenggelam namun berdiri di salah satu ujung (vertikal), menunjukkan adanya penurunan kualitas telur. Meskipun demikian, telur tersebut masih layak dan enak untuk dikonsumsi.

    Dr Zakiah menjelaskan bahwa telur segar akan tenggelam di dalam air karena kantung udara yang terdapat pada telur masih kecil. Telur tersebut juga belum banyak memiliki uap air dan senyawa gas lain yang menguap. Ia pun menyebut, semakin lama masa penyimpanan menyebabkan membesarnya kantung udara di dalam telur. 

    “Kantung udara semakin membesar disebabkan oleh penguapan air dan gas-gas yang ada di dalam telur seperti CO2 dan gas-gas hasil reaksi zat-zat organik seperti NH3 dan H2S,” papar Dr Zakiah lebih detail.  Semakin lama usia telur, katanya, akan semakin besar pula kantung udara yang terbentuk di dalamnya. Keberadaan kantung udara ini membuat berat telur semakin berkurang sehingga telur akan berangsur naik ke atas permukaan air dan mengapung.

    Merujuk pada test apung di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebaiknya mengkonsumsi telur yang tenggelam ataupun mengapung di tengah. Tidak hanya itu, perlu dihindari telur yang mengapung di atas. (SWP)

  • Salah satu polemik pertambangan yang saat ini masih terjadi adalah tidak adanya pemanfaatan area bekas tambang. Padahal apabila area tersebut dimanfaatkan, dapat menjadi area bisnis baru.

    Hal ini mendorong, Himpunan Alumni Fakultas (HANTER) bersama dengan Himpunan Alumni IPB University Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kalimantan Timur mengadakan seminar pemanfaatan area bekas tambang, 10/10. Salah satu pemanfaatan bekas tambang adalah sebagai lahan peternakan.
     
    Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, Prof Dr Luki Abdullah menyampaikan lahan bekas tambang dapat digunakan untuk peternakan. Dengan demikian, diharapkan mampu menjadi solusi pemulihan ekonomi daerah setempat.

    “Area bekas tambang nikel dan emas memang perlu waktu lama untuk menghilangkan residu pada hijauan pakan. Kalau bekas tambang batu bara relatif lebih aman untuk ditanam tanaman pakan,” kata Prof Luki.
     
    Meskipun demikian, masih ada karakter pembatas pada area bekas lahan untuk menanam. Karakter pembatas itu adalah pH rendah, bahan organik rendah, kapasitas tukar kation rendah, dan daya menggenang air yang eksrim. Daya menggenang air ini bisa sangat tinggi bahkan bisa tidak ada airnya.

    Degan demikian, menurutnya perlu upaya pembenahan tanah agar dapat mendekati karakteristik lahan yang sesuai untuk tanaman. Upaya pembenahan tersebut dapat dilakukan dengan inokulasi mikroba tanam, pengapuran, pemupukan anorganik tanah dan menambah bahan organik atau sumber karbon organik. Bahan organik dapat berasal dari pupuk kandang, kompos, atau asam humat.

    “Apabila area bekas tambang sudah dilakukan perbaikan tanah, ada lima spesies tanaman pakan yang dapat ditanam. Spesies tersebut yaitu, Pennisetum purpureum, Mott dwarf pennisetum (odot), Panicum maximum cv. Mombasa, dan Mulato,” tambah Prof Luki.

    Senada dengan Prof Luki, Ir Dadang Sudaryana, Anggota HA IPB University mengatakan area bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk peternakan yang berbasis mini ranch.

    "Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kalimantan Timur telah meneliti di tiga Kabupaten pada tiga lokasi bekas tambang batubara. Berdasarkan penelitian tersebut, lahan dapat digunakan untuk budidaya peternakan khususnya ternak sapi potong,” ungkapnya (ipb.ac.id)

  • Black soldier fly (BSF) atau dikenal sebagai lalat tentara hitam memiliki manfaat yang banyak baik untuk pangan maupun sebagai pakan. Umumnya, BSF dapat ditemukan dan hidup pada limbah organik seperti limbah pertanian, limbah organik rumah tangga maupun limbah organik dari pasar.

    Dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Prof Dr Dewi Apri Astuti menjelaskan lalat BSF juga dapat dibudidayakan pada media limbah sawit. Limbah sawit yang dimaksud adalah bungkil sawit, pelepah sawit, serat, daun sawit (tanpa lidi), tandan kosong maupun batang sawit.

    “Limbah sawit tentunya dihancurkan terlebih dahulu supaya tidak keras bagi larva lalat BSF. Kadar protein dari limbah sawit ini berkisar antara 2-16 persen, kalau serat kasarnya bisa mencapai 48 persen,” jelas Prof Dewi dalam sebuah Online Training yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan IPB University bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI).

    Kandungan nutrisi lalat BSF yang tinggi, dapat dimanfaatkan sebagai pakan ayam, puyuh, kambing, ikan udang maupun dibuat sebagai bahan chitosan dan anti bakteri. Ekstrak lalat BSF juga dapat digunakan sebagai alternatif pengganti antibiotic growth promoters (AGPs) pada industri pembesaran ayam. Sementara untuk pakan puyuh, formula pakan BSF dapat meningkatkan performa produksi puyuh mencapai 62 persen.

    “Lalat BSF dapat diekstrak dalam bentuk protein murni dan minyak. Kulit pupa BSF juga dapat diekstrak menjadi chitosan,” tambah Prof Dewi.

    Ekstrak kitin maupun chitosan BSF dapat dimanfaatkan pada berbagai bidang seperti pertanian, pangan, farmasi dan medis, kosmetik, bioteknologi, tekstil, industri kertas maupun sebagai purifikasi air (ipb.ac.id)

  • Bagi sebagian orang, cacing tanah identik dengan hewan menjijikkan. Namun, faktanya tak sedikit masyarakat yang membudidayakan cacing tanah sebagai mata pencahariannya. Meskipun menjijikkan, ternyata cacing tanah memiliki nilai ekonomi dan dapat dijadikan sebagai bahan baku obat medis.

    Untuk itu, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Verika Armansyah Mendrofa, SPt, MSi memberikan penjelasan tentang budidaya cacing tanah sebagai pakan ternak dan pangan. Menurutnya, cacing tanah memiliki kadar protein sebesar 64-76 persen. Harga jual cacing tanah lumayan fantastis, satu kilogram cacing tanah dihargai 40 ribu sampai 120 ribu untuk di wilayah Bogor. Tidak hanya cacingnya yang bisa dijual, tetapi produk cacing seperti pupuk cair dan bekas cacing (kascing) juga dapat dijual.

    “Pupuk cair dan kascing sangat bermanfaat untuk kesuburan tanah dan tanaman. Ini merupakan peluang usaha yang menjanjikan,” kata Verika dalam Online Training yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan IPB University bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) belum lama ini.

    Manfaat cacing tanah, lanjutnya, dapat digunakan sebagai pakan ternak, pangan manusia, obat-obatan, kosmetik, pengolah sampah, pengolah limbah industri, pupuk tanaman dan penyubur lahan pertanian. Sementara, kascing memiliki kandungan N sebesar 1.40 persen, P sebesar 4.33 persen dan K sebesar 1.20 persen. Kandungan ini lebih tinggi daripada kotoran sapi, kuda, kambing maupun kotoran babi.

    Dari sisi medis, cacing tanah mengandung enzim lumbrokinase yang berguna untuk menurunkan tekanan darah, ischemic dan stroke. Cacing tanah juga mengandung enzim peroksidase dan katalase yang berfungsi untuk mengobati penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, kolesterol maupun rematik. Tidak hanya itu, cacing tanah juga mengandung enzim ligase dan selulase yang berfungsi untuk melancarkan pencernaan serta enzim arakhidonat sebagai obat antipiretik.

    Sayangnya, manfaat cacing tanah yang banyak ini belum mampu dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Masyarakat di Indonesia umumnya baru memanfaatkan cacing tanah sebatas sebagai pakan ternak maupun sebagai penyubur tanah dan tanaman.

    Supaya cacing tanah memiliki kualitas dan nilai jual tinggi, Verika menjelaskan tentang teknik budidaya yang baik. Sebelum melakukan budidaya, ia menyarankan supaya lokasi budidaya berada di tempat yang teduh dan lembab. Pemilihan lokasi yang teduh dan lembab dimaksudkan supaya cacing tanah tidak kepanasan dan tidak terendam air secara berlebihan.

    “Sekalipun cacing hidup di dalam tanah, sebenarnya cacing itu tidak suka kalau banyak air apalagi sampai tanahnya tergenang air. Air ini bisa menutup lubang-lubang jalur cacing sehingga cacing tidak nyaman dengan air itu. Kalau bisa tempat budidayanya tidak menyerap air,” jelasnya.

    Untuk pakan atau media hidup, ia menjelaskan, dapat berasal dari limbah rumah tangga, rumah makan, pertanian, peternakan dan bahan organik lainnya. Media hidup cacing disarankan bukan dari bahan yang tajam, berduri, berbulu, asam, pedas, mengandung minyak maupun bahan kimia berbahaya. Sebelum diberikan, media tersebut dianjurkan untuk dicacah terlebih dahulu dan sedikit dilembabkan tetapi tidak sampai basah.

    Bibit cacing tanah dapat diperoleh dengan cara mencari di kebun atau tumpukan sampah atau kotoran ternak maupun membeli dari peternak cacing. Bibit cacing sebaiknya diperoleh dari beberapa tempat dan berbagai ukuran.

    Selama budidaya, disarankan untuk melakukan perawatan dengan cara mengaduk media dua minggu sekali agar aerasi media terjaga. Apabila media telah berubah warna menjadi hitam, media bisa dipecah dan ditambahkan dengan media baru.

    “Jangan lupa senantiasa mengecek kelembaban dan pH media. Kalau media terlalu asam, cacing banyak muncul di permukaan media dan aktif bergerak. Sementara kalau media terlalu basa, cacing akan muncul di permukaan tetapi tidak banyak bergerak, berwarna pucat dan kurus,” jelasnya.

    Kegiatan panen cacing tanah dapat dilakukan apabila media telah matang. Tanda media matang adalah warna menjadi coklat kehitaman, teksturnya gembur seperti tanah, bentuknya sudah berbeda dari media awal dan umumnya pH sekitar 7. Untuk panen media atau vermikompos, disarankan supaya media bersih dari cacing maupun kokonnya. Media tersebut selanjutnya dikeringanginkan agar kering, bila perlu media disaring. (ipb.ac.id)

  • Dalam memenuhi kebutuhan akan kalsium dan menjaga stamina tubuh, masyarakat cenderung mengkonsumsi susu sapi. Susu juga bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan anak-anak dan remaja. Susu juga dinilai dapat melengkapi kebutuhan gizi selain buah dan sayur. Terlebih di masa pandemi ini, kebutuhan susu lebih kepada untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh.

    Tapi tahukah anda bahwa susu terbagi menjadi dua tipe? Meski semua susu terlihat sama secara kasat mata tetapi di dalamnya memiliki kandungan yang berbeda. Dari kandungan dan asal produksi sapi perahnya, susu pun terbagi menjadi dua yaitu susu A1 dan susu A2.

    Dosen IPB University yang merupakan Guru Besar Divisi Pemuliaan dan Genetika Ternak Departemen llmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Prof Dr Ir Ronny Rachman Noor, MRurSc berikan penjelasan tentang cara tepat dalam memilih susu sapi yang memiliki kandungan kalsium dan memiliki kandungan nilai gizi.

    Menurutnya, susu A1 dan susu A2 dihasilkan dari jenis sapi yang berbeda. Berdasarkan Swarna Kapila, susu biasa (A1) umumnya dihasilkan oleh bangsa sapi Bos Taurus sedangkan susu A2 dihasilkan oleh Bos Indicus. Susu A2 merupakan susu yang diproduksi dari sapi perah hasil seleksi secara genetik yang dilakukan oleh pakar dan pelaku peternakan untuk kepentingan kesehatan.

    “Susu A2 adalah susu premium yang dihasilkan dari sapi yang telah diseleksi secara genetik, memiliki Genotipe A2/A2 dan telah melalui uji DNA yang hanya mengandung protein beta-casein A2. Protein beta-casein A2 nya mengandung 209 asam amino yang pada urutan ke 67 nya memiliki asam amino Proline. Sedangkan susu sapi biasa pada posisi ini asam aminonya.

    Histidine. Susu superfood A2 sangat bagus untuk pencernaan karena mengurangi kembung, diare dan sembelit karena tidak mengandung peptida opinoid C-7. Susu A2 juga mengandung kalsium susu yang tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Selain kandungan gizinya yang lengkap, susu A2 juga mudah diserap dan sangat bermanfaat dalam membantu menjaga kebugaran tubuh,” ujarnya (ipb.ac.id)

  • Dalam rangka Stasiun Lapang Agrokreatif (SLAK) program Dosen Mengabdi  tahun 2019, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University mengirimkan dua dosen ke Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, (22/11). Program Dosen Mengabdi merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi dosen non Guru Besar dan Dosen Guru Besar. Salah satu tujuan dosen mengabdi adalah mendorong dan memfasilitasi dosen dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

    Sosialisasi dilaksanakan di Kantor Desa Sinarsari dengan dua narasumber yaitu Dr Sri Murtini  dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University dan Dr Sri Darwati dari Fakultas Peternakan (Fapet). Sosialisasi dihadiri sebanyak 40 peserta dari Desa Sinarsari dan sekitarnya. Peserta yang hadir merupakan tokoh masyarakat, peternak ayam kampung, anggota masyarakat, dan masyarakat umum.

    Dr Sri Murtini menyampaikan tentang pencegahan zoonosis untuk mewujudkan keluarga sehat melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). “Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan,” tuturnya.

    Salah satu jenis zoonosis yang disampaikan adalah penularan cacing dari hewan ke manusia. Penularan cacing dari hewan ke manusia dapat secara langsung tidak sengaja seperti tertelan telurnya dan melalui media makanan seperti sayuran yang terkontaminasi telur atau larva cacing.

  • Kegiatan Dosen Mengabdi IPB University kembali hadir menyapa masyarakat. Kali ini, para peternak dan pecinta kelinci dari berbagai wilayah Bogor dan sekitarnya mendapatkan ilmu mengenai budidaya kelinci dari dua orang narasumber yang berasal dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University. Acara yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dan bertemakan  "ASUH Kelinci Kita" ini digelar di Ruang Sidang Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Kampus Baranangsiang, Bogor (14/12).

    Kegiatan bimbingan teknis (bimtek) ini dihadiri oleh 30 peserta yang mayoritas merupakan para peternak kelinci. Hadir sebagai salah satu narasumber, Dr Ir Henny Nuraini, MSi membawakan materi tentang "Sertifikasi Halal pada Industri Peternakan Kelinci" dan "Teknik Pemotongan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal)".

    Dr Henny memaparkan bahwa daging kelinci memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan daging dari jenis ternak lain. Daging kelinci memiliki kadar protein lebih tinggi, memiliki kadar lemak, kolesterol dan garam lebih rendah serta mengandung senyawa kitotefin yang disinyalir merupakan obat dari penyakit asma. Namun masyarakat di Indonesia belum begitu awam dengan jenis daging yang satu ini. Salah satu penyebab kurang minatnya masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi daging kelinci adalah terkait dengan status kehalalan dagingnya.

    Pada bimtek ini, para peserta diedukasi mengenai standar penentuan kehalalan suatu makanan, khususnya daging. Selain mengedukasi bagaimana teknik pemotongan kelinci yang benar, konsep ASUH ini sendiri merupakan suatu standar kualitas daging kelinci nantinya.  “Penerapan standar Aman, Sehat, Utuh, dan Halal ini akan semakin membuat masyarakat lebih yakin untuk mengkonsumsi daging kelinci karena kualitasnya akan lebih terjamin,” ujarnya.

    Sementara itu, Dr Ir Komariah, MSi menyampaikan materi terkait "Teknologi Pengawetan dan Penyamakan Kulit". Menurutnya selama ini para peternak kelinci memang lebih memfokuskan untuk menghasilkan produk berupa daging  beserta olahannya. Padahal, kulit dari kelinci pun akan memiliki nilai tambah yang menarik jika dikelola secara tepat. Selain dijadikan bahan dasar pada Industri pembuatan tas, sepatu, ataupun jaket, kulit kelinci yang sedikit baret tampilannya tetap dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kerupuk kulit atau krecek untuk dikonsumsi. Hal ini pun termasuk ke dalam upaya pengurangan limbah hasil produksi.

    Kegiatan ini pun turut menjadi wadah penyampaian aspirasi para penggiat usaha kelinci terhadap pemerintah. Turut hadir sebagai salah satu partisipan, drh Patriantariksina Randusari, MSi yang berasal dari Dinas Pertanian Kota Bogor. Menurutnya kegiatan seperti ini dapat dijadikan agenda rutin. Dengan adanya kegiatan seperti ini, industri kelinci akan semakin dikenal di kalangan masyarakat luas dan pemerintah.

    “Saya menghimbau agar wacana-wacana bagus yang hadir di sini dapat ditindaklanjuti, khususnya untuk rumah potong kelinci. Semoga peternakan kelinci di Indonesia akan terus berkembang dan maju menjadi sebuah industri yang besar, layaknya industri dari berbagai ternak seperti ayam dan sapi. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar usaha peternakan kelinci dapat menjadi industri besar,” ujarnya.

    Sementara itu, Ahmad Syahril, salah satu peserta yang berasal dari komunitas Bogor Rabbit Center mengatakan bahwa tanpa adanya dukungan dari pemerintah, peternak seperti mereka akan sulit sekali maju.(ipb.ac.id)

  • Dosen Fakultas Peternakan IPB University, Dr Afton Atabany menjadi salah satu narasumber pada Forum Dialog Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), (29/3). Dalam kegiatan yang mengangkat tema “Mahalnya Harga Daging Sapi dan Kerbau, Apa Solusinya?” tersebut, Dr Afton memberikan pandangan terhadap fenomena kenaikan harga daging sapi dan kerbau.  Dalam paparannya, Dr Afton memberikan skenario solusi jangka pendek dan panjang untuk menjadi masukan bagi keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

    “Skenario untuk jangka pendek ialah pertama sapi reconditioning (penambahan biaya), maksudnya datang sapi dan dipelihara untuk pemulihan maka menambah biaya, kedua mengurangi penyusutan daging dalam transportasi (penyusutan bisa mencapai 30 persen) dan lakukan penggemukan di daerah sumber ternak. Terakhir tidak ada transportasi ternak hidup, jadi sapi atau ternak yang dikirim ke kota/konsumen sudah dalam bentuk daging beku. Jadi di sini diperlukan edukasi kepada konsumen khususnya ibu rumah tangga, bahwa daging beku itu sehat,” tuturnya.

    Solusi jangka panjang adalah “Breeding is Leading”. Menurutnya, jika Indonesia tidak mempersiapkan industri pembiakan sapi potong, maka akan selamanya tergantung pasokan daging dari luar negeri. Kekuatan breeding tidak hanya akan memperkokoh industri peternakan tetapi juga memperkuat sektor lainnya.

    Menurutnya, program yang bisa dilakukan dalam breeding  di antaranya agribisnis (pola kemitraan), sistem produksi (teknologi terapan yang proven), pasar (kerjasama supplier), cross breed Sapi Bali atau lokal dengan Sapi Angus, Limmosin dan Simmental, penyediaan pakan (integrasi), dan pasar (kerjasama supplier).

    “Solusi yang dapat dilakukan saat ini, jangka pendek dan jangka panjang, yang pertama menghadapi Idul Fitri, melakukan impor daging beku dari luar negeri atau dalam negeri. Kedua melibatkan pengusaha, koperasi dan asosiasi. Ketiga melakukan breeding sapi lokal atau sapi silangan dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi terintegrasi dengan perkebunan, kehutanan dan pertanian,” lanjutnya.

    Menurutnya Indonesia bisa mencapai swasembada daging pada tahun 2026 jika ada kenaikan (produksi) empat persen per-tahun, dengan populasi sapi sebanyak 37 juta ekor. Hal ini harus diimbangi dengan peningkatan jumlah peternak di Indonesia, salah satu caranya dengan memfasilitasi lulusan peternakan untuk memelihara 100 ekor, juga diberi insentif dan lainnya. Selain itu kelahiran ternak harus mencapai 70 persen dan kematian induk sekitar 30 persen.

    Selain Dr afton, kegiatan ini juga menghadirkan Luluk Nur Hamidah selaku Anggota Komisi IV DPR RI, Joni Liano dari Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (GAPUSPINDO), Harry Warganegara selaku Direktur Utama PT. Berdikari (persero), Ishana Mahes selaku Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia (NAMPA) dan Ir Ahmad Hadi selaku Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ipb.ac.id)

  • Belakangan ini sebagian masyarakat mengalami panic buying terhadap susu merek tertentu. Masyarakat berspekulasi bahwa susu dapat menjadi penangkal bahkan obat bagi virus COVID-19.

    Menanggapi fenomena ini, Dr Epi Taufik, dosen IPB University menegaskan bahwa susu bukan obat maupun vaksin. Menurutnya, susu merupakan bahan pangan seperti lainnya yang memiliki sumber nutrisi bagi tubuh. Sumber nutrisi ini bermanfaat dalam menjaga proses metabolisme, meningkatkan imunitas tubuh dan mencegah inflamasi.

    “Oleh karena itu, konsumsi susu dapat membantu menjaga kondisi fisiologis tubuh dan meningkatkan imunitas tubuh untuk mencegah infeksi COVID-19,” ujar Dr Epi Taufik, Koordinator Mata Kuliah Inovasi dan Teknologi Susu, Fakultas Peternakan, IPB University.

    Terkait panic buying terhadap susu dengan merek tertentu, Dr Epi mengakui bahwa susu tersebut salah satu jenis susu steril. Dalam konteks kandungan nutrisinya, susu tersebut tidak berbeda nyata dengan jenis susu steril maupun UHT dari merek-merek lain.

    “Perbedaan yang ada biasanya pada bahan baku atau formulasi susu steril maupun UHT. Kita bisa menemukan di pasar, ada merek susu dengan 100 persen berbahan baku susu segar, ada juga merek susu yang menggunakan bahan tambahan lain seperti susu bubuk skim, laktosa maupun penstabil,” kata Dr Epi, Kepala Divisi Ternak, Fakultas Peternakan IPB University.

    Biasanya, susu mengandung komponen makronutrien seperti protein, karbohidrat dan lemak. Susu juga mengandung mineral, vitamin dan mikronutrien lainnya.

    Ia juga menjelaskan, protein susu memiliki kandungan asam amino esensial dan nilai biologis atau net protein utilization sebesar 90%. Nilai ini lebih tinggi dibanding sumber protein lainnya. Nilai biologis menunjukkan persentase protein yang benar-benar diserap dan digunakan oleh tubuh.

    Selain menjadi sumber nutrisi, susu juga memiliki karakteristik bio-fungsional atau bioaktif. Bio-fungsional atau bioaktif artinya komponen atau senyawa asal susu turut berkontribusi terhadap perbaikan fungsi fisiologis tubuh. Dengan demikian dapat meningkatkan status kesehatan tubuh. Di samping itu, komponen bioaktif yang terkandung dalam susu juga berfungsi sebagai antikanker, antipatogen, antiinflamasi, dan aktivitas antioksidan.

    Untuk memenuhi kebutuhan gizi, dosen IPB University itu menyarankan supaya masyarakat memperhatikan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Nilai AKG yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia adalah suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan karakteristik tertentu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis, untuk hidup sehat.

    Dengan demikian, kata Dr Epi, masyarakat tidak perlu panik. Hal ini karena semua jenis olahan susu cair baik itu pasteurisasi, steril maupun UHT memiliki kandungan gizi yang hampir sama. Sehingga manfaat kesehatan yang didapatkan pun relatif sama.

    Terkait panic buying yang terjadi, Dr Epi menghimbau supaya para pelaku pasar tidak mengambil keuntungan sesaat dengan menaikkan harga jual produk susu di luar kewajaran. Ia juga menghimbau agar pemerintah bersama industri pangan dan peternak dapat menjamin pasokan produk-produk olahan pangan. Hal ini dalam rangka membantu menjaga status kesehatan masyarakat sehingga ketersediaan dan keterjangkauan belinya dapat terjaga bagi masyarakat secara umum.

    “Bagi masyarakat atau konsumen, teruskan mengonsumsi susu dan protein hewani lainnya, tentunya protein nabati juga sebagai sumber serat yang tidak dimiliki susu, dalam rangka melakukan pola makan yang sehat beragam dan seimbang,” pungkas Dr Epi (ipb.ac.id)

  • Selama ini kita semua mengenal susu sebagai minuman yang sangat menyehatkan karena mengandung sejumlah besar nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, seperti vitamin, mineral, protein, lemak, dan karbohidrat.  Susu adalah sekresi kelenjar ambing hewan mamalia atau dalam hal ini lebih spesifik lagi sapi atau ternak perah lain (kambing, unta, kerbau) yang sehat.

    Dr Epi Taufik, SPt, MVPH, MSi, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University uraikan manfaat konsumsi susu dan produk-produk olahannya.

    Secara taksonomi, manusia termasuk dalam kelas mamalia yaitu ditandai dengan adanya produksi susu dari ibu (air susu ibu tentu merupakan susu terbaik untuk bayi karena dapat merangsang pelepasan hormon), kekebalan tubuh, kesehatan mental plus ikatan ibu dan anak. Namun demikian, ketika bayi mulai lepas sapih, kemudian menjadi balita lalu tumbuh dewasa, maka kebutuhan akan susu dapat dipenuhi dari ternak perah.

    "Di antara ternak perah, susu asal sapi perah (termasuk produk-produk olahannya) merupakan yang terbanyak dikonsumsi manusia, diikuti dengan susu kambing, kerbau, domba, unta. Bahkan di beberapa daerah susu keledai, kuda dan rusa juga dikonsumsi oleh manusia," katanya.

    Lantas untuk apa kita masih harus minum susu, termasuk produk-produk olahannya? Dalam konteks pola makan yang beragam dan berimbang yang telah disinggung sebelumnya, di zaman dulu dikenal konsep 4 Sehat 5 Sempurna. Kesempurnaan tadi itu adalah dipenuhi dengan minum susu. Oleh karena itu minum susu adalah seperti meminum suplemen nutrisi cair yang dibutuhkan dalam pola makan yang beragam dan berimbang tadi.

    Para ahli nutrisi pun merekomendasikan untuk meminum susu 1-3 porsi per hari. Satu porsi susu setara dengan sekitar 200 mililiter susu cair. Selain komponen makronutrien seperti protein (kasein dan whey), karbohidrat (gula susu sama dengan laktosa) dan lemak, susu juga mengandung banyak komponen mikronutrien.  Susu dianggap salah satu sumber protein yang terbaik selain telur.  

  • Pernahkah Anda mengkonsumsi daging kerbau? Ternyata ada banyak manfaat kesehatan bila anda mengkonsumsi daging kerbau. Daging kerbau kaya akan nutrisi terutama kandungan protein.

    Dr Ir Komariah, MSi, Dosen Divisi Produksi Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University ungkap fakta kandungan daging kerbau yang baik untuk kesehatan. Menurutnya daging kerbau mengandung protein tinggi untuk pertumbuhan sel bagi anak-anak dan dewasa, menjaga sistem peredaran darah dan juga dapat meningkatkan massa otot. Selain itu, konsumsi daging kerbau ternyata dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh karena mengandung mineral zink (Zn),” ujarnya.

    Tidak hanya itu, daging kerbau juga mengandung Asam Lemak Linoleat yang dibutuhkan tubuh dan mengandung vitamin B1 dan B12 yang bagus untuk pertumbuhan otak janis dan kesehatan ibu hamil. Untuk itu Dr Komariah menghimbau agar masyarakat jangan sampai melupakan daging kerbau untuk konsumsi protein hewani kita. Nah jika anda berada di daerah penghasil daging kerbau jangan ragu untuk mengkonsumsi daging kerbau. "Mari konsumsi kerbau ternak lokal Indonesia," ucapnya.(ipb.ac.id)

  • Virus Corona telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Memperkuat sistem imun tubuh merupakan salah satu cara yang  bisa dilakukan untuk menangkal penularan virus ini. Tidak hanya terhadap COVID-19, sistem imun tubuh yang kuat juga dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit lainnya.

    Untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, salah satunya adalah dengan melakukan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Supaya mengoptimalkan pencegahan terinfeksi virus COVID-19, tidak hanya upaya dari luar yang perlu dilakukan, upaya dari dalam juga perlu ditingkatkan. Diantaranya dengan konsumsi protein hewani.

    Peneliti di Fakultas Peternakan IPB University, Dr Rudi Afnan, SPt, MSc mengatakan salah satu caranya adalah mengonsumsi berbagai jenis makanan sehat yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kerja sistem imunitas tubuh tergantung pada pola hidup yang dilakukan. Karena itu, asupan makanan penuh protein hewani sangat disarankan. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk membuat kerja imunitas tubuh tetap terjaga dengan baik dan memiliki kerja yang optimal.

    "Konsumsi makanan bergizi yang baik sangat penting dalam membentuk sistem imun tubuh yang kuat. Dengan gizi yang baik, maka sistem kekebalan tubuh akan lebih kuat sehingga bisa memberikan perlindungan ekstra bagi tubuh dari berbagai virus penyakit termasuk virus COVID-19," ungkap Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Pengembangan dan Kerjasama  Fakultas Peternakan IPB University ini.
             
    Menurutnya ada beberapa rekomendasi jenis makanan penunjang kekebalan tubuh yang mengandung gizi tinggi dan bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Di antaranya, kandungan protein dari telur ayam dan bebek, susu full cream, daging sapi dan daging ayam.

    "Kandungan gizi yang ada dalam protein hewani tersebut yaitu asam amino esensial, protein, lemak, mineral (kalsium, besi, folat, fosgor, yodium dan selenium). Konsumsi makanan yang kaya akan asupan protein hewani yang cukup, dapat menjaga imunitas tubuh dari virus COVID-19 yang sangat membahayakan kesehatan," ujarnya.

    Dr Rudi menambahkan manfaat protein hewani bagi tubuh adalah dapat meningkatkan daya tanan tubuh, menyediakan asam amino esensial, membangun jaringan tubuh dan pembentukan darah, mendukung kerja sistem syaraf dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Mengkonsumsi protein hewani menjadi cara memperkuat sistem imun untuk mencegah virus COVID-19.

    “Pada dasarnya tubuh manusia memiliki sistem imun untuk melawan virus dan bakteri penyebab penyakit. Namun ada hal-hal yang dapat melemahkan sistem imun atau daya tahan tubuh seseorang. Antara lain penuaan, kurang gizi, penyakit, bahkan obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, fungsi sistem imun perlu senantiasa dijaga agar daya tahan tubuh kuat diantaranya  dengan konsumsi protein hewani. (ipb.ac.id)

  • Untuk meningkatkan konsumsi daging ayam IPB D-1 dan daging kelinci, Fakultas Peternakan IPB University menggelar webinar kedaireka. Kegiatan yang mengusung tema “Pengolahan Daging Ayam IPB dan Daging Kelinci yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) serta Launching Produk Unggulannya ini merupakan hasil kerjasama dengan peternakan Sinar Harapan Farm (SHF), (14/11).

    Dalam sambutannya, Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB University Dr Jakaria mengatakan bahwa program ini merupakan salah satu media belajar mahasiswa. Terutama pada pendekatan gizi dan kuliner yang mampu mengubah sudut pandang masyarakat serta dapat meningkatkan diversifikasi produk ternak yang belum populer.

    “Kegiatan ini juga menjadi wadah dalam peningkatan kompetensi mahasiswa untuk berinovasi dan berdedikasi dalam pengembangan pengolahan produk hasil ternak. Daging ayam IPB-D1 dan daging kelinci merupakan komoditas dengan potensi nutrisi yang tinggi, namun eksistensinya masih rendah di kalangan masyarakat. Butuh inovasi pada produk pengolahan hasil ternaknya,” ujarnya. 

    Ada tiga narasumber yang hadir dalam webinar ini. Mereka adalah Indah Wulandari, SGz, RD (ahli gizi RSUP Dr Kariadi Semarang), Dr Ir Astari Apriantini, SGz, MSc (Dosen Fakultas Peternakan IPB University) dan Ali Mustopa, SPt (Direktur Sinar Harapan Farm).

    Dalam paparannya, Indah menjelaskan bawah daging ayam IPB D1 dan daging kelinci bermanfaat bagi Kesehatan. Menurutnya, salah satu kandungan gizi yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sumber protein hewani adalah daging ayam dan daging kelinci.

    “Keduanya masuk dalam golongan white meat yang lebih rendah lemak dibandingkan red meat. White meat ini memiliki manfaat seperti kandungan protein tinggi. Kandungan lemaknya juga rendah sehingga baik untuk diet, untuk pasien jantung dan menurunkan tekanan darah,” jelasnya. 

    Ia menambahkan bahwa, kandungan zat besinya juga cukup tinggi (27 persen). Vitamin B12 dalam white meat ini baik untuk pembentukan sel darah merah sehingga cocok untuk pasien dengan gangguan sistem saraf, diabetes mellitus, memelihara kesuburan (magnesium selenium sebagai antioksidan), kalsium lemak omega 3. 

    “Pemilihan daging ayam dan kelinci yang baik yaitu memiliki karakteristik putih kemerahan cerah, bau tidak menyimpang, tidak kering, serabut relatif halus dan tidak terdapat darah. Perhatikan suhu penyimpanan agar daging tidak terkontaminasi dari bakteri dan kuman,” imbuhnya.

    Sementara itu, Dr Astari menyampaikan tentang strategi sosialisasi daging ayam IPB-D1 dan daging kelinci untuk meningkatkan persepsi positif konsumen. 
    “Salah satu alternatif yang baik untuk memenuhi ketahanan pangan adalah dengan mengonsumsi daging ayam IPB D1 dan daging kelinci. Daging ayam IPB D1 memiliki karakteristik yang tidak berbeda jauh dengan daging ayam kampung, serta produktivitas daging kelinci yang tinggi mampu menghasilkan daging dalam waktu yang singkat. Keduanya memiliki prospek untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia,” ujarnya.

    Namun sayang, lanjutnya, daging kelinci kurang dikenali oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk meningkatkan preferensi konsumen terhadap daging ayam IPB D1 dan daging kelinci. Bisa melalui edukasi, melakukan diversifikasi produk agar dapat menarik perhatian masyarakat serta mempromosikannya melalui media sosial

    Ali Mustopa, selaku Direktur Sinar Harapan Farm menyampaikan tentang produk olahan dari ayam IPB-D1 dan daging kelinci di SHF Sukabumi.

    “Daging Ayam IPB-D1 dapat diolah menjadi ayam ungkep. Daging ini memiliki tekstur tidak keras sehingga memerlukan pengolahan dengan waktu yang relatif singkat. Selain itu pemanfaatan ternak lainnya seperti kelinci juga memiliki banyak manfaat. Seperti pemanfaatan daging kelinci untuk produk daging geprek, kulit kelinci untuk bahan utama tabuhan anak-anak hingga pemanfaatan limbah urin kelinci guna pengganti pupuk urea,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan IPB University jalin kerjasama dengan perusahaan yang bergerak di bidang agroindustry yaitu  PT. Santana Manggala Karya.  Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) ini berlangsung di Ruang Sidang Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga, (23/11). 

    Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyatakan apresiasi kepada pihak PT. Santana Manggala Karya. “Kerjasama ini untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan di Jonggol, untuk produksi sorghum komersial dan  bisa memanfaatkan Jonggol sebagai kawasan Inovasi dan pembelajaran bagi mahasiswa ” ujarnya pada saat membuka acara tersebut.

    Skema kerjasama dijelaskan secara lengkap oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet IPB Dr. Sri Suharti,  “Kerjasama SPK khusus budidaya Sorghum, prinsipnya kerjasama antara dua institusi. Dalam konsep kerjasama, pihak pertama adalah Fakultas Peternakan dan pihak kedua adalah PT. Santana Manggala Karya” jelasnya. Ia juga menambahkan, ruang lingkup perjanjian kerjasama meliputi Penyediaan lahan di kawasan UP3J Fapet IPB yang belum di gunakan seluas 10 Ha oleh pihak pertama, pembukaan dan pengolahan lahan (Land Clearing) seluas 10 Ha dan Pelaksanaan kegiatan budidaya sorghum Samurai 2 mulai dari penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemanenan dan penjualan oleh pihak ke 2 dan selanjutnya dilakukan supervisi, monitoring dan evaluasi oleh Fapet IPB.

    Tim PT. SMK yang terdiri dari Direktur serta jajarannya memberikan apresiasi yang besar dalam kerjasama ini. “Program kami ke depan akan banyak berhubungan dengan akademisi-akademisi lain. Sebuah kehormatan bagi kami bekerjasama dengan IPB, disini kami mengejar ilmunya, proses yang kami serap akan dimaksimalkan” ujar Zoufikar Imani  selaku Direktur Utama PT. Santana Manggala Karya. Imani juga setuju dengan konsep magang dan menjadikan program tersebut sebagai sarana pembelajaran bagi para mahasiswa.

    Kegiatan ini juga dihadiri oleh para Wakil Dekan Akademik Fakultas Peternakan, Prof Irma Isnafia Arief, Sekretaris Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Dr. Jakaria, serta Prof. Luki Abdullah sebagai tenaga ahli yang juga mewakili UP3J Fakultas Peternakan IPB University. (Femmy)