Budidaya jangkrik merupakan alternatif usaha peternakan yang menguntungkan, karena selain sangat dibutuhkan oleh pasar khusus, juga pemeliharaannya relatif mudah, ramah lingkungan, serta tidak terlalu membutuhkan lahan yang luas. Namun demikian, sebelum memulai usaha salah satu satwa harapan potensial ini, perlu diketahui karakteristik dan cara budi daya jangkrik yang baik.
Habitat jangkrik adalah pada lingkungan dengan intensitas cahaya rendah bersuhu 20-32°C dan kelembapan 65-80%, menyukai tempat persembunyian, dan hidup berkoloni atau bergerombol. Dalam sebuah training online bertajuk “Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik” yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring pada Sabtu, 8 Agustus 2020 lalu, Dosen Fapet IPB Dr. Yuni Cahya Endrawati, SPt., MSi menjelaskan tentang beberapa perbedaan karakter berbagai jenis jangkrik yang dipelihara di Indonesia.
Jangkrik cliring atau Gryllus mitratus memiliki sifat gerakannya yang lincah, warna tubuh cokelat, ukuran tubuh lebih kecil daripada jangkrik kalung, tubuh tidak banyak mengandung air, tahan terhadap cuaca, dan masa panen 35 hari. Adapun jangkrik cendawang atau Gryllus testasius bisa dilihat dari gerakannya yang agak lamban, warna tubuh cokelat terang, ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan jangkrik kalung, ovipositor lebih pendek, rentan terhadap perubahan cuaca, dan masa panen 30 hari.
Sedangkan jangkrik kalung atau Gryllus bimaculatus, gerakannya juga agak lamban, dengan warna tubuh yang cenderung hitam atau gelap dan ada garis kuning melingkar di pangkal sayap. Ukuran tubuh jangkrik kalung lebih besar dari jangkrik alam, tubuh banyak mengandung air, rentan terhadap perubahan cuaca, dan masa panen 25-28 hari.
Siklus hidup jangkrik adalah mulai dari telur, nimfa, grower, dan kemudia menjadi induk. Pada media bertelur, Yuni mengingatkan untuk menyiapkan media bertelur dari pasir halus yang steril dengan kelembapan media tepat.
“Terlalu basah telur berjamur dan busuk, terlalu kering telur dehidrasi,” kata Yuni. Ketika sudah menjadi nimfa, maka biarkan hidup dalam kotak penetasan sampai berumur 15 hari agar tidak stres, dan diberi konsentrat yang digiling halus.
Baru setelah berumur 15 hari, nimfa bisa dipindahkan ke kandang grower, dan diberi pakan hijauan serta konsentrat yang halus. Ketika memasuki fase grower, berikan pakan yang cukup, baik hijauan dan konsentrat, dan jaga kepadatan dan persembunyian yang cukup.
Hindarkan pula dari predator seperti semut, cicak, tikus, tokek, atau laba-laba; agar jangan sampai masuk ke kandang. “Rasio jantan adalah 1:5 untuk indukan,” kata Yuni Cahya Endrawati (agropustaka.id)