Fakultas Peternakan Fakultas Peternakan Fakultas Peternakan
  • Home
  • Profil
    • Profil
      • Fakultas Peternakan IPB
      • Sejarah
      • Visi, Misi, Tujuan & Motto
      • Struktur Organisasi & Tupoksi
      • Pimpinan Fapet
      • Kebijakan Mutu
      • Program Kerja & Renstra
      • Senat Fapet IPB
      • Identitas : Warna Bendera, Yel-yel, Mars Fapet
      • Leaflet Fakultas
      • Daftar Keanggotaan Dosen di Komite Internasional
      • Himpunan Alumni Fapet
    • Fasilitas
      • Laboratorium
      • Ruang Kuliah
      • Perpustakaan
      • UP3J
      • Auditorium
      • Layanan Kesehatan
      • Fasilitas Penunjang
      • Akses Internet dan Sistem Informasi
    • Dosen & Staf
      • Dosen D-IPTP
      • Dosen D-INTP
      • Daftar Keanggotaan Dosen dalam Asosiasi
      • Prestasi Dosen
      • Dosen Outbound
      • Staf Inbound
      • Profil Tenaga Kependidikan
      • Prestasi Tenaga Kependidikan
      • Bidang Kepakaran Dosen
    • Divisi
      • Produksi Ternak Perah
      • Produksi Ternak Unggas
      • Produksi Ternak Daging Kerja & aneka Ternak
      • Teknologi Hasil Ternak
      • Pemuliaan dan Genetika
      • Teknologi Industri Pakan
      • Nutrisi Ternak Perah
      • Nutrisi Nutrisi Ternak Daging dan Kerja
      • Ilmu & Teknologi Tumbuhan Pakan & Pastura
      • Manufaktur dan Industri Pakan
      • Nutrisi Ternak Unggas
  • Pendidikan
    • Pendidikan Sarjana (S1)
      • Pengertian Umum
      • Teknologi Produksi Ternak
      • Nutrisi dan Teknologi Pakan
      • Teknologi Hasil Ternak
    • Kurikulum S1
      • Pengertian Umum
      • Kurikulum Teknologi Produksi Ternak
      • Kurikulum Nutrisi dan Teknologi Pakan
      • Kurikulum Teknologi Hasil Ternak
      • Kurikulum PPKU
    • Pendidikan Pascasarjana
      • Ilmu Nutrisi dan pakan (S2&S3)
      • Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (S2&S3)
    • Akademik
      • Status Akreditasi
      • Peraturan Akademik
  • Direktori
    • Fapet IPB
      • Inovasi & HAKI
      • Video Highlight
      • Sasaran Mutu Pelayanan Akademik
      • Berita
      • Download Media Promosi
      • POB Layanan Akademik
      • Denah Area IPB
      • Nomor Kontak Darurat
      • Sosok
      • Kontak Kami
      • Download Form Pelayanan Akademik
      • Webinar Series
      • Sustainable Deveopment Goals | SDGs
      • FAQs
    • Publikasi
      • Tropical Animal Science Journal
      • Media Peternakan
      • Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan
      • Bulletin Ilmu Makanan Ternak
      • Buku Karya Staf Fapet IPB
      • AADGC 2014 Proceeding
      • Jurnal Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
    • Penelitian
      • Tesis Mahasiswa Pascasarjana (S2)
      • Disertasi Mahasiswa Pascasarjana (S3)
      • Skripsi Mahasiswa Sarjana (S1)
    • Kerjasama
      • Kerjasama Dalam Negeri
      • Kerjasama Luar Negeri
    • Seminar
      • ISAI 2012
      • ISAI 2015
      • SNIP 2017
      • ISAI 2018
      • I-Care 2024
    • Gallery Foto
      • Seputar Fakultas
      • Fasilitas Laboratorium
      • Aktivitas Civitas Fapet
    • PPID Fapet
      • Profil PPID
      • Daftar Informasi Publik
      • Informasi Berkala
      • Informasi Tersedia Setiap Saat
      • Informasi Serta Merta
      • Daftar Peraturan/Keputusan/Kebijakan
      • Laporan Tahunan
      • Program Kegiatan
      • Program Strategis
      • Tata Tertib Kehidupan Kampus
    • More
      • Program Beasiswa
      • Jadwal Kegiatan
      • Testimoni
      • Achievement
  • Kemahasiswaan & Alumni
    • Kemahasiswaan
      • Daftar Kegiatan Outbound Mahasiswa Ke Luar Negeri
      • Program Kreativitas Mahasiswa
      • Daftar mahasiswa Internasional
      • Daftar Kegiatan Kemahasiswaan
      • Daftar Prestasi Mahasiswa
    • Alumni
      • Himpunan Alumni IPB
      • Lowongan Kerja
      • Tracer Alumni
      • Profil Alumni
      • Daftar Alumni Fapet IPB
      • Hanter IPB
    • Lembaga Kemahasiswaan
      • Badan Eksekutif Mahasiswa
      • Himaproter
      • Himasiter
      • DPM Fapet IPB
      • Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM)
    • Beasiswa
    • Daftar Mahasiswa Internasional
  • PPID
  • search
  1. You are here:  
  2. Home
  3. Berita

News

Prof Dr Ronny R Noor: Program Swasembada Daging Gagal Redam Gejolak Harga Daging

Details
Created: 26 January 2021
Hits: 1330

Berita  tentang para pedagang daging sapi yang mogok jualan di wilayah Jabobetabek mulai hari Rabu sampai Jumat (20-22 Januari 2021) dengan alasan melonjaknya harga daging yang membuat omset penjualannya menurun drastis, kembali terulang.

“Kalau diibaratkan seorang pasien yang sedang sakit, perdagingan nasional kita dapat dikatakan sedang mengidap kanker stadium satu. Artinya kita memang sedang sakit namun kalau ditangani dengan serius sakit tersebut masih dapat disembuhkan,” ujar Prof Dr Ronny Rachman Noor, Dosen IPB University dari Divisi Pemuliaan Dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan (IPTP-Fapet).

Tertumpunya impor sapi dari Australia dengan jumlah yang demikian besar menurutnya telah lama membuat terlena semua pihak. Pola pemikiran instan untuk mencari untung sesaat dan kemudahan mencari solusi, sehingga sebagian pihak yang terlibat di dalam dunia peternakan sapi ini enggan untuk keluar dari kotak pemikiran tradisionalnya dan menjadikan bangsa ini kecanduan impor.  Puncak impor sapi dari Australia yang pernah mencapai setara dengan 1 juta ekor sapi hidup mencerminkan besarnya gap antara produksi dan permintaan daging nasional. Oleh sebab itu, program swasembada daging nasional, yang sampai saat ini masih belum tercapai, lebih tepat diartikan sebagai kecukupan daging nasional yang di dalamnya ada komponen produksi daging dalam negeri dan komponen impor daging.

Impor sapi dari Australia dengan jumlah yang sangat besar dan sudah dilakukan dalam kurun waktu yang sangat lama ini sebenarnya tidak saja membuat Indonesia tergantung pada Australia tapi Australia juga tergantung dengan Indonesia.

“Syarat utama terjadinya impor dari negara lain untuk mengurangi ketergantungan impor sapi dari Australia adalah merevisi isi larangan yang tercantum dalam peraturan dan undang-undang yang sekarang masih diberlakukan. Dengan kemajuan teknologi seperti misalnya karantina terbatas dan pengembangan dan penerapan sistem biosekuriti yang baik, tentunya kita tidak harus melarang secara total impor sapi dari negara yang belum bebas penyakit mulut dan kuku,” ujarnya.

Menurutnya, pemasalahan sapi ini memang kompleks namun apabila ada keinginan kuat, benang kusut ini dapat diurai untuk dicarikan jalan pemecahannya. Salah satu hal yang harus segera dilakukan adalah penyederhanaan tata niaga sapi dan daging. Pengangkutan sapi dari pulau Bali dan Lombok ke wilayah Jabodetabek lewat darat, melewati terlalu banyak titik pungutan restribusi, baik yang legal maupun yang illegal. Pembelian kapal pengangkut ternak dan produk pertanian lainnya yang sudah dilakukan, perlu diintensifkan penggunaannya untuk memotong rantai yang panjang ini.

Penunjukan Bulog sebagai aktor utama untuk mengimpor sapi diharapkan dapat mengontrol gejolak harga jual daging sapi, disamping itu Bulog dapat difungsikan sebagai penjaga stok sapi nasional.

Lebih lanjut Prof Ronny mengatakan, pengalaman menunjukkan bahwa kuota impor yang diberikan oleh pihak tertentu selama ini terbukti tidak dapat mengendalikan harga daging di pasar.  Bulog dalam hal ini harus berfungsi sebagai regulator harga daging sapi sekaligus sebagai stabilisator pasokan daging. Dalam mengemban tugas yang cukup mulia ini, pemerintah dan Bulog harus menghitung secara cermat kebutuhan impor sapi untuk menutupi kekurangan pasokan daging dari sapi lokal.

“Keberhasilan Bulog dalam menjaga stabilitas harga beras dan cadangan pangan nasional diharapkan dapat juga dilakukan untuk komoditas daging sapi,” imbuhnya.

Dengan perhitungan yang cermat, maka kekhawatiran yang menghinggapi pikiran sekelompok orang akan terkurasnya sapi betina produktif tidak terjadi. Apalagi jika didukung oleh kebijakan pemerintah untuk mengimpor sapi betina produktif untuk dijadikan indukan yang akan dikembangkan oleh peternak rakyat.

Menurutnya ada satu hal yang sangat jarang dibahas dalam kebijakan impor daging sapi ini, yaitu pelemahan nilai rupiah kita dalam kurun wakti 35 tahun terakhir. Sehingga kita cenderung salah kaprah menyimpulkan bahwa harga daging terus melambung tinggi semata-mata terkait dengan permasalahan daging impor dan pedagingan nasional.

“Jika kita analisa, perubahan harga daging sapi di Australia sebagai pemasok utama daging impor, maka pergeseran harga daging dalam kurun waktu 30 tahun terakhir sangat kecil bahkan relatif stabil. Harga daging kualitas biasa kisarannya antara AUD$20-28 setiap kilogram (tergantung kualitas dagingnya). Coba bandingkan nilai tukar rupiah sekitar 30 tahun lalu dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia sekarang.  Nilai tukar rupiah di era tahun 1980-an hanya sekitar Rp 3000 untuk setiap satu dolar Australia, namun sekarang sudah mencapai Rp 9000. Artinya peningkatan harga daging di Indonesia salah satu penyebab utamanya adalah pelemahan nilai rupiah,” jelasnya.

Hal yang perlu diingat juga adalah konsumen daging tentunya memiliki keterbatasan kemampuan daya belinya. Jika harga daging terlalu tinggi, konsumen akan mengalihkannya kepada jenis daging lainnya seperti ikan, ayam dan telur yang suplainya dapat sepenuhnya dipenuhi dari dalam negeri. Pada situasi dimana daya beli daging sapi berkurang, harga daging akan turun. Pertemuan antara kemampuan daya beli konsumen dan harga daging yang realistis inilah yang perlu diupayakan oleh pemerintah.

"Kita harus berpikir lebih realistis bahwa permasalahan gejolak dan tingginya harga daging di Indonesia sebagian besar bersumber dari dalam negeri bukan dari impor. Keterbatasan lahan, masalah perbibitan  dan rendahnya produktivitas sapi lokal yang menyebabkan produksi daging nasional belum mampu memenuhi tekanan permintaan daging yang terus meningkat tajam dan  bukan hal yang gampang untuk diselesaikan.
Saat ini daging impor hanya ditujukan untuk memenuhi kekurangan pasokan daging dalam negeri yang diperkirakan telah mencapai 20-25 persen dari kekurangan pasokan daging secara nasional, " jelasnya.

Ia mengurai, hal lain yang harus kita sadari bahwa pemenuhan kebutuhan protein hewani ini bukan hanya berasal dari daging sapi saja. Daging kerbau, domba, kambing, ayam dan telur ayam serta protein yang berasal dari laut seperti ikan dapat dijadikan andalan. Oleh sebab itu, menurutnya pemerintah perlu lebih mendorong upaya diversifikasi sumber protein hewani

"Mengubah kebiasaan dan selera itu memang bukan hal yang gampang dilakukan, namun jika sosialisasi gencar dilakukan, bukan tidak mungkin daging kerbau, misalnya, secara perlahan akan diterima oleh masyarakat luas. Impor sapi memang mau tidak mau harus dilakukan karena kebutuhan akan daging sapi kita masih melebihi suplai daging, namun tentunya impor harus dilakukan secara terbatas dan tidak hanya dari satu dua negara saja, " urainya.

Pengurangan impor memang pada awalnya akan mengguncang harga dan pasokan daging, namun dalam jangka panjang akan dapat membuat bangsa ini menjadi mandiri dan tidak malas untuk terus berupaya memajukan dunia peternakan.

“Negara Indonesia memang tidak harus menjadi negara anti impor, namun membiarkan negara ini menjadi negara yang kecanduan impor akan selalu diingat oleh anak cucu kita sebagai suatu tindakan yang menunjukkan ketidakmampuan kita menjadikan negara ini sebagai negara yang berdaulat pangan. Kemandirian pangan merupakan harga diri bangsa, oleh sebab itu langkah nyata harus segera dilakukan, dalam kasus sapi ini retorika tidak diperlukan lagi,” tuturnya.

Ia menandaskan, para insan yang bergerak dalam bidang peternakan harus mulai keluar dari pola pikir tradisionalnya. Keberpihakan pemerintah pada dunia peternakan melalui kebijakan fasilitasi modal, penyederhanaan aturan, bantuan teknik peternakan dan investasi jangka panjang dalam membangun pembibitan sapi sangat diperlukan untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa mandiri pangan

Seputar Mitos Daging Kambing Penyebab Darah Tinggi

Details
Created: 08 January 2021
Hits: 2950

Ronny Rachman Noor

Daging kambing memang bak sebilah pisau memiliki dua sisi yang melegenda.  Di satu sisi daging kambing dipercaya oleh banyak orang terutama para  laki laki sebagai peningkat libido  sex sehingga tentunya banyak penggemarnya, namun di sisi lain dijadikan kambing hitam sebagai biang kerok penyebab darah tinggi dan tentunya banyak yang menghindari mengkonsumsinya.

Rumor terkait khasiat dan efek samping daging kambing memang sudah sangat meluas. Sebagai  contoh  tekait sebagai peningkat libido  banyak orang yang secara psikis percaya sehingga sangat bersemangat menyantap sate dan sop kambing terutama dengan embel embel kambing muda.

Warung sate dan sop kambing muda banyak penggemarnya. Kali ini saya hanya membahas satu sisi saja yaitu mitos terkait daging kambing  sebagai biang kerok penyebab darah tinggi.

Jika kita tengok  kembali sejarah,   di Jepang dan di wilayah lainnya di Asia orang mulai mengkonsumsi daging kambing di era selepas perang dunia II (1945-1965) yang pada periode tersebut terjadi kekurangan pangan.

Sebelumnya periode waktu ini daging kambing lebih dipandang sebagai makanan yang difungsikan untuk pengobatan  atau merupakan bagian dari budaya dan dikonsumsi di wilayah tertentu

Daging kambing memang banyak disajikan dan dikonsumsi untuk perayaan hari besar, hari besar keagamaan, pesta, ataupun sebagai bagian dari tradisi kumpul kumpul keluarga dan handai taulan.

Penyebab  darah tinggi memang belum dapat dipastikan karena hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% dari penderita darah tinggi disebabkan oleh faktor keturunan dan dikombinasikan dengan faktor lingkungan seperti misalnya kegemaran mengkonsumsi makanan yang berlemak dan  mengandung garam tinggi dan juga stress

Perbandingan Nilai Gizi

Sebagaimana halnya dengan daging lainnya, daging kambing mengandung protein dan lemak. Ditinjau dari segi nilai gizinya, daging kambing mengandung asam amino esensial dan non esensial.  Daging kambing mengandung taurin, karnitin dan inosin yang tinggi yang sangat penting bagi kesehatan.

Lemak daging kambing mengandung sekitar 50% lemak  jenuh dan 50% lemak tidak jenuh dengan level asam oleic (C18-1) yang tinggi.

Dibandingkan dengan nilai gizi daging lainnya, daging kambing lebih baik dari daging sapi dan daging  ayam.

Kalori dan Kolesterol

Nilai kalori dalam 100 gram daging kambing hanya mengandung sekitar 109 kalori yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi (250 kalori) dan daging ayam (195 kalori).

Demikian juga kandungan kolesterol daging kambing per 100 gram hanya 57 mg sementara kandungan kolesterol daging sapi 89 mg dan ayam 83 mg per 100 gramnya.

Lemak

Dalam 100 mg daging kambing hanya mengandung 2,3 gram lemak total sementara daging sapi kandungan lemak totalnya dapat mencapai 15 gram dan ayam mencapai 7,5 gram.

Hal ini berarti mengkonsumsi 1 porsi daging kambing (100 gram)  hanya memenuhi 4% dari kebutuhan lemak berdasarkan perhitungan nilai 2000 kalori yang diperlukan per harinya.

Protein

Dalam hal kandungan dan kualitas protein daging kambing  hampir sama dengan daging sapi dan ayam karena protein total daging kambing 20 gram sementara daging sapi 25 gram dan ayam 30 gram untuk setiap porsinya.

Jadi jika kita mengkonsumsi 1 porsi daging kambing (100 g) maka dapat memenuhi kebutuhan 50% kebutuhan protein harian kita.

Penyebab darah Tinggi?

Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita membandingkan kandungan lemak jenuhnya.

Kita memang disarankan untuk menghindari mengkonsumsi daging merah secara berlebihan karena mengandung lemak jenuh yang tinggi yang akan berakibat pada peningkatan kolesterol dan memicu penyakit jantung.  Oleh sebab itu sebagai patokan konsumsi lemak jenuh setiap hari kita tidak melebihi 20 gram per harinya.

Pada setiap 100 g daging sapi dan ayam masing masing mengandung lemah jenuh (saturated fat) sebanyak 6 gram dan 2,5 gram, sementara itu kandungan lemak  jenuh pada setiap 100 gram daging kambing hanya 0,71 gram. Jadi kandungan lemak jenuh daging kambing jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi dan daging ayam.

Sebaliknya daging kambing lebih kaya akan lemak tidak jenuhnya (unsaturated fat) jika dibandingkan dengan daging sapi dan daging ayam  karena mengandung sekitar 1 gram per 100 gram daging kambing.  Lemak tidak jenuh ini merupakan golongan lemak yang bersahabat karena membantu menyeimbangkan kadar kolesterol darah, mengurangi imflamasi dan menstabilkan denyut jantung.

Tekanan darah tinggi yang naik setelah mengkonsumsi daging kambing lebih disebabkan karena kesalahan dalam teknik memasaknya.

Kita tentunya sudah banyak mengetahui bahwa sebelum dimasak daging kambing seringkali digoreng terlebih dulu sebelum diproses lebih lanjut, atau dipanggang ketika membuat sate dan kambing guling.

Kebiasaan  memasak  menggoreng dan memanggang  ini tentunya akan meningkatkan jumlah  kalori  masakan yang kita buat karena memerlukan tambahan minyak, mentega yang akan menjadi lemak dan diserap oleh daging kambing.

Panas yang dihasilkan dengan cara menggoreng dan memanggang ini akan menyebabkan daging kambing kehilangan kandungan airnya yang digantikan dengan lemak yang berasal dari minyak yang digunakan dalam memasaknya.

Penyerapan lemak oleh daging kambing ini ketika dimasak dengan cara yang salah akan menyebabkan makanan yang dibuat ini mengandung kalori lebih tinggi.  Menurut hasil penelitian peningkatan kalori akibat daging kambing dimasak dengan cara menggoreng terlebiih dulu atau memanggangnya dapat mencapai 64%.

Jika kita terbiasa mengkonsumsi daging kambing dengan cara memasak seperti ini maka kalori tinggi  dari lemak yang masuk ke dalam tubuh kita akan menumpuk seiring dengan berjalannya waktu dan akan terakumulasi di dalam pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

Hal lain yang juga berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah setelah mengkonsumsi daging kambing adalah bahan lain yang biasa  ditambahkan  kecap, garam dan MSG yang mengandung sodium dan bahan pengawet.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Jepang yang diterbitkan di Asian-Australasian Journal of Animal Science  menunjukkan bahwa konsumsi daging kambing dalam jangka panjang tidak berakibat pada peningkatan tekanan darah. Penyebab peningkatan tekanan darah bagi orang yang mengkonsumsi daging kambing lebih disebabkan karena garam yang ditambahkan pada saat memasaknya

Disamping itu memasak daging kambing dengan mengunakan santan juga dapat meningkatkan darah tinggi karena santan mengandung lemak jenuh yang tinggi.

Berdasarkan data nilai gizi daging kambing yang telah diuraikan di atas  mitos tentang orang yang gemar mengkonsumsi daging kambing akan terkena darah tinggi tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Perlu juga kita ketahui bahwa di Indonesia sebagian masakan popular seperti sate, sop dan gule diberi label kambing, padahal daging yang digunakan sebagian besar adalah daging domba yang berbeda nilai gizinya dengan daging kambing, dimana daging kambing lebih sehat jika dibandingkan dengan daging domba.

Perbandingan nilai gizi daging kambing dan domba. Sumber: USDA


 
Dari hasil penelusuran dapat disimpulkan bahwa dibandingkan dengan daging sapi, babi, domba dan ayam, daging kambing memiliki nilai kalori yang lebih rendah, mengandung protein dan zat besi yang lebih tinggi yang mebuat daging kambing dikategorikan sebagai “lean meat” yang bermanfaat bagi kesehatan.

 

Perbandingan nilai gizi daging kambing dengan daging lainnya setelah dipanggang. Sumber: USDA

 

Fakta di atas menunjukkan bahwa mengkonsumsi daging kambing jika dimasak dengan cara yang benar tidak menjadi penyebab darah tinggi, jadi jika mengkonsumsinya tidak berlebihan dan memasaknya dengan cara yang tepat maka daging kambing yang enak dan menggoda tersebut tidak perlu dihindari karena masuk kategori daging yang sehat.

Tidak heran memang di rumah sakit di Amerika, dalam masa penyembuhan pasca serangan jantung salah satu menu yang disajikan berbahan dasar daging kambing.

Dalam mengkonsumsi daging kambing ataupun makanan lainnya sudah seharusnya kita mengingat nasehat yang sangat berharga yaitu "berhentilah makan sebelum kenyang"

More Articles …

  1. Harga Telur Naik Tajam, Ini Kata Pakar Peternakan IPB University
  2. Departemen IPTP Fapet IPB University Gelar Kuliah Umum Bahas Manajemen Kandang dan Kesehatan Unggas Pedaging
  3. Para Profesor Bahas Pembiakan Sapi di Komunitas Peternakan Rakyat
  4. Prof Dr Ronny R Noor Bicara Artificial Meat, Benarkah Akan Jadi Masa Depan Kita?
  5. Ratusan Dosen IPB University Belajar Teknik Tampil di Depan Kamera Bersama Dubes RI Singapura
  6. Alumnus Muda IPB University Berbagi Kisah Cara Berwirausaha Sambil Kuliah
  7. Gara-gara Ulah Tengkulak, Alumnus IPB University Ini Terjun ke Bisnis Peternakan
  8. Departemen IPTP Bekali Mahasiswa Strategi Bisnis Unggas Pedaging di Masa Pandemi
  9. Prof Dr Asep Gunawan: Tiga Tahun Lagi, Indonesia Punya Daging Domba Premium
  10. LPPM IPB University Gandeng LPPM Unila Kembangkan Sekolah Peternakan Rakyat di Lampung

Subcategories

Pengumuman Article Count: 16

Lowongan Kerja Article Count: 20

Jadwal Kegiatan Article Count: 131

Best program Article Count: 4

Latest Article Count: 75

Page 190 of 409
  • Start
  • Prev
  • 185
  • 186
  • 187
  • 188
  • 189
  • 190
  • 191
  • 192
  • 193
  • 194
  • Next
  • End

Most Popular

  • Maggot, Alternatif Bahan Pakan untuk Ransum Unggas
  • Susu Segar Bisa Cepat Basi, Begini Cara Simpan Agar Awet
  • Daging Kelinci Halal dan Sehat
  • Batasi Pakan, Peneliti IPB Buktikan Entok Tetap Produktif Bertelur
  • Proses Pelayuan untuk Tingkatkan Mutu Daging Sapi
Kontak kami


Fakultas Peternakan IPB

Address:
Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
Jawa Barat, Indonesia
Phone: 0251-8622841, 8622812
Fax: 0251-8622842
E-mail :  fapet@apps.ipb.ac.id