IPBSDG2

  • Akhir pekan ketiga di bulan Januari 2021, para pedagang daging sapi di pasar Jabodetabek memutuskan untuk mogok berjualan. Aksi tersebut tentu akan berdampak pada langkanya ketersediaan daging sapi baik untuk konsumsi rumah tangga maupun rumah makan serta menurunnya penjualan komoditas lain karena sepinya pengunjung pasar.

    Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Dr Dewi Apri Astuti menguraikan beberapa penyebab yang menjadi dasar terjadinya kenaikan harga daging sapi yang membuat para pedagang daging sapi mogok berjualan.
    “Sebetulnya masalah harga daging yang melonjak sampai pedagang di Jabodetabek mogok merupakan rangkaian panjang yang berkaitan dengan supply dan demand daging sapi hingga model peternakan Indonesia,” ujarnya.

    Ketua Divisi Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB University tersebut menyampaikan bahwa sentra produksi daging sapi lokasinya sedikit berjauhan dengan konsumen yang tinggi di sekitar Jabodetabek. Daging sapi diproduksi dalam jumlah yang tinggi di wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan dan Bali.

    Sedangkan mayoritas konsumen daging sapi berada di wilayah Jabodetabek sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mendatangkan daging sapi dan bakalan dari daerah-daerah tersebut ke wilayah Jabodetabek. Kondisi tersebut mengakibatkan wilayah Jabodetabek sangat bergantung pada impor dari Australia, baik daging beku maupun bakalan yang telah dilakukan penggemukan di wilayah sekitar Jawa Barat, atau mendatangkan dari provinsi lain yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak murah.

    “Kendala kedua adalah produksi daging sapi di Indonesia tidak mampu menutupi kebutuhan konsumsi. Di tahun 2020, Indonesia sudah memproduksi 422 ribu ton. Namun kita masih harus melakukan impor sebanyak 290 ribu ton ditambah dengan 123 ribu ekor bakalan yang setara 413 ribu ton daging,” tambahnya.

    Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi yang jauh di atas kemampuan produksi, Indonesia mengandalkan impor dari negara tetangga seperti Australia. Ketergantungan pada negara tersebutlah yang menjadi faktor eksternal melambungnya harga sapi di pasaran.

    “Seperti yang kita tahu, Australia beberapa tahun terakhir mengalami kekeringan yang menyebabkan kebakaran hutan yang cukup parah. Sehingga banyak padang gembala sapi yang rusak dan menyebabkan populasi sapi menurun,” imbuhnya.

    Faktor eksternal kedua adalah adanya pesaing lain yang menjadi konsumen Australia yakni negara China dan Vietnam, yang mana keduanya menawarkan harga beli yang lebih tinggi. Kedua negara tersebut mengimpor sapi untuk dilakukan penggemukan dalam negeri sebagai upaya swasembada daging sapi di negara masing-masing.

    “Dengan stok produk yang menurun akibat bencana dan demand yang meningkat karena adanya tambahan pesaing maka otomatis harga melambung,” jelasnya.

    Untuk itu, setidaknya ada empat strategi yang dapat diusahakan untuk mencegah terjadinya kenaikan daging sapi yang tidak terkendali di masa depan. Pertama dengan mendorong serta mendukung para peternak untuk memproduksi daging sapi dan bakalan dengan kualitas yang baik melalui pelatihan dan pendampingan dari mulai pembibitan, reproduksi, hingga pemeliharaan kesehatan.

    “Saya pernah ke padang gembala di Darwin, Australia. Ternyata kondisinya sama dengan yang kita miliki di NTT, NTB, dan Sulawesi Selatan. Entah itu sapi lokal atau persilangan, kita punya potensi yang besar untuk memperbanyak produksi daging sapi,” tandasnya.

    Kedua, Indonesia tidak boleh lagi bergantung hanya pada satu negara. Ketergantungan pada satu negara membuat bargaining position kita menjadi lebih rendah. Negara yang mungkin bisa dicoba untuk memasok sapi adalah Meksiko dan Brazil.

    “Ketiga, kita harus memainkan regulasi secara tegas. Terkait pemotongan sapi betina produktif misalnya. Datanya tidak bisa kita temukan, namun di lapangan banyak terjadi dalam jumlah yang besar. Padahal sapi betina produktif ini adalah bibit yang dapat kita andalkan dalam upaya swasembada daging sapi,” ujarnya.

    Terakhir, adalah melakukan diversifikasi daging. Di Indonesia, daging lain yang biasa dimakan selain daging sapi adalah daging domba, kambing, ayam, serta kelinci. Untuk masyarakat yang boleh mengonsumsi daging babi pun bisa mulai meragamkan penggunaan daging babi dalam sajian kuliner. Bahkan saat ini sudah mulai dikenalkan daging rusa untuk dijadikan sumber daging merah

  • Untuk meningkatkan kualitas daging sapi, maka sebaiknya setelah proses penyembelihan, dilakukan langkah pelayuan (aging). Hal itu disebabkan sapi yang telah mengalami proses penyembelihan, dagingnya akan mengalami fase rigor mortis, yakni daging akan menjadi lebih keras, kaku dan alot. Jika tidak dilakukan pelayuan dan langsung didistribusikan ke konsumen, akan menyebabkan penurunan kualitas daging tersebut.

    Untuk menghindari atau menghilangkan daging dari fase rigor mortis ini, maka dilakukan upaya pelayuan dimana daging dibiarkan menyelesaikan proses rigornya sendiri dalam penyimpanan. Proses pelayuan tersebut dilakukan dengan penyimpanan daging pada beberapa waktu tertentu dengan tujuan tertentu.

    Umumnya daging dibiaskan dilayukan dalam bentuk karkas maupun setengah karkas. Proses penyimpanan karkas dilakukan pada suhu 0°C – 4°C selama minimal 18 jam untuk menyempurnakan proses biokimia daging yang berupa rigormortis. Manager Produksi PT Cianjur Arta Makmur (Widodo Makmur Group) Mukhlas Agung Hidayat S,Pt mengatakan, rigormortis merupakan proses biokimiawi otot dimana secara umum juga disebut pergantian fase otot menjadi daging. Ia mengatakan hal itu dalam dalam pelatihan online bertema “Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Rantai Pasok Sapi Potong” yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada 13-14 Mei 2020.

    Mukhlas memaparkan, dalam proses rigormotis, terjadi penurunan pH akibat proses glikolisis anaerob, menghasilkan asam laktat. pH normal daging setelah pelayuan adalah 5,3-5,7. Terdapat tiga fase rigormotis, yakni fase pre rigor, fase rigormotis, dan fase pasca rigor. Pada fase pre rigor, terjadi fase glikolisis anaerob, yang berlangsung pada waktu 4-8 jam -hingga glikogen habis. Fase ini ditandai dengan masih bergeraknya otot.

    Setelah itu memasuki tahap rigormortis, yang ditandai dengan terjainya kekakuan pada otot, saat energi hasil glikolisis habis dan aktomiosin terkunci. Fase ini terjadi dalam tempo 8-12 jam. Adapun pada fase pasca rigor, merupakan fase dimana enzim katepsin (akibat kondisi asam pH 5,3-5,7) mulai bekerja untuk melunakkan daya ikat jaringan serat daging. Fase ini berlangsung pada jam ke-15 hingga jam ke 20 (livestockreview.com)

  • Indonesia memiliki kekayaan alam dan potensi besar untuk pengembangan usaha perlebahan. Sebanyak 6 dari 7 spesies lebah madu di dunia ada di Indonesia, dan sebagian sudah dimanfaatkan masyarakat baik untuk panen madu maupun lilin. Dengan luas daratan Indonesia sekitar 200 juta hektar, 40% di antaranya berpotensi menghasilkan pakan lebah (bee forage). "Dari total areal tersebut dapat menghasilkan sekitar 80.000-200.000 ton dalam setahun," kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof Dr Asnath M Fuah dalam sebuah pelatihan tentang Manajemen Produksi dan Logistik Lebah Madu Tropika yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus Fakultas Peternakan IPB, Kampus Darmaga Bogor pada 8-9 Oktober 2019.

    Potensi pengembangan bisnis madu di Indonesia sangat prospektif. Asnath memaparkan, jika dibandingkan dengan negara lain, konsumsi madu di Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi madu masyarakat Jepang mencapai 200-300 gram/kapita/tahun atau paling tinggi di negara-negara Asia. Di Eropa, terutama Swiss dan Jerman konsumsinya lebih tinggi, yaitu 800-1500 gram/kapita/tahun. "Di Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis konsumsi madu bahkan telah mencapai 1000 -1600 gram/kapita/tahun," katanya.

    Bandingkan dengan konsumsi madu di Indonesia yang baru mencapai 10-15 gram/kapita/tahun. Penyebab rendahnya konsumsi madu Indonesia antara lain yakni madu hanya dikonsumsi sebagai suplemen; harga madu asli relatif mahal, daya beli kurang, dan rendahnya pengetahuan tentang madu.

    Potensi besar budidaya ternak lebah juga ditunjukkan oleh data dari Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) yang akngka konsumsi madu Indonesia berkisar 7.000 - 15.000 ton per tahun. Padahal, produksi madu lokal Indonesia saat ini baru mencapai 4.000 - 5.000 ton per tahun, yang berarti Indonesia kekurangan produksi madu lokal sebanyak 3.500-11.000 ton/tahun. "Terjadi gap antara suplai dan demand madu," kata Asnath.

    Adapun potensi jenis lebah madu yang prospektif untuk dibudidayakan di Indonesia antara lain yakni lebah hutan Apis dorsata, lebah lokal Apis cerana, lebah impor Apis mellifera, dan lebah lokal Trigona. Prospek bisnis ternak lebah tidak hanya madu saja, namun juga produk ikutan lain bee pollen, royal jelly, propolis, sengat lebah, lilin lebah, ratu lebah, koloni lebah, dan peralatan budidaya lebah.

    Ruang lingkup agribisnis lebah madu juga terbentang luas, mulai dari potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana prasarana, modal usaha, penerapan teknologi panen dan pasca panen, produk hulu-hilir yang dihasilkan, logistik dan supply chainproduk lebah. Potensi besar agribisnis lebah madu ini harus dimanfaatkan secara optmimal sehingga Indonesia diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan madu dan produk ikutannya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. (majalahinfovet.com)

  • Tani Center Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah unit baru yang dibangun untuk membantu para petani dalam memecahkan persoalan pertanian dalam arti luas. Tani Center IPB didirikan agar mendekatkan para petani, peternak, pembudaya ikan dan stakeholder lainnya, agar informasi dari IPB dapat terhubung dengan baik dan langsung dirasakan manfaatnya untuk kepentingan dan kesejahteraan para petani secara menyeluruh. Hal ini disampaikan Rektor IPB, Dr. Arif Satria saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Peternakan Era Industri 4.0 Menuju Peternak Berdaulat dan  Kongres ke-3 HILPI, di IPB International Convention Center (IICC), Bogor (11/1).

    Rektor menegaskan bahwa program Tani Center ini berada di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB. “Teknisnya nanti petani, peternak, nelayan perikanan tangkap maupun budidaya dapat datang ke Tani Center IPB untuk mendapatkan informasi serta konsultasi gratis kepada para pakar terkait usaha pertanian yang dijalankannya,” imbuhnya.

    Selain itu, menanggapi konsep peternakan di era revolusi industri 4.0, Dr. Arif mengatakan peternakan 4.0 merupakan konsekuensi dari hadirnya revolusi industri yang menuntut semua pihak untuk menyesuaikan perkembangan peternakan dengan teknologi.

    “Seminar ini sangat penting sekali dalam rangka IPB untuk berkontribusi pada peternak dan masyarakat, karena IPB mempunyai visi untuk menghasilkan technosociopreneur,”ujarnya.

    Dalam seminar yang digelar oleh LPPM IPB dan Himpunan Ilmuwan Peternakan Indonesia (HILPI) ini juga membahas peran Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) dalam melatih masyarakat agar memiliki kemampuan tinggi dalam beternak. Ketua SPR LPPM IPB sekaligus Ketua Umum HILPI, Prof. Muladno menyampaikan bahwa LPPM IPB ingin menularkan konsep SPR IPB ini kepada perguruan tinggi lain.

    “SPR sudah diakui oleh banyak pihak bahwa SPR benar-benar memberikan manfaat pada peternak. Jadi kalau IPB jalan sendiri untuk mengembangkan SPR, itu tidak bagus. Sehingga IPB ingin merangkul seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia untuk bahu-membahu mengembangkan SPR IPB ini ke peternak di Indonesia, karena jumlah peternak yang ada sekarang jutaan. Jadi intinya, IPB ingin menularkan konsep SPR dengan baik ke semua perguruan tinggi,” tuturnya.

    Ia menambahkan, peternak di era revolusi industri 4.0 harus diajari cara mendata ternakmya dengan baik. Untuk itu, peran SPR sangat membantu bagi peternak. Mereka berhimpun dalam wadah yang satu, managernya juga satu semua dikelola dalam satu data base, sehingga data itu dapat bermanfaat untuk kepentingan semua. “Jadi untuk bisa ke era industri 4.0, semua peternak yang ada harus “berjamaah”  dalam artian peternak harus satu wadah kesatuan yang kelompok dan utuh yaitu SPR,” tandasnya. (ipb.ac.id)

  • IPB University terus berupaya menghadirkan aura industri di kampus melalui kehadiran Teaching Factory. Teranyar, Rektor IPB University, Prof Arif Satria meresmikan Teaching Factory Sorinfer Fakultas Peternakan IPB University di Unit Pendidikan dan Penelitian (UP3) Jonggol, 26/1.

    Bekerja sama dengan PT Santana Manggala Karya, Teaching Factory Sorinfer ini merupakan fasilitas mutakhir untuk praktikum dan penelitian mahasiswa dalam bidang budidaya hingga produksi hijauan pakan secara mekanik dan industri.
    Sorinfer sendiri merupakan produk pakan fermentasi dengan nutrien lengkap dan seimbang. Berbahan sorgum dan indigofera yang juga diperkaya dengan bahan tambahan lainnya. Sehingga sangat bagus untuk kebutuhan nutrisi ternak.

    "Sorinfer merupakan pakan komplit fermentasi yang siap saji. Dengan Sorinfer, memberi pakan menjadi mudah. Peternak tidak perlu lahan luas (untuk mendapatkan rumput hijauan). Cukup dengan sorinfer, kebutuhan nutrisi ternak dapat terpenuhi," ujar Prof Luki Abdullah, Ketua Tim Peneliti.

    Selain komplit, lanjut dia, keunggulan lain Sorinfer dapat disimpan dalam waktu lama. Bahkan mampu bertahan hingga tiga tahun jika kemasan tidak dibuka. Di samping itu, karena proses fermentasi, ternak menjadi sangat suka berkat aroma yang dihasilkan.

    Ia menjelaskan, produksi Sorinfer di tempat ini didukung mesin yang dirancang dengan kapasitas produksi 20 ton per hari. Jika dikalkulasi, dalam sehari, dapat menghasilkan omset 50-75 juta rupiah.
    "Di Indonesia, memang industri completed feed belum banyak. Saya kira ini yang pertama di universitas. Ini merupakan buah karya riset kami sejak 2016 hingga saat ini. Semoga Tefa Sorinfer ini dapat menjadi inspirasi bagi para peneliti dan juga industri," terangnya.

    Sementara itu, Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana menyampaikan, selain menjadi inspirasi, inovasi Sorinfer ini mampu menjadi solusi permasalahan pakan dalam negeri. Sorinfer sangat membantu para peternak yang tak memiliki lahan yang luas untuk memenuhi kebutuhan pakan.
    "Sorinfer bisa menjadi jawaban permasalahan pakan saat ini. Dimana tidak semua peternak memiliki lahan yang cukup. Tidak semua juga mampu memformulasikan pakan yang berkualitas. Sorinfer adalah jawabannya," ujarnya.

    Rektor IPB University, Prof Arif Satria dalam peresmian itu menyatakan bahwa pembangunan Teaching Factory merupakan program IPB University untuk memfasilitasi pendidikan mahasiswa. Teaching Factory hadir agar mahasiswa dapat hands on terhadap kompetensi yang diperlukan market saat ini.

    “IPB University ingin membangun berbagai Teaching Factory yang terbaik dan paling modern di Indonesia, sehingga dapat memotivasi generasi muda untuk berkiprah di bidang pertanian," ujarnya.

    Menurutnya, Teaching Factory Sorinfer ditujukan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian bagi mahasiswa, dosen dan masyarakat. Inovasi ini mendapatkan dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam bingkai program Kedai Reka.

    Usai memberikan sambutan, Rektor IPB University menandatangani prasasti peresmian Teaching Factory Sorinfer, pemotongan pita pabrik dan melepaskan truk pengiriman produk Sorinfer ke konsumen.
    Peresmian ini dihadiri oleh sejumlah pimpinan IPB University diantaranya Wakil Rektor bidang Internasionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni, Prof Dodik Ridho Nurrochmat, Wakil Rektor bidang Inovasi dan Bisnis, Prof Erika Budiarti Laconi, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dr Ernan Rustiadi, beserta jajarannya

  • Pandemi COVID-19 berdampak pada produk pertanian dan pertanian baik di Indonesia maupun global. Produk peternakan dan pertanian saat ini mengalami berbagai kendala seperti harga di tingkat produsen yang turun, distribusi ke konsumen menjadi terhambat, dan naiknya harga di tingkat konsumen.

    Dengan mengamati perkembangan peternakan dalam pandemi COVID-19 saat ini, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan (INTP Fapet) IPB University menggelar Rembug Online dengan tema Strategi Bisnis Industri Pakan dan Peternakan Perunggasan Akibat Pandemi COVID-19. Rembug Online yang digelar pada 22/4 tersebut menghadirkan dua pembicara yaitu Ir Suaedi Sunanto SPt, MBA IPU (CEO at Nutricell Pacific), Ir Audy Joinaldy SPt MSc MM IPB AseanEng (Chariman of Perkasa dan Lintas Agro Group) dan dimoderatori oleh Prof Dr Ir Sumiati MSc (Dekan Fapet IPB University yang juga Kepala Divisi Nutrisi Unggas, Departemen INTP).

    Pada kesempatan ini, Audy Joinaldy memaparkan tentang kondisi peternakan saat ini. Ia menyebutkan trend produksi ternak yang menjelang puncaknya pada masa Ramadhan dan Idul Fitri mengalami pukulan telak karena masyarakat mengalami stagnasi bahkan penurunan struktur kesejahteraan sehingga ada kecenderungan untuk menahan pembelian berbagai produk peternakan.

  • Produk hewan merupakan salah satu sumber pangan yang kaya akan protein yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat yang sehat dan cerdas. “Namun demikian, produk pangan asal hewan merupakan salah satu produk yang dikategorikan sebagai produk yang mudah rusak dan berpotensi membawa bahaya bagi kesehatan konsumen. Oleh karena itu harus diperhatikan penanganan kesehatan daging mulai dari hulu sampai ke hilir melalui rantai suplai yang cukup panjang dengan  baik, sehat dan berkualitas,” kata Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan, Fakultas Peternakan  Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Rudy Afnan.

    Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan  Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) mengadakan pelatihan dengan tema "Logistik Rantai Dingin pada Daging  dan  Kunjungan ke Cold Storage”, Kamis-Jum’at (21-22/2) di Kampus IPB Dramaga, Bogor.

    Lebih lanjut Dr. Rudy menyampaikan, tujuan kegiatan ini adalah sebagai bentuk edukasi dan sosialisasi dalam penanganan daging beku yang sehat dan berkualitas, sehingga diperlukan pelatihan atau sosialisasi tentang  cara dan langkah  penerapan rantai dingin pada daging beku serta prospek usahanya bagi para pemangku kepentingan yang berminat. Maka produk pangan asal hewan selain harus dipikirkan ketersediaanya, juga harus ditangani dengan baik untuk dapat menjadi bermanfaat dan terjamin sehat dan aman untuk dikonsumsi.
     
    Dr. Rudy menambahkan, kemampuan pengelolaan cold chain diperlukan untuk menghindari kerugian yang tinggi akibat kerusakan produk hasil ternak, serta untuk mempertahankan mutu produk yang semakin menjadi tuntutan dalam era globalisasi. “Salah satu sarana penyimpanan yang harus tersedia untuk menjaga mutu komoditas perishable adalah cold storage. Sistem cold chain ini juga mampu menjaga supply daging sepanjang tahun ketika angka produksi relatif stabil dan dapat diprediksi. Jika produksi berlebih, surplusnya dapat disimpan beku dan dikeluarkan saat permintaan meningkat,” kata Dr. Rudy.
     
    Harapannya dengan pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan cold chain atau rantai daging pada produk daging sehingga menghasilkan  daging beku yang sehat dan berkualitas bagi kepentingan konsemen.
     
    Sementara narasumber dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fapet IPB,  Prof. Dr. Irma Isnafia Arief menjelaskan mengenai supply chain produk daging sapi. Daging bukan hanya komoditas pertanian yang punya nilai ekonomi, melainkan juga esensial bagi pemenuhan kebutuhan gizi rakyat Indonesia, terutama generasi muda bangsa. Namun, kepedulian konsumen akan kesehatan daging masih belum terbangun dengan baik dan benar. Daging sehat adalah daging yang berasal dari pola budidaya ternak yang sehat, tidak mencemari lingkungan, dan disembelih secara manusiawi.

  • Ronny Rachman Noor

    Daging kambing memang bak sebilah pisau memiliki dua sisi yang melegenda.  Di satu sisi daging kambing dipercaya oleh banyak orang terutama para  laki laki sebagai peningkat libido  sex sehingga tentunya banyak penggemarnya, namun di sisi lain dijadikan kambing hitam sebagai biang kerok penyebab darah tinggi dan tentunya banyak yang menghindari mengkonsumsinya.

    Rumor terkait khasiat dan efek samping daging kambing memang sudah sangat meluas. Sebagai  contoh  tekait sebagai peningkat libido  banyak orang yang secara psikis percaya sehingga sangat bersemangat menyantap sate dan sop kambing terutama dengan embel embel kambing muda.

    Warung sate dan sop kambing muda banyak penggemarnya. Kali ini saya hanya membahas satu sisi saja yaitu mitos terkait daging kambing  sebagai biang kerok penyebab darah tinggi.

    Jika kita tengok  kembali sejarah,   di Jepang dan di wilayah lainnya di Asia orang mulai mengkonsumsi daging kambing di era selepas perang dunia II (1945-1965) yang pada periode tersebut terjadi kekurangan pangan.

    Sebelumnya periode waktu ini daging kambing lebih dipandang sebagai makanan yang difungsikan untuk pengobatan  atau merupakan bagian dari budaya dan dikonsumsi di wilayah tertentu

    Daging kambing memang banyak disajikan dan dikonsumsi untuk perayaan hari besar, hari besar keagamaan, pesta, ataupun sebagai bagian dari tradisi kumpul kumpul keluarga dan handai taulan.

    Penyebab  darah tinggi memang belum dapat dipastikan karena hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% dari penderita darah tinggi disebabkan oleh faktor keturunan dan dikombinasikan dengan faktor lingkungan seperti misalnya kegemaran mengkonsumsi makanan yang berlemak dan  mengandung garam tinggi dan juga stress

    Perbandingan Nilai Gizi

    Sebagaimana halnya dengan daging lainnya, daging kambing mengandung protein dan lemak. Ditinjau dari segi nilai gizinya, daging kambing mengandung asam amino esensial dan non esensial.  Daging kambing mengandung taurin, karnitin dan inosin yang tinggi yang sangat penting bagi kesehatan.

    Lemak daging kambing mengandung sekitar 50% lemak  jenuh dan 50% lemak tidak jenuh dengan level asam oleic (C18-1) yang tinggi.

    Dibandingkan dengan nilai gizi daging lainnya, daging kambing lebih baik dari daging sapi dan daging  ayam.

    Kalori dan Kolesterol

    Nilai kalori dalam 100 gram daging kambing hanya mengandung sekitar 109 kalori yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi (250 kalori) dan daging ayam (195 kalori).

    Demikian juga kandungan kolesterol daging kambing per 100 gram hanya 57 mg sementara kandungan kolesterol daging sapi 89 mg dan ayam 83 mg per 100 gramnya.

    Lemak

    Dalam 100 mg daging kambing hanya mengandung 2,3 gram lemak total sementara daging sapi kandungan lemak totalnya dapat mencapai 15 gram dan ayam mencapai 7,5 gram.

    Hal ini berarti mengkonsumsi 1 porsi daging kambing (100 gram)  hanya memenuhi 4% dari kebutuhan lemak berdasarkan perhitungan nilai 2000 kalori yang diperlukan per harinya.

    Protein

    Dalam hal kandungan dan kualitas protein daging kambing  hampir sama dengan daging sapi dan ayam karena protein total daging kambing 20 gram sementara daging sapi 25 gram dan ayam 30 gram untuk setiap porsinya.

    Jadi jika kita mengkonsumsi 1 porsi daging kambing (100 g) maka dapat memenuhi kebutuhan 50% kebutuhan protein harian kita.

    Penyebab darah Tinggi?

    Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita membandingkan kandungan lemak jenuhnya.

    Kita memang disarankan untuk menghindari mengkonsumsi daging merah secara berlebihan karena mengandung lemak jenuh yang tinggi yang akan berakibat pada peningkatan kolesterol dan memicu penyakit jantung.  Oleh sebab itu sebagai patokan konsumsi lemak jenuh setiap hari kita tidak melebihi 20 gram per harinya.

    Pada setiap 100 g daging sapi dan ayam masing masing mengandung lemah jenuh (saturated fat) sebanyak 6 gram dan 2,5 gram, sementara itu kandungan lemak  jenuh pada setiap 100 gram daging kambing hanya 0,71 gram. Jadi kandungan lemak jenuh daging kambing jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi dan daging ayam.

    Sebaliknya daging kambing lebih kaya akan lemak tidak jenuhnya (unsaturated fat) jika dibandingkan dengan daging sapi dan daging ayam  karena mengandung sekitar 1 gram per 100 gram daging kambing.  Lemak tidak jenuh ini merupakan golongan lemak yang bersahabat karena membantu menyeimbangkan kadar kolesterol darah, mengurangi imflamasi dan menstabilkan denyut jantung.

    Tekanan darah tinggi yang naik setelah mengkonsumsi daging kambing lebih disebabkan karena kesalahan dalam teknik memasaknya.

    Kita tentunya sudah banyak mengetahui bahwa sebelum dimasak daging kambing seringkali digoreng terlebih dulu sebelum diproses lebih lanjut, atau dipanggang ketika membuat sate dan kambing guling.

    Kebiasaan  memasak  menggoreng dan memanggang  ini tentunya akan meningkatkan jumlah  kalori  masakan yang kita buat karena memerlukan tambahan minyak, mentega yang akan menjadi lemak dan diserap oleh daging kambing.

    Panas yang dihasilkan dengan cara menggoreng dan memanggang ini akan menyebabkan daging kambing kehilangan kandungan airnya yang digantikan dengan lemak yang berasal dari minyak yang digunakan dalam memasaknya.

    Penyerapan lemak oleh daging kambing ini ketika dimasak dengan cara yang salah akan menyebabkan makanan yang dibuat ini mengandung kalori lebih tinggi.  Menurut hasil penelitian peningkatan kalori akibat daging kambing dimasak dengan cara menggoreng terlebiih dulu atau memanggangnya dapat mencapai 64%.

    Jika kita terbiasa mengkonsumsi daging kambing dengan cara memasak seperti ini maka kalori tinggi  dari lemak yang masuk ke dalam tubuh kita akan menumpuk seiring dengan berjalannya waktu dan akan terakumulasi di dalam pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

    Hal lain yang juga berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah setelah mengkonsumsi daging kambing adalah bahan lain yang biasa  ditambahkan  kecap, garam dan MSG yang mengandung sodium dan bahan pengawet.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Jepang yang diterbitkan di Asian-Australasian Journal of Animal Science  menunjukkan bahwa konsumsi daging kambing dalam jangka panjang tidak berakibat pada peningkatan tekanan darah. Penyebab peningkatan tekanan darah bagi orang yang mengkonsumsi daging kambing lebih disebabkan karena garam yang ditambahkan pada saat memasaknya

    Disamping itu memasak daging kambing dengan mengunakan santan juga dapat meningkatkan darah tinggi karena santan mengandung lemak jenuh yang tinggi.

    Berdasarkan data nilai gizi daging kambing yang telah diuraikan di atas  mitos tentang orang yang gemar mengkonsumsi daging kambing akan terkena darah tinggi tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.

    Perlu juga kita ketahui bahwa di Indonesia sebagian masakan popular seperti sate, sop dan gule diberi label kambing, padahal daging yang digunakan sebagian besar adalah daging domba yang berbeda nilai gizinya dengan daging kambing, dimana daging kambing lebih sehat jika dibandingkan dengan daging domba.

    Perbandingan nilai gizi daging kambing dan domba. Sumber: USDA


     
    Dari hasil penelusuran dapat disimpulkan bahwa dibandingkan dengan daging sapi, babi, domba dan ayam, daging kambing memiliki nilai kalori yang lebih rendah, mengandung protein dan zat besi yang lebih tinggi yang mebuat daging kambing dikategorikan sebagai “lean meat” yang bermanfaat bagi kesehatan.

     

    Perbandingan nilai gizi daging kambing dengan daging lainnya setelah dipanggang. Sumber: USDA

     

    Fakta di atas menunjukkan bahwa mengkonsumsi daging kambing jika dimasak dengan cara yang benar tidak menjadi penyebab darah tinggi, jadi jika mengkonsumsinya tidak berlebihan dan memasaknya dengan cara yang tepat maka daging kambing yang enak dan menggoda tersebut tidak perlu dihindari karena masuk kategori daging yang sehat.

    Tidak heran memang di rumah sakit di Amerika, dalam masa penyembuhan pasca serangan jantung salah satu menu yang disajikan berbahan dasar daging kambing.

    Dalam mengkonsumsi daging kambing ataupun makanan lainnya sudah seharusnya kita mengingat nasehat yang sangat berharga yaitu "berhentilah makan sebelum kenyang"

  • Sistem rantai dingin merupakan penerapan suhu dingin selama produksi, penyimpanan dan distribusi daging dan produk olahan dengan penyimpanan di bawah suhu 4 derajad celcius. Potensi peningkatan kebutuhan cold chain atau rantai dingin di Indonesia sangat besar.

    Mengutip laporan dari International Trading Administration (ITA), Pimpinan PT Adib Cold Logistics Indonesia Irene Natasha memaparkan terdapat potensi kebutuhan akan sistem rantai dingin di Indonesia, terutama di industri farmasi, produk pertanian, produk unggas dan daging sapi, serta bidang perikanan. 

    Hal tersebut diuraikan Irene dalam dalam sebuah pelatihan tentang manajemen rantai dingin produk daging yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus IPB Darmaga Bogor pada 21 Februari lalu. 

    Irene menjelaskan, di industri farmasi, perputaran ekonomi di bisnis tersebut mencapai 6 milyar dollar AS pada 2015, dan penjualan produk farmasi diperkirakan mencapai 9,7 dollar AS pada 2020. Untuk pasar produk pertanian di Indonesia, pertumbuhannya diperkirakan mencapai 200 dollar AS pada 2020. Adapun unggas dan daging sapi, akan meningkat pertumbuhannya sebesar 3-5% per tahun hingga 2020, sementara konsumsinya tumbuh mencapai 4-6% per tahun. (agropustaka.id)

     

  • Pakan merupakan faktor produksi yang memiliki andil besar dalam menentukan keberjalanan usaha peternakan. Sementara itu, harga pakan terutama untuk hewan ternak ruminansia terus meningkat. Hal tersebut dapat disebabkan karena untuk memproduksi pakan ternak ruminansia dibutuhkan komponen konsentrat serta hijauan.

    Dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Prof Luki Abdullah bersama tim penelitiannya mengembangkan pakan ternak yang mengandung nutrisi lengkap dan seimbang dengan nama Sorinfer. Ia menerangkan, Sorinfer dibuat dengan dua bahan utama yakni tanaman indigofera yang berperan sebagai sumber protein berdaya guna (high protein utility) serta sorgum yang berperan sebagai sumber energi mudah tersedia (readily available energy).

    “Pakan ternak siap saji biasanya dalam bentuk kering, proses pengeringan ini memerlukan biaya tinggi. Sorinfer menggunakan teknologi pengawetan fermentasi, sehingga dapat mengurangi cost produksi,” ujar Prof Luki.

    Pakar pakan ternak IPB University itu melanjutkan, Sorinfer disebut sebagai pakan siap saji karena dapat digunakan langsung tanpa memerlukan proses tambahan oleh peternak. Sorinfer dikembangkan agar usaha ternak menjadi lebih mudah dan menguntungkan karena pakan ini dirancang siap saji dan bisa digunakan oleh siapa saja baik peternak yang telah berpengalaman maupun peternak baru.

    Prof Luki menjelaskan, proses pembuatan Sorinfer dimulai dengan memasukkan sorgum dan indigofera ke dalam mesin pencacah, kemudian dicampur dengan bahan lain sebagai pengawet. Setelah tercampur, campuran bahan-bahan tersebut dikemas dalam wadah kedap udara untuk masuk ke tahap fermentasi hingga sempurna dan siap digunakan.

    “Kami mendesain seluruh mesinnya sendiri, kemudian kami berikan kepada pembuat mesin dan mereka memodifikasi hingga terealisasi,” lanjut Prof Luki.

    Prof Luki mengklaim, Sorinfer memiliki kandungan nutrisi yang ideal untuk ternak karena diformulasikan sesuai dengan kebutuhan ternak. Masa simpan Sorinfer terhitung cukup lama yakni bisa mencapai satu tahun, sehingga sangat membantu proses beternak. Kemasan yang kedap udara juga mempermudah distribusi Sorinfer, dengan demikian, Sorinfer dapat digunakan sebagai pakan cadangan saat terjadi bencana alam maupun saat musim paceklik serta untuk kebutuhan pakan transportasi.

    Proses produksi Sorinfer bermitra dengan PT Santana dan dilakukan di Teaching Factory Sorinfer Fakultas Peternakan IPB University di Unit Pendidikan dan Penelitian (UP3) Jonggol. Dengan formula dan merek yang telah terdaftar, saat ini Sorinfer telah memiliki empat produk unggulan yakni pakan transportasi, pakan khusus sapi, pakan khusus domba serta pakan formula khusus. 

    “Selain bermitra dengan industri, kami juga melibatkan masyarakat dalam pengadaan bahan baku serta proses produksi. Hingga saat ini telah ada sekitar 10 hektar ladang yang memasok sorgum untuk Sorinfer dan telah ada 12 orang masyarakat sekitar yang bekerja di Teaching Factory. Ke depannya kami berencana membuat formula Sorinfer khusus untuk sapi perah dengan kombinasi konsentrat dan hijauan yang tepat,” pungkas Prof. Luki (ipb.ac.id)

  • Peneliti IPB University, Prof Iman Rahayu HS dan Dr Komari menciptakan telur omega 3-IPB yang memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang lebih tinggi dibanding telur biasa. Telur ini mengandung Docosahexaenoic acid (DHA), Eicosapentaenoic acid (EPA) dan asam lemak omega 3 lainnya yang sangat baik bagi kesehatan tubuh terutama untuk perkembangan otak balita dan pencegahan penyakit degeneratif manula. “Telur ini diharapkan dapat memberikan peluang peningkatan kualitas gizi masyarakat. Sebab, telur merupakan salah satu sumber protein yang digemari masyarakat. Harganya yang relatif murah serta mudah didapat menjadi alasannya, baik sebagai lauk pauk maupun bahan olahan pangan lainnya,” papar Prof Iman.

    Menurut Prof Iman, telur omega 3-IPB merupakan telur yang berasal dari ayam petelur yang diberikan tambahan pakan berupa suplemen omega-3. Penambahan suplemen tersebut terbukti dapat meningkatkan kandungan DHA hingga sepuluh kali lipat dan EPA 2,4 kali lipat lebih tinggi dari telur biasa, serta kandungan kolesterolnya 50 persen lebih rendah. “Suplemen yang ditambahkan berasal dari limbah industri perikanan. Yaitu minyak ikan hasil limbah industri ikan lemuru serta hasil fermentasi dari ampas tahu. Hal ini  mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya produksi,” kata Prof Iman.

    Lanjut Guru Besar IPB University ini, dalam pengembangan telur omega 3-IPB ini perlu dukungan dan kerjasama berbagai pihak yang terangkum dalam konsep triple helix. Konsep ini mempertemukan pihak akademisi, industri dan pemerintah. Dalam konsep tersebut kontribusi dari pihak-pihak yang terkait akan menghasilkan suatu kolaborasi yang dapat membuat produk dapat dikenal oleh masyarakat luas. Ketiga pihak yang berperan dalam konsep ini harus selalu bergerak melakukan sirkulasi serta saling berintegrasi demi tercapainya tujuan bersama. 

    “Dari konsep triple helix ini dilakukan komersialisasi telur omega 3-IPB. Komersialisasi telur omega 3-IPB skala kecil dimulai dengan skim Satuan Usaha Akademik dari Direktorat Bisnis dan Kemitraan IPB pada tahun 2009, lalu berlanjut sampai telur omega-3-IPB dijual di gerai Serambi Botani. Selain itu, masyarakat dapat membeli telur omega 3-IPB langsung di Fakultas Peternakan,” jelas dosen IPB University ini.

    Agar produk dapat menyebar lebih luas, pada tahun 2013 diadakan hubungan kemitraan dengan distributor telur CV Tirta Super Telur (TST) dalam bentuk joint venture. Kerja sama tersebut berhasil mengkomersialisasikan telur kaya DHA hingga 4.000 butir per minggu dengan populasi ayam yang dipelihara sekitar 750 ekor. Namun, Pada tahun 2018-2019 hasil penjualan menunjukkan penurunan total penerimaan dikarenakan kebijakan produsen untuk mengurangi populasi ayam akibat jenuhnya pasar, sehingga akan dilakukan evaluasi keseluruhan dari aspek produksi, pengemasan produk, pengembangan strategi pemasaran secara online/e-sale, serta pembenahan manajemen pengelolaan.

    Pemerintah juga punya peran penting dalam pengembangan telur omega 3-IPB ini. Salah satunya melalui pendanaan program Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) selama tiga tahun (2017-2019).  “Komitmen dan kerja sama dari ketiga pihak dalam konsep triple helix sangat berperan dalam pengembangan produk inovasi telur omega 3 ini. Ketiga pihak tesebut harus tetap bersinergi agar produk inovasi yang telah dikembangkan hingga saat ini dapat terus dikomersilkan dan juga dapat diproduksi oleh peternak lain. Serta, agar manfaat produk ini dapat terus dirasakan oleh masyrakat, terutama dalam meningkatkan gizi masyarakat sebagai pangan fungsional,” jelasnya. (ipb.ac.id)

  • Susu segar khususnya yang baru saja diperah dari hewan ternak, akan sangat cepat basi. Maka dari itu, diperlukan penanganan yang cepat agar susu segar punya daya simpan yang lebih lama.

    Dr. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, salah satu cara pertama untuk menjaga kesegaran susu adalah menyimpannya di lemari pendingin.

    “Segera didinginkan. Kalau bisa di bawah 5 derajat. Karena secara alami susu itu begitu keluar dari ambing hewan sudah mengandung antara 1000-3000 bakteri per mili. Itu normal,” jelas Epi pada Kompas.com, Sabtu (30/5/2020). “Begitu kontak dengan udara, mesin perah, saringan, tangan manusia, itu akan meningkat bakterinya. Supaya ditekan bakteri tidak berkali lipat, makanya didinginkan,” lanjutnya. Sebelum dikonsumsi, agar aman untuk diminum susu juga perlu dipanaskan lebih dahulu atau dipasteurisasi. Cukup panaskan susu dengan suhu 75 derajat celsius selama 15 detik menggunakan panci. Jika sudah, sebaiknya susu harus langsung diminum. Namun jika tak habis, kamu juga bisa menyimpannya di lemari pendingin. Susu yang sudah dipasteurisasi sendiri dan kamu simpan di lemari pendingin, bisa bertahan lebih kurang tiga hari. “Satu minggu juga ada yang bisa, tapi supaya aman lebih baik maksimal tiga hari. Simpan di botol atau tumblr tertutup di kulkas,” kata Epi.

    Jika kamu ingin menyimpan susu lebih lama, bisa juga dibekukan di dalam freezer. Membekukan susu tidak akan mengurangi zat gizinya.  Susu bisa bertahan sekitar 3-6 bulan dalam keadaan seperti ini. “Kalau besoknya mau minum, turunkan dulu ke kulkas biasa. Jangan ke suhu ruang. Sehingga pas besok pagi mau diminum, susu yang di dalam kulkas itu sudah cair kembali. enggak boleh di suhu ruang karena bakteri nanti akan sangat cepat naiknya,” tegas Epi. (travel.kompas.com)

  • Himpunan Alumni Peternakan (HANTER) IPB bagikan 275 Bingkisan Hari Raya (BHR) kepada seluruh tenaga kependidikan, tenaga keamanan dan kebersihan serta pensiunan di lingkungan Fakultas Peternakan di Auditorium JHH Fakultas Peternakan pada Rabu 27/4. Masing-masing penerima mendapatkan bingkisan berisi 20 produk  yang berasal dari donatur yaitu alumni Fapet antara lain antara lain D34, Persaudaraan D14, D31 dan beberapa angkatan. Selain dari alumni, Bank Syariah Indonesia (BSI) dan beberapa perusahaan seperti MT Farm, Hijrah Food, PT. Berdikari Sarana Jaya, DB Foods. Agrianita Fapet dan IPB 32 juga turut hadir dan mensupport persiapan hingga acara selesai serta didukung oleh Trobos sebagai media partner dalam kegiatan tersebut.

    Melalui tayangan video, Ketua HANTER Dr. Ir. Audy Joinaldy, S.Pt, M.Sc, M.M, IPM, ASEAN.Eng menjelaskan bahwa kegiatan ini terselenggara atas kerjasama seluruh alumni dan dukungan sponsor  “Tali kasih HANTER merupakan bentuk cinta kepada fapet IPB, Insya allah ke depannya akan tetap melaksanakan tali kasih secara rutin dan selalu semoga memberikan dampak positif bagi kita semua” jelas alumni Fapet yang juga merupakan Wakil Gubernur Sumatera Barat ini.

    Penyerahan paket BHR secara simbolis dilakukan oleh Dekan Fapet, Dr. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dan beberapa pimpinan fakultas kepada para tenaga kependidikan Fapet.

    Dekan Fapet sangat mengapresiasi kegiatan Tali Kasih ini dan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada alumni dan kepemimpinan Ketua dan Sekjen HANTER

     “Hari ini HANTER sudah banyak memberikan perhatian kepada kita semua, ini adalah bentuk kecintaan dari alumni yang luar biasa. Saya sangat bangga atas upaya yang sudah dilakukan, hubungannya begitu berat antara alumni dan fakultas” ujarnya

    Sekjen HANTER Iyep Komala, S.Pt, M.Si hadir memberikan sambutan dan laporan terkait acara tersebut. “Penggalangan dana berlangsung sekitar satu minggu dan berhasil mengumpulkan 19 produk dan 1 goodie bag dan sudah ada produk-produk unggulan hasil karya alumni Fapet bahkan ada yg produknya dikirim dari Padang” jelasnya

    Asisten Direktur Hubungan Alumni IPB University, Astridina, S.Sos., M.M. hadir mewakili Direktur Kerjasama dan Hubungan Alumni. Astridina mengatakan bahwa setiap tahun HANTER memberikan donasi berupa tali kasih bingkisan dan hal tersebut adalah sesuatu yang membanggakan “Kami mewakili pimpinan IPB menyampaikan terima kasih atas atensi dan kepedulian para alumni dan mendoakan agar para alumni mendapatkan rezeki lebih. Kami berharap acara ini bisa berlanjut di masa depan dan dapat ditularkan semangatnya” ungkapnya. (Femmy)

  • Himpunan Alumni Fakultas Peternakan IPB University (Hanter) kembali memberikan paket bingkisan hari raya dan bantuan biaya kuliah bagi almamater, 4/5. Sedikitnya ada 250 paket bingkisan yang akan dibagi dan bantuan biaya kuliah sebanyak 37,5 juta rupiah. Biaya kuliah ini akan diberikan kepada mahasiswa yang orang tuanya terdampak pandemi COVID-19.

    Rektor IPB University, Prof Arif Satria turut mengapresiasi upaya Hanter IPB University yang berusaha mengabdi bagi almamater. “Ini adalah bagian dari kita dalam membangun solidaritas antar sesama keluarga besar IPB University terutama di Fakultas Peternakan. Saya yakin Hanter sudah memberikan yang terbaik dan semoga tahun depan masih bisa dilaksanakan dengan jumlah yang lebih banyak,” ungkap Prof Arif Satria.

    Ir Audy Joinaldy, Ketua Umum Hanter IPB  University sekaligus Wakil Gubernur Sumatera Barat mengatakan paket bingkisan hari raya diberikan kepada tenaga kependidikan baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun non-PNS, tenaga kontrak mulai tenaga laboratorium, pegawai yang diperbantukan, petugas keamanan maupun pegawai yang sudah pensiun baik yang sudah meninggal maupun masih hidup. “Sebagai tanda rasa cinta Hanter IPB University bagi almamater, kami ingin memberikan tanda kasih yang diberikan secara rutin setiap tahunnya melalui Tali Kasih,” ujar Audy.

    Pada tahun ini, Hanter memberikan 250 bingkisan senilai 250 ribu rupiah sehingga totalnya senilai Rp 60.500.000. Pada kesempatan yang sama, Hanter juga memberikan bantuan biaya kuliah senilai 37,5 juta rupiah.

    Sekretaris Jenderal Hanter IPB University, Iyep Komala menyebut, bantuan biaya kuliah tersebut diberikan kepada mahasiswa yang keluarganya terdampak pandemi COVID-19 sebesar 2,5 juta rupiah/orang.

    Dirinya berharap, kegiatan Tali Kasih berikutnya dapat mengajak alumni yang lebih banyak sehingga nilai bingkisan juga bertambah. Ia juga menyebut, rasa cinta terhadap almamater juga diwujudkan oleh Hanter dengan membantu keluarga yang menghadapi kemalangan.

    “Kami ingin kegiatan ini terus berjalan. Banyak alumni yang sudah sukses pada berbagai bidang pekerjaan. Saya berharap para alumni baik atas nama perusahaan, pribadi, koordinator angkatan maupun DPD HANTER Provinsi,  dapat berkontribusi dalam Tali Kasih ini,” ujar Iyep Komala (ipb.ac.id)

  • Ketergantungan bahan baku pakan impor di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Bahan baku pakan sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedelai misalnya tercatat impornya berturut-turut mencapai 4,1 ton dan 4.450.000 ton. Oleh karenanya diperlukan alternatif bahan baku lokal sebagai sumber protein, salah satunya yang berpotensi adalah jangkrik yang dapat dibuat tepung dan memiliki kelebihan berprotein tinggi, mudah dipelihara, murah dan bisa dilakukan pada lahan sempit.

    Hal itu diuraikan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dewi Apri Astuti dalam Online Training Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik, yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring, Sabtu (8/8/2020). Dipaparkan Dewi bahwa protein kasar jangkrik adalah sebesar 58.3%, lemak 10.3%, dengan asam lemak palmitat (16:0) 50.32%, stearate (18:0) 32.06%, oleat 9.77% linoleat 2.34%.

    “Adapun asam amino yang terkandung yakni arginin 3.68%, histidin 1.94%, isoleusin 3.09%, leusin 5.52%, lisin 4.79%, methionine 1.93%, sistin 1.01%, phenilalanin 2.86%, valin 4.42%, alanine 5.55%, glisin 3.62% dan hitin 8%,” jelas Dewi.

    Oleh karena itu ia menyebut bahwa tepung jangkrik berpotensi menjadi sumber bahan baku pakan untuk ayam broilerdan layer, puyuh petelur, burung kicau, maupun ikan hias.

    “Dapat juga dimanfaatkan untuk ternak ruminansia, yakni pada domba sebagai susu pengganti dan pada masa pertumbuhan dan pada kambing bisa diberikan pada masa pertumbuhan, bunting dan laktasi,” katanya.

    Dari serangkaian penelitian yang dilakukannya, ia menyimpulkan bahwa tepung jangkrik ternyata juga mengandung nutrien berkualitas tinggi. Selain untuk unggas kicau, tepung jangkrik dapat juga diberikan pada hewan model tikus untuk meningkatkan imunitasnya, anak kambing atau domba sebagai susu pengganti, anak kambing atau domba sebagai pakan pertumbuhan, induk kambing pada saat menjelang bunting (flushing diet), serta pada kambing pejantan untuk memperbaiki kualitas spermanya (majalahinfovet.com)

  • Pangan asal hewan memiliki keunggulan antara lain bernilai gizi tinggi, yakni adanya protein (asam amino esensial), lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat. Namun di sisi lain, bahan pangan tersebut mudah busuk, rentan rusak, dan berpotensi berbahaya bagi. Untuk menekan munculnya risiko berbahaya, maka penanganan pangan asal hewan sebaiknya dilakukan dengan penerapan good hygiene practices (GHP), penerapan sistem rantai dingin cold chain system, dan penerapan jaminan keamanan pangan – yang implementasinya dapat berupa NKV, sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), atau ISO 22000:2018.

    Hal itu dijelaskan oleh Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Syamsul Maarif dalam Pelatihan Manajemen dan Sistem Penjaminan mutu Ruminansia yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Bogor pada 15 Juli 2019 di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Kegiatan tersebut berlangsung dua hari, dengan acara hari ke-2 adalah kunjungan ke RPH Pramana Pangan Utama.

    Dalam proses produksi pangan asal hewan sejak dari kandang hingga ke meja makan harus selalu menjaga higiene dan sanitasi. Samsul menjelaskan, higiene pada prinsipnya merupakan seluruh tindakan untuk mencegah atau mengurangi kejadian penyakit yang merugikan kesehatan. Adapun sanitasi yakni upaya menciptakan segala sesuatu yang higienis dan kondisi yang menyehatkan. “Higiene menyangkut pangan dan personal yang menangani produk pangan asal hewan, sedangkan sanitasi menyangkut tentang lingkungan sekitar pangan,” jelas Syamsul.

    Aspek higiene dan sanitasi ini merupakan aspek penting dalam penilaian pemberian nomor kontrol veteriner (NKV). Pemberian NKV dimaksudkan sebagai upaya penjaminan pangan yang aman sehat utuh dan halal, meningkatkan daya saing produk serta perluasan pasar, dan untuk kemudahan dalam penelusuran produk pangan asal hewan. (agropustaka.id)

  • Tim IPB University yang terdiri dari Prof Muladno (penggagas Sekolah Peternakan Rakyat/SPR), Prof Drh Agik Suprayogi (Ketua Unit Penyelenggara SPR) dan Arya W Padmodimulyo (Juru Bicara Solidaritas Alumni SPR Indonesia/SASPRI nasional) hadir dalam Dialog Interaktif dengan topik “Sosialisasi Sekolah Peternakan Rakyat” di Studio Program I Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Fakfak, Papua, (20/4). Kehadiran Tim IPB University ke Papua ini sebagai upaya penyebaran SPR ke seluruh Indonesia.
     
    Kegiatan ini terselenggara berkat Kerjasama Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dan RRI Fakfak, Papua.
     “SPR IPB University sampai saat ini sudah berkembang menjadi 61 SPR tersebar di 25 kabupaten dan 12 provinsi di Indonesia. Akan terus tumbuh secara progresif di tanah air,” ujar Prof Muladno selaku Kepala PSP3 IPB University.
     
    Menurutnya SPR IPB University merupakan solusi perbaikan untuk peternakan di Kabupaten Fakfak. Mengingat permasalahan peternakan di wilayah ini bukan semata teknologi, namun kapasitas para peternak yang masih lemah dan adanya kesenjangan pemikiran antara birokrat dengan peternak.
     
    “Oleh karena itu di SPR inilah mereka harus sekolah untuk meningkatkan mental, semangat dan percaya diri dalam bisnis kolektif berjamaah di bidang peternakan. Kurikulum di SPR IPB University, 80 persen adalah bertujuan memperbaiki mental menuju karakter baik bagi mereka. Dan hanya 20 persen membahas teknologi,” jelasnya.
     
    Ia menambahkan, dalam SPR, peternak akan didampingi oleh perguruan tinggi dan melibatkan berbagai pihak unsur. Yaitu pemerintah daerah setempat, swasta dan peternak itu sendiri (konsep Academician-Business-Government-Community/ABGC).  Di saat yang sama Prof Agik juga menyampaikan bahwa perguruan tinggi sesuai dengan tugas dan fungsinya, memiliki tanggung jawab besar dan wajib hadir dalam meningkatkan kapasitas peternak rakyat.
     
    “Kehadiran IPB University di Kabupaten Fakfak bertujuan untuk melakukan koordinasi, konsolidasi dan sosialisasi SPR ke berbagai pihak. Diantaranya dengan Pemkab Fakfak (bupati dan dinas terkait), DPRD Kabupaten Fakfak, perguruan tinggi sekitar (Universitas Papua), swasta setempat (PT Rimbun Sawit Papua), masyarakat/peternak di Distrik Bomberay, Distrik Kokas, Kampung Kinam dan Fior,” ujar Prof Agik.
     
    Partisipasi aktif masyarakat Fakfak dalam dialog interaktif ini sangat tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul.  “Secara umum mereka sangat senang dan berharap banyak pada IPB University sebagai perguruan tinggi besar agar dapat hadir membantu peternakan rakyat di Fakfak. Permasalahan perkandangan, sistem pemeliharaan ranch dan sapi yang masih dilepasliarkan menjadi masalah besar di peternakan sapi di Fakfak. Dampak pemeliharaan sapi yang digembalakan secara lepas liar sangat mengganggu kehidupan bagi masyarakat, mereka tidak bisa berkebun dengan tenang serta mengganggu lalu lintas umum,” ujar Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University ini.
     
    Sementara itu Juru Bicara SASPRI Nasional, Arya menyampaikan bahwa pihak swasta juga sangat diharapkan perannya dalam membangun SPR. Pihak swasta menjadi penghela sisi hilir agar proses bisnis peternakan rakyat dapat berputar terus dan memastikan hilirisasi produksi ternak dapat hadir di tingkat masyarakat konsumen.
     
    Dialog interaktif ini diharapkan mampu menyebarkan informasi sekaligus promosi bagi program unggulan IPB University, yaitu SPR. Kegiatan ini juga menjadi media edukasi bagi warga maupun peternak di Kabupaten Fakfak untuk lebih memahami maksud dan tujuan adanya SPR.  Tindak lanjut dan komitmen IPB University dalam jangka pendek sangat dinanti pemda maupun peternak di Kabupaten Fakfak melalui PSP3 LPPM IPB University sebagai respon dari kegiatan ini (ipb.ac.id)

  • Wabah COVID-19 yang terjadi saat ini membuat banyak orang terpaksa harus membatasi aktivitas di luar rumah. Sehingga aktivitas bekerja dan belajar pun harus dilakukan di rumah.
    Berbagai upaya dilakukan agar stamina keluarga tetap sehat, diantaranya dengan mengonsumsi makanan sehat seperti banyak makan sayur, buah, daging, ikan, kacang- kacangan.

    Agar tidak terlalu banyak aktivitas keluar rumah, ibu-ibu sudah mulai menyimpan cadangan makanan di lemari pendingin, salah satunya adalah daging.  Namun untuk proses penyimpanan daging yang baik, tidak banyak masyarakat mengetahui tekniknya dan bagaimana menyiapkan daging beku yang aman dan sehat.

    Menurut Dr Tuti Suryati, SPt, MSi, dosen dari Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen llmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University, cara menyiapkan daging beku yang aman dan sehat adalah beli daging segar atau daging beku yang diproses dengan benar dan higienis. Lalu simpan beku dalam kemasan sesuai porsi kebutuhan per sajian.

    “Sebelum dimasak, daging beku harus di-thawing (disegarkan kembali) kecuali setelah
    dimasak. Thawing dilakukan pada refrigerator atau direndam air dingin tanpa membuka
    kemasannya atau diletakkan pada papan besi khusus yang higienis atau menggunakan
    microwave. Hindari melakukan thawing daging beku pada suhu ruang tanpa kemasan. Selain itu, hindari membekukan kembali daging yang sudah di-thawing,” ujarnya.

    Untuk mengolahnya, hindari memasak daging yang masih beku supaya tidak alot. Gunakan bumbu-bumbu kaya antioksidan pada saat mengolah daging. Masak daging dengan suhu dan lama waktu secukupnya.  “Olahan daging dapat disimpan beku dalam kemasan sesuai porsi per sajian keluarga dan sebelum disajikan, daging olahan beku harus di-thawing dengan cara yang benar dan dipanaskan. Stay at Home, tetap sehat dan semangat dengan gizi produk hasil ternak yang menyehatkan,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Logistik rantai dingin merupakan bagian dari rantai pasok yang bertujuan untuk menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama proses pengumpulan, pengolahan, dan distribusi ke tangan konsumen. Adapun Manajemen rantai pendingin, dapat diartikan sebagai pengelolaan seluruh aktivitas rantai pendingin yang dianalisis, diukur, dikontrol, didokumentasikan, dan divalidasi agar berjalan secara efektif dan efisien baik secara teknis dan ekonomis.

    Hal itu disampaikan oleh Irene Natasha, Pimpinan PT Adib Cold Logistics Indonesia Irene Natasha dalam Pelatihan Logistik Rantai Dingin pada Produk Daging di Kampus Fakultas Peternakan IPB Darmaga Bogor (27/8). Pelatihan yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) selama dua hari tersebut juga dilangsungkan kunjungan ke PT Adib Cold Logistics di kawasan Narogong, Bekasi.

     

    Ia mengingatkan tentang empat tahap kritis yang harus dicermati dalam sistem rantai pendingin produk beku, yakni penanganan pada proses awal, penyimpanan dan pengolahan saat tiba di darat, penanganan saat transportasi ke lokasi tujuan, hingga penanganan saat bongkar muat dan sistem distribusi ke konsumen. Khusus untuk transportasi, hal ini perlu digarisbawahi mengingat kondisi medan di Indonesia yang kadangkala sulit diprediksi. “Distribusi merupakan kegiatan dalam supply chain untuk memastikan suatu barang yang diproduksi akan sampai ke pada customer,” kata Irene. Adapun tujuan distribusi yakni memastikan suatu produk bisa sampai ke customer sesuai dengan misi logistik, memastikan penyebaran produk dengan merata, meningkatkan nilai guna suatu produk, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi suatu perusahaan.

    Dalam sistem logistik, transportasi berperan dalam perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian aktivitas yang berkaitan dengan moda, vendor, dan pemindahan persediaan masuk dan keluar suatu organisasi. Daging sebagai produk yang mudah rusak dalam proses pendistribusiannya harus menggunakan truk berpendingin. “Truk berpendingin sudah menjadi kebutuhan umum guna mentransportasikan bahan makanan melalui jarak yang cukup jauh. Selain meminimalkan atau meniadakan pertumbuhan mikroorganisme, pendinginan yang dihasilkan oleh teknologi refrigerasi juga diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi kimiawi/biologis yang bisa merusak kondisi suatu zat,” tandas Irene. (agropustaka.id)

  • Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) IPB University kembali menyelenggarakan webinar series untuk yang kedua kalinya. Webinar ini menghadirkan pembicara dari luar negeri yaitu Prof Dr Masahiro Ogawa dari Universitas Kagawa, Jepang (16/6). Tema kali ini adalah “Armoring Yourself with The Molecules Helping You to Win Over the Virus”, yang menggali dan mempelajari potensi sumber protein hewani di Indonesia.

    Prof Masahiro Ogawa merupakan ahli di bidang protein dan banyak dari hasil risetnya membahas mengenai gula dan zat aditif alami. Menurut hasil risetnya, kesehatan masyarakat Indonesia berada pada titik yang kritis akibat adanya pandemi. Perubahan budaya makan dari restoran menjadi di rumah saja memaksa sebagian orang untuk mengkonsumsi makanan kemasan atau instan yang memiliki nutrisi yang rendah, rasa yang kurang enak dan tinggi kalori, namun masyarakat tetap membelinya. Ditambah lagi dengan gaya hidup yang kurang rutin berolahraga yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit.

    Dibandingkan Indonesia, sebagian produk makanan dan minuman kemasan di Jepang ditambahkan dengan nutrisi tambahan dan zat aditif alami untuk mengurangi efek buruk terhadap kesehatan. Misalnya brand Coca-cola yang memiliki seri Life yang bebas kalori dan ekstrak tanaman stevia sebagai pengganti gula. Pada Coca-cola Life juga terdapat indigestible dextrin untuk menurunkan penyerapan glukosa dalam usus kecil sehingga kadar gula darah lebih rendah.

    Ia berharap processed food di masa depan ekspetasinya menjadi lebih sehat dan enak, tetapi masih membutuhkan manfaat tambahan. Misal pada produksi sosis ayam, penggunaan garam, gula, fosfat dan sodium nitrat yang tinggi diganti dengan zat aditif alami yang lebih sehat. Gula diganti dengan rare sugar d-allulose walaupun biayanya tergolong mahal dan jarang ditemukan di alam. Zat ini memiliki manfaat bagi kesehatan, antihiperglikemik, supresi akumulasi lemak, anti obesitas serta cocok untuk produk makanan beku seperti sosis karena dapat memperbaiki tekstur dan mencegah sineresis. Zat alami lain yaitu antioksidan polifenol dari ekstrak daun buah zaitun untuk memperbaiki tekstur dan mencegah oksidasi lipid pada sosis.
     
    Selain rare sugar, Dr Zakiah Wulandari, dosen IPB University dari Departemen IPTP melakukan riset terhadap enzim lisozim dalam putih telur yang dapat digunakan sebagai zat pemanis. Hasil riset dari telur unggas lokal seperti ayam kampung dan itik Cihateup ditemukan bahwa hasil isolasi dan purifikasi lisozim pada telur dapat dijadikan bahan pemanis pengganti gula.

    Kekhawatiran pada tingginya angka impor gula dan pasien diabetes menjadi latar belakang riset tersebut.  Ia mendapatkan tingkat kemurnian hingga 97 persen dan tingkat kemanisan hingga sekitar 10µM. Namun proses pemanasan pada saat produksi dapat menurunkan tingkat kemanisan produk sehingga ia menyarankan untuk penambahan lisozim dengan dosis tinggi saat sterilisasi produk.

    Berbeda dengan kandungan nutrisi, pembahasan Dr Cahyo Budiman,  dosen IPB University dari Departemen IPTP  lebih menekankan pada sifat dan potensi antiviral protein pangan dari produk hewani. Sebagian besar risetnya merujuk pada sifat antiviral pada produk olahan susu dan produk hasil fermentasi. Laktoferin pada susu dapat mencegah penempelan dan translasi virus dengan berbagai mekanisme. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa zat tersebut memiliki potensi untuk menghambat virus herpes, HIV, hingga hepatitis C. Dan yang terkini adalah potensinya untuk diaplikasikan pada SARS-Cov2.

    Ia menambahkan bahwa zat tersebut dapat dijadikan zat aditif pada beberapa produk seperti susu bubuk. "Tapi kita masih harus banyak bekerja untuk bisa mentranslasi, melanjutkan sifat tersebut ke tahap klinis atau aplikasi,” ujarnya.

    Hampir sama dengan sifat antiviral, dosen IPB University dari Divisi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Prof Dr Irma Isnafia Arief, membahas tentang sifat antibakteri pada bakteriosin. Sebuah protein berasal dari bakteri asam laktat pada produk pangan fungsional hasil ternak. Protein tersebut dinilai memiliki potensi sebagai preserfatif non toxic dan aman. Dengan struktur berbentuk heliks amfilik, zat tersebut dapat mudah masuk ke dalam membran sel bakteri patogen hingga membuatnya mengalami depolarisasi dan kemudian mati atau memiliki sifat bakterisidal.

    Prof Irma telah melakukan riset pada bakteriosin jenis plantaricin IIA-1 A yang diproduksi dalam bentuk kristal agar travel friendly serta telah terdaftar di HKI. Zat tersebut dinilai cocok untuk ditambahkan pada produk fermentasi secara in situ pada produk hewani seperti sosis urutan (Bali), rangke (Sulawesi Selatan), dan dadih (Sumatera Barat). Pada daging segar diaplikasikan dengan cara disemprotkan  plantaricin 0.2 persen hingga lebih awet bila dijajakan di pasar, sedangkan pada bakso dan sosis dengan dosis lebih tinggi yaitu 0.3 persen dan dinilai tiga kali lebih efektif daripada nitrit (ipb.ac.id)