News

  • Sistem rantai dingin merupakan penerapan suhu dingin selama produksi, penyimpanan dan distribusi daging dan produk olahan dengan penyimpanan di bawah suhu 4 derajad celcius. Potensi peningkatan kebutuhan cold chain atau rantai dingin di Indonesia sangat besar.

    Mengutip laporan dari International Trading Administration (ITA), Pimpinan PT Adib Cold Logistics Indonesia Irene Natasha memaparkan terdapat potensi kebutuhan akan sistem rantai dingin di Indonesia, terutama di industri farmasi, produk pertanian, produk unggas dan daging sapi, serta bidang perikanan. 

    Hal tersebut diuraikan Irene dalam dalam sebuah pelatihan tentang manajemen rantai dingin produk daging yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus IPB Darmaga Bogor pada 21 Februari lalu. 

    Irene menjelaskan, di industri farmasi, perputaran ekonomi di bisnis tersebut mencapai 6 milyar dollar AS pada 2015, dan penjualan produk farmasi diperkirakan mencapai 9,7 dollar AS pada 2020. Untuk pasar produk pertanian di Indonesia, pertumbuhannya diperkirakan mencapai 200 dollar AS pada 2020. Adapun unggas dan daging sapi, akan meningkat pertumbuhannya sebesar 3-5% per tahun hingga 2020, sementara konsumsinya tumbuh mencapai 4-6% per tahun. (agropustaka.id)

     

  • Peneliti IPB University berhasil menemukan formula pakan ternak yang dapat membantu peternak lebih praktis dan menguntungkan dalam usaha ternaknya.  Mereka adalah Prof Luki Abdullah, Prof Panca Dewi Manu Hara Karti, Prof Rudy Priyanto, Dr Adi Hadianto.

    Inovasi di bidang peternakan ini diberi nama SORINFER, sebuah formulasi pakan komplit berbahan sorgum dan indigofera. Inovasi ini ibarat menjadi penerang di tengah gulita kian tingginya biaya pakan yang bisa mencapai 60 hingga 70 persen dari total biaya produksi.

    Rektor IPB University, Prof Arif Satria ketika meluncurkan produk SORINFER, 29/6 di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat mengatakan, inovasi SORINFER merupakan produk yang strategis mengingat kebutuhan pakan ruminansia di Indonesia sangat tinggi tetapi ketersediaannya masih terbatas. Bahkan, beberapa peternak masih bergantung pada pakan rumput segar. 

    “Pakan ruminansia ini sangat strategis sekali, apalagi konsumsi rumput masih tinggi. Jadi inovasi yang dihasilkan ini, yaitu SORINFER, adalah inovasi yang memadukan teknologi-teknologi untuk meningkatkan kualitas pakan,” kata Prof Arif Satria. Ia akan meminta bantuan para alumni supaya inovasi SORINFER dapat sampai ke masyarakat terutama peternak. Dengan demikian, inovasi IPB University itu dapat dinikmati oleh masyarakat luas. 

    Ketua Tim Peneliti, Prof Luki Abdullah mengatakan, “Inovasi ini diharapkan bisa menjadi penentu keberlanjutan usaha peternakan.” Apa yang dikatakan Prof Luki tidaklah berlebihan.  Pasalnya, industri pakan komplit untuk ternak ruminansia di Indonesia masih belum berkembang karena terlalu kompleks dalam penyediaan bahan pakan sumber serat.  “Umumnya hijauan pakan diproduksi secara tradisional dan dalam skala kecil oleh peternak bukan produsen khusus, “ ungkapnya. 

    Dengan kondisi seperti ini, sebutnya, beternak menjadi lebih sulit dan tidak efisien, padahal di sisi lain minat beternak masyarakat terutama generasi milenial semakin tinggi, karena keuntungan yang menjanjikan dari bisnis ini. “Perusahaan peternak yang pemiliknya kaum milenial cenderung lebih menyukai cara beternak yang mudah, praktis namun harus menguntungkan, “ jelasnya.

    Sebagai upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi dunia usaha peternakan yang menuntut peningkatan keuntungan dan kepraktisan beternak,  Tim Peneliti IPB University ini telah merancang SORINFER sebagai produk pakan komplit fermentasi siap saji dalam kemasan berbahan sorgum dan Indigofera. 

    “SORINFER adalah produk pakan komplit fermentasi baru yang mulai memasuki pasar. Bahan baku utama adalah Sorgum sebagai sumber energi dan Indigofera sebagai sumber protein. Kombinasi kedua bahan yang disusun dengan proporsi yang pas ditambah bahan aditif pakan (berdasarkan hasil penelitian sejak tahun 2017) menjadikan SORINFER sebagai pakan dengan komposisi nutrien yang seimbang dan memenuhi kebutuhan ternak, “ urainya.

    Ia menyebut, SORINFER dengan kandungan bahan kering 53-55 persen, mengandung protein kasar 12-14 persen, TDN 58-60 persen, NDF 49-53 persen, ADF 26-32 persen, energi kotor 3900-4300 Kilo Kalori/kilogram. Dengan komposisi tersebut, ia yakin cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan domba, kambing dan sapi. 

    Dikatakannya, “Selain itu SORINFER hadir sebagai pakan lengkap yang siap saji yang dapat juga digunakan pada saat paceklik hijauan pada musim kemarau, sehingga beternak menjadi lebih praktis, mudah dan menguntungkan karena kandungan nutrisi pada produk ini dirancang sesuai dengan kebutuhan ternak." Menurutnya SORINFER juga banyak diminati peternak dalam kondisi merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), karena dapat mencegah penularan dan berjangkitnya penyakit tersebut. Karakteristik SORINFER yang asam dengan pH 3.8-4.0 dan mengandung asam asetat 1-2 persen dapat menyebabkan virus PMK inaktif.

    Lebih lanjut dikatakannya, "Penggunaan SORINFER dalam ransum bisa mencapai 5 persen dari bobot badan ternak. Hasil kajian di peternak pemberian SORINFER untuk sapi PO bisa mendapatkan pertambahan bobot badan (PBB) rata-rata 0.8 kilogram/hari, dan mampu memulihkan bobot badan sapi lebih cepat dengan PBB mencapai 1.0 kilogram/hari pada sapi yang baru mengalami transportasi."

    Ia menambahkan, berdasarkan testimoni di lapangan, SORINFER disukai ternak. "Sebagian besar ternak yang memulai mengkonsumsi SORINFER akan langsung memakannya. Hal ini disebabkan oleh aroma SORINFER yang wangi seperti aroma tape dan tekstur yang mewakili pakan hijauan berkualitas tinggi perpaduan sorgum dan Indigofera yang dipanen pada waktu yang tepat, sehingga disukai oleh ternak dan memiliki komposisi nutrien serta keseimbangan energi-proteinnya ideal, " tuturnya. Dengan kondisi tersebut, sebutnya, peternak tidak perlu repot-repot untuk mengarit atau mencari hijauan pakan, karena produk ini dapat disimpan hingga satu tahun selama plastik kemasannya tidak bocor, sehingga saat musim kemarau pun akan tetap tersedia bagi ternak.

    "Kemasan SORINFER terdiri dari dua jenis, yaitu menggunakan kantong ganda dengan bagian dalam (inner) kedap udara dan air, dan kantong bagian luar yang melindungi kantong bagian dalam, " jelasnya. 

    Ia menyampaikan bahwa pada tahun 2020 tim Peneliti IPB University bekerjasama dengan BATAN, PT Santana Manggala Karya dan PT Nufeed telah memulai kegiatan pembuatan lini produksi SORINFER melalui pendanaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). "Dan  pada tahun 2021 melalui bantuan pendanaan Matching Fund ditambahkan peralatan dan mesin produksi otomatis untuk menghasilkan produk SORINFER dengan kapasitas produksi mencapai 20 ton/hari, " jelasnya.

    Pengembangan SORINFER ini dilakukan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol(UP3J) dalam rangka membangun IPB Innovation Valley di Desa Singasari Kecamatan Jonggol. Ia menyebut, lini produksi ini selain berfungsi untuk menghasilkan SORINFER untuk kepentingan komersial, juga dirancang sebagai cikal bakal Pabrik Pembelajaran (Teaching Factory), sehingga bisa berfungsi sekaligus untuk pembelajaran dan penelitian mahasiswa. 

    Ditandaskannya, untuk keberlanjutan produksi, pasokan bahan baku terutama sorgum, Tim Peneliti IPB University melakukan kerjasama kemitraan dengan petani di sekitar UP3J. "Kemitraan ini meliputi bantuan benih, teknik budidaya, bantuan pinjaman pupuk, bantuan pinjaman peralatan untuk pengolahan tanah dan pemasaran biomassa sorgum. Secara rutin petani menjual biomassa sorgum ke UP3J untuk dijadikan bahan baku SORINFER, " jelasnya.

    Ia berharap SORINFER ini menjadi solusi permasalahan pakan bagi peternak dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat perdesaan dalam memasok biomassa sorgum dan Indigofera (ipb.ac.id)

  • Pakan merupakan faktor produksi yang memiliki andil besar dalam menentukan keberjalanan usaha peternakan. Sementara itu, harga pakan terutama untuk hewan ternak ruminansia terus meningkat. Hal tersebut dapat disebabkan karena untuk memproduksi pakan ternak ruminansia dibutuhkan komponen konsentrat serta hijauan.

    Dosen IPB University dari Fakultas Peternakan, Prof Luki Abdullah bersama tim penelitiannya mengembangkan pakan ternak yang mengandung nutrisi lengkap dan seimbang dengan nama Sorinfer. Ia menerangkan, Sorinfer dibuat dengan dua bahan utama yakni tanaman indigofera yang berperan sebagai sumber protein berdaya guna (high protein utility) serta sorgum yang berperan sebagai sumber energi mudah tersedia (readily available energy).

    “Pakan ternak siap saji biasanya dalam bentuk kering, proses pengeringan ini memerlukan biaya tinggi. Sorinfer menggunakan teknologi pengawetan fermentasi, sehingga dapat mengurangi cost produksi,” ujar Prof Luki.

    Pakar pakan ternak IPB University itu melanjutkan, Sorinfer disebut sebagai pakan siap saji karena dapat digunakan langsung tanpa memerlukan proses tambahan oleh peternak. Sorinfer dikembangkan agar usaha ternak menjadi lebih mudah dan menguntungkan karena pakan ini dirancang siap saji dan bisa digunakan oleh siapa saja baik peternak yang telah berpengalaman maupun peternak baru.

    Prof Luki menjelaskan, proses pembuatan Sorinfer dimulai dengan memasukkan sorgum dan indigofera ke dalam mesin pencacah, kemudian dicampur dengan bahan lain sebagai pengawet. Setelah tercampur, campuran bahan-bahan tersebut dikemas dalam wadah kedap udara untuk masuk ke tahap fermentasi hingga sempurna dan siap digunakan.

    “Kami mendesain seluruh mesinnya sendiri, kemudian kami berikan kepada pembuat mesin dan mereka memodifikasi hingga terealisasi,” lanjut Prof Luki.

    Prof Luki mengklaim, Sorinfer memiliki kandungan nutrisi yang ideal untuk ternak karena diformulasikan sesuai dengan kebutuhan ternak. Masa simpan Sorinfer terhitung cukup lama yakni bisa mencapai satu tahun, sehingga sangat membantu proses beternak. Kemasan yang kedap udara juga mempermudah distribusi Sorinfer, dengan demikian, Sorinfer dapat digunakan sebagai pakan cadangan saat terjadi bencana alam maupun saat musim paceklik serta untuk kebutuhan pakan transportasi.

    Proses produksi Sorinfer bermitra dengan PT Santana dan dilakukan di Teaching Factory Sorinfer Fakultas Peternakan IPB University di Unit Pendidikan dan Penelitian (UP3) Jonggol. Dengan formula dan merek yang telah terdaftar, saat ini Sorinfer telah memiliki empat produk unggulan yakni pakan transportasi, pakan khusus sapi, pakan khusus domba serta pakan formula khusus. 

    “Selain bermitra dengan industri, kami juga melibatkan masyarakat dalam pengadaan bahan baku serta proses produksi. Hingga saat ini telah ada sekitar 10 hektar ladang yang memasok sorgum untuk Sorinfer dan telah ada 12 orang masyarakat sekitar yang bekerja di Teaching Factory. Ke depannya kami berencana membuat formula Sorinfer khusus untuk sapi perah dengan kombinasi konsentrat dan hijauan yang tepat,” pungkas Prof. Luki (ipb.ac.id)

  • Japfa Foundation melakukan kegiatan sosialisasi penerimaan Program Beasiswa Prestasi tahun 2020 bagi seluruh mahasiswa semester 6 di lingkungan Fakultas Peternakan IPB (04/04/2020). Kegiatan yang diselenggarakan di Auditorium JHH Fapet IPB ini dibuka oleh Dekan Fakultas Peternakan, Prof. Dr. Sumiati, M.Sc. Turut mendampingi beliau Wakil Dekan I, Dr. Ir. Idat Galih Permana  dan Wakil Dekan II  Dr. Rudi Afnan serta Komisi Kemahasiswaan dan Komisi Pendidikan dari Departemen INTP dan IPTP.

    Kegiatan sosialisasi ini dihadiri sekitar 40 mahasiswa semester 6 dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan dan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB. Peserta sangat antusias mengajukan pertanyaan mengenai beasiswa yang ditawarkan Japfa Foundation. Muhammad Ikhsan Almai dan Dian Winarti, sebagai perwakilan dari  Japfa Foundation  menjelaskan mekanisme pelaksanaan, Keuntungan yang akan didapat mahasiswa dan juga persyaratan pendukung apa saja yang diharus disiapkan untuk proses pendaftaran. Program Beasiswa ini diperuntukkan bagi mahasiswa semester 6 (enam) dari program studi yang relevan dengan bisnis JAPFA Group.

    Selain mahasiswa Semester 6, turut hadir juga para penerima Beasiswa Japfa Foundation tahun 2019 yang membagikan pengalaman mereka dalam menjalankan program beasiswa Japfa Foundation. salah satunya menceritakan bagaimana program bimbingan akademik, bahasa inggris dan kegiatan sosial membantu mereka untuk meningkatkan rasa percaya diri pasca lulus, serta menambah pengalaman dalam berbagi ilmu dan berinteraksi dengan masyarakat. Mereka memberikan dukungan kepada Japfa Foundation dan akan membantu serta mendampingi adik angkatan yang berminat mendaftar beasiswa Japfa Foundation 2020.

  • Peneliti IPB University, Prof Iman Rahayu HS dan Dr Komari menciptakan telur omega 3-IPB yang memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang lebih tinggi dibanding telur biasa. Telur ini mengandung Docosahexaenoic acid (DHA), Eicosapentaenoic acid (EPA) dan asam lemak omega 3 lainnya yang sangat baik bagi kesehatan tubuh terutama untuk perkembangan otak balita dan pencegahan penyakit degeneratif manula. “Telur ini diharapkan dapat memberikan peluang peningkatan kualitas gizi masyarakat. Sebab, telur merupakan salah satu sumber protein yang digemari masyarakat. Harganya yang relatif murah serta mudah didapat menjadi alasannya, baik sebagai lauk pauk maupun bahan olahan pangan lainnya,” papar Prof Iman.

    Menurut Prof Iman, telur omega 3-IPB merupakan telur yang berasal dari ayam petelur yang diberikan tambahan pakan berupa suplemen omega-3. Penambahan suplemen tersebut terbukti dapat meningkatkan kandungan DHA hingga sepuluh kali lipat dan EPA 2,4 kali lipat lebih tinggi dari telur biasa, serta kandungan kolesterolnya 50 persen lebih rendah. “Suplemen yang ditambahkan berasal dari limbah industri perikanan. Yaitu minyak ikan hasil limbah industri ikan lemuru serta hasil fermentasi dari ampas tahu. Hal ini  mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi biaya produksi,” kata Prof Iman.

    Lanjut Guru Besar IPB University ini, dalam pengembangan telur omega 3-IPB ini perlu dukungan dan kerjasama berbagai pihak yang terangkum dalam konsep triple helix. Konsep ini mempertemukan pihak akademisi, industri dan pemerintah. Dalam konsep tersebut kontribusi dari pihak-pihak yang terkait akan menghasilkan suatu kolaborasi yang dapat membuat produk dapat dikenal oleh masyarakat luas. Ketiga pihak yang berperan dalam konsep ini harus selalu bergerak melakukan sirkulasi serta saling berintegrasi demi tercapainya tujuan bersama. 

    “Dari konsep triple helix ini dilakukan komersialisasi telur omega 3-IPB. Komersialisasi telur omega 3-IPB skala kecil dimulai dengan skim Satuan Usaha Akademik dari Direktorat Bisnis dan Kemitraan IPB pada tahun 2009, lalu berlanjut sampai telur omega-3-IPB dijual di gerai Serambi Botani. Selain itu, masyarakat dapat membeli telur omega 3-IPB langsung di Fakultas Peternakan,” jelas dosen IPB University ini.

    Agar produk dapat menyebar lebih luas, pada tahun 2013 diadakan hubungan kemitraan dengan distributor telur CV Tirta Super Telur (TST) dalam bentuk joint venture. Kerja sama tersebut berhasil mengkomersialisasikan telur kaya DHA hingga 4.000 butir per minggu dengan populasi ayam yang dipelihara sekitar 750 ekor. Namun, Pada tahun 2018-2019 hasil penjualan menunjukkan penurunan total penerimaan dikarenakan kebijakan produsen untuk mengurangi populasi ayam akibat jenuhnya pasar, sehingga akan dilakukan evaluasi keseluruhan dari aspek produksi, pengemasan produk, pengembangan strategi pemasaran secara online/e-sale, serta pembenahan manajemen pengelolaan.

    Pemerintah juga punya peran penting dalam pengembangan telur omega 3-IPB ini. Salah satunya melalui pendanaan program Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) selama tiga tahun (2017-2019).  “Komitmen dan kerja sama dari ketiga pihak dalam konsep triple helix sangat berperan dalam pengembangan produk inovasi telur omega 3 ini. Ketiga pihak tesebut harus tetap bersinergi agar produk inovasi yang telah dikembangkan hingga saat ini dapat terus dikomersilkan dan juga dapat diproduksi oleh peternak lain. Serta, agar manfaat produk ini dapat terus dirasakan oleh masyrakat, terutama dalam meningkatkan gizi masyarakat sebagai pangan fungsional,” jelasnya. (ipb.ac.id)

  • Medion Group, bekerja sama dengan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengadakan Studium Generale and Sharing Alumni dengan tema “Adaptability in The Workplace” secara virtual pada Rabu (28/9). Acara tersebut dihadiri oleh puluhan peserta yang terdiri dari mahasiswa tingkat akhir dan fresh graduate dari Fapet IPB.

    Dalam sambutannya Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan  Prof. Dr. Irma Isnafia, S.Pt, M.Si berharap kegiatan ini memberi banyak manfaat untuk para peserta “Mudah-mudahan kami bisa mendapat insight baru mengenai endurance, bagaimana sikap dan loyalitas kita untuk bisa berkarir di dunia profesional” ungkapnya.

    Sebelum masuk ke acara inti, para peserta disuguhkan dengan tayangan video mengenai perjalanan 45 tahun Medion dari mulai berdirinya, produk dan lokasi pertama, hingga perkembangannya sampai menjadi perusahaan besar seperti saat ini. Perusahaan manufaktur farmasi di bidang peternakan yang berpusat di kota Bandung dengan cabang yang sudah tersebar di pulau Jawa ini juga telah  banyak menyerap tenaga kerja yang berasal dari Fapet IPB.

    Salah satu alumni Fapet yang bekerja di Medion Grup, Neneng Arofah, S.Pt, hadir sebagai Narasumber pada kegiatan tersebut. Perempuan yang akrab disapa Neneng ini bekerja sebagai Animal Health Technical Support, divisi yang mengurusi edukasi dan konsultasi mengenai produk-produk yang ada di Medion. Dalam kegiatan tersebut, alumni Fapet tahun 2021 ini banyak membagikan pengalamannya selama bekerja Medion “Mulai awal masuk kerja di Medion, saya langsung dibekali dengan training baik itu hardskill maupun softkill, karena saya bergerak dibidang nutrisi, sebagai nutritionist saya juga difasilitasi software formulasi seperti winfeed sampai brill formulation yang biasa digunakan dalam skala industri seperti feedmil” urainya. Hal tersebut membantu dirinya dalam menangani konsultasi dengan tim internal maupun peternak terkait formulasi pakan dan mengembangan  ketrampilan dalam menyusun formulasi pakan. Selain, lingkungan kerja yang saling support, kompetitif yang sehat serta kekeluargaan yang erat tidak hanya sebatas rekan kerja juga ia rasakan selama berkarier di Medion.

    Di lain pihak, Derys Christian, S.T selaku HRD di Medion Group turut hadir sebagai Narasumber Studium General, memberikan kiri-kisi mengenai persiapan menghadapi dunia kerja khususnya di Medion dan untuk peserta, banyak manfaat dan nilai tambah untuk teman-teman yang mengikuti kegiatan ini. Ke depannya, Derys berharapan hubungan antara Medion dan Fapet terus terjalin dan harmonis, sehingga dapat melakukan kerjasama yang lain. (Femmy)

  • Medion Group bekerja sama dengan Fakultas Peternakan IPB University mengadakan Studium Generale dengan tema “Livestock 4.0” secara virtual pada Rabu (3/3). Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 220 mahasiswa dengan dosen tamu yaitu Hermawanto, selaku Farm Management Service Assiant Manager PT Medion.

    Acara Studium Generale ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Peternakan, Dr.Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. dan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof.Dr. Irma Isnafia, S.Pt, M.Si. Dalam sambutannya Dekan Fakultas Peternakan menyampaikan bahwa era Industri 4.0 juga telah memasuki berbagai bidang termasuk di bidang peternakan, khususnya di industri unggas. Oleh karena itu mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari perkembangan teknologi peternakan di era Industri 4.0.

    Pemaparan materi dalam Kuliah Dosen Tamu ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi mahasiswa serta memperkenalkan dunia industri manufaktur  farmasi peternakan.

    Pada kesempatan tersebut, Hermawanto juga mengulas pengetahuan yang membahas tentang perkembangan teknologi peralatan peternakan unggas yang saat ini berkembang ke arah Industri 4.0, seperti penggunaan automatic feeding line, automatic ventilation, software management dan kontrol jarak jauh.

    Para mahasiswa sangat antusias mengikuti materi yang disampaikan, terlebih di akhir acara pihak Medion mengadakan games berhadiah menarik yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

  • Himpunan Mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB  melakukan kunjungan ke Fakultas Peternakan IPB, Rabu, 21 Desember 2016. Kunjungan tersebut dilaksanakan dalam rangka  studi banding dan silaturahmi serta saling sharing seputar manajemen keorganisasian dan pengembangan keilmuan.

    Rombongan yang berjumlah sekitar 12 orang mahasiswa ini diterima oleh perwakilan dari semua Organisasi kemahasiswaan Fapet IPB. Study banding diawali dengan presentasi yang dilakukan di Ruang Kerjasama Fapet IPB. Presentator dari Himarekta ITB diwakili oleh Adna Daniel selaku ketua divisi eksternal. Dari pihak Ormawa Fapet, presentasi dilakukan oleh masing-masing ketua ormawa dari mulai DPM, BEM, Famm Al An'am, Kepal D, Himaproter dan Himasiter. Dalam sesi ini dari masing-masing organisasi memaparkan struktur organisasi dan proker-proker yang ada di masing-masing organisasi.

    Setelah sesi presentasi dan diskusi kemudian para peserta studi banding melakukan kunjungan ke tempat-tempat penting di lingkungan fakultas peternakan sampai ke LK Fapet. Para peserta studi banding berkeliling kandang A dan B sambil menikmati dinginnya dan nikmatnya susu Fapet. Sesi terakhir adalah penyerahan kenang-kenangan dari Himarekta ITB ke Ormawa Fapet dan selanjutnya diadakan foto bersama langsung di lahan pastura kandang B. Pukul 17.15 rombongan dengan menggunakan mobil listrik menuju Masjid Al-Hurriyah untuk selanjutnya pulang ke Bandung (Source : DPM-D Fapet IPB).

  • Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB University sukses gelar Summer Course 2021. Kegiatan summer course yang berlangsung sejak 12 Juli hingga 23 Juli 2021 ini merupakan summer course yang ke-5 yang berhasil digelar. Tahun ini tema yang diangkat adalah “New Normal Challenges and Opportunities: Global Interconnectivity for Animal Production”.
    Pembukaan kegiatan summer course dihadiri oleh Dekan Fakultas Peternakan IPB University, Dr Idat Galih Permana, Direktur Program Internasional IPB University, Prof Iskandar Zulkarnaen Siregar, para wakil dekan, ketua departemen, dosen tamu luar negeri, para dosen Departemen IPTP dan peserta summer course.

    “Kegiatan Summer Course tahun ini diikuti peserta dari 18 negara. Total peserta summer course sebanyak 387 orang dengan 292 peserta dari Indonesia dan 95 peserta dari luar negeri. Peserta dari Indonesia berasal dari 33 universitas dan peserta dari luar negeri berasal dari 20 universitas yang terdistribusi di 14 negara. Yaitu Bangladesh, Malaysia, Filipina, Thailand, Taiwan, China, Jepang, Pakistan,  Nepal, Australia, Turki, Hungaria, Belanda, Bolivia,” jelas Dr Idat.

    Adapun dosen tamu yang mengisi kegiatan summer course ada 18 orang. Yakni empat Dosen IPB University dan 14 dosen dari luar negeri  dengan 14 negara yang berbeda.

    “Yang dari IPB University itu ada Prof Asnath M Fuah, Prof Irma Isnafia Arief, Prof Asep Gunawan dan Dr Maria Ulfah. Adapun dosen tamu dari luar negeri yang akan mengisi di antaranya Prof Steffen Weigend (Germany), Prof Mehmet Ulas Cinar (Erciyes University), Prof Aminul Islam (Bangladesh Agricultural University), Prof Michinao Hashimoto (Singapura), Dr Vincent Guyyonat (Kanada),  Dr Kun Yi Hsin (NCHU, Taiwan), Assoc Prof Akos Bordner (SZIU, Hungaria), Dr Margret Wenker (WUR, Belanda), Dr Autchara Kayan (Kasetsart Univ, Thailand), Assoc Prof Ahmed Gad (Checzh Republic), Dr Salome Atieno Mogose (University of Embou, Kenya), Dr, Muhammad Jasim Uddin (Mudoch University, Australia),” tambahnya.

    Menurutnya, selain kegiatan perkuliahan, summer course dikombinasikan dengan demostrasi kegiatan praktikum lapang secara virtual, virtual exurcion  tentang budaya dan keanekaragaman ternak Indonesia,  diskusi interaktif, tugas individu dan kelompok, presentasi dan penilaian akhir.

    “Di akhir kegiatan, setelah penilaian peserta akan mendapatkan dua kredit poin dengan nama mata kuliah “Summer Course on Animal Production”,” imbuhnya.

  •  

     

     

     

     

     

     

  • Dalam rangka Memastikan kesesuaian Sistem Manajemen Mutu Organisasi serta Memastikan Sistem Manajemen Mutu Organisasi sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2015, Fakultas Peternakan IPB kembali mendapatkan  Surveilllance  ISO 9001: 2015 (7-8 Oktober 2019). Bertindak sebagai auditor eksternal yaitu Bapak Holys dan Ibu Nena dari SUCOFINDO. Ruang Lingkup Audit adalah  pelaksanaan pelayanan akademik di Fakultas Peternakan IPB.

    Audit eksternal yang berlangsung selama dua hari tersebut, diawali dengan Rapat Pembukaan pada Hari Senin, 7 Oktober, pukul 09:30 WIB, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan kesesuaian pelaksanaan kegiatan pelayanan dengan POB yang telah dituliskan dalam dokumen ISO di Bidang Management Representative, dan kemudian dilakukan audit di bidang layanan akademik di tingkat Departemen. Pada hari Kedua, Selasa, 8 Oktober, kegiatan audit dilanjutkan dengan pemeriksaan dokumen bidang akademik, dan ketatausahaan dan infrastruktur/maintenance.

    Dalam Melayani Kebutuhan Pelanggan pada bidang pelayanan akademik, mulai tanggal 1 September 2018, Fakultas Peternakan menerapkan Sistem  Informasi Manajemen Mutu ISO 9001:2015 berbasis Cloud Application (Sismacloud) yang bermanfaat untuk memudahkan pelacakan surat sampai dimana progress pengerjaannya, mempermudah melakukan pengawasan oleh pimpinan, mempermudah pembuatan rekapitulasi keadaan surat. Sistem ini mampu menampilkan pelayanan surat mana yang tidak mencapai sasaran mutu, merekap jumlah surat, mengidentifikasi bagian mana yang paling lama melaksanakan pekerjaannya, menampikan lama pengerjaan tiap bagian, dan lain-lain. Adapun dari tanggapan petugas pelaksana maupun pengguna jasa layanan sudah merasa puas dengan adanya sistem tersebut, yang menjadikan pelayanan akademik menjadi lebih efektif, efisien, terkontrol dan mudah.

    Pada saat acara penutupan Surveillance tersebut, auditor tidak menemukan temuan minor ataupun mayor, dan hanya memberikan saran-saran perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan akademik. Semua menjadi masukan dan koreksi yang sangat berharga bagi Fakultas Peternakan, untuk dapat diperbaiki di masa mendatang, demi terlaksananya pelayanan akademik yang berkualitas. Setelah seluruh rangkaian kegiatan audit ini selesai, maka pada sore harinya sekitar pukul 15.00 dilakukan penutupan oleh Plt. Dekan Fakultas Peternakan.

    Semoga kita dapat terus bersinergi demi kemajuan Fakultas Peternakan IPB, masyarakat, dan bangsa Indonesia.

  • Susu segar khususnya yang baru saja diperah dari hewan ternak, akan sangat cepat basi. Maka dari itu, diperlukan penanganan yang cepat agar susu segar punya daya simpan yang lebih lama.

    Dr. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, salah satu cara pertama untuk menjaga kesegaran susu adalah menyimpannya di lemari pendingin.

    “Segera didinginkan. Kalau bisa di bawah 5 derajat. Karena secara alami susu itu begitu keluar dari ambing hewan sudah mengandung antara 1000-3000 bakteri per mili. Itu normal,” jelas Epi pada Kompas.com, Sabtu (30/5/2020). “Begitu kontak dengan udara, mesin perah, saringan, tangan manusia, itu akan meningkat bakterinya. Supaya ditekan bakteri tidak berkali lipat, makanya didinginkan,” lanjutnya. Sebelum dikonsumsi, agar aman untuk diminum susu juga perlu dipanaskan lebih dahulu atau dipasteurisasi. Cukup panaskan susu dengan suhu 75 derajat celsius selama 15 detik menggunakan panci. Jika sudah, sebaiknya susu harus langsung diminum. Namun jika tak habis, kamu juga bisa menyimpannya di lemari pendingin. Susu yang sudah dipasteurisasi sendiri dan kamu simpan di lemari pendingin, bisa bertahan lebih kurang tiga hari. “Satu minggu juga ada yang bisa, tapi supaya aman lebih baik maksimal tiga hari. Simpan di botol atau tumblr tertutup di kulkas,” kata Epi.

    Jika kamu ingin menyimpan susu lebih lama, bisa juga dibekukan di dalam freezer. Membekukan susu tidak akan mengurangi zat gizinya.  Susu bisa bertahan sekitar 3-6 bulan dalam keadaan seperti ini. “Kalau besoknya mau minum, turunkan dulu ke kulkas biasa. Jangan ke suhu ruang. Sehingga pas besok pagi mau diminum, susu yang di dalam kulkas itu sudah cair kembali. enggak boleh di suhu ruang karena bakteri nanti akan sangat cepat naiknya,” tegas Epi. (travel.kompas.com)

  • Ronny Rachman Noor  ;   Guru Besar Pemuliaan dan Genetika IPB;

    Adjunct Professor di University of New England, Australia

     KOMPAS, 13 Februari 2018

    Dalam beberapa bulan ke depan— menjelang bulan puasa—dapat dipastikan ritual tahunan gejolak harga daging kembali terjadi. Kondisi berulang ini akibat laju produksi daging tidak mampu mengikuti laju permintaan daging.

    Dalam upaya memecahkan masalah inilah program swasembada daging digulirkan lebih dari 10 tahun lalu. Namun, sejak awal, program swasembada daging mengundang pro dan kontra. Data empiris menunjukkan bahwa program swasembada daging tidak akan pernah dapat terwujud jika tidak ada langkah ekstrem dalam pembibitan sapi, tulang punggung penyedia ternak bakalan untuk ternak potong.

    Suplai kurang

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 menunjukkan, populasi sapi potong dalam kurun waktu 2009-2016 di Indonesia sebenarnya sudah sedikit meningkat. Akan tetapi, peningkatan tersebut belum mampu memenuhi permintaan  kebutuhan daging nasional.

    Produksi daging sapi dalam negeri tahun 2017 malah defisit. Sapi lokal hanya mampu menyediakan 354.770 ton daging, sedangkan kebutuhan daging nasional mencapai 604.968 ton. Artinya, produksi daging nasional hanya mampu memenuhi 58,74 persen dari kebutuhan. Untuk memenuhi kekurangan 30-40 persen, pemerintah harus mengimpor sapi bakalan dan daging  (Ditjen PHK, 2017).

    Dari proyeksi Pola Konsumsi dan Produksi Daging Nasional Periode 2014-2020 yang diolah dari Pusdatin Pertanian (2016) diketahui kecenderungan kekurangan pasokan daging di Indonesia akan terus berlangsung sampai tahun 2020.

    Jika data produksi daging dan konsumsi daging rumah tangga diproyeksikan sampai tahun 2020, maka pertumbuhan produksi daging sapi sampai tahun 2020 meningkat 1,93 persen, sedangkan laju peningkatan konsumsi daging pada periode yang sama mencapai 1,35 persen.

    Namun, mengingat produksi daging ini belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi, tahun 2020 akan terjadi kekurangan daging sapi 0,17 persen.

    Belum berdampak

    Program swasembada daging ini harus diakui berhasil menarik perhatian banyak pihak, termasuk dalam hal lebih besarnya pengalokasian anggaran untuk program ini dan program lain  terkait bidang peternakan. Namun, jika dilihat pergerakan pola permintaan dan produksi daging dalam kurun waktu 2014-2020, program ini tidak banyak berdampak pada pengurangan gap antara permintaan dan produksi yang semakin melebar.

    Upaya pengurangan impor sapi dan daging beku yang telah diupayakan dalam lima tahun terakhir memang sudah mulai terlihat dampaknya: penurunan angka impor sapi hidup dan daging, terutama yang berasal dari Australia. Namun, mengingat produk daging  sapi lokal masih belum mampu memenuhi permintaan daging nasional, ke depan impor sapi hidup dan daging masih harus dilakukan.

    Ketergantungan Indonesia akan sapi impor dalam pemenuhan kebutuhan daging memang sudah selayaknya diupayakan untuk terus diturunkan seiring dengan upaya untuk peningkatan produksi daging dalam negeri yang peran sapi lokal di dalamnya cukup besar.

    Di samping pengurasan devisa, impor sapi hidup dan daging beku yang tidak terkendali akan meningkatkan ketergantungan Indonesia pada negara lain. Situasi ini akan menjadi sangat berbahaya ketika suatu saat nanti Indonesia tidak dapat lagi mengimpor sapi dan daging beku karena negara pengekspor menghentikan pasokan akibat perubahan situasi politik, bencana alam, dan faktor lainnya.

    Program peningkatan populasi dilakukan melalui program sapi kembar dan juga pemasukan materi genetik sapi jenis belgian blue. Sapi ini berkarakter double muscle yang saat ini sedang digulirkan oleh Kementerian Pertanian secara matematis dapat meningkatkan produksi daging, tetapi secara teknis kedua program ini akan menghadapi banyak kendala, sehingga tingkat keberhasilan kedua program sangat kecil sebagai solusi dalam upaya peningkatan produksi daging nasional.

    Hilang orientasi

    Kehilangan orientasi dalam program swasembada daging nasional ini memang sangat mengkhawatirkan mengingat keterbatasan anggaran pemerintah. Hal ini mengharuskan penggunaan anggaran secara efisien dan tepat sasaran. Oleh sebab itu, daripada melaksanakan program mercusuar yang berdampak sangat kecil terhadap pencapaian swasembada daging, lebih baik memfokuskan program pemberdayaan ternak lokal melalui peningkatan mutu genetik dan perbaikan manajemen pemeliharaan dan pakan agar produktivitas dan populasinya meningkat.

    Dalam jangka panjang program persilangan antara ternak lokal dan ternak eksotik harus diarahkan untuk membentuk synthetic breed yang komposisi gen dan produktivitasnya lebih stabil sehingga akan berfungsi sebagai ternak bibit dan dapat dikembangkan lebih lanjut melalui perbanyakan populasi ternak silangan dalam mendukung produksi daging nasional.

    Oleh karena itu, ke depan, program pembentukan breed sintetik sapi  Indonesia perlu dijadikan prioritas agar dalam jangka panjang Indonesia memiliki breed sapi yang dapat diandalkan produksi dagingnya dan dapat menunjang kebutuhan daging nasional.

    Perlu reorientasi

    Mengingat sulitnya mewujudkan program swasembada daging nasional, perlu adanya reorientasi visi ke arah  swasembada protein hewani. Melalui program swasembada protein hewani, semua potensi ternak lokal penghasil daging seperti sapi, kambing, domba, ayam, itik, dan kelinci, juga telur seperti telur ayam, itik, puyuh, serta susu , akan dapat dilibatkan untuk mendukung program ini.

    Di samping itu, sektor perikanan diharapkan dapat berperan besar mewujudkan swasembada protein hewani ini melalui peningkatan konsumsi ikan.

    Program terpadu swasembada protein hewani ini diharapkan tidak saja mengefisienkan biaya, tetapi juga menghilangkan sekat-sekat yang selama ini menghambat kerja sama lintas sektor yang sangat diperlukan dalam pembangunan nasional. Dengan hilangnya sekat-sekat ini diharapkan swasembada protein hewani dapat diwujudkan dalam waktu dekat untuk mendukung program peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia mendatang yang lebih cerdas

  • Himpunan Alumni Peternakan (HANTER) IPB bagikan 275 Bingkisan Hari Raya (BHR) kepada seluruh tenaga kependidikan, tenaga keamanan dan kebersihan serta pensiunan di lingkungan Fakultas Peternakan di Auditorium JHH Fakultas Peternakan pada Rabu 27/4. Masing-masing penerima mendapatkan bingkisan berisi 20 produk  yang berasal dari donatur yaitu alumni Fapet antara lain antara lain D34, Persaudaraan D14, D31 dan beberapa angkatan. Selain dari alumni, Bank Syariah Indonesia (BSI) dan beberapa perusahaan seperti MT Farm, Hijrah Food, PT. Berdikari Sarana Jaya, DB Foods. Agrianita Fapet dan IPB 32 juga turut hadir dan mensupport persiapan hingga acara selesai serta didukung oleh Trobos sebagai media partner dalam kegiatan tersebut.

    Melalui tayangan video, Ketua HANTER Dr. Ir. Audy Joinaldy, S.Pt, M.Sc, M.M, IPM, ASEAN.Eng menjelaskan bahwa kegiatan ini terselenggara atas kerjasama seluruh alumni dan dukungan sponsor  “Tali kasih HANTER merupakan bentuk cinta kepada fapet IPB, Insya allah ke depannya akan tetap melaksanakan tali kasih secara rutin dan selalu semoga memberikan dampak positif bagi kita semua” jelas alumni Fapet yang juga merupakan Wakil Gubernur Sumatera Barat ini.

    Penyerahan paket BHR secara simbolis dilakukan oleh Dekan Fapet, Dr. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dan beberapa pimpinan fakultas kepada para tenaga kependidikan Fapet.

    Dekan Fapet sangat mengapresiasi kegiatan Tali Kasih ini dan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada alumni dan kepemimpinan Ketua dan Sekjen HANTER

     “Hari ini HANTER sudah banyak memberikan perhatian kepada kita semua, ini adalah bentuk kecintaan dari alumni yang luar biasa. Saya sangat bangga atas upaya yang sudah dilakukan, hubungannya begitu berat antara alumni dan fakultas” ujarnya

    Sekjen HANTER Iyep Komala, S.Pt, M.Si hadir memberikan sambutan dan laporan terkait acara tersebut. “Penggalangan dana berlangsung sekitar satu minggu dan berhasil mengumpulkan 19 produk dan 1 goodie bag dan sudah ada produk-produk unggulan hasil karya alumni Fapet bahkan ada yg produknya dikirim dari Padang” jelasnya

    Asisten Direktur Hubungan Alumni IPB University, Astridina, S.Sos., M.M. hadir mewakili Direktur Kerjasama dan Hubungan Alumni. Astridina mengatakan bahwa setiap tahun HANTER memberikan donasi berupa tali kasih bingkisan dan hal tersebut adalah sesuatu yang membanggakan “Kami mewakili pimpinan IPB menyampaikan terima kasih atas atensi dan kepedulian para alumni dan mendoakan agar para alumni mendapatkan rezeki lebih. Kami berharap acara ini bisa berlanjut di masa depan dan dapat ditularkan semangatnya” ungkapnya. (Femmy)

  • Himpunan Alumni Fakultas Peternakan IPB University (Hanter) kembali memberikan paket bingkisan hari raya dan bantuan biaya kuliah bagi almamater, 4/5. Sedikitnya ada 250 paket bingkisan yang akan dibagi dan bantuan biaya kuliah sebanyak 37,5 juta rupiah. Biaya kuliah ini akan diberikan kepada mahasiswa yang orang tuanya terdampak pandemi COVID-19.

    Rektor IPB University, Prof Arif Satria turut mengapresiasi upaya Hanter IPB University yang berusaha mengabdi bagi almamater. “Ini adalah bagian dari kita dalam membangun solidaritas antar sesama keluarga besar IPB University terutama di Fakultas Peternakan. Saya yakin Hanter sudah memberikan yang terbaik dan semoga tahun depan masih bisa dilaksanakan dengan jumlah yang lebih banyak,” ungkap Prof Arif Satria.

    Ir Audy Joinaldy, Ketua Umum Hanter IPB  University sekaligus Wakil Gubernur Sumatera Barat mengatakan paket bingkisan hari raya diberikan kepada tenaga kependidikan baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun non-PNS, tenaga kontrak mulai tenaga laboratorium, pegawai yang diperbantukan, petugas keamanan maupun pegawai yang sudah pensiun baik yang sudah meninggal maupun masih hidup. “Sebagai tanda rasa cinta Hanter IPB University bagi almamater, kami ingin memberikan tanda kasih yang diberikan secara rutin setiap tahunnya melalui Tali Kasih,” ujar Audy.

    Pada tahun ini, Hanter memberikan 250 bingkisan senilai 250 ribu rupiah sehingga totalnya senilai Rp 60.500.000. Pada kesempatan yang sama, Hanter juga memberikan bantuan biaya kuliah senilai 37,5 juta rupiah.

    Sekretaris Jenderal Hanter IPB University, Iyep Komala menyebut, bantuan biaya kuliah tersebut diberikan kepada mahasiswa yang keluarganya terdampak pandemi COVID-19 sebesar 2,5 juta rupiah/orang.

    Dirinya berharap, kegiatan Tali Kasih berikutnya dapat mengajak alumni yang lebih banyak sehingga nilai bingkisan juga bertambah. Ia juga menyebut, rasa cinta terhadap almamater juga diwujudkan oleh Hanter dengan membantu keluarga yang menghadapi kemalangan.

    “Kami ingin kegiatan ini terus berjalan. Banyak alumni yang sudah sukses pada berbagai bidang pekerjaan. Saya berharap para alumni baik atas nama perusahaan, pribadi, koordinator angkatan maupun DPD HANTER Provinsi,  dapat berkontribusi dalam Tali Kasih ini,” ujar Iyep Komala (ipb.ac.id)

  • Salah satu tenant Inkubator Bisnis Science Techno Park (STP) IPB University, PT Sugeng Jaya Grup (SJG) berhasil mengembangkan King Worm, Ulat Tepung Kering. King Worm hadir sebagai sumber protein alternatif yang memanfaatkan insekta karena lebih ekonomis, bersifat ramah lingkungan dan mempunyai peran yang penting secara alamiah.

    Koes Hendra, founder dan CEO PT Sugeng Jaya Farm (SJF) yang juga alumni Fakultas Peternakan IPB University mengatakan bahwa produk ini telah beberapa kali diekspor untuk keperluan riset oleh calon konsumen di berbagai negara.
    “Tentu ini membuka lebar peluang untuk menjadi produsen pengekspor serangga kering (Ulat Tepung) pertama dari Indonesia untuk komoditas pangan manusia. Produk King Worm awalnya dikembangkan melalui proses penelitian pakan hewan asal insekta ramah lingkungan dan kaya akan nutrien yang didukung oleh Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Yaitu Prof Asnath Maria Fuah dan Dr Yuni Cahya Endrawati,” ujarnya.

    Saat ini, PT SJF fokus mengembangkan produk-produk bernilai tambah tinggi, baik untuk pakan hewan kesayangan, hewan ternak serta pangan manusia. Di antaranya dikenal dengan brand King Worm, Super Worm, Dried Cricket, Holly Hammy dan Super Feed (untuk komoditas pakan) dan brand MeFu (untuk komuditas pangan).

    Perjuangannya untuk mengembangkan perusahaan ini telah dimulai sejak tahun 2017. Pada tahun 2019, PT SJF bergabung menjadi Tenant Inwall Inkubator Bisnis STP IPB University. Selama masa inkubasi, PT SJF telah mendapatkan fasilitasi dan pendampingan teknis produksi dan manajemen usaha. Seperti penyediaan fasilitas ruang usaha inwall di Leuwikopo, pelatihan, coaching/mentoring, expo dan business matching, serta mendapatkan program insentif Perusahaan Pemula Berbasis Telnologi (PPBT) Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2019.

    Kepala Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB University, Prof Erika B Laconi menegaskan bahwa STP IPB University melalui Program Inkubasi Bisnis berkomitmen untuk menumbuh-kembangkan startup-startup dari kalangan alumni berbasis pengembangan inovasi prospektif hasil riset IPB University.

    “Diharapkan melalui Inkubator Bisnis STP, lahir pengusaha-pengusaha berbasis inovasi yang akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi bangsa,” ujar sosok yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Bisnis dan Inovasi IPB University ini.

    Asisten Bidang Inkubator Bisnis LKST, Deva Primadia Almada menambahkan terkait beberapa capaian kinerja PT SJF selama diinkubasi. Yakni memperoleh legalitas usaha berupa PT Sugeng Jaya Grup (SJG), pendaftaran merek dagang dengan nama King Worm pada DJKI Kemenkumham, Pendaftaran Halal, penyerapan tenaga kerja sebanyak 300 persen, peningkatan omzet hingga 400 persen, peningkatan wilayah pemasaran ke seluruh Indonesia dan ekspor ke beberapa negara di luar negeri (Belanda, Singapura dan Malaysia) - (ipb.ac.id)

  • Ketergantungan bahan baku pakan impor di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Bahan baku pakan sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedelai misalnya tercatat impornya berturut-turut mencapai 4,1 ton dan 4.450.000 ton. Oleh karenanya diperlukan alternatif bahan baku lokal sebagai sumber protein, salah satunya yang berpotensi adalah jangkrik yang dapat dibuat tepung dan memiliki kelebihan berprotein tinggi, mudah dipelihara, murah dan bisa dilakukan pada lahan sempit.

    Hal itu diuraikan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dewi Apri Astuti dalam Online Training Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik, yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring, Sabtu (8/8/2020). Dipaparkan Dewi bahwa protein kasar jangkrik adalah sebesar 58.3%, lemak 10.3%, dengan asam lemak palmitat (16:0) 50.32%, stearate (18:0) 32.06%, oleat 9.77% linoleat 2.34%.

    “Adapun asam amino yang terkandung yakni arginin 3.68%, histidin 1.94%, isoleusin 3.09%, leusin 5.52%, lisin 4.79%, methionine 1.93%, sistin 1.01%, phenilalanin 2.86%, valin 4.42%, alanine 5.55%, glisin 3.62% dan hitin 8%,” jelas Dewi.

    Oleh karena itu ia menyebut bahwa tepung jangkrik berpotensi menjadi sumber bahan baku pakan untuk ayam broilerdan layer, puyuh petelur, burung kicau, maupun ikan hias.

    “Dapat juga dimanfaatkan untuk ternak ruminansia, yakni pada domba sebagai susu pengganti dan pada masa pertumbuhan dan pada kambing bisa diberikan pada masa pertumbuhan, bunting dan laktasi,” katanya.

    Dari serangkaian penelitian yang dilakukannya, ia menyimpulkan bahwa tepung jangkrik ternyata juga mengandung nutrien berkualitas tinggi. Selain untuk unggas kicau, tepung jangkrik dapat juga diberikan pada hewan model tikus untuk meningkatkan imunitasnya, anak kambing atau domba sebagai susu pengganti, anak kambing atau domba sebagai pakan pertumbuhan, induk kambing pada saat menjelang bunting (flushing diet), serta pada kambing pejantan untuk memperbaiki kualitas spermanya (majalahinfovet.com)

  • Berawal dari program Healthy Lifestyles oleh Rektor IPB University, Fakultas Peternakan (Fapet) mengadakan senam Ba Duan Jin  dalam rangka meningkatkan produktivitas pegawai dan keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance). Senam yang berasal Tiongkok ini rutin diadakan setiap Jumat pagi di halaman plaza depan Fapet. Dr. Salundik, Dosen Departemen IPTP Fapet adalah instruktur sekaligus inisiator dari kegiatan tersebut. “Minggu pertama Fakultas sudah melakukan program healthy lifestyles dan saya bertemu Dekan lalu menawarkan untuk mengisi dengan ba duan jin, ternyata Dekan langsung minta untuk mengisi minggu depan dan berlanjut”jelas pria yang akrab disapa Pak Sal ini.

    Dalam wawancara selepas sesi latihan, Pak Sal bercerita mengenai Ba Duan Jin yang diikuti di Perguruan Chikung Kylin Budaya Indonesia dan ada cabangnya di Bogor “Saya ikut disana belajar chikung, banyak macam geraknya, salah satunya ba duan jin dan kami memanggil guru khusus yang datang dari shaolin yang sedang melaksanakan program overseas”ungkapnya. Guru tersebut bahkan  pernah tampil di RCTI pada tahun 90an. 

    Bermacam variasi ba duan jin, ada yang menyebutnya 8 lapisan sutra, tapi intinya ada gerakan, hanya cara masuknya beda. “Untuk melakukan gerakannya, kita harus melakukan dengan hati, bedanya kalau dari Tiongkok ini, kita harus tahu namanya, supaya kita dalam melakukan gerakan nya bisa tahu apa maksudnya, misalnya bangau terbang menembus awan, kita harus membayangkan sedang terbang, di sekitar kita ada awan. Jadi penuh dengan perasaan, makannya taichi kalau di salah satu sisi orang bilang adalah meditasi gerak, karena pikirannya fokus, rileks, mendiamkan pikiran lain. Lagu hanya membawa kita untuk lebih rileks dan lebih fokus”jelasnya. 

    Pak Sal yang sudah berlatih dari tahun 2008 ini juga sedikit menerangkan sejarah ba duan jin dari ribuan tahun yang lalu, kala itu, Jendral Yue Fei yang hidup pada masa dinasti Song, melihat pasukannya lesu dan  tidak semangat. Maka dia menciptakan gerakan ini dan tujuannya untuk merangsang jalur meridian di dalam tubuh, sehingga menjadi sehat, kuat. Untuk harapan selanjutnya, selain latihan yang rutin, Pak Sal memiliki cita-cita pada ajang Dies Natalis IPB ke depan, ba duan jin tampil bisa tampil di pembukaan atau penutupan acara tersebut. 

    Salah satu peserta latihan, Eneh Maesaroh, S.Si yang tidak pernah absen mengikuti dari awal diadakan latihan, mengaku cocok dengan senam ini “Mungkin karena usia, tidak terlalu banyak gerakan loncat. Olah nafas yang membuat segar, ringan & fit. Pengalaman sebelumnya pernah mengikuti olah nafas yang mirip, namun terhenti ketika pandemi. Sekarang di Fapet mulai lagi & jam kerja jadi tidak mengganggu waktu libur” ujar PLP dari Departemen INTP Fapet ini. (Femmy).

  • Pangan asal hewan memiliki keunggulan antara lain bernilai gizi tinggi, yakni adanya protein (asam amino esensial), lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat. Namun di sisi lain, bahan pangan tersebut mudah busuk, rentan rusak, dan berpotensi berbahaya bagi. Untuk menekan munculnya risiko berbahaya, maka penanganan pangan asal hewan sebaiknya dilakukan dengan penerapan good hygiene practices (GHP), penerapan sistem rantai dingin cold chain system, dan penerapan jaminan keamanan pangan – yang implementasinya dapat berupa NKV, sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), atau ISO 22000:2018.

    Hal itu dijelaskan oleh Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Syamsul Maarif dalam Pelatihan Manajemen dan Sistem Penjaminan mutu Ruminansia yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) di Bogor pada 15 Juli 2019 di Kampus IPB Darmaga, Bogor. Kegiatan tersebut berlangsung dua hari, dengan acara hari ke-2 adalah kunjungan ke RPH Pramana Pangan Utama.

    Dalam proses produksi pangan asal hewan sejak dari kandang hingga ke meja makan harus selalu menjaga higiene dan sanitasi. Samsul menjelaskan, higiene pada prinsipnya merupakan seluruh tindakan untuk mencegah atau mengurangi kejadian penyakit yang merugikan kesehatan. Adapun sanitasi yakni upaya menciptakan segala sesuatu yang higienis dan kondisi yang menyehatkan. “Higiene menyangkut pangan dan personal yang menangani produk pangan asal hewan, sedangkan sanitasi menyangkut tentang lingkungan sekitar pangan,” jelas Syamsul.

    Aspek higiene dan sanitasi ini merupakan aspek penting dalam penilaian pemberian nomor kontrol veteriner (NKV). Pemberian NKV dimaksudkan sebagai upaya penjaminan pangan yang aman sehat utuh dan halal, meningkatkan daya saing produk serta perluasan pasar, dan untuk kemudahan dalam penelusuran produk pangan asal hewan. (agropustaka.id)