News

  • Departemen Kajian, Aksi Strategis dan Advokasi (Kastrad) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan IPB University menggelar acara Diskusi Kandang Chapter 1 denganTema "Mengungkap Permasalahan Komoditas Susu di Indonesia" (21/3). Diskusi Kandang merupakan forum diskusi dalam bentuk symposium dengan narasumber dari berbagai pihak yaitu akademisi, pemerintahan, dan pelaku peternakan. Tujuan acara ini  adalah untuk mengungkap permasalahan susu nasional yang terjadi di dalam  negeri dengan mensinkronkan kejadian dilapang  antara  di pemerintah, peternak  dan data akademisi. Oleh karena itu acara webinar Diskusi Kandang kali ini dihadiri oleh para narasumber yang sesuai bidangnya.

    “Ada banyak hal yang harus kita selesaikan dalam bidang persusuan, di sisi lain kalau kita lihat populasi dan juga produktivitas sapi perah di Indonesia juga relatif masih tetap, kalau kita lihat di data BPS saat ini angka populasi sapi perah ada sekitar 580.000 ekor dengan rata-rata kepemilikan sekitar 4 atau 5 ekor per peternak, hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi di persusuan ini belum begitu menarik di mata para investor” ujar  Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Idat Galih. Permana, M. Sc.Agr di hadapan sekitar 110 peserta diskusi. Lebih lanjut, Dr. Idat menambahkan bahwa kunci yang bisa memicu investasi adalah masalah harga. Insentif harga ini sangat penting bagi para peternak, sehingga menumbuhkan gairah untuk kembali bekerja atau kembali menekuni bisnis peternakan ini, khususnya sapi perah.

    Beberapa Narasumber pengisi  acara Diskusi Kandang  yaitu Dr. Epi Taufik, S.Pt., MVPH., M.Si (Dosen Fakultas Peternakan IPB University) yang pertama kali memaparkan materi dan menjelaskan tentang persusuan dalam negeri dari data yang  ada sesuai dengan segi akademisi. Selanjutnya ada Ir. Cisilia Esti Sariasih (Koordinator Bidang Substansi Ruminansia Perah) mewakili Ir. Sugiono, M.P (Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Kementan RI). Dalam pemaparannya, Ir. Cisilia Esti Sariasih menjelaskan  tentang strategi pemerintah dalam  peningkatan  dan pemenuhan  kebutuhan sapi perah dengan berbagai  kebijakan dan peraturan serta data-data yang ada tentang produksi susu perah dalam negeri segi pemerintah. Hadir pula pemateri dari Dewan Persusuan Nasional Teguh Budiayana memberi informasi  yang  ada terkait permasalahan persusuan dengan data di lapangan.

  • Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB (BEM-D) menyelenggarakan acara : KPI -  Kajian Peternakan Indonesia,  pada hari Sabtu, 27 Mei 2017. Acara yang diselenggarakan di Auditorium JHH Fapet IPB tersebut menghadirkan narasumber : menghadirkan Ir. H. Suswono, MMA (Menteri Pertanian RI ke-26), Drh. Nanang Purus Subendro selaku peternak sapi potong Lampung, dan Prof. Dr. M. Firdaus, S.P, M.Si selaku pengamat ekonomi.

    KPI "Kajian Peternakan Indonesia" dengan  tema "Mengupas Impor Daging Kerbau dan Mengawal Harga Daging Sapi Menjelang Bulan Ramadhan" merupakan program kerja dari BEM-D yang bertujuan untuk mengkaji secara lebih dalam tentang keadaan peternakan di Indonesia.  Kajian yang dimoderatori oleh   Tri Wahyudi (Wakil Ketua BEM-D Fapet IPB 2015/2016) menghasilkan  beberapa poin penting diantaranya :

    1. Perlu dilakukan sensus populasi ternak khususnya ruminansia secara tepat dan akurat.
    2. Kesadaran politik rakyat harus ditingkatkan.
    3. Impor diperbolehkan hanya untuk memenuhi kekurangan daging dalam negeri
    4. Penentuan harga impor sebaiknya diberikan juga subsidi
    5. Untuk mencapai swasembada harus tersedia populasi ternak melalui peningkatan jumlah indukan.
    6. Untuk meningkatkan daya beli rakyat, peran pemerintah sangat diperlukan misalnya membuka lapangan pekerjaan dan mensejahterakan rakyat
    7. Usaha feedlot dalam negeri yang hanya mengandalkan bahan pakan dalam negeri sulit untuk berkembang
    8. Peternak tidak menikmati kenaikan harga daging saat menjelang lebaran
    9. Kenaikan harga daging mungkin untuk menutupi kerugian harga bahan-bahan lain yang tidak laku saat menjelang lebaran
    10. Harga daging saat ini, sudah mendapat subsidi dari peternak
    11. Impor daging kerbau dari India akan merugikan peternakan rakyat
    12. Kebijakan pemerintah untuk peternakan sebaiknya berkelanjutan
    13. Kebijakan pemerintah saat ini seperti berkebalikan, pada siwab bertujuan untuk swasembada daging (meningkatkan populasi ternak dan jumlah peternak) sedangkan kebijakan yang satunya adalah mengimpor daging kerbau dari India.
    14. Kebijakan pemerintah harus sinergi dengan produsen dan konsumen.

    Dengan adanya kajian tersebut diharapkan dapat menjadi  input positif bagi kondisi peternakan di Indonesia. (Sumber BEM-D Fapet)

  • Himpunan Alumni Peternakan IPB (HANTER) kembali memberikan sumbangsihnya dalam pemberian sembako gratis untuk tenaga kependidikan di lingkungan Fakultas Peternakan IPB (Jumat, 31/05/2019).  Kegiatan yang dilakukan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1440 H itu diselenggarakan di Auditorium Jannes H. Hutasoit . Pada kegiatan tersebut dibagikan sekitar 150 buah paket sembako kepada tenaga kependidikan yang meliputi,staf kependidikan, tenaga penunjang kebersihan, staf keamanan kampus dan lab lapang, dan tenaga

    Wakil Dekan Sumberdaya, Kerjasama, dan Pengembangan Dr. Rudi Afnan mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Hanter atas sumbangsih yang diberikan kepada tenaga kependidikan di Fapet IPB. Dalam sambutannya, Rudi berharap agar pada masa mendatang Hanter dapat lebih berkembang ke arah yang lebih baik, dengan banyak dibentuknya Dewan  Pimpinan Derah (DPD) Hanter di Berbagai daerah di Indonesia. "Pemberian Sembako gratis ini merupakan bukti bahwa Alumni Peternakan tetap peduli terhadap Fakultas Peternakan IPB, yang merupakan ungkapan tali kasih dari Hanter" lanjutnya.

    Ketua Hanter, Audy Joinaldy menuturkan, bahwa banyak alumni Fakultas Peternakan yang menjadi sosok sukses di Indonesia. Kesuksesan mereka tidak akan terjadi apabila tidak ada tenaga kependidikan yang  mendukung dalam kegiatan belajar mengajar sewaktu mereka melaksanakan perkuliahan di Fapet "pemberian sembako ini sebagai bentuk apresiasi Hanter terhadap tenaga kependidikan di Fapet IPB, karena dengan  adanya mereka maka banyak alumni Fapet IPB yang berhasil" tuturnya.

    Himpunan Alumni Peternakan IPB adalah wadah untuk para alumni Fakultas Peternakan di IPB. Bertujuan untuk menjadi wadah bersilaturahmi, bertukar pikiran, berbagi informasi dan peluang, serta mendapatkan informasi terbaru mengenai kampus kita tercinta. HANTER dibuat khusus untuk para Alumni Fakultas Peternakan IPB dari segala jurusan, asal daerah, suku bangsa, ras, agama, Diploma, Sarjana maupun Pasca Sarjana, yang masih berkecimpung di dunia Peternakan maupun yang tidak, Pekerja maupun Wirausaha, untuk berbagi mengenai informasi seputar dunia peternakan dan kampus Fapet IPB.

  • Sebagai perwakilan Jawa Barat, Sugih membawa projek sosial yang berjudul Agreeneration (Agriculture Generation) bersama komunitas Bogor Youth Impact untuk menciptakan generasi pertanian masa depan melalui pendidikan pertanian. Selain itu, Agreeneration juga membuat konsep urban farming dalam satu RW yang dikelola bersama untuk mengurangi angka pengangguran pada usia muda dalam memanfaatkan potensi lokal daerahnya. Agreeneration juga bertujuan untuk mempersiapkan pemuda tingkat RW dalam bonus demografi yang akan datang. Proyek ini berhasil menjadi proyek terpilih dalam pendanaan dan mentorship dari Kedutaan Besar Amerika di Jakarta pada acara Youth For Sustainable Development Small Grants Competition. (ipb.ac.id)

  • Dalam rangka mempererat hubungan civitas akademika, khususnya Fakultas Peternakan, dan umumnya Institut Pertanian Bogor dengan masyarakat, Biro Pengabdian Masyarakat Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak 2015/2016 Institut Pertanian Bogor (HIMASITER) mengadakan program BINA DESA, di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Bogor, tanggal 2 Oktober 2016, pukul 12:00 s/d selesai.

    Dalam kegiatan tersebut dilakukan beberapa kegiatan diantaranya: pemaparan materi oleh Pristian Yuliana S Pt, M Si tentang Pengembangan Pakan Berbasis Sumber Daya Lokal Usaha Peternakan Domba di Indonesia dengan Dukungan Teknologi, dan Penyemaian benih indigofera yang dijelaskan oleh Rini Yuniarty. Mahasiswa INTP Angkatan 52 mempraktekkan pelatihan pembuatan silase & amoniasi yang dipandu oleh Gede Made. Pada kegiatan itu juga dilakukan penanaman bibit Indigofera yang dipandu oleh Syahril Abdullah. Selain itu juga, HIMASITER membagikan benih Indigofera kepada masyarakat.

    Program Bina Desa merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat. Tujuan dari Bina Desa adalah membangun dan mempererat hubungan civitas akademika dengan masyarakat. Lewat program itu, diharapkan mahasiswa dapat membantu warga desa untuk mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada.

  • Fakultas Peternakan IPB University bersama Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) menghadirkan Dr Rudi Afnan, SPt, MScAgr dalam pelatihan online mengenai Logistik Perunggasan yang bertajuk Kesejahteraan Hewan pada Transportasi Unggas, (9/6).  

    Transportasi hewan ternak atau unggas merupakan usaha pemindahan binatang hidup baik menggunakan transportasi darat maupun laut.  Transportasi unggas sudah ada sejak abad ke-17 dan hewan ternak perlu diperlakukan selayaknya manusia”, ujar Rudi Afnan, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Perternakan (IPTP) sekaligus Wakil Dekan Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan IPB University.

    Transportasi unggas merupakan proses yang dimulai dari persiapan, pemuatan, perjalanan, penurunan dan penangangan. Penurunan kualitas dan kuantitas umumnya karena terjadi kesalahan sejak di persiapan transportasi. Pada umumnya masyarakat belum mengerti hal ini makanya perlu adanya edukasi kepada masyarakat,” ujarnya.

    Dalam pelatihan tersebut, Dr Rudi juga mengungkapkan bahwa sudah ada kesepakatan mengenai indikator dari kesejahteraan hewan. Ada lima aspek kesejahteraan hewan diantaranya adalah bebas dari haus dan lapar, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, bebas untuk mengekspresikan perilaku normal dan bebas dari rasa takut dan stress.

    “Tujuan transportasi ternak diantaranya untuk disembelih, diperdagangkan, kegiatan olahraga, dipamerkan, budaya dan keagamaan atau rumah sakit hewan,” tutur Dr Rudi.

    Ia juga mengungkapkan efek lain dari adanya transportasi ternak, seperti adanya penurunan kualitas kesehatan ternak dalam jangka panjang, adanya susut dan kematian.
    Susut artinya bukan hanya penurunan berat badan ternak tetapi juga kecacatan akibat dari adanya transportasi tersebut yang mana dapat mengurangi nilai jual atau kualitas ternak itu sendiri. Kemudian kematian unggas dalam kegiatan tersebut tidak selalu karena adanya perjalanan melainkan juga karena penanganan yang dilakukan tidak semestinya baik saat persiapan transportasi atau saat penurunan setelah dilakukannya perjalanan.
    “Standar susut dan mati berbeda tergantung dengan perusahaan. Umumnya 2-3 persen. Dan kejadian mati jarang terjadi kecuali ada kecelakaan tertentu. Kemudian untuk mati disebabkan karena penanganan bukan saat di perjalanan,” tambahnya.

    Salah satu kendala dalam transportasi unggas adalah cekaman panas dan cekaman kepadatan dalam kandang angkut saat di perjalanan. Efek dari cekaman tersebut selain berpengaruh kepada kesejahteraan ternak, juga pada kualitas unggas seperti meningkatnya radikal bebas dan reactive oxygen species, yang secara kasat mata tidak tampak dari luar berbeda dengan memar, patah tulang dan sebagainya.

    “Radikal bebas mempengaruhi tingkat stres unggas. Pemberian vitamin jauh hari sebelum kegiatan transportasi dapat mengurangi kadar kesusutan. Radikal bebas juga dapat dikurangi dengan pemberian vitamin dan mineral yang baik dan benar pada unggas,” pungkasnya (ipb.ac.id)

  • Prof Anuraga Jayanegara merupakan dosen IPB University yang berhasil meraih gelar profesor termuda di usianya ke 37 tahun. Ia juga berhasil menyandang gelar Guru Besar IPB University bahkan namanya baru saja masuk daftar Top 2% Scientist in the World tahun 2022. Daftar ilmuwan top ini dirilis Elsevier BV yang diperbarui tiap tahun. 

    Dalam acara 2 Hours with ASASI (Akademisi dan Saintis Indonesia) Bincang-bincang bersama top 2% Worlds Scientist, Prof Anuraga mengatakan, kolaborasi riset merupakan salah satu modal untuk menghasilkan berbagai artikel ilmiah yang mampu menembus jurnal internasional.

    “Ilmuwan harus mampu mengembangkan diri bersama-sama sehingga mampu memberikan dampak positif yang jauh lebih besar dalam membangun ‘empire’,” katanya. 

    Ia menilai, cara membangun kolaborasi riset dapat dimulai dari circle pertemanan paling kecil, yakni kolega di kampus. Ia mencontohkan seperti bersama dengan rekan-rekan satu laboratorium atau divisi keilmuan. Meskipun demikian, membangun bersama kolega terkadang  memiliki realitas yang unik.

    “Tentunya dengan berbagai karakter yang ada, kita perlu bersama-sama membangun kolaborasi ini. Apabila ada perbedaan dan perselisihan adalah hal yang wajar, merupakan dinamika orang yang tumbuh bersama,” katanya.

    Dosen IPB University itu melanjutkan, ilmuwan harus mampu memisahkan urusan pribadi dan urusan profesional. Di samping bersama kolega, riset kolaborasi juga dapat berbasis mahasiswa. Sebagai dosen, ia melanjutkan, harus memberikan arahan dan bimbingan agar mahasiswa dapat berkembang. Tidak hanya itu, dosen harus membuka ruang untuk mahasiswa menyampaikan ide sebagai kolaborator dan menghasilkan maha karya terbaik.

    “Mahasiswa akan merasa nyaman dengan kita dan akan keluar potensinya. Setelah lulus harus dijaga silaturahim agar nantinya dapat dibangun kembali riset bersama terutama karya ilmiah yang dihasilkan rata-rata berkolaborasi bersama mahasiswa,” ujarnya.

    Dalam konteks pendidikan atau student based ia mengatakan, dosen harus mampu membentuk mahasiswa dengan nilai-nilai yang baik, menjaga kualitas riset, dan membuat mahasiswa tumbuh sebagai ilmuwan profesional.

    Sementara, riset berbasis kolega di luar kampus dapat dimulai dengan berkiprah sebagai anggota dan pengurus asosiasi untuk menguatkan jejaring. Organisasi dapat menjadi wadah bagi ilmuwan untuk saling belajar.

    “Kolaborasi riset ini juga dapat berbasis pelatihan. Ilmuwan tidak boleh lalai dalam mengembangkan diri dan menjadi educator terbaik bagi para mahasiswanya. Tentu hal ini bergantung pada inisiatif diri sehingga harus terus aktif dalam menjalin jejaring,” kata Prof Anuraga (ipb.ac.id)

  • Media memiliki peran dalam penyebaran informasi kepada masyarakat. Untuk itu, bagi sebuah institusi, menjalin hubungan baik dengan media adalah penting. Hal ini disadari oleh Bagian Humas, Biro Komunikasi Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan mengadakan kegiatan Press Gathering di Mitra Tani Farm (MT Farm), Tegal Waru Ciampea, Bogor (30/10). Kegiatan ini dihadiri oleh wartawan berbagai media.

    Kepala Biro Komunikasi IPB, Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa MT Farm sendiri merupakan usaha peternakan milik alumnus IPB, Budi Susilo Setiawan, S.Pt yang sudah memulai usaha budidaya domba sejak masih mahasiswa. 

    “Mas Budi adalah adalah salah satu kebanggaan IPB yang sejak dulu hingga kini konsisten dalam pembinaan masyakarat dan pengembangan peternakan,” ujarnya.

    Dalam Press Gathering ini, Budi (37 tahun) memaparkan sepak terjang bisnisnya, yang awalnya hanya ternak domba hingga saat ini yang sudah merambah pada bisnis properti.

    Budi mulai merintis usaha budidaya domba tersebut saat dirinya masih tingkat dua di IPB. Bagi Alumni Fapet angkatan 37 ini, dengan berwirausaha ia dapat mengekpresikan potensi diri serta mampu mengaplikasikan ilmu yang dimiliki. Khususnya ilmu peternakan yang pernah ia dapatkan di IPB.

    Pada tahun 2004, Budi memutuskan untuk memilih usaha peternakan domba. Usaha domba dipilihnya tak lepas dari dua alasan penting. Pertama alasan ideologis. Ia mengatakan bahwa dalam ajaran Islam, menjadi peternak domba itu akan melatih seseorang memiliki karakter lembut hati, tekun, rajin dan mampu belajar menghargai proses.

    Kedua, alasan data. Bahwa saat ini ketersediaan domba berbanding dengan penduduk Indonesia hanya 1:10. Artinya, jika sepuluh persen penduduk Indonesia berkurban, maka stok domba dalam negeri kita sudah habis. Oleh karena itu, bisnis ini akan sangat potensial.

    Sukses dalam bisnis peternakan domba tak membuat Budi puas, sejak empat tahun lalu ia juga melebarkan sayap bisnisnya di sektor properti melalui PT. Mitra Buana Asri Sentosa. Sudah berbagai proyek perumahan dan kavling terjual, seperti Tasnim Homestay, Tasnim Riverside dan Tasnim Garden. Nama yang terakhir merupakan bagian yang akan menjadi kawasan Geopark Pongkor yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.

    Budi juga menyampaikan tentang empat hal yang menjadi kunci dirinya bisa terus konsisten sampai hari ini.

    “Ada empat hal yang menjadi motivasi saya dalam bekerja, sebuah intisari yang diambil dari surat al-Ashr. Yakni yakin, usaha yang optimal, ilmu dan sabar. Yakin bahwa apapun usaha yang kita akan jalankan adalah baik, benar dan bermanfaat. Kemudian usahakan secara optimal dan sebaik mungkin. Terus belajar dan berbagi ilmu, dan terakhir sabar dalam menjalani proses,” tuturnya.

    Setelah menceritakan pengalamannya, Budi mengajak peserta untuk melihat langsung kawasan peternakan yang ia miliki. Di kawasan ini, Budi menunjukkan salah satu bisnis unik yang dikembangkannya yakni hotel qurban. Di bisnis ini, Budi menawarkan kepada orang-orang yang akan melaksanakan ibadah qurban, bisa menitipkan ternak muda untuk kemudian dirawat dan dibesarkan di hotel qurban, hanya dengan membayar biaya perawatan sebesar lima ribu rupiah per hari.

    Press Gathering ini diakhiri dengan pengumuman pemenang Lomba Karya Jurnalistik Dies Natalis IPB ke-55. Lomba ini terdiri dari tiga kategori yaitu kategori karya tulis, fotografi dan video.

    Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan IPB mampu terus menjaga hubungan baik dengan media agar inovasi dan informasi yang dimiliki institusi dapat tersampaikan kepada khayalak masyarakat, salah satunya kisah sukses Budi ini (ipb.ac.id)

  • Pusat pembibitan (breeding center) domba premium Institut Pertanian Bogor (IPB) mengadopsi teknologi Omics dengan melakukan studi langsung ke Department of Animal Science, University of Wisconsin, Amerika Serikat (AS).

    Teknologi Omics merupakan pendekatan teknologi berbasis molekuler genetik, di antaranya genomik, transkriptomik, proteomik, dan metabolomik untuk meningkatkan sifat-sifat ternak secara lebih efisien dan presisi.

    “Dalam upaya mendalami teknologi (Omics) ini, kami mengunjungi Department of Animal Science, University of Wisconsin di Amerika Serikat pada 10-17 November 2024,” kata Guru Besar Bidang Ilmu Pemuliaan dan Genetika Ternak Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Prof Dr.agr. Asep Gunawan, M.Sc dalam taklimat media yang diterima di Bogor, Jawa Barat, Ahad.

    Asep Gunawan yang merupakan inventor domba premium IPB bersama Wakil Dekan Bidang Sumber Daya dan Kerja Sama Fapet IPB University, Prof Dr Sri Suharti melawat ke AS dalam upaya mendalami teknologi itu.

    Selama kunjungan, mereka berdiskusi langsung dengan pakar-pakar ternama, mempelajari teknologi Omics secara praktik, hingga mengunjungi laboratorium lapangan serta pusat riset pembibitan domba.

    Diskusi mendalam dilakukan dengan ahli-ahli di bidang teknologi Omics, di antaranya, Prof Dr Hasan Khatib (ahli transkriptomik dan epigenetik), Prof Dr Guilherme Rosa (ahli manajemen data pemuliaan), Prof Dr Brian Kirkpatrick (ahli seleksi genomik), dan Prof Dr Tom Crenshaw (ahli nutrigenomik).

    Kemudian, Dr Francisco Penagaricano (ahli genetika kuantitatif), Dr Sofia Ortega (ahli fisiologi reproduksi dan gene editing), Dr Hilario Mantovani (ahli mikrobiologi ruminansia), dan Dr Mehmet Kizilasian (ahli bioinformatika).

    Ia menjelaskan kunjungan itu tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga memberikan pengalaman praktis dalam penerapan teknologi Omics pada pengelolaan pusat pembibitan dan produk daging ternak.

    Selain belajar di laboratorium, kata Ketua Departemen (Kadep) Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fapet IPB University itu, tim IPB juga mengunjungi “breeding station” domba di Arlington, Wisconsin.

    Pusat penelitian ini mengelola sebanyak 350 ekor domba dari berbagai jenis, seperti Hampshire, Targhee, Polypay, Rambouillet, dan silangan Baroola-Rambouillet.

    “Di sini, teknologi Omics diterapkan untuk menghasilkan generasi baru domba Polypay dengan keunggulan produktivitas tinggi, seperti kelahiran anak kembar, pertumbuhan cepat, dan tingkat mortalitas rendah,” kata Ketua Himpunan Ilmuwan Peternakan Indonesia (HILPI) itu.

    Ia menjelaskan sistem pemeliharaan terpadu dilakukan untuk memastikan kualitas bibit dan produk daging, mulai dari manajemen kelahiran, perawatan anak, hingga monitoring bobot sapih.

    University of Wisconsin, kata dia, juga memiliki pusat riset hilirisasi produk daging, memastikan hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk komersialisasi produk ternak berkualitas.

    Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari kunjungan ini, katanya, akan menjadi dasar penting bagi Fapet IPB dalam mengadopsi teknologi Omics di pusat pembibitan domba premium.

    “Langkah ini diharapkan mampu menghasilkan bibit unggul dan produk daging domba berkualitas tinggi dengan sistem manajemen yang efisien,” katanya.

    Kunjungan itu, kata dia juga mereaktivasi kerja sama antara IPB dan University of Wisconsin melalui program pertukaran staf, mobilitas mahasiswa, serta kolaborasi riset.

    Dengan demikian, tambahnya, IPB terus mengukuhkan posisinya sebagai pelopor inovasi di bidang peternakan yang berdaya saing global.

    Fapet IPB berkomitmen menghadirkan terobosan baru dalam dunia peternakan melalui pengembangan pusat pembibitan domba premium bertaraf nasional dan global.

    Salah satu langkah strategisnya adalah mengadopsi teknologi Omics, pendekatan berbasis molekuler yang memungkinkan seleksi bibit unggul dan peningkatan kualitas produk ternak secara lebih efisien dan presisi.

    Teknologi Omics mencakup berbagai disiplin ilmu, seperti genomik, transkriptomik, proteomik, dan metabolomik, yang mampu menggali potensi genetik ternak untuk menghasilkan sifat-sifat unggul.

    Dengan teknologi ini, IPB optimistis menghasilkan domba premium yang tidak hanya unggul di tingkat nasional, tetapi juga kompetitif secara global.

    Langkah ini menjadi tonggak baru dalam pengembangan peternakan modern, membawa Indonesia menuju kemandirian dan kejayaan dalam industri peternakan, demikian Asep Gunawan. 

  • Dengan membuat disain methane detector dari bentuk sirkuit menjadi digital, Sofyan, S.S, Manajer Teknis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mewakili IPB dalam Lomba Akademisi Berprestasi Tingkat Nasional Kategori Pranata Laboran. “Karya saya tersebut sudah didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Peluang terbuka bagi saya dapat menjual alat ini jauh lebih murah dibandingkan dengan membeli dalam bentuk utuh, dan sudah ada peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Loka Penelitian Kambing Potong Kementerian Pertanian, Propinsi Sumatera Utara yang memesan alat methanedetector ini apabila sudah dikomersialisasikan,” ungkap Sofyan.

    Keunggulan methane detector ini diantaranya: disain lebih praktis dan sederhana sehingga dapat dibawa ke lapangan, metode analisis lebih sederhana, waktu analisis lebih cepat, pemakaian bahan kimia lebih hemat, pengoperasian alat lebih mudah dipahami, akurasi data analisis lebih valid, pelayanan pengabdian masyarakat lebih efektif  dan efisien serta biaya pembelian lebih murah.

    Selain disain methane detector, Sofyan juga membuat inovasi berupa alat-alat laboratorium dari alat-alat yang sederhana yang dipakai ibu rumah tangga sehari-hari di dapur seperti hotplate biasa. Alat-alat tersebut sangat menunjang pelaksanaan praktikum agar  lebih efektif dan efesien. Terlebih jumlah alat-alat laboratorium terbatas tidak sebanding dengan jumlah kelompok praktikum mahasiswa. Alat ini sangat penting pada proses destruksi protein untuk mengetahui kadar protein bahan pakan yakni memanaskan sampel. Kekurangan hotplate biasa ini  adalah proses pemanasannya agak lama. “Namun saya mensiasatinya dengan menambahkan katalisator agar proses destruksi proteinnya cepat. Penggunaan hotplate ini masih mengikuti kaidah ilmiah,” jelas  Mahasiswa S2 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan  Lingkungan  (PSL) IPB ini.

    Sofyan bersama teman-temanya juga membuat Heater Extractor Apparatus yakni alat analisis kadar serat kasar, kalsium dan fosfor. “Laboratorium kami hanya memiliki enam buah, itu pun sudah berusia tua dan  tidak cukup untuk keperluan praktikum mahasiswa. Saya coba disain alat ini dan meminta bengkel mesin biasa untuk membuatnya dua buah lagi. Hasilnya, Heater Extractor Apparatus sederhana, murah dan buatan lokal,” urai Pranata Laboratorium Pendidikan Berprestasi II Tingkat Fakultas tahun 2014 ini.  Sementara Heater Extractor Apparatus yang ada buatan impor, proses pengadaannya pun membutuhkan waktu lama seperti tender dan belum tentu disetujui. Sedangkan buatan bengkel ini biayanya murah dan pengadaannya cepat. Biaya pembuatannya diambil dari biaya operasional laboratorium. Alat-alat tersebut sudah lulus uji profisiensi atau uji banding dengan 38 laboratorium lain di Indonesia oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Uji profisiensi bertujuan untuk menguji kualitas atau mutu hasil uji suatu laboratorium dengan menggunakan Z-score. (ris - ipbmag)

  • himasiterHimpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB,  mengadakan acara "Ramadhan Ceria - Buka Bersama Anak Soleh", bersama murid-murid TPA di Gunung Handeuleum, Desa Situ Udik, Cibungbulang, pada hari Sabtu, 18 Juni 2016, pukul 14.30 WIB - Selesai.

    Acara diawali dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan perlombaan (hafalan surah pendek, adzan, dan kaligrafi). Sekitar 100 orang murid TPA memeriahkan acara yang diadakan untuk mengisi waktu datangnya berbuka puasa.

    Acara buka puasa ini diselenggarakan oleh Biro Pengabdian Masyarakat, Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak 2015/2016, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

  • Inilah bakal calon rektor (BCR) yang berbicara jauh di luar kotak norma lembaga IPB saat ini. Adalah Profesor Luki Abdullah, guru besar Fakultas Peternakan IPB, memiliki pandangannya sangat jauh ke depan. ”Ia ingin membawa ke luar IPB dari keterkurungannya,” kata Hazairin Sitepu yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk berdiskusi dengan Profesor Luki. Berikut rangkumannya, disajikan secara tanya-jawab.

    HS: Bagaimana Anda melihat pertanian dari sektor peternakan?

    LA : Saya melihat peternakan adalah satu sektor yang sangat menarik. Ada lebih dari Rp 400 triliiun omsetnya di Indonesia. Cukup besar.. Dan ini terus meningkat. Artinya bahwa animo masyarakat maupun pengusaha masuk dunia peternakan ini tinggi, walaupun sebenarnya investasi dari luar masih rendah. Sejumlah Rp 400 triliun itu sirkulasi omset per tahun. APBN kita saja Rp 2000 triliun. Berarti omset sektor peternakan itu setara dengan 20% APBN. Jadi cukup besar. Karena itu, ini menjadi sangat seksi. Hanya persoalannya, besarnya seperti itu belum menunjukan profil sebenarnya dari masyarakat industri peternakan Indonesia.

    Pada dasarnya saya melihat dua hal. Pada satu sisi petani kita ini adalah peternak yang masih tradisional. Tidak mengandalkan peternakan itu sebagai aktivitas bisnis. Baru sebatas sebagai saving. Tetapi itu bisa menjadi buffer kehidupan mereka tanpa harus menyusahkan pemerintah. Ketika ingin menyekolahkan anak, mereka menjual sapi. Itu lah yang terjadi secara tradisional.

    Pada sisi lain, industri juga mulai berkembang. Sektor swasta dan investasi di bidang peternakan saat ini juga meningkat.

    Saya ingat tiga tahun yang lalu, itu masih sekitar 8% an di sapi, kalau di unggas sudah relatif tinggi. Sapi sekarang menggeliat makin meningkat. Dengan begitu saya berpikir positif: kita menghadapi dua sisi gap. Satu sisi percepatan investasi ini akan berkembang dengan bagus, pada sisi lain akan ada ketertinggalan masyarakat yang jumlahnya besar.

    Angkanya sekitar 70% populasi peternakan sapi itu ada di masyarakat, 30% industri. Artinya, kalau industri itu sudah menerapkan SOP, menerapkan precise farming, dan lain sebagainya, dari kacamata saya, sebenarnya PR besar IPB adalah bagaimana mentransformasi peternakan atau pertanian Indonesia itu ke arah pertanian atau peternakan yang lebih modern.

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University telah melakukan berbagai upaya untuk turut berpartispasi aktif dalam membantu warga IPB University, terutama di lingkungan Fapet dalan menghadapi wabah COVID-19. Fapet membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) yang terdiri dari unsur pimpinan fakultas dan departemen serta Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) untuk memudahkan koordinasi.

    "Sejalan dengan Surat Edaran IPB University untuk melaksanakan Partially Closed Down, Fapet juga mengeluarkan surat edaran internal bagi seluruh warga Fapet agar bekerja di rumah (work from home), tanpa tatap muka langsung," kata Dekan Fapet, Prof Dr Sumiati.

    Meskipun begitu, Prof Sumiati mengatakan pelayanan tetap berlangsung sesuai kebutuhan dan permintaan pengguna. Rapat dan kegiatan akademik dilaksanakan secara online. Status mahasiswa Fapet terus dipantau menggunakan form yang disebarkan pada para mahasiswa untuk mengetahui posisi dan kondisi mereka.

    “Tim Satgas COVID-19 Fapet menghimbau dan menggerakkan warga serta alumni Fapet yang tergabung dalam Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (HANTER) untuk saling membantu. Berbagai donasi, baik dalam bentuk uang dan natura berhasil dihimpun dari para donatur. Donasi yang terkumpul telah disalurkan kepada mahasiswa Fapet yang tidak pulang ke kampung halamannya karena berbagai kendala. Bantuan diberikan pada para mahasiswa dalam bentuk sembako dan bahan serta peralatan sanitasi. Tercatat tidak kurang dari 100 paket bantuan diberikan pada mahasiswa multi strata (S1, S2 dan S3). Bantuan tersebut masih terus berjalan hingga saat ini,” ujarnya.

    Prof Sumiati menambahkan kegiatan pengumpulan donasi dan distribusi bantuan dikoordinasikan oleh Iyep Komala, SPt, MSi, salah satu dosen Fapet dan dibantu oleh beberapa mahasiswa dari Ormawa Fapet. Pengantaran bantuan dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan keselamatan, termasuk asistensi tentang karantina mandiri bagi yang ditengarai terpapar COVID-19 atas pemeriksaan dokter.

    "Selain pada para mahasiswa, bantuan juga diberikan untuk para tenaga kependidikan dan keluarganya yang sangat membutuhkan untuk membantu kebutuhan sehar-hari. Distribusi bantuan ini dikoordinasikan oleh  dosen Fapet Dr Ir Sri Rahayu, MS," ungkapnya.

    Selain mahasiswa, para tenaga kependidkan dan dosen juga dipantau kesehatannya dengan mengisi form pemantauan dan penelusuran, termasuk menggunakan komunikasi melalui media WhatsApp (WA) grup dosen dan tenaga kependidikan. Berbagai himbauan dalam bentuk infografis disebarkan melalui WA grup agar dapat diketahui dan dilaksanakan. Fasilitas disinfektan juga disediakan di lokasi fasilitas umum atau bersama dan setiap dosen serta tenaga kependidikan diberikan masker dan hand sanitizer (ipb.ac.id)

  • Penyimpanan dan pergudangan merupakan salah satu faktor penting dalam sistem logistik pakan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga karakteristik, baik fisik maupun kimia, yang dimiliki bahan pakan selama waktu penyimpanan setelah proses pemanenan dan pengeringan.

    “Untuk menjaga karakteristik produk pakan, segera lakukan penyimpanan setelah penanganan pasca panen dan pengeringan,” ujar Dr Ir Heri Ahmad Sukria, MScAgr, dalam acara Online Training Sistem Logistik Pakan yang Efektif dan Efisien yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI), IPB University, (5/6).

    “Banyak faktor penyebab terjadinya kehilangan kualitas dan kuantitas bahan selama penyimpanan. Faktor yang dimaksud diantaranya jamur, serangga, rodent, respirasi dan migrasi uap air. Pertumbuhan jamur dipengaruhi oleh kadar air, temperatur bahan, kondisi bijian, jumlah bahan asing dan keberadaan organisme lain,” tutur dosen IPB University dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan ini.

    Pengendalian jamur dapat dilakukan secara kimia ataupun fisik. Cara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan asam propionate dan asam asetat, sedangkan cara fisik selain mengontrol suhu dan kelembaban, juga dapat dilakukan dengan melepas gas tertentu ke dalam gudang.  

    “Tips agar terhindar dari tumbuhnya jamur, maka suhu optimum dalam gudang penyimpanan sebaiknya berkisar 25-30 derajat celcius dengan kelembaban RH 65- 93 persen. Dalam mengoperasikan penyimpanan pada sistem pergudangan, perlu memperhatikan beberapa aspek diantaranya sanitasi, muatan, aerasi dan monitoring. Sanitasi di sini artinya membersihkan sisa bijian lama dan bijian yang tercecer, menjalankan prinsip first in first out yakni mengeluarkan barang yang paling pertama masuk.
    Aspek muatan yang perlu diperhatikan adalah dengan tidak mencampur bahan lama dengan bahan baru serta tidak menyimpan dengan muatan berlebih.
    “Aspek aerasi perlu diperhatikan agar migrasi uap air tidak terjadi sementara monitoring yang dimaksud adalah memantau secara kontinu terhadap aspek lainnya,” tuturnya dalam pelatihan yang dilakukan secara virtual tersebut (ipb.ac.id)

  • Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University bekerja sama dengan  Konsultan Psikologi & Pengembangan SDM OPTIMA menyelenggarakan Career Day dan Bedah Kampus di Ruang Kuliah Fapet IPB (1/10). Acara ini diikuti oleh 160 peserta yang berasal dari SMA-SMA di Cilegon dan tergabung dalam Bimbingan Belajar (Bimbel) Yusnadi Mengajar Cilegon.

    Kegiatan ini merupakan rangkaian acara yang terdiri dari psikotest oleh OPTIMA untuk para peserta, dilanjutkan dengan penyelenggaraan kegiatan Assessment Pemilihan Program Studi kelas XII. Pihak OPTIMA yang diwakili oleh Nur Rohmah, S.Psi, M.Psi menyatakan kegiatan ini dilakukan guna memberikan pengalaman nyata dunia kampus. motivasi belajar sukses dan test peminatan untuk anak anak kelas XII baik IPA dan IPS dan sebagai persiapan test masuk PTN.

    Pada sesi bedah kampus, hadir sebagai narasumber Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fapet Prof. Dr. Irma Isnafia Arief yang memberikan gambaran mengenai profil Fakultas Peternakan, Program Studi Sarjananya, kelengkapan fasilitas, kiprah Fakultas Peternakan untuk kemandirian pangan Indonesia. “Kegiatan mahasiswa di Fapet sangat aktif dan sudah banyak menghasilkan prestasi mahasiswa dan dosen baik secara nasional maupun internasional. Selain itu, kiprah alumni Fapet meliputi berbagai bidang mulai dari pengusaha, politisi, perbankan, dan masih banyak lagi” jelasnya.

    Para peserta tersebut sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan menjadi yakin bahwa masa depan pertanian Indonesia yang menunjang keberlangsungan ketahanan pangan setelah era pandemik akan sangat cerah. Mereka juga bersemangat untuk makin rajin belajar agar dapat lolos test masuk Perguruan Tinggi Negeri. (Femmy)

  • Dua dosen Fakultas Peternakan IPB University, Dr Salundik dan Dr Iyep Komala memberikan pelatihan pembuatan biourin dari kotoran sapi perah kepada peternak. Pelatihan dilakukan di peternakan sapi perah rakyat di Cijeruk, Bogor, Jawa Barat sebagai upaya penanganan limbah supaya tidak mencemari lingkungan. 

    Dr Iyep menyampaikan, permasalahan pencemaran lingkungan menjadi salah satu faktor utama untuk keberlangsungan peternakan sapi perah di Indonesia. “Sebelumnya peternak sudah diberikan pelatihan vermikompos. Saat ini, kami memberikan pelatihan pengolahan urin sapi perah, karena urin paling mudah mencemari lingkungan apabila tidak diolah,” ucapnya. 

    Dr Salundik menambahkan bahwa pelatihan tersebut bertujuan supaya limbah tidak mencemari lingkungan. Di sisi lain, biourin ini memiliki kandungan hara dan hormon-hormon pertumbuhan yang baik untuk tanaman.

    “Peternak juga bisa mendapatkan penghasilan dari produk biourin yang dibuat. Hasil pelatihan ini harus menjadi produk yang bisa diaplikasikan ke tanaman di sekitar lokasi peternakan, bahkan bisa dikemas untuk dijual,” ujarnya.

    Menurut Mamur Komara sebagai ketua kelompok peternak, pelatihan pembuatan biourin ini sangat diperlukan peternak di desanya. Sebab, di sekitar wilayah peternakan sapi perah mulai banyak dibangun tempat wisata, kafe dan penginapan. Oleh karenanya, pengolahan limbah menjadi biourin ini menjadi penting untuk dilakukan.

    “Kami tidak mau tergusur karena masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah. Terima kasih kami ucapkan kepada Fakultas Peternakan IPB University yang selalu gigih membina peternak,” tutur dia (ipb.ac.id)

  • Kalkun berpotensi dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewani. Kalkun ini memiliki kandungan kolesterol yang lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi. Akan tetapi pada usia 4-6 bulan, kalkun sering mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi, penyakit dan obesitas.

    Tiga mahasiswa dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP) Fakultas Peternakan IPB University yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKMPE) D-Melion ini melakukan riset dalam upaya mencegah kelumpuhan kalkun dengan pemberian dandelion. Tim yang terdiri dari Husnul Dwi Setianingsih Tadjudin, Syarifah Aini dan Maya Shofiah ini dibimbing oleh Dr. Ir. Widya Hermana. Penamaan D-Melion bermakna sumber vitamin D untuk kalkun (Meleagris gallopavo) dari tanaman dandelion (Taraxacum officinale) sebagai pakan kaya antioksidan pencegah kelumpuhan.

    Husnul menuturkan bahwa tanaman dandelion masih jarang dimanfaatkan. Tanaman dandelion ini memiliki bunga menarik dan indah serta tumbuh di daerah dingin. Tanaman ini memiliki kandungan vitamin D yang tinggi yang dapat mencegah kelumpuhan pada tulang kaki kalkun akibat obesitas.

    Dandelion tersebut diberikan dalam bentuk segar dicampur dengan pakan dedak, pakan komersil dan eceng gondok. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kalkun yang diberi pakan tanpa penambahan dandelion mengalami tanda-tanda kelumpuhan. Sementara kalkun yang diberi pakan dengan penambahan dandelion tidak menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan.

    "Sampai akhir pemeliharaan, pengamatan tingkah laku menunjukkan kalkun mengalami tanda kelumpuhan pada P0 (tanpa penambahan dandelion), sementara yang diberi penambahan dandelion tidak menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan. Tim kami sebelumnya juga telah memastikan adanya kandungan bahan vitamin dan mineral pada tanaman yang kami gunakan dalam memperbaiki kekuatan tulang pada kalkun,” tandasnya (ipb.ac.id)

  • Kualitas fisik pellet dan masa simpan sebuah pellet pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha peternakan. Dwi M Suci peneliti dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanain Bogor (IPB) menjelaskan bahwa proses penyimpanan dapat menurunkan kualitas dari pellet. Penurunan kualitas dari pellet yang disimpan dapat disebabkan oleh peningkatan kadar air dan oksidasi lemak pada pellet.

    Sementara itu, daun mengkudu dapat dijadikan sebagai suplementasi pakan. Penggunaannya sebagai suplementasi pakan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan itik dan meningkatkan efisiensi pakan. Daun mengkudu dalam jumlah yang cukup akan menjadi bahan penguat pellet dan berfungsi sebagai kerangka yang akan mempengaruhi die dan roller pada mesin pellet.

    “Daun mengkudu merupakan salah satu suplemen pakan alternatif yang mengandung antioksidan di dalamnya. Kandungan antioksidan pada daun mengkudu sebesar 19.08 persen. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu solusi untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi yang disebabkan lemak pada pellet sehingga dapat memperpanjang masa penyimpanan,” ujarnya.

    Dwi beserta peneliti lainnya yaitu Akbar, M.R.L, dan I. Wijayanti dari departemen yang sama mencoba mengevaluasi kualitas fisik pellet pakan itik yang menggunakan tepung daun mengkudu serta disimpan selama 6 minggu.

    Dari percobaannya, peneliti ini mengungkapkan bahwa penggunaan tepung daun mengkudu 2.5 sampai 7.5 persen tidak menurunkan kualitas fisik pakan pellet pakan itik tetapi dengan adanya penyimpanan sampai 6 minggu menurunkan kualitas fisik pellet pakan itik. Penyimpanan pakan pellet itik sampai 6 minggu tidak menyebabkan kandungan lemak kasar pakan pellet berkurang akan tetapi dengan adanya penyimpanan tersebut kandungan air dan aktivitas air meningkat dan konsentrasi bilangan peroksida dalam lemak kasar pakan pellet meningkat.

    “Baik pakan yang diberi tambahan dengan daun mengkudu atau tidak, masih bisa diberikan kepada itik. Akan tetapi pakan yang diberi tambahan daun mengkudu memiliki tingkat ketengikan yang lebih rendah sehingga itik lebih palatabel (lebih disukai),” ungkap Akbar (ipb.ac.id)

  • Program Studi (Prodi) Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan IPB University dapat menjadi pilihan yang tepat bagi kamu yang punya cita-cita menjadi pengusaha sukses di bidang peternakan.

    Tidak hanya kecakapan akademis dan praktik, mahasiswa Teknologi Hasil Ternak IPB University akan dibekali kecakapan manajerial dan kewirausahaan yang ditempa sedari awal kuliah. Misalnya lewat mata kuliah yang bersifat sosial seperti inovasi dan komersialisasi maupun soft skill public speaking.

    Prodi Teknologi Hasil Ternak IPB University juga menjadi salah satu yang terbaik di ASEAN dalam bidang peternakan dan memiliki jejaring nasional dan internasional yang luas untuk kesempatan karier dan pengembangan diri.

    Sebagai contoh, Muhamad Jull Effendy, alumnus Prodi Teknologi Hasil Ternak IPB University asal SMAS Budhi Warman II Jakarta. Ia memilih menjadi seorang wirausaha karena telah dibekali soft skill dan hard skill di Prodi THT IPB University.

    Jull menceritakan, alasannya memilih Prodi Teknologi Hasil Ternak karena kegemarannya untuk bereksperimen, terutama pengembangbiakan hewan ternak.

    Ia ingin mencoba hal baru yang belum pernah ia lakukan, seperti mengembangbiakkan ulat sutra (Samia cynthia ricini) yang belum banyak dilakukan orang. Padahal, kata Jull, potensi ekonomi di industri bahan tekstil tergolong tinggi, bahkan limbahnya bermanfaat besar.

    “Prodi ini tidak hanya menuntun saya menjadi seorang profesional, tetapi saya juga dibekali untuk menjadi wirausahawan. Banyak ilmu dan moral yang dituangkan oleh dosen dan juga tenaga kependidikan untuk membentuk karakter mahasiswa,” ujar Jull.

    Secara garis besar, mahasiswa Teknologi Hasil Ternak IPB University dibekali tiga keilmuan utama, yaitu komoditas ternak terintegrasi pada proses hulu hingga hilir, penerapan teknologi untuk peningkatan nilai tambah, dan optimalisasi produk hasil ternak.

    Di prodi ini, tersedia unit usaha komersial peternakan sebagai wadah mahasiswa belajar cara mendirikan bisnis peternakan dengan modal penguasaan prinsip-prinsip ilmu peternakan, kecakapan profesional dan kecakapan manajerial.

    Tak hanya sebagai wirausaha, prodi ini juga membentuk para profesional di bidang produksi ternak dan produksi hasil ternak. Lulusannya akan mampu menguasai keilmuan dan penerapan teknologi produksi peternakan dari hulu ke hilir.

    Teknologi Hasil Ternak IPB University mendapat akreditasi nasional ‘A’ dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan akreditasi internasional dari The Accreditation Agency for Study Programmes in Engineering, Informatics, Natural Sciences and Mathematics (ASIIN).

    Dengan berbagai bekal keahlian tersebut, prospek lapangan kerja bagi lulusan Prodi Teknologi Hasil Ternak IPB University menjadi sangat luas. Mulai dari bidang akademik (dosen), profesional (penyuluh, peneliti dan industri peternakan), research and development, breeding supervisor di industri peternakan, public relations produk olahan hasil ternak, hingga wirausahawan pengolahan pangan hasil ternak (ipb.ac.id)